Jumat, 28 Desember 2007

[This Is Ironic] : Iklan Asuransi

Kemarin secara kebetulan liat iklan salah satu perusahaan asuransi jiwa di tivi. Slogannya berbunyi begini :

 

 

Always Listening. Always Understanding.

 

Wecks...

 

Jadi teringat para marketer asuransi yang suka telpon kerumah itu..

 

Kadang-kadang siang bolong juga telpon (jelas-jelas bukan waktu yang ideal untuk pembicaraan telepon sepanjang 15 menit minimal, apalagi pembicarannya seringkali berlangsung satu arah..).

 

And they definitely don’t take “NO” as an answer...

 

Eh, jangan salah lho, being objective, menurutku para sales asuransi ini adalah barisan marketer yang paling tahan banting. Mereka sangat gigih pantang menyerah menjual produknya, yaitu polis asuransi itu. Belum lagi kemampuan persuasi mereka yang luar biasa... Pantaslah kalo pakar marketing sekelas Tanadi Santoso sampai berujar “Anda ingin tahu sebagus apa kemampuan seorang marketer dalam menjual produk? Lihat apakah dia sudah pernah berhasil menjadi seorang sales polis asuransi jiwa!”

 

Tapi tetap, can I just say “NO”?? Thanx...sorry...but No?? :-S

 

Kembali ke iklan. Ternyata, setelah banyak iklan menggunakan majas hiperbola, sekarang ada juga ya yang memakai majas ironi?

 

Dasar otakku dudul, begitu membaca slogan diatas, yang kontan muncul di pikiranku malah slogan ala karanganku dibawah ini..

 

Always Talking. Always Pushing. 

Wecks...

 

:::::.....

 

(Iklannya aku lihat ditayangkan di StarTV Asia, milik salah satu perusahaan asuransi internasional, Pru***tial)

 

(Majas Hiperbola adalah ungkapan peribahasa yang dibuat sedemikian rupa sehingga memberi arti melebih-lebihkan dari makna kata yang sebenarnya. Majas Ironi adalah ungkapan peribahasa yang dibuat sedemikian rupa sehingga memberi arti kebalikan dari makna kata yang sebenarnya)

 

 

Tumbuh Bersama Benazir Bhutto

Kemarin aku langsung terperanjat begitu mendengar berita Benazir Bhutto dibunuh. Tak urung, rasa kehilangan langsung mengosongkan hati dan pikiran selama beberapa saat yang lebih lama dari yang kukira.

 

Terus terang aku benci dengan politik. Walaupun mencoblos di pemilu, tetapi hati nuraniku tak pernah sedikitpun bisa menerima segala permainan dan intrik yang selalu mewarnai dunia politik dimanapun juga. Politic sucks! To bit! Dari level Ketua RT (yup, they do use politic in this level!) sampe level internasional, politic’s just suck! It looks like some sort of powerful monster which has any capability to turn the even-most-decent human into simply beast! Suatu keajaiban jika di masa sekarang ada manusia yang bisa berpolitik sebersih yang dicontohkan Rasulullah. Ini, kayaknya serupa mimpi di siang buta buat siapapun yang hidup didunia sekarang ini.

 

Baru saja di rapat Komite Sekolah Al Hikmah kemarin, ketua kita Bpk. Ali Saiboo (yang anggota DPR itu) sedikit membocorkan bagaimana rupa carut marut kampanye di negeri kita. Sedikit saja cerita, tapi asli bisa bikin aku begidik ngeri. Belum lagi cerita tentang biaya spanduk tingkat propinsi yang bisa-bisa memakan biaya sampe 10 M (hanya untuk spanduk saja lho!!!) dan itupun masih bisa hancur lebur ditelikung 1 jam serangan fajar oleh pihak lawan.

 

Kembali ke laptop...

 

Sekali lagi aku benci dengan politik. Tetapi tidak dengan Benazir Bhutto. Aku sangat mengaguminya. Dengan cara yang sulit dijelaskan. Karena kalau disuruh menyebutkan riwayat hidup, CV atau apa saja posisi dan karirnya di politik, aku nggak akan banyak bisa menjawab diluar kepala.

 

Tapi gimana ya, aku ini semacam tumbuh besar bersama beliau. Aku mengenal pertama kali keberadaan dia adalah waktu dia terpilih jadi perdana menteri untuk pertama kalinya di Pakistan (1988). Dan di dunia modern ini, dia adalah pemimpin wanita yang pertama di negara muslim lho. Waktu itu, tentu sudah lebih dari cukup untuk membangkitkan sisi heroik kewanitaan -hallah- bagi aku, gadis kecil berumur 13 tahun yang mulai memasuki pubertas dan pencarian diri.

 

Ini yang aku maksudkan dengan tumbuh besar bersama Benazir Bhutto. Secara sadar atau nggak, langsung atau nggak langsung (pasti nggak langsung, wong kenal aja nggak :-D) dia seperti ikut menjadi bagian pertumbuhanku. Walaupun kemudian dia diberhentikan karena kasus korupsi hanya 20 bulan setelah terpilih, aku tetap bersamanya. Atau kemudian ketika pada 1993 dia terpilih lagi, aku juga ikut membatinkan salut (walaupun 3 tahun kemudian lagi-lagi dia lengser karena tuntutan yang sama, kasus korupsi). Dia korupsi atau tidak, dia tetap figur Benazir Bhutto. Tetap... (bisa aja kan kasus korupsi itu rekayasa belaka? Hihihi naif kumat, inilah kenapa aku memang gak jodoh sama politik, I am just too damn naive! :-D)

 

Yang pasti aku merasa kehilangan...bagaimanapun, dia adalah bagian dari hidupku sebagai seorang wanita (kalo naif ditambah hiperbola, Anda akan dapatkan satu kata tentang aku: dudul! :-D).

 

Ehhhh....INI SERIUS LHO!! **ngomeli diri sendiri**

 

Anyway, aku jadi inget. Pertengahan Oktober 2007 lalu, ketika si politikus generasi ketiga klan Bhutto ini kembali lagi ke Pakistan (setelah Presiden Musharraf memberikan amnesti pada kasusnya), begitu turun dari pesawat, dia langsung disambut ledakan bom bunuh diri yang menewaskan 140 orang! Waktu itu Bhutto selamat, tapi si mas Iwan (yang sama sekali tak punya sifat naif) dengan ngerinya komentar, “Wah kayaknya gak bakalan panjang umur nih orang...”

 

Aduh, one fact about mas Iwan, in some point, it’s frightening me out when he said something about the future...’cos most of the time, it’s proven to be happen :-S

 

Sebagai sesama muslim, aku cuma bisa bilang “Innalillahi Wa Inna Ilaihi Roojiuun”...

And oh, satu lagi,

 

NOW,

 

I HATE POLITICS

 

EVEN MORE

 

THAN EVER BEFORE!!

 

:::::.....

 

(Keterangan foto : berlebihan nggak sih kalo aku merasa bahwa didalam fotonya diatas itu, Madam Bhutto sedang melirik ke headshot MP ku??? :-S)

 

 

 

 

Raditya Dika, dan lain-lain


http://www.radityadika.com
Radith bisa dibilang adalah blogger pertama di Indonesia yang isi blognya dibukukan. Setelah 3 buku gila yang ditulisnya, memang blognya sudah terasa beda dibanding pertama aku tahu dia, jaman duluuu. Sekarang sedikit sekali terdapat bahasa khas blog yang go-to-heck with EYD itu. Bahasa sastra jalanan dan sastra rumahannya (pinjam istilahku sendiri :-D) sudah banyak berkurang. Yet, aku tetap nggak bisa memutuskan apakah ini adalah sesuatu yang patut disayangkan atau patut ditidaksayangkan.

Yang pasti, untuk komentator macam aku begini, ada satu yang akan patut disayangkan. Dengan kesibukan radith yang udah tenar sekarang, rasanya memberi komentar di blognya akan terasa melas...karena tak yakin apa orang yang blognya kita komentarin itu akan sempat baca???? :-S (and yes, itu penting buat kita bangsa komentator ini untuk dikomentari komentarnya)

Tapi believe me, membaca tulisan2 di blognya (bahkan sekarang), kita tidak akan sanggup berbuat lain kecuali mencari lagi postingan lainnya yang belum kita baca...:-D

Jadi ga usah berpanjang lebar, kalo mau tau langsung klik aja ya :-)

Senin, 24 Desember 2007

PC Ngadat, Virus, Kematian dan Stress (Apa Hubungannya??)

Udah 4 hari ini PC rumah ngadat, nggak mau start karena kena virus (well, ini kata Om Budi di telepon lho, dia temen baik suami yang selalu membantu kita kalo ada masalah komputer, benar-benar temen baik –literally- karena memang sangat baik orangnya, hehe).

 

Aduh agak susah juga nge-trace darimana datangnya si virus, mengingat pemakai PC ini bervariasi, dari golongan umur 3 tahun sampai dengan 30 tahun! Dan Abe pun sudah biasa masuk website2 secara mandiri (dengan program filter safety untuk anak2 tentunya), tetapi bahkan ketika aku meninggalkannya didepan PC untuk pergi ke kamar mandi pun, tetap ada kemungkinan Abe masuk website dudul yang mungkin sudah terinfeksi virus. So, it’s sort of useless to try to find out where the virus came from. Hanya bisa pasrah menunggu Om Budi pulang dari liburan deh...Padahal kemarin sempat nulis sesuatu yang udah siap posting, duh it must wait then.

 

Mau online ya hanya bisa ngandalin laptop si Mas. Padahal lagi si Mas pergi ke Bali selama 3 hari karena ada undangan temen yang menikah di Bedugul. Warnet depan kompleks? Nggak banget deh, karena kebetulan si mbak2 pengasuh juga pada pergi belibur bareng semua karyawan ke Jogja. Trus apa mau ajak anak-anak pergi ke warnet?? Bakalan ancur tuh warnet diserang monster2 kecil ku itu, apalagi salah satu monsternya sudah kecanduan internet juga dan sudah 2 hari nggak online...bisa 'sakaw' Abe di warnet...hihihihi.

 

Makanya kemarin ketika suami pulang, duh gembiranya....kusambut dengan sukacita....akhirnya....laptop dataaanggg...!! **looh?? kok laptopnya??** :-D

 

Anyway...

Tadi pagi ada berita duka. Ada saudara dari suami yang meninggal. Seorang ibu berumur 52 tahun yang sudah beberapa waktu sakit liver. Aku sangat trenyuh demi melihat kesedihan suaminya yang ditinggalkan. Duhhh melasnya.... :-((

 

Tak bisa kuhentikan, aku jadi langsung inget pesen suami yang selalu mengingatkan aku untuk tak lelah menjaga kesehatan (in terms of my diabetic condition). Mas Iwan selalu berkali-kali bilang gini “temanilah aku hidup sampai tua dan anak-anak dewasa nanti” terutama kalo aku lagi lalai berpola hidup sehat... Astaghfirullah... Tadi ketika melihat Pak Umar meratapi kepergian almh istrinya ke makam, bel di otak ini langsung nyaring berbunyi...TENG! TENG! TENG! Hikss...

 

Dengan otak yang belnya masih berdentang-dentang nyaring, barusan waktu buka2 lemari buku, entah kenapa tangan ini kok langsung menarik salah satu textbook waktu kuliah dulu (padahal bagian lemari yang berisi buku2 textbook ini paling jarang tersentuh lho hihihi). Sesuatu mengingatkan aku tentang peristiwa kematian pasangan hidup...hemm hemmm hemm...**serius membolak-balik buku setebal bantal yang dulu benar2 sering jadi bantal di kamar kost ku** huehehehehe. Setelah sebelumnya kucari-cari keyword “stressor” di index buku teks matakuliah Psikologi Umum-ku dulu ini, akhirnya kutemukan juga bagan yang kucari...

 

Nah....benar kan??

Dalam buku “Essentials of Understanding Psychology”-nya Robert S. Feldman ini memang disebutkan bahwa “peristiwa kematian pasangan hidup” merupakan stressor (pemicu stress) dengan nilai tertinggi yang berpotensi bisa menyebabkan penyakit di masa depan.

 

Jadi menurut buku ini, kita bisa memprediksi separah apa penyakit yang bisa kita derita di masa depan dengan cara melihat stressor yang pernah terjadi di masa lalu. Salah satu rumusnya dengan mengalikan (poin stressor x berapa kali stressornya pernah terjadi selama hidup kita). Dengan catatan: maximal stressor terjadi 4 kali selama hidup, kalo lebih ya...si bagan nggak tanggungjawab kali, berarti udah parah banget itu...hihihi.

 

Scoring : Hasil di tiap stressor kemudian dijumlahkan. Kalau hasilnya diatas 1435, maka berarti kita berada di kategori stress tinggi dan (menurut Marx, Garrity and Bowers; 1975) menempatkan kita dalam resiko menderita penyakit (yang bisa dipicu stress) di masa depan. Tetapi disebutkan juga bahwa ini tidak selalu terjadi, hanya beresiko (iya lah, takutnya karena terlanjur sudah mengalami banyak stress di masa lalu, kita malah tambah stress dengan perhitungan ini sehingga si penyakit yang awalnya hanya berupa resiko, malah benar2 terjadi!)

 

Namanya juga cuma teori... :-D

 

Berikut ini daftar stressor selengkapnya, siapa tahu berguna. Atau untuk iseng aja juga boleh. Kutambahkan juga perhitungan ala aku sebagai contoh, jadi nanti di akhir tulisan kita akan bisa tahu seberapa tinggikah tingkat stress ku? **berdebar-debar**

 

(Mumpung aku lagi rajin nih, karena waktu kuliah dulu pun nggak bakalan serajin ini lho wekekekekek jadi silakan disimak baik-baik yah :-D).

Bismillahirrohmaanirrohim... (menyerahkan nasib kebenaran translating English-Indo ku “hanya” pada Allah semata :-S)

 

Stressor (poin)

-          Kematian pasangan hidup (87)                ; aku 0 x 87 = 0

-          Menikah (77)                                         : aku 1 x 77 = 77

-          Kematian anggota keluarga dekat (77)    : aku 2 x 77 = 154 (kedua nenekku)

-          Perceraian (76)                                      : aku 0 x 76 = 0 (naudzubillahi min dzalik)

-          Berpisah dengan suami/istri (74)            : aku 0 x 74 = 0 (naudzubillah lagi)

-          Kematian teman dekat (68)                    : aku 1 x 68 = 68 (mbak Lely)

-          Hamil / kehamilan pasangan (68)           : aku 3 x 68 = 204

-          Luka atau penyakit serius (65)               : aku 1 x 65 = 65 (vonis DM hikss)

-          Dipecat dari tempat kerja (62)               : aku 0 x 62 = 0

-          Putus tunangan/hub.serius (60)              : aku 0 x 60 = 0

-          Kesulitan masalah seksual (58)               : aku 0 x 58 = 0 (^_^)

-          Proses rujuk dengan pasangan (58)         : aku 0 x 58 = 0

-          Perubahan konsep-diri mendadak (57)    : aku 0 x 57 = 0

-          Perubahan kesehatan atau perilaku mendadak dari anggota keluarga (56) : aku 1 x 56 = 56 (bapak pernah sakit keras waktu aku SD, benar2 keras :-(( )

-          Bertunangan (bersiap u menikah) (54)    : aku 1 x 54 = 54

-          Perubahan kondisi finansial yang mendadak (53) : aku 0 x 53 = 0

-          Hutang/pinjaman diatas $10.000 (52)    : aku 0 x 52 = 0 (mas mgkn tp aku gak! :D)

-          Terlibat penggunaan narkoba (52)          : aku 0 x 52 = 0

-          Konflik/perubahan nilai hidup (50)          : aku 1 x 50 = 50 (menikah, tentu saja)

-          Argumen/konflik besar dg pasangan (50): aku 0 x 50 = 0 (sering tp gak besarlah)

-          Kehadiran anggota keluarga baru (50)     : aku 3 x 50 = 150 (suami dan kelahiran anak2)

-          Masuk kuliah (50)                                  : aku 1 x 50 = 50 (org cuma S1 :-D)

-          Pindah sekolah pd level yg sama (50)      : aku 0 x 50 = 0

-          Pindah kerja ke line yang berbeda (50)   : aku 0 x 50 = 0

-          Perubahan besar dlm kemandirian dan tanggungjawab (49) : aku 2 x 49 = 98 (wkt kost kuliah n menikah)

-          Perubahan tggjwb dlm kerjaan (47)        : aku 2 x 47 = 94 (jadi ibu pekerjaan jg kan?)

-          Perubahan penggunaan alkohol (46)        : aku 0 x 46 = 0

-          Perubahan kebiasaan pribadi (45)           : aku 3 x 45 = 135 (susah nih, ya udah anggap aja 3 :-D)

-          Masalah dengan sekolah (44)                  : aku 0 x 44 = 0 (murid yang baik kok :-D)

-          Bekerja sambil sekolah (43)                   : aku 1 x 43 = 43 (biar resminya mas yg kerja tp stressnya ikut dapat tuh :-D)

-          Perubahan besar di aktivitas sosial (43)  : aku 1 x 43 = 43 (minimal sekali pasti lah)

-          Punya masalah dengan mertua (42)         : aku 0 x 42 = 0 (thank God :-D)

-          Perubahan menyangkut jam dan suasana kerja (42) : aku 0 x 42 = 0

-          Perubahan tempat tinggal (42)               : aku 4 x 42 = 168

-          Pasangan kerja dan tinggal di kota lain (41) : aku 0 x 41 = 0

-          Perubahan jurusan studi (41)                  : aku 0 x 41 = 0

-          Perubahan kebiasaan berkencan (41)      : aku 0 x 41 = 0 (off course!!)

-          Pencapaian prestasi pribadi (40) : aku 4 x 40 = 160 (lebih beberapa lah, dari urusan lomba menulis, turnamen badminton waktu SD sampai melahirkan anak, duhh baru tau yg kaya gini bisa dianggap bikin stress juga ya hihihi)

-          Masalah dengan boss (38)                      : aku 0 x 38 = 0

-          Perubahan besar jumlah teman sekolah (38) : aku 1 x 38 = 38 (waktu SD diikutkan kelas akselerasi, habis kelas 4 langsung bergabung dgn anak2 kelas 6, dan memang benar, bikin stress!!)

-          Perubahan besar cara dan jumlah rekreasi (37) : aku 1 x 37 = 37 (dulunya org rumahan banget, sejak ada anak2 jadi pingin menunjukkan seisi dunia ke mereka :-D)

-          Perubahan cara dan jumlah beribadah (36): aku 1 x 36 = 36 (for the better, i hope)

-          Perubahan kebiasaan tidur (36)              : aku 4 x 36 = 144 (minimal! Pasti lebih apalagi kalo lagi ada bayi newborn in the house)

-          Melakukan perjalanan/liburan (33)                     : aku 4 x 33 = 132 (lebih kali yaaa dan somehow, it is! kind of stressing :-D)

-          Perubahan besar pada kebiasaan makan (30)      : aku 4 x 30 = 120 (off course! :-D)

-          Perubahan besar intensitas kumpul keluarga (26): aku 4 x 26 = 104 (apalagi kalo suami sering kerja luar kota hikss)

-          Dibuktikan terlibat dalam kejahatan ringan (22) : aku 0 x 22 = 0 (masyaalloh jgn sampai deh..)

 

Dan setelah dijumlah....**eng ing eeeng!!!**

jumlahnya adalah : 2160

 

**wecks...**

 

padahal score bar nya 1435...hueheheheh ternyata hidupku terkategori dalam tipe stressor tinggi...! :-D

 

padahal aku gak kerja lho...banyak yang menyangkut stress dalam pekerjaan yang bernilai 0 karena aku kan nggak kerja??

 

^#*@(#*@(#*)@#_)(@#&#@

 

**sekarang aja tambah stress kalo liat keatas...panjangnya postingan yang iniiii....!!! :-D

**yang nulis aja jadi stress, apalagi yang baca ya??? Maap..maap... :-(

 

^#*@!&)(*!@)(*!)(@*)!@)&

 

PENTING!! :

Ada satu hal yang jauh lebih penting daripada keberadaan poin2 stressor ini, yaitu yang disebut MANAJEMEN STRESS. Kalo masih ada mood insyaalloh besok aku kutipkan juga dari si textbook ya, just stay tune....huehehehehe

Rabu, 19 Desember 2007

Hari Ini Kemesraan Bea dan Kambing Resmi Berakhir :-((

( Episode Terakhir dari Trilogi Bea vs Kambing *hihihi*...baca juga episode Bea vs Kambing dan Bea vs Kambing Continued)

:::::.....

Padahal hari-hari ini hidup Bea seperti penuh dengan romansa kambing yang cantik itu lhooo...
Padahal tadi pagi waktu habis sholat ied masih ketawa2 sambil kasih makan daun ke si embek lhooo.... 

Sampai waktu menyembelih tiba...

Darah-darah itu...
Jeritan embek yang menyayat hati itu...
Si embek yang sudah tak berkulit dan menggelembung karena dipompa mau dikerok bulunya itu...
Sepotong daging kaki kambing yang dibawa Bapak pulang kerumah itu...


Bapak (yang dari pagi bau embek juga karena sibuk jadi panitia di masjid depan :-D) yang malah semangat antusias menyerahkan kaki kambing ke Bea sementara Bea kontan langsung menjerit.....”Nggak mauuuuu!!!!!”
Mas Abe yang malah dudul kejar-kejar Bea terus sambil tangan dibelakang pura2 bawain kaki kambing ke Bea (padahal kaki kambingnya sudah nggak ada dirumah, sudah dikirim Ibuk kerumah Mbah Min...)
“Ibuuukkk!!! Ahhhh mas Abeeee......Nggak mauuuuu masss!!!” jerit Bea sambil nangis bombay wajah ketakutan lari bersembunyi dibelakang badan Ibuk

 

Ah...embek yang cantik....

Rasa dihati ini, diantara kita memang telah berubah...***kata Bea***

Hikss.....


Tatuuuutttt....!!!!

:::::.....

(Catatan : Ulah Abe baru berhenti berjam-jam kemudian, ketika dia akhirnya mengenal tentang arti dan makna kata baru, yaitu “Phobia”.....**kuliah panjang lebar deh dari ibuk, pake acara googling gambar2 menyedihkan wajah orang2 yang kena phobia hahahahaha**.....”Ihhh aku nggak mau Bea jadi phobia...”. Akhirnya si mas pun peluk adik dan tak lagi nakut2in :-D)

(Keterangan Foto : Bea dengan wajah cemas dan ketakutan melihat kearah masjid depan rumah, dimana kambing2 sedang menunaikan tugasnya dijadikan hewan kurban. Tak sabar menunggu mas Abe buka pintu samping dan masuk rumah saja :-D)

Selasa, 18 Desember 2007

Bea vs Kambing Continued (Kali Ini Melibatkan Kebo) :-D


Cerita tentang Bea vs Kambing tempo hari sampai sekarang masih suka jadi pembicaraan dirumah. Apalagi kalo ada yang menyebut-nyebut kambing (dan mendekati Adul Adha begini kan kita jadi sering ngomong kambing). Bea juga masih tetap semangat kalo ditanya orang, “cantik mana?”....apalagi neneknya, tantenya, omnya semua jadi rajin tanya-tanya begitu. Beapun belajar, bahwa setelah dia menjawab, orang-orang akan tertawa ngakak, jadi dia pun tambah semangat jawabnya....”sama cantiknya lhooo” :-D

Kemarin sore, aku jemput Abe berdua dengan Bea. Masih di mobil bertiga, aku dibelakang stir, Abe di jok samping di depan, dan Bea memilih duduk di jok belakang. Dalam perjalanan pulang Abe cerita kalo disekolahnya ada kerbau. “Kalo kata ustadz namanya kebo, buk!”

“Iya, ‘kebo’ itu kan kata dalam bahasa Jawa, artinya kerbau **duhhh memang ternyata memprihatinkan ya kemampuan anakku dalam berbahasa Jawa, hikss salah bapak emaknya nih**...dan kerbau adalah hewan kurban juga, sama kaya sapi dan kambing”

“Iya bentuknya memang kaya sapi, tapi dia baru berendam di lumpur lapindo makanya warnanya jadi abu-abu...” kata Abe **ngayalnya kumat** :-D

Tiba-tiba Bea menyeruakkan wajahnya dari belakang, wajahnya nongol diantara aku dan si masnya, pelan tapi pasti nyeletuk...

“Ehhh...kerbaunya cakep mana sama mas Abe? Sama cakepnya yaaa???”

 

..........*double gubrax*...............

 

Hahahahahahahahah. Aku ngakak lagi, lama tetapi kali ini sendirian, karena Abe kulihat bukannya ikut ketawa tapi langsung menyemprotkan omelan ke si adik.

“Ahhh!! Bea!!! Sebel! Sebel! Sebeeeel! Aku nggak mau disamakan sama keboooo! Sebeeeeeellllll!!!!” semprot Abe dengan gaya khasnya kalo lagi marah, tangan dilipat didada dan mulut udah berbentuk nggak karuan.

Bea cuma nyengir bercampur ngeri, liat si mas ngomel-ngomelin dia... Abe jadi ngambek sampe rumah nggak mau ngomong sama Bea, kesian deh adik......

:-D


(ket, foto : Bea dudul ah, masa astronout keren gini dibilang sama cakepnya sama kebo sih wakakakakakakak)

[Prihatin] Hi-Tech Mall Surabaya :-(

Sebagai salah satu pusat perbelanjaan komputer terbesar di metropolis Surabaya, Hi-Tech Mall (Mal Surabaya) tentu saja menjadi salah satu jujugan favorit aku dan suami.

Kita bisa berlama-lama berada disitu, dan memang sering (terutama untuk kebutuhan kantor suami) entah membeli barang yang memang sedang dibutuhkan maupun barang yang tidak dibutuhkan **hehe**. Tetapi satu hal yang jelas, selama apapun kami kesitu, yang pasti kami selalu berusaha untuk tidak menjalani waktu sholat disitu. Kenapa? Karena tempat sholatnya amat sangat memprihatinkan.

Kemarin itu, kita terpaksa harus sholat dzuhur di HTM. Duhhh...benar2 melas sholat disini. Tempat yang dipakai sholat hanya berupa cerukan diantara balok-balok bangunan, itupun tempatnya hanya “menempel” diantara 2 tembok pembatas ruang. Mungkin ukurannya cuma 1x2 meter (padahal untuk satu shaf kita sholat kan lebarnya minimal biasanya 1,2 meter kan??). Tiga orang bisa muat sholat bersamaan dengan posisi yang memprihatinkan. Itupun, kita harus bergantian, 3 orang laki-laki, baru kemudian tiga orang perempuan.

Selama ini, seringkali aku berdoa semoga kita saja yang dudul tidak tahu persisnya dimana mushola HTM, karena kalo memang tempat ini bener-bener yang digunakan setiap hari untuk tempat sholat, aku benar-benar tidak mau tahu siapa dan bagaimana model pengelola tempat ini! Karena mall-mall sekarang rata-rata sudah memiliki mushola yang sangat layak.

Ini foto waktu suami sholat. Lihat betapa ngepres-nya tembok dibelakang dan didepan. Ketika kita ruku’ ujung kepala akan menempel ke tembok depan, dan pantat jelas-jelas tertekan ke tembok belakang! Punggungku sendiri berkali-kali kejedug tembok dibelakang ketika bangun dari sujud.


Oalah melasnya....

 

:-(




Sabtu, 15 Desember 2007

Sepaket Anak Yatim (Bagian 2)

Sehabis liqo...ngobrol bebas sana sini...

“Makanya kalo aku mending ngurusin yang prestasi sekolahnya bagus, Wahida. Nggak makan hati, keikhlasan kita pun bisa terus terjaga.”

Seorang teman tiba-tiba menyeruak diantara obrolan berdua aku dan ustadzah liqo kami. Waktu itu aku sedikit berkonsultasi *sekaligus curhat* ke beliau tentang salah satu adik asuh yatim di yayasan yang tingkahnya sangat menguji kesabaran, bukan hanya kami tetapi juga terutama mas pengasuh yang sehari-hari mendampinginya di asrama. 

Hemm...menjaga keikhlasan...kata-kata yang menarik, karena untukku, sekedar meraihnya saja sulitnya bukan main, apalagi menjaganya...duh, mungkin aku memang masih jauh dari pintu itu, harus susah payah merangkak kesana hikss...(God, speed us...)

Saya jadi ingat kata-kata seorang teman yang luar biasa yang hidupnya sangat memberikan inspirasi kepada aku dan suami (kisahnya bisa dibaca di Sepaket Anak Yatim Bagian 1). Dia bilang gini : 

“Anak-anak yatim yang miskin itu ya lumrahnya memang begitu, Mbak...apalah orang menyebutnya, nakal, bandel, susah diatur dan lain-lain itu!.... Itu sudah paketnya!”

Aku pikir-pikir bener juga. Sekarang coba bayangkan bagaimana hidup ini dimata mereka. Kehilangan kasih sayang dan tanggungjawab seorang ayah adalah satu cerita. Perjuangan beratnya bertahan hidup karena ketiadaan sang ayah, ini tentu menjadi satu cerita yang lain.

Sang ibu yang mau tak mau harus banting tulang mencari nafkah. Tak jarang sangat menyita waktu dan tenaga sehingga in the end of the day, si anak bukan saja kehilangan ayah, tetapi praktis kehilangan perhatian dan waktu dari si ibu juga. Belum lagi kalau masih ada adik yang harus diurus. Atau dia harus membantu si ibu, mencari nafkah. Atau, malah dia yang akhirnya harus menjadi pencari nafkah tulang punggung keluarga...

Now... 

Seriously! Bagaimana kita akan mengharapkan mereka akan punya prestasi yang bagus di sekolahnya?

Seriously! Bagaimana kita akan mengharapkan mereka tidak menjadi anak-anak sekeras batu yang tidak akan begitu saja nurut dan tunduk kepada orang lain?

Seriously! Bagaimana kita akan mengharapkan mereka menjadi anak-anak yang manis sementara hidup begitu pahit untuk mereka?

MasyaAllah... 

Seriously! Kalau semua orang mengharapkan menyantuni anak-anak yatim yang manis dan berprestasi di sekolahnya, maka betapa sedih seharusnya hati kita...

Karena itu berarti kesempatan kita untuk bisa sedekat jari telunjuk dan jari tengah dengan Rasululah kelak di surga, hanya akan segelintir saja!

Karena itu berarti kita akan kehabisan tenaga dan waktu, selalu mengejar sebuah keikhlasan tanpa pernah bisa menggenggamnya!

:::::..... 

Ya Allah Yang Maha Agung...berilah kami kekuatan dan kesabaran yang tak akan berbatas dalam berlari menggapai ikhlas dan ridlo-Mu...sampai kelak waktu kami habis di dunia ini, Ya Allah...

Sepaket Anak Yatim (Bagian 1)

Ada seorang teman berhaji suami yang sekarang menjadi sahabat keluarga kami. Dia (dan juga istrinya) adalah figur yang sangat mengagumkan dan jelas-jelas pantas kami jadikan role model. Usaha berdagangnya sukses dimana-mana, dengan penghasilan yang hampir pasti tembus seratus juta per bulannya.

Tetapi bahkan akupun melongo ketika suami pertama kali mengajak aku berkunjung ke rumahnya di perkampungan lama di daerah Bluru-Sidoarjo, empat tahun silam. Area yang benar-benar privat untuk keluarganya mungkin hanya seluas tipe 36. Itupun dengan keadaan yang penuh! Separuh dari yang tipe 36 itu habis untuk tempat praktek dan sekolah bidan milik si istri. Sisanya penuh kertas sana-sini, brosur, kopian reso buletin bulanan, plus barang-barang lain yang pasti sama sekali bukan barang pribadi. Kami pun waktu itu hanya diterima di teras depannya, dengan kursi plastik dan meja kayu yang juga penuh dengan brosur siap sebar.

Begitu diajak masuk kedalam dan keluar lagi dari pintu samping menuju bangunan dibelakang rumahnya, aku lebih melongo lagi!

“Yang tadi itu cuma tempat tidur kami, mbak, jadi nggak perlu besar2 wong cuma buat tidur saja kok. Nah..ini rumah kami sebenarnya, tempat kami hidup sehari-harinya, anak-anakku juga lebih sering tidur disini daripada di rumah depan kok,” katanya sambil tersenyum seperti mengerti arti melongonya aku waktu itu. “Kamu bukan yang pertama melongo waktu datang kesini, Nduk,” sahut suami.

Yang terpapar didepan mataku adalah ruangan seluas atrium di mall-mall. Didalam gedung yang –demi Allah- dari jalan depan sama sekali nyaris terlihat seperti sebuah sekolah biasa. Di pinggir kanan kiri penuh dengan kamar2 dengan tempat tidur bertingkat. Waktu itu sepi karena memang sedang pagi jam sekolah. Tetapi melihat barang-barang yang menumpuk disitu, pasti penghuni bangunan ini tak akan kurang dari 50 orang! “Semuanya sekarang sekitar 75-an anak, Mbak..” Segala benda menumpuk di ruang tengah itu, dari meja kecil untuk baca Al-Qur’an yang jumlahnya puluhan, buku-buku, meja kursi sampai meja pingopong di sudut ruangan.

Sekali lagi aku cuma bisa melongo... Teringat lagi cerita yang kudengar sebelumnya bahwa Ibunya sendiri yang masih memasakkan anak-anak ini, setiap hari! Mereka tidak punya pembantu ataupun tukang masak khusus, si istri ketika sedang tidak mengajar atau praktek, seringkali masih bantu-bantu. Selebihnya, anak-anak asrama yang semuanya laki-laki inilah yang mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri, dari bantu memasak sampai membetulkan genteng ketika ada bocor.

Sebentar acara tour yang mencengangkan ini terputus ketika ada seseorang datang mengantarkan beberapa karung barang. Kiriman beras, katanya. “Dari salah satu kakaknya anak-anak yang sekarang sudah mentas, Mbak, dia sekarang punya usaha selipan padi di Gresik”

Tambah melongo lah aku! Ngiler yang tak tertahankan lagi! Subhanalloh...

Terbayang lagi rumah depan yang mungil dan sesak (sedih membayangkan bahwa aku mungkin tak akan tahan tinggal di tempat seperti ini). Terbayang lagi penampilan istrinya yang tak beda dengan ibu-ibu desa disekitarnya. Terbayang lagi bagaimana si Ibu yang walaupun sudah sepuh tetapi sangat giras masih memasakkan makanan 75-orang lebih setiap harinya! Dan aku masih mengira Ibukku paling luar biasa karena beliau bisa telaten mengurusi makan 40-an orang setiap hari dengan dibantu 2 juru masak di keluarga kami. Sepulangnya suami cerita, masih nggak terhitung anak-anak yatim yang nggak tinggal di asrama, yang diopeni sama si bapak yang humoris itu. Juga tentang tanah sebelah rumah yang rencananya mau dibeli juga, untuk dibangung masjid.

Subhanalloh...hari itu aku benar-benar menemukan makna baru dari apa yang disebut keikhlasan...!

 
*****

“Harta yang sesungguh-sungguhnya kita miliki bukanlah apa yang kita dapatkan, tetapi justru adalah yang telah kita keluarkan di jalan Allah”

 

Jumat, 14 Desember 2007

From Aceh to Lake Haven With Love


suatu saat, pulang kerumah dan menemukan kiriman semacam ini, selalu surprising ya :-D

Ini bukti kalo internet (dan ngempi tentu saja!) melancarkan silaturahmi. Dan silaturahmi –memang- melancarkan rezeki. Alhamdulillahhh....

:-D

Mari kita bedah bersama-sama! Monggo dipetani sareng-sareng! :-D

:::::.....

Kiriman dari Mas Yudi (http://yudexelex.multiply.com) datang sekitar sebulan yang lalu. Walaupun Mas Yudi ini kakak kelasku SMA yang baru ketemu di milis alumni (maklum beliau 5 angkatan diatasku), tetapi dia sekarang malah lebih dekat dengan suamiku. Mereka berdua entah bagaimana kok malah jadi teman chat yang cocok. Mungkin karena yang satu suka usil dan yang satu suka diusilin (aneh kan? Hihi). Jadi kalo dilihat-lihat, hubungan Mas Iwan – Mas Yudi di YM itu kayak pasangan “sadistis-masosis” gitu! :-D

Kiriman dahsyat itu berupa :

o Kopi khas Aceh.
Ini kopi yang kabarnya mengandung bumbu ganja itu lho, dan –maaf- kalo sampe sekarang kita belum juga –berani- nyoba minum. Karena mas Iwan tidak minum kopi, sedangkan aku yang kadang-kadang suka minum kopi sudah ngeri duluan sama kata2 “ganja” nya itu, belum lagi kabar kalo kopi itu punya efek sebagai penguat (nggak tahu deh penguat apa :-D). Wah, pokoknya kita simpan deh, siapa tahu perlu untuk special occasion hehe...


o Dua buah T-shirt dengan tulisan dan gambar ala "Atjeh"
Definetely sekarang sudah dipake, dan tidak sesuai dengan pesan si pengirim (harus dibagi satu satu), ternyata dua duanya dipake mas Iwan tuh, hikss...abisnya aku kegombrongan mas Yud... (ngadu nih hehehehe...)


:::::.....

Lalu, baru saja 2 hari lalu datang juga kiriman dari Teteh Temmy! (http://mamahanna.multiply.com) Wah, walaupun sebelumnya Teteh sudah mengabarkan tentang kiriman ini, tapi tetap saja waktu datang surprised banget! Duh Teteh yang satu ini memang baiiiiikkkkkk banget! Even a thousand zillion words won’t be enough to describe how kind and toughtfull she is! By now, pasti sudah puluhan teman MP yang pernah merasakan kiriman dahsyat dari si teteh geulis ini..right from Lake Haven NSW to all over the world! She’s just amazing...!

Beberapa waktu lalu dia mengabarkan akan pulang ke Indonesia karena akan berangkat haji dari sini dan dia bilang, mumpung berada di Indonesia jadi ada kesempatan untuk kirim-kirim untuk teman2 di Indonesia. Saat ini, Teh Temmy tentu saja masih berada di Saudi. Duh...semoga perjalanan haji nya lancar sampai pulang ya Teh...dan semoga jadi haji yang mabrur, amin. :-)

Bungkusan dahsyatnya berisi :

o Selai Marmalade!
Subhanalloh! Dua botol lagi! Nggak nyangka sama sekali kalo ternyata si teteh masih ingat betapa aku suka selai ini, dan betapa susah dan mahalnya mendapatkan yang enak di Indonesia! Aduuhhh ini sih seperti dapat durian runtuh saja rasanya! Satu botol “Blood Orange Marmalade” dan satu lagi “Citrus Marmalade” merk Rose’s. Jenis dan merk yang belum pernah kucicipi dan definetely the one that catching my eyes rightaway after I opened the package! Big big thanx teteh! Considering I am the only one who are actually eating marmalade in this house, well believe me, I will let myself drawning into this one for soooo long to come! :-D

o Cadbury Dairy Milk Chocolate edisi Macadamia.
Well, what can I say about it, everybody loves chocolate right? Bea pun langsung nyicip itu coklat! Yang ini mah nggak bakalan tahan lama Teh! Hehehe...

o Dua boneka mini yang cute berbentuk binatang khas Oz.
Yang satu boneka mini koala, yang satu lagi boneka gantung kowari (?). They’re so cute! Bea instantly felt in love with them (specially the white one) she kept holding it in her arms. Oh, she also called the dark one as “ini Mas Abe” while she adressed the white one as herself. “Yang ini Bea, dan yang itu mas Abe ya buuk!” :-D

o Pembatas buku, keychain dan hiasan magnet.
Si pembatas buku berbentuk 4 kangguru yang bertumpuk diatas pulau Australia langsung menghuni buku “Al-Hallaj Sang Sufi Syahid” yang sedang kubaca sekarang ini. Duh aku suka banget pembatas bukunya karena walaupun tipis, tetapi cukup berat dan mantap menetap di buku. Si keychain sudah bergabung dengan kunci kamar (karena yang lama kebetulan sudah lama rusak dan tak juga sempat kuganti hehe...) dan hiasan magnet kotak bergambar kota Sydney juga sudah ikut memenuhi pintu kulkas.

o Tak lupa sebuah postcard The Harbour City of Sydney.

:::::.....

Semua bener-bener istimewa, terimakasih banyak ya Mas, Teteh...aku nggak tahu musti membalas dengan apa, hanya bisa berdoa semoga Allah membalas semua kebaikan Mas Yudi dan Teteh Temmy dengan pahala dan rezeki yang berlipatganda dan penuh berkah....amin!!! :-)

*big big hug*
(oops... maksudku buat teteh Temmy lho, kalo buat mas Yudi biar diwakili mas Iwan aja :-D)

Rabu, 12 Desember 2007

Bea vs Kambing :-D

Mendekati Idul Adha... 

Siang ini kita di mobil bertiga, dalam perjalanan ke rumah Mbah Sul. Ibuk dibelakang setir, Bea di jok depan di samping Ibuk, dan mbak Prapti di jok belakang. Kita asyik ngobrol ditingkahi suara lagu-lagu Gita Gutawa. Tiba-tiba... 

“Eh, kemarin disekolah Bea ada kambing lhoooo....” kata Bea

“Oya? Gimana ceritanya?”
(ini pertanyaan favorit saya, daripada bertanya “ada berapa?” atau “warnanya apa?” atau pertanyaan2 yang hanya akan berbuah jawaban pendek, saya lebih suka pertanyaan ini)

“Iyaaaa...di taman belakang itu lhoooo...dekat parkir....ada kambing lhooo...kemarin Bea lihat sama Tata....suaranya mbeekkk mbeeek gitu...kaya di lagu itu lhooooo”
(tuh kan, jawabannya panjang? Hehe...dan kata-kata “lhoooo” dibelakang itu lagi in buat Bea sekarang2 ini :-D)

“Waduh Ibuk jadi pingin lihat kambingnya..besok tunjukkan ke Ibuk ya sayang??” 

Bea cuma mengangguk, kemudian diam agak lama...

“Eh, kambingnya cantik lhooooo...” dengan suara keras dan mantap!

-gubraxxxx-

Hahahahahaha...!!

Ibuk dan si Mbak jadi ketawa ngakak. Sadar udah bikin orang lain ketawa, Bea juga ketawa. Ibuk jadi kumat usilnya.

“Cantik mana sama Bea?” 

“Ehmm....” gaya berpikir tangan ditaruh di pipi, bola mata ditarik keatas sambil bibir dikedutin gitu...

“Coba, cantik mana Bea sama kambingnya?”

“Sama cantiknya lhooooo” jawab Bea semangat dan yakin! 

Hahahaahahahahahahah

“Nanti kita cerita ke mas Abe ya...Kemarin di sekolah, Bea yang cantik lihat kambing yang cantik juga... “ Kata Ibuk yang sudah agak terganggu konsentrasi nyetirnya karena geli nggak habis-habis. 

“Iya lhooo...” 

:-D

(Jadi nggak sabar menunggu Hari Raya Kurban deh. Tahun lalu Bea masih dudul ketakutan liat kambing-kambing itu, tapi kayanya tahun ini dia udah agak lebih “bersahabat” tuh sama si embek...udah pake puji-puji segala...Hihihi)

Senin, 10 Desember 2007

Once Upon A Time... Bapak Mendongeng :-D


serius ya penontonnya? :-D

Tulungagung, 25 November 2007.

Rumah Kakung dan Uti sibuk sekali malam itu. Seperti setiap tahunnya, besok rumah akan jadi tempat pelepasan serombongan jamaah calon haji. Ada 88 orang jamaah yang berangkat dari situ (padahal seorang jamaah saja bisa2 diantar 20-30 lebih keluarganya), bisa dibayangkan kaya apa ramainya rumah kakung besok. Apalagi tahun ini Kakung & Uti juga ikut berangkat ke tanah suci. Wah dari malamnya rumah full tamu!

Ibukpun ikut sibuk membantu sana-sini, ngurusin konsumsi dll... (sok sibuk banget ya hihihi)

Intinya, urusan perhatian, anak-anak pun harus agak mengalah. Malamnya, mendekati waktu tidur, pada rewel. “Waktunya mendongeng, Buk...” rajuk Bea diamini Abe. Duhh... Padahal, tangan dan kaki ibu lagi seser2nya umek di tengah2 tamu dan sodara yang memadati rumah Kakung.

Tiba-tiba, out of nowhere, dewa penolong itu pun datang... “Aku punya ide, malam ini Bapak aja yang mendongeng! Ayo anak-anak, kita sekarang ke kamar yuuk!!”

“Yaaayyy!” sambut berdua, disambung dengan kedipan penuh terimakasih dari Ibuk untuk Bapak. Don’t we just love Bapak? :-D

Kira-kira 5 menit kemudian, Ibuk penasaran... Ngintip ke kamar ahh...sambil nguping penasaran berat, ceritanya apa ya??

Hihihi...pingin senyum deh liat gaya Bapak mendongeng. Gimana ya? hemm...pokoknya beda banget sama Ibuk! Tak bisa dijelaskan dengan kata-kata! Hahahaahah. Amazingly, anak-anak seriuuussss banget dengerinnya, sampe nggak peduli Ibuk datang mengintip sambil ceklak ceklik sama kamera hp. :-D

What a night! What a view! Just loved it! :-)

Oya, ternyata cerita yang dipilih Bapak adalah tentang “Sunan Bonang” dan “Sunan Kalijaga” :-D

Dan sejak malam itu, sampe sekarang anak-anak pada ketagihan didongengin Bapak... :-)

Minggu, 09 Desember 2007

Kharisma Ustadz Cholil, Waktu dan Rezeki Kita

Ada yang menarik terjadi di pengajian majelis ta’lim yang rutin dilakukan tiap minggu di kompleks kemarin. Ibu-ibu pada serius, beberapa ada yang menitikkan air mata (termasuk akulah jelas, hihihi bukan apa-apa lho, tapi hanya karena terbawa suasana saja kok *beladiri.com* :-D).

Sudah lama sebenarnya kami (aku dan suami) diam-diam mengagumi ustadz yang satu ini. Drs. Cholil Umam. Dia kebetulan salah satu tetangga di kompleks. Walalupun dari segi umur sudah agak jauh lebih senior dari kita, tetapi beliau ini teman diskusi favorit suami dan jujugan curhat dan konsultasinya setiap kali ada masalah di yayasan, secara beliau memang sangat terlibat dari awal mula kita gulung-gulung merangkak mendirikan yayasan (maaf bahasanya, hiperbola kumat! :-D). 

Lebih dari itu, dia adalah seorang ustadz yang –aku selalu bilang- gaya ceramahnya berkharisma. Nada bicaranya tenang (bahkan cenderung datar) dengan artikulasi jelas dan kecepatan yang pas (pokoknya sesuai deh sama teori public speaking yang 1 detik/kata itu hehe). Anyway, teknik memang bisa dipelajari ya, tapi kharisma ini yang tidak! Kharisma datang dengan dan dari cara yang tidak bisa dijelaskan asal mulanya. Tahu-tahu, kita semua sudah tersentuh langsung ke dalam hati, tertawan dan terbius oleh pesona si empunya kharisma tersebut. Karena hal mengagumkan inilah dulu aku kenceng menambahkan kata “Charis” di namanya Abe (semoga jadi doa buat dia, aminn). Loh kok jadi bahas Abe sih?? hihi

Ceramah Ustd. Cholil selalu begitu. Tiap beliau ceramah, tak ada ibu-ibu yang akan ngomong sendiri atau kusak kusuk antar sesama. Tak ada yang menguap karena bosan ataupun pura2 nulis di buku catatan padahal lagi coret2 ga jelas (ini aku sih, kalo lagi bosan :-D). Semua bakalan dengan syahdu mendengarkan kata-kata beliau dari awal sampai akhir. Walaupun tak bertebaran humor, tapi ceramah beliau selalu sangat menarik untuk disimak. Subhanalloh...Maha Suci Allah yang telah menganugerahi beliau dengan hal yang luar biasa ini...

Anyway...

Malam itu topiknya adalah rezeki. Beliau tanya, “Ibu-Ibu, rezeki datangnya dari mana?”

“Allah....” sahut Ibu-Ibu bareng dan kompak.

“Dari mana lagi?”

“Suami”....”Bos yang bayar kita”....”Tidak ada lagi, semua ya dari Allah”....”Dari tetangga, kiriman kolak maksudnya”.... Jawab ibu-ibu lagi, kali ini bareng tapi sama sekali tidak kompak, berhias cekikikan kecil pula. :-D

Kemudian ustadz pun melanjutkan.

Rezeki jelas datangnya dari Allah. Tetapi kita bisa mendapatkan rezeki lebih dari pihak yang lain lho. Oya? Iya. Pihak ini tak lain adalah diri kita sendiri! 

Contoh! Waktu. Berapapun usia kita, dari bayi sampai manula, semua mendapat jatah waktu yang sama dari Allah, yaitu 24 jam sehari. Tidak ada yang mendapat kurang atau lebih. Semua sama sampe ke jumlah detiknya. Tetapi ternyata, ada orang-orang yang mendapatkan rezeki waktu lebih banyak daripada orang lain. Kenapa begitu? Karena waktunya lebih BERMANFAAT daripada waktu yang dimiliki orang lain. Ketika orang lain memakai waktunya untuk keperluan dan kepentingan diri sendiri, orang ini menghabiskan banyak waktunya untuk membantu keperluan dan kepentingan orang lain (orang banyak). Ketika orang lain boros dan suka membuang-buang waktu, orang ini sangat hemat dan sangat memanfaatkan setiap detik yang dia punya. Ketika orang lain menjadi budak waktu, orang ini adalah pemimpin bagi waktu, manager waktu yang sangat efektif dan efisien. Maka rezeki waktunya lebih banyak, dan extra rezeki ini tentu saja datang dari dirinya sendiri! (MasyaAllah..langsung terpukul bel di otak ini, TENG!!..gitu...)

Contoh lain. Dua orang mendapat rezeki berupa uang nafkah 100 ribu sehari (misalnya). Tetapi ketika seseorang menghabiskan jumlah uang yang sama itu di tempat yang berbeda asas manfaatnya, maka sesungguhnya rezeki mereka pun akan berbeda pula. 

Begitu juga dengan semua hal lain yang kita punya. Dari anggota badan sampai ide dan pemikiran yang dikaruniakan Allah kepada kita. Dari ketrampilan memasak sampai berkah kesehatan yang kita punya. Dari semua hal yang dipandang baik dan hebat oleh kacamata manusia, sampai kepada hal-hal yang tidak penting bahkan dianggap hina dimata manusia. Semua tanpa terkecuali, akan BISA menjadi extra rezeki buat kita kalau dimanfaatkan di jalan Allah!

Kata ustadz, sungguh, inilah sebenarnya inti dari syukur. Dengan memanfaatkan segala yang diberi kepada kita dengan optimal dijalan yang baik dan diridloiNya, maka berarti kita telah mensyukurinya. Dan “Sesungguhnya kalau seseorang mensyukuri apa yang Aku (Allah) beri, maka akan Aku tambah nikmatnya!” La insyakartum, La ajiidannakum! 

Duuhhh...jadi ingat sebuah ungkapan. Time not goes by...it flies!

Waktu bergerak sangat cepat, jauuuh lebih cepat dari yang kita semua kira! Padahal, wa La inkafartum, inna ‘ adzaabi la syadiiid. “Sesungguhnya kalau seseorang kufur atas apa yang Aku (Allah) beri, maka sesungguhnya azabKu amatlah pedih!”

Astaghfirullah...

Tahu nggak? Sebagian besar waktu luangku selama ini, kuhabiskan di depan komputer. Internetan. Ngeblog. Dan sebagainya... Duhhhh semoga hanya manfaat jua yang kudapat dari ini, Ya Allah... Kalopun ada mudharatnya, *dan demi Allah, pasti ada! :-( hikss*.... semoga tidak lebih banyak dari manfaatnya... 

:-(

Ternyata bener juga yang selalu dibilang suami...ternyata, bersyukur jelas-jelas sama sulitnya dengan bersabar...

Sabtu, 08 Desember 2007

Sothil Lucu

Description:
Duhhh...akhirnya aku bisa juga melihat si gambar sothil yang cute ini di MP ku!!! senangnyaaa.... :-)

Sekarang udah bisa di set via link ini :
Link: http://multiply.com/setup/advanced-posting

Ternyata maintenance MP yang dudul kemarin itu, it's all worthed!!

P.S : many thanx for the info to http://uniqme.multiply.com (thx buddy, it is a very nice surprise for me surely!) :-)

Ingredients:
Kayu :-D

Directions:
Klik Aja! :-D

Sekolah Para Binatang

Ini tulisan lama. Reposting juga. Postingan asli bisa dilihat disini. Semoga nyampe pesan ceritanya. Terus terang sampai sekarang aku masih extra-prihatin dengan orangtua2 yang seakan berlomba mencekoki anaknya dengan banyak hal yang  lama-lama  nggak masuk diakal (akal ku maksudnya hehehe)

:::::.....

SEKOLAH PARA BINATANG

 

Suatu ketika di dunia binatang hendak didirikan sekolah terbaik yang diharapkan bisa mengajarkan berbagai macam ketrampilan kompleks. Maksudnya supaya para binatang bisa improve their quality, dengan cara menguasai banyak ketrampilan binatang sekaligus.

 
Sekolah tersebut akhirnya berdiri dan menjadi sekolah yang paling lengkap fasiltasnya dan kurikulumnya pun paling beragam, mencakup hampir semua ketrampilan binatang yang ada di dunia ini. Dari ketrampilan berlari, berenang, terbang, memanjat, melompat, memburu mangsa, menghindari kejaran predator, sampai dengan mencari makanan semua diajarkan dengan pengajar profesor yang ter-ahli dibidangnya masing-masing. Profesor cheetah mengajar kelas berlari, profesor elang mengajar di kelas terbang, dan lain sebagainya. Kelas berlari Prof. Cheetah segera saja menjadi kelas favorit di kalangan binatang darat! Disebut-sebut sebagai basic instinct  nya para  binatang.

 
Seekor murid kanguru bermaksud meningkatkan ketrampilan dengan mengikuti kelas berlari. Selama ini dia merasa kemampuan berlari nya sangat kurang, walaupun di kelas melompat dia menjadi juara kelas. Alangkah baiknya kalo dia bisa meningkatkan kemampuan berlarinya. Yang pasti, dia akan membuat bangga orangtuanya. Bayangkan saja, orangtua kangguru mana yang tidak bangga punya anak kangguru yang selain hebat  melompat, juga bisa berlari dengan kencang.

 

Tapi sekeras apapun dia belajar untuk berlari, dia selalu gagal menyamai prestasi berlari teman-temannya yang lain. Dia selalu tertinggal. Di rumahpun, dia melakukan semacam les tambahan untuk memacu kemampuan berlarinya. Seluruh waktu nya dicurahkannya untuk berlatih berlari dan berlari. Dan semakin dia belajar, semakin dia merasa depresi karena dia belum juga bisa menyamai kemampuan teman2 nya di kelas berlari. Akhirnya suatu hari dia bukan hanya depresi dengan kemampuan berlarinya. Karena waktunya habis untuk belajar berlari, ternyata dia juga sudah lupa bagaimana caranya melompat.

 

Murid penyu selalu merasa dialah murid terbodoh. Kemampuan berlarinya payah, melompat dan terbang apalagi. Dia juga tidak punya aura predator yang selalu mengundang decak kagum binatang lain. Semakin dia melihat kemampuan binatang-binatang lain, semakin dia merasa gagal sebagai makhluk hidup. Dia tahu ibunya selalu bilang bahwa merekalah binatang yang paling telaten dan sabar. Banyak hal2 yang tidak bisa dilakukan binatang lain, bisa mereka lakukan berkat kesabaran dan ketlatenan mereka. Binatang mana yang bisa mengerami telurnya begitu banyak di pantai dalam waktu begitu lama kalau bukan mereka, para penyu. Binatang mana juga yang bisa menyimpan cadangan vitamin D terbanyak di cangkangnya kalau bukan mereka. Walaupun tidak bisa berlari cepat, merekalah binatang yang bisa hidup paling lama. Bahkan ketika nanti para penyu meninggal atau punah sekalipun, mereka akan tetap meninggalkan cangkang yang sangat berguna bagi bumi ini. Tapi tetap saja, melihat bagaimana hiruk pikuknya kelas berlari membuat si murid penyu merasa sangat tidak berguna.

 

Si murid ikan juga tak luput dari depresi karena saking giatnya belajar terbang menyebabkan salah satu siripnya patah dan dia tidak lagi bisa berenang. Si monyet memenuhi waktunya dengan jadwal les berenang tambahan sampai2 dia lupa bagaimana caranya memanjat.

 

Sekolah itu jadi kacau....!!!

Dunia binatang jadi kacau...!!!

 

Jadi kenapa tidak kita biarkan saja ikan berenang, dan biarlah si cheetah yang berlari...?

Biarkan ular merayap dan monyet yang memanjat...?

Semua makhluk pasti menyimpan kelebihan dan kekurangan yang akan membuat dunia ini menjadi tempat yang justru sempurna untuk dihuni bersama-sama...

 

:::::.....

Surabaya, Mei 2007

(ide cerita : abis baca ensiklopedi binatangnya abe)

(tulisanku dengan tema sejenis bisa dilihat disini)