Jumat, 30 November 2007

[Nila Bebas] Kisah Yang Menyesakkan...

Pagi ini ketika membuka koran, dadaku sempat sesak untuk sekejap demi membaca judul berita di halaman depan section lokal Metropolis. Nila Bebas. Ada keharuan dan rasa syukur yang melegakan sekaligus menyesakkan. Entah kenapa dari awal kejadian peristiwanya, aku sangat terlibat secara emosional dengan kasus si Nila ini.

 

Kisah Nila sendiri memang mengundang sesak. Dahulu, dia sempat berpacaran dengan Agus, seorang (hemm) anggota Koarmatim TNI-AL. Ketika Agus tidak mau juga diajak menikah, Nila pun memutuskan berpisah dan akhirnya pada tahun 2003 dia menikah dengan Zamroni dan mengarungi rumah tangga dengan bahagia. 

 

Karena –diduga- tidak terima, Agus kemudian meneror rumah tangga Nila-Zam. Macam-macam dan berulangkali. Selain teror-teror “kecil”, Zam pernah dilempar sangkur oleh Agus. September 2004 Agus menodongkan pistol ke kepala Zam. Yang terakhir ini membuat keluarga besar Zam tidak terima dan meminta Zam untuk menceraikan Nila. Karena desakan keluarga Zam ini, merekapun terpaksa bercerai.

 

Dasar masih cinta, tahun 2005 Nila-Zam rujuk kembali. Kali ini mereka harus melalui pedihnya pernikahan backstreet supaya tidak diketahui keluarga besar Zamroni (ini yang tak bisa kubayangkan :-(( betapa sengsaranya). Karena backstreet, keluarga ini tidak bisa menjalani rumah tangga secara normal layaknya suami-istri. Hampir tiap malam Nila tidur di kost2an karena Zam harus kembali ke rumah orangtuanya. Nila juga harus berpisah dengan anak satu-satunya. Meski begitu, mereka masih bisa memberi adik untuk anak semata wayangnya (3 tahun) yang berada dibawah asuhan orangtua Zamroni (rupanya keluarga nenek-kakeknya ini juga takut kalo si kecil akan ikut merasakan teror Agus kalau tinggal bersama ibunya). Anak kedua ini juga tidak bisa berkumpul dengan ibunya, karena dititipkan kepada orangtua Nila. (Nggak kebayang Nila harus juga “bersembunyi” dari Agus selama 9 bulan lebih kehamilannya).

 

Dalam masa backstreet itulah Agus sering mendatangi Nila. Bila keinginan Agus untuk mengajak Nila pergi keluar ditolak, Nila sering disakiti secara fisik (dipukul). Teror mencapai puncaknya ketika 23 Oktober 2007 lalu, dengan kondisi mabuk Agus mendatangi kost2an Nila. Mungkin karena Nila menolak menuruti Agus atau gimana, akhirnya terjadilah penganiayaan. Agus menyeret2 Nila keluar kost2an sambil mengacungkan sangkurnya. Di gang depan kost-kostan, Nila dipukul, dijambak sampai rambutnya mbrodhol dan ditelanjangi dihadapan beberapa warga yang hanya berani melihat sementara si anggota Koarmatim ini kalap.

 

Singkat cerita, ujung sangkur malah berakhir menghujam ke perut Agus dan diapun tewas. Nila pun kemudian dibawa polisi dan menjadi tersangka terbunuhnya Agus. Dan kemarin dia dinyatakan bebas dengan pertimbangan bahwa perbuatannya adalah murni bela diri.

 

Berita ini –tentu saja- disayangkan TNI-AL yang mempertanyakan keputusan bebas si Nila. Menurut juru bicaranya, bebasnya Nila seharusnya ditentukan oleh pengadilan (nanti), bukan penyidik seperti sekarang ini. Si jubir TNI-AL menuding bahwa penyidik banyak menerima intervensi dari sejumlah LSM dan masyarakat (termasuk media). “Ini tidak mencerminkan rasa keadilan bagi keluarga Agus dan institusi TNI-AL. Apalagi Agus sudah tewas dan tidak bisa membela diri, sementara Nila bebas ngomong macam-macam,” tegasnya.

 

Oh please....kejadiannya jelas-jelas terjadi di tempat umum dihadapan banyak orang yang memberikan kesaksian sama lho!

 

Anyway, bagaimanapun aku ikut lega Nila bebas...Ikut juga merasakan keharuan melihat wajahnya ketika menerima SK pembebasan itu.... ”Entahlah, saya bingung, perasaan saya bercampur aduk,” kata Nila. Tidak bahagia? “Jelas bahagia lah, namun sepertinya tidak percaya saja...”

 

I wish you the best in your life, Nila...

 

(foto dicomot dari www.jawapos.co.id)

Rabu, 28 November 2007

Melati, Teh dan Kamar Mandi


Segala sesuatu yang diterima oleh organ-organ sensoris kita tidak hanya akan berhenti disitu. Lebih lanjut, apa yang kita lihat, dengar, rasakan dan lain-lain akan turut mewarnai peta pikiran kita secara psikologis. Dan selanjutnya akan mempengaruhi bagaimana kita bertindak terhadap sesuatu. Ingat kan, bahwa segala tindakan kita didasari oleh peta

pemikiran (mind map) yang terbentuk dari pengalaman kita sebelumnya di masa lalu (lewat organ sensori kita).

Ada cerita. Seorang teman memiliki sebuah kipas angin yang sudah dudul di kamarnya. Kubilang dudul karena kipas angin ini biarpun belum rusak, tetapi ketika beroperasi sudah mengeluarkan suara yang berisik. Ketika mereka mempunyai bayi, tanpa terasa suara ini menjadi latar kesehariannya. Ketika kemudian waktu si bayi berumur 1,5 tahun dan merekapun telah mampu membeli AC, ternyata malah menimbulkan masalah. Si bayi susah
tidur, rewel setiap dan sepanjang malam, dan membuat kedua orangtuanya bingung. Usut
punya usut, ketika kemudian si kipas angin dibawa kembali ke kamar dan disetel (lengkap dengan suara berisiknya, tentu saja), eh....lha kok si bayi langsung bisa tidur dengan nyenyaknya....dudul ya??

Anyway...

Kemarin juga begitu, hal yang sama terjadi juga dirumah.


Sudah beberapa bulan ini tanaman melati yang merambat di pagar rumah berbunga. Duhhh tentu seneng banget dong, apalagi si mbak yang memang pecinta bunga. Setiap hari kulihat dipetiknya itu bunga dan ditaruh di kamar mandi. Hemm...kamar mandi pun jadi harum melati...

Nah. Anak-anak terutama Abe kebetulan punya kebiasaan ikut2 nyicip teh hangat yang disuguhkan untuk si Bapak. Nggak tahu kenapa. Dibikinin

sendiri juga nggak mau, maunya nyeruput langsung dari mug-nya si Bapak. Itu sudah berlangsung lama...

Sampai kemarin itu, tiba-tiba ketika Abe nyeruput teh (tentu dari mug Bapak), tiba-tiba dikeluarkannya lagi si teh yang sudah di mulut (tentu juga ke mug Bapak, yang langsung menghuni bak cuci piring) :-S

“Ibuk, tehnya nggak enak...!”
“Nggak enak kenapa?”
“Bau kamar mandi....yack!!!”

Kontan aku ketawa. Memang, aku baru saja mencoba teh merk baru....kali ini dengan aroma melati...
 

:-D


(maap kalo postingan ini melibatkan image merk dagang tertentu)

Selasa, 27 November 2007

[Siap Siap Aja] Tiket Pesawat Bakalan Naik 100% !

Sudah beberapa bulan ini, karena bergerak di bidang perdagangan besi, suami agak ngos2an karena kejar2an dengan harga minyak dunia yang terus merangkak naik.

Barusan lihat berita di SCTV, karena harga minyak yang terus merangkak naik dan masih saja cenderung terus naik, maka dalam waktu dekat ini biaya perjalanan (khususnya harga tiket pesawat) akan naik...,

SEDIKITNYA 100 %

:-(

Senin, 26 November 2007

[Dicekoki] STMJ Tempoe Doeloe


Tempatnya di Jl. Mayjend Sungkono (depan apartemen Paragon)

Background postingan ini masih dalam suasana kondisi leherku yang keseleo dudul itu.

Selama ini, setiap kali mengalami gangguan kesehatan ringan seperti influenza dlsb, tindakanku biasanya hanya satu : memberi kesempatan tubuh untuk memperbaiki dirinya sendiri. Dibawa sehat aja. Kalo memang flu, ya minum vit C dan berusaha memancing keringat keluar. Kalo keseleo begini? Ya harap2 saja lama-lama efeknya akan menghilang dengan sendirinya. Hehe...oke oke yang kedua ini memang mungkin terlalu naif...

Terbukti, hari kedua ternyata efeknya lha kok bukannya berkurang, tetapi malah bertambah. Badan meriang, terasa berat dan ngantukan! Bener-bener ngantukan yang sangat parah! Suami sudah “teriak2” agar aku mau pergi ke tukang pijit saja. Duhh...terus terang saja, aku nggak suka pijit! Lebih milih memijit deh daripada dipijit! (bener loh!) :-D

Eniwei...
Kemarin sore aku dan si mas pergi untuk bezuk salah seorang teman di rumah sakit. Pulangnya, pas memasuki Jl. Mayjend Sungkono, suami tiba-tiba punya ide. Idenya sangat dudul! Entah kenapa dia bisa sering punya ide dudul ketika dijalan, aku juga nggak habis pikir.

“Kamu minumin STMJ aja ya? Disini ada STMJ terkenal, yang aku suka pergi sama bapak2 itu lho.”
What???? Aku sama sekali kan bukan penggemar STMJ???? Wajah protes luar biasa langsung terpasang.

“Siapa tahu keseleomu bisa berkurang, atau syukur2 bisa hilang”
Dudul ya?!? Mana ada teori begini????

Tanpa menunggu persetujuan, langsung aja dia pinggirin mobil untuk parkir ditempat yang dia maksud. (Now you know why I hate surprised, right?). Dengan pasrah aku menurut juga digelandang masuk. Sambil diam2 menumbuhkan rasa penasaran dalam diriku, kaya apa sih rasanya STMJ yang dibilang paling terkenal di Surabaya itu (yah, itung2 menghibur diri sendiri...hiks). Akhirnya ya udah, foto2 aja deh...sambil mencoba menikmati welcome drink-nya berupa sari jahe panas yang disajikan dalam sloki dan kendi kecil.

Karena sibuk foto2 aku nggak seberapa fokus pada pesanan. Aku bilang aja ke masnya yang jual kalo aku sedang lungkrah karena keseleo. Diapun memilihkan STMJ campur ramuan pegel linu. Well, oke...kataku sambil nerusin acara foto2 nya.

Ketika akhirnya pesanan kami datang, aku tanya ke suami. “Eh, mas tadi pesen yang apa?”
“Yang ini, aku kalo kesini ya selalu pesen yang ini”, tunjuknya ke lembar menu.

Kubaca. “STMJ Super III (Super Tonikum / Maju Perkasa)”

*aku cuma bisa melongo*

Lhooo.....piye to iki?.... Tahu istri lagi keseleo begini kok ya pesen yang ini to?
&#^*@#&*!@!_(+)#+_*)*(#!@

:::::.......

Oya, tentang kisah keseleoku, aku akhirnya nyerah....pergi pijit aja deh...hiks :-(

Minggu, 25 November 2007

Manusia Belakang Panggung



“Bukannya mereka pada nggak mau repot, Wahida...tapi mereka kan hanya menyerahkan ke ahlinya”

 

Bagi tubuhku yang lagi agak kurang sehat begini, entah kenapa jadinya agak terasa ngelesnya... :-S

 

Sadar sudah menyandang predikat ibu2 (walaupun seringkali kelakuan masih kanak2 :D), maka berkegiatan dengan ibu-ibu sesama walimurid di Sekolah Al Hikmah sebenarnya sangat mengasyikkan. Memang agak berbeda dibanding misalnya ketika bergulat dengan adik2 relawan di yayasan (yang kebanyakan memang masih mahasiswa atau fresh-graduate) atau teman-teman alumni kuliah yang notabene memang seumuran. Mau oprak-oprak satu sama lain masih relatif gampang, nggak ada ewuh pakewuh, rasa sungkan yang berlebihan.

 

Salah satu perbedaannya mungkin adalah perbandingan sumber daya dan tenaga yang tersedia didepan... dan dibelakang “panggung”! Kalau dengan rekan-rekan paramuda mungkin bisa seimbang, fifty-fifty, maka dengan komunitas ibu-ibu rumah tangga ini (apalagi di Al Hikmah) bisa agak njomplang. Jelasnya, di hampir setiap kegiatan, tenaga yang tersedia untuk pekerjaan dibelakang panggung, selalunya cenderung minim kalau tidak boleh dibilang kurang memadai.

 

Aku selalu sadar bahwa di dunia ini, manusia diciptakan dengan berbagai macam potensi dalam dirinya. Tentulah dengan tujuan untuk saling melengkapi satu dengan yang lain.

 

Aku juga sadar bahwa aku memang terlahir untuk menjadi tipe “manusia belakang panggung”. Coba lihat saja cerita ini. Aku sama sekali payah untuk urusan tampil menampil. Daripada setor muka diatas “panggung” kegiatan, aku lebih menikmati segala macam keriuhan persiapan dibalik panggungnya. Itulah kenapa aku nyaris tidak pernah keluar tugas dari seputar “seksi acara”. Ketika suatu kegiatan sudah paripurna, barulah aku bisa naik keatas panggung yang sudah sepi penonton dan dengan segenap jiwa dan raga (yang –biasanya- paling terkuras) bisa menyunggingkan senyum puas dan penuh syukur. Biasanya ini hanya bisa kulakukan dengan 1 atau 2 teman lain yang kebetulan sesama tipe, beruntunglah kami kalo jumlahnya lebih dari itu.

 

Memang bukan rahasia lagi kan, kalau pekerjaan belakang panggung adalah jenis pekerjaan yang sangat sepi peminat...?

 

Teman yang berkomentar diatas tadi, kebetulan memang wanita bekerja. Walaupun dia juga tipe “manusia belakang panggung” tetapi tentu saja tidak bisa banyak menikmati riuhnya bagian belakang panggung kegiatan bersama teman2 walimurid lain karena terhalang jam kantornya. Itulah kenapa seharusnya komentarnya bisa terasa obyektif.

 

Ah...semoga memang hanya karena leherku yang sedang dudul keseleo ini...

Hiks...ini memang postingan curhat dan terimakasih bagi yang sudah sudi membacanya... :-(

Jumat, 23 November 2007

Baru vs Lama


 

Aku yakin banyak orang yang sangat menyukai benda-benda yang masih baru. Baju baru, handphone baru, sepatu baru dan segala hal yang baru baru memang biasanya memberi sensasi tersendiri bagi si empunya.

 

Tapi lain yang terjadi dengan aku...

Sebaliknya, aku malah sangat menikmati suatu benda ketika dia sudah lama kumiliki (kalau tidak bisa dibilang mulai usang).

 

Paling sering terjadi tentu soal baju. Entah berapa kali ibukku mengeluh demi melihat aku masih saja memakai baju yang sudah berumur 4-5 tahun yang bisa-bisa sudah lusuh. Maksud beliau tentu, kalau memang sudah lusuh mbok ya dialihtangankan saja kepada mereka yang kurang mampu, toh baju lain yang baru bisa kebeli. Maksudku lain lagi, karena semakin lama umur sebuah baju dan semakin sering baju itu kita pakai, hemmm justru semakin nyamannnnn...dan mak nyuuussss.... Semakin lama usia si baju, akan semakin pede lah aku memakainya! :-D

 

Sandal dan sepatu juga begitu! Yang baru akan jarang dipakai, hanya sesekali saja untuk mengejar target jam pemakaian. Sedangkan yang lama, setiap saat setiap waktu, sampai lusuh dan bocel2 pun juga masih akan dipakai! Kalo sudah rusak secara fungsi (entah jepitnya lepas atau solnya sobek parah) baru deh menghuni keranjang rombeng dirumah. Itulah kenapa aku nggak hobi koleksi, paling banter alas kaki yang kupunya dirumah jumlahnya 5 saja (2 pasang sandal jepit, sepasang sepatu olahraga, sepasang sepatu santai dan sepatu pesta yang hanya kepakai di kondangan saja)

 

Atau handphone, selalunya aku hanya akan berniat membeli lagi kalau yang lama sudah rusak. Beberapa waktu yang lalu, tiba-tiba suami pulang membawakan handphone tipe terbaru yang sebelumnya sempat kupuji di iklan. Si handpone baru pun, baru kira-kira seminggu kemudian kupakai, karena aku masih merasa sayang dengan handphone lama yang masih berfungsi baik. Ada ikatan emosional dan rasa sayang yang amat sangat yang membuatku tidak bisa begitu saja beralih “ke lain hati”. Hihihi...

 

Dan pastinya banyak lagi contoh yang lainnya...! Dompet yang sekarang sudah sangat kucel sampai agak berubah bentuknya sampai dengan selimut kesayangan yang sudah menipis dan semburat serat-seratnya.

 

Yang dudul adalah komentar suami tiap kali terlibat obrolan tentang kebiasaanku ini. Katanya dengan wajah nggombal, “Semoga berlaku juga untuk aku ya Nduk...Semakin aku tua nanti, kamu akan semakin sayang sama aku”

 

-hallah-

 

:-D amiinn....

 

Kamis, 22 November 2007

Laki-Laki, Hobi dan Sepakbola



Kemarin termasuk hari yang dudul. Gara-gara tim sepakbola Inggris kalah 3-2 secara dramatis dari Croatia dan gagal melaju ke Euro Cup, seharian bahkan sampai tengah malam aku harus terlibat dengan topik bola!

Pagi-pagi, suasana dirumah sudah dudul. Mulanya seperti biasa, ketika selepas sholat subuh tak kudapati suami di kamar, tahulah aku kalo di TV ruang keluarga sedang disiarkan pertandingan bola. Dan seperti biasanya, aku secara pasif juga akhirnya -terpaksa- terlibat dengan pertandingannya, entah nyambi bikin-bikin teh, baca koran atau cek buku penghubung anak-anak. Persis perokok pasif, walaupun mata dan perhatiang nggak terarah ke layar TV, aku pun merasakan segala efek emosional yang timbul dari pertandingan di TV.

Tak lama kemudian terjadilah drama kekalahan Inggris itu! Suami, alih-alih kelihatan sebagai bonekmania-nya, malah lebih kelihatan seperti ibu-ibu yang sedang nonton soap opera. Panjang lebar diapun menumpahkan perasaan dramanya kepadaku (siapa lagi??), tentang bagaimana Inggris selalu sial di banyak pertandingan, juga tentang keberuntungan Guus Hiddink pelatih asal Belanda yang selalu beruntung, dimanapun dia melatih (termasuk kemenangan Croatia atas Inggris tadi itu). Selama ini, memang korban rumpian suami tentang serba-serbi sepakbola ya memang aku (sekali lagi, siapa lagi?? :D).

Selepas anak-anak pergi sekolah, aku pun mulai online. Buka YahooMessenger, aku cuma geleng-geleng kepala. Banyak temen (terutama cowo) yang memasang status bertema Inggris vs Croatia. Dari yang obyektif, sedikit emosional sampai yang bernada curhat drama. Aku ketawa. Duhh...siang ini pasti banyak yang pada ngantuk di kantor nih, karena selain terpotong jam tidurnya, tetapi juga lelah secara emosional terkuras seiring kisah kekalahan Inggris yang memang menurutku juga cukup dramatis itu.

Melongok di beberapa website forum langganan, topiknya sama juga. Sampai hampir tengah malam pun aku masih terlibat obrolan chatting tentang bola dengan beberapa teman di YM. Oalah, ya ampun...

Nggak heran ibu-ibu dan isteri-isteri di seluruh dunia banyak yang merasa cemburu berat dengan yang namanya sepakbola! :-D

Melihat suami yang gibol berat, sebenarnya keadaanku kurang lebih sama. Bukan cemburu, mungkin lebih kepada "tidak habis pikir". Macam-macam tak habis pikirnya. Apa sih asyiknya? Suami seringkali "berpromosi" betapa dalam sebuah pertandingan sepakbola, terkandung banyak filsafat dari strategi sampai seni. Oh please... :-)) Dia juga sering mencoba memikatku dengan menceritakan gosip-gosip diluar lapangan para pemain, biar aku tertarik. Maaf-maaf saja, karena aku termasuk ibu-ibu yang ngga suka gosip artis, jadi ya, maaph...haha. Tak habis pikir terkadang juga sedikit tercampuri cemburu ketika misalnya di hari Minggu suami lebih memilih untuk bermain bola atau futsal daripada diam dirumah bersama anak-isterinya. Atau ketika weekday dia ngotot berangkat juga ke Senayan demi tontonan sepakbola secara live.

Tapi, tak urung dalam hati, ternyata diam-diam sebenarnya aku sangat menikmati melihat suami seperti ini lho...(ehm)....

Bukan fokus pada sepakbolanya, bukan. Karena sampai detik ini pun menurutku konyol aja kalo bela2in bola sebegitu rupa. Sekali lagi bukan. Tetapi lebih kepada efek yang ditimbulkannya, terutama untuk suami (penggemarnya). Gimana ya, yang namanya hobi itu kan mencerminkan pancaran passion seseorang dalam hidup. Apapun hobi itu! Bukan hanya sepakbola! Rasanya melihat suami berapi-api bercerita tentang serba-serbi bola, melihat pancaran matanya ketika bercerita, atau betapa konyolnya dia sampai kadang-kadang melewati batas masuk akal kita, rasanya asik aja! So life! Seru!

Keluar dari konteks hanya sepakbola, menurutku seorang laki-laki yang asyik dengan hobinya dan bersemangat membela hobi (seringkali membela melawan istri juga! haha), adalah suatu hal yang sangat seksi...!

;-D

Senin, 19 November 2007

Penyakit Iri dan Dengki Akut !

Seminggu terakhir ini, aku dijangkiti penyakit iri dan dengki yang akut! Akut karena datangnya tiba-tiba dan langsung parah!!!

 

Ini lho penyebabnya!

 

Teman-teman yang khususnya tinggal di Jakarta pasti tahu apa yang kumaksud. Karena sejatinya merekalah yang menjadi katalisator pembawa penyakitnya ...hiksss...hiksss :(((

 

Membaca postingan2 dan foto-foto mereka sungguh-sungguh amat menyiksa...

 

*cuma bisa ngiler*

 

“The visitors encompass of any level of income, age, education, occupation, gender from all over the place in Indonesia, in particular Jabotabek and Depok

 

  

Jumat, 16 November 2007

Puing Kebakaran


awal2 tiba di lokasi bekas kebakaran

Puing-puing kebakaran di kampung seng Gayungan Kebonsari yang terjadi Kamis, 14 November lalu. Cerita kunjungan anak-anak ke situ bisa dibaca di http://cikicikicik.multiply.com/journal/item/57/Anak-Anak_vs_Baksos

Semoga semua korban diberi kesabaran dan ketabahan, dan segera bangkit untuk menyongsong lagi cerahnya matahari...

Anak-Anak vs Baksos


 

Tugas mengisi kolom “Ruang Keluarga” di majalah Sekolah Al Hikmah bulan ini, kupilih topik Reframing dalam tema Neuro Linguistik Programming. Terasa lengkap dan mengena karena ternyata baru saja sehari setelah majalahnya terbit, lha kok ternyata aku mendapat kesempatan merasakan sendiri pengalaman membingkai ulang sudut pandang dan persepsi kita akan sesuatu ini.

 

Sesuai dengan tujuan awal dan skala prioritasnya, kegiatanku aktif baik di MS Al Hikmah maupun di Komite Sekolah memang mengisi slot waktu kosong ketika anak-anak sekolah. Beda dengan Komite Sekolah yang formal, Majelis Silaturahim (MS) Al Hikmah adalah organisasi versi non-formal kami untuk mewadahi walimurid (terutama ibu-ibu seangkatan) di Sekolah Al Hikmah. Bukan hanya bergabung, dulunya aku dengan beberapa teman lah yang awalnya membentuk, karena dilandasi keprihatinan dengan kegiatan sebagian ibu2 yang tidak jauh dari acara arisan klasik plus serba-serbi kedudulan didalamnya.

 

Hemmm, ya...! Mengisi slot waktu anak-anak sekolah. Jadi, semua jadwal memang harus dilakukan ketika anak-anak sibuk belajar di sekolah. Dengan waktu sekolah fullday Abe yang panjang, dan Bea yang sangat tidak merepotkan, tentu banyak yang bisa dilakukan.

 

Sampai kemarin sore, aku ternyata harus sedikit melakukan reframing. Ternyata ada kegiatan yang harus sering dilakukan ketika anak-anak sedang tidak sekolah! Harus sering-sering malah!

 

Pemicunya adalah berita ini. Kamis malam, datang sms dari ustadzah liqo kami bahwa Kampung Seng Gayungan Kebonsari kebakaran. Innalillahi wa inna ilaihi roojiun. Kampung yang terletak tak jauh dari sekolah ini sebenarnya sudah lama menjadi jujugan kegiatan kami di MS dan kelompok liqoah, dari acara bakti sosial, pembinaan keIslaman sampai pengobatan gratis. Namun, sudah lama kita tidak berkegiatan disitu karena waktu itu kita memutuskan untuk mengalihkan ke tempat lain yang jauh lebih membutuhkan. MasyaAllah. Saudara2 yang lama tidak kami kunjungi, ternyata dipertemukan kembali oleh Allah dalam bingkai tragedi kebakaran yang menghabiskan semuanya. Alhamdulillah tidak jatuh korban meninggal tetapi harta rumah petak yang memang dari kayu yang mudah terbakar itu, beserta isinya, HABIS!

 

Karena keterbatasan waktu dan persiapan, akhirnya kunjungan harus kami lakukan sore sepulang anak-anak sekolah. Thus, anak-anak semua akan ikut ibu-ibu mengunjungi lokasi kebakaran. Dengan sedikit kekhawatiran anak-anak yang capek akan rewel, atau anak-anak yang tidak bisa diam akan bikin posko bantuan jadi tempat main yang berantakan.

 

Sedetik setelah tiba disana, lewat tatapan mata satu dengan yang lain pun kami sepakat, bahwa kegiatan semacam ini, mulai sekarang harus sering-sering dilakukan BUKAN pada waktu anak-anak sekolah, tetapi justru seperti sekarang! Anak-anak yang biasanya riuh bising dan susah diatur ketika bermain, ternyata langsung keluar wajah dewasanya!

 

“Ayo, siapa mau bantu tante Wahida mengangkat kardus-kardus ini??”

 

“Aku!!”

“Aku aja!!”

“Aku juga mau!!”

 

“Duh berat tante, tapi Alex kuat kok, Alex kan ranger!” kata Alex agak maksa :-D

“Buk, aku bisa pingsan kalo terlalu berat, buk...” kata Abe dengan wajah memerah karena mengerahkan tenaga untuk mengangkat kardus biskuit yang memang terhitung lumayan berat untuknya :-D

“Ayo kubantu Be, kita angkat sama-sama.” kata Kio tanpa dikomando, duh Kio memang “kepala suku” yang hebat!!

Dan Abid, walaupun tanpa kata-kata (seperti biasanya :D) tetapi dia langsung membuktikan dengan tindakan. Full action! :-D

Subhanallohhh.... :-D

 

Ketika tiba di lokasi, wajah anak-anak sempat berkerut demi melihat suasana di puing-puing kebakaran. Tapi tak lama. Bukankah bakat yang paling ajaib dari anak-anak adalah menjadi ceria dimanapun berada?? Demi melihat sekumpulan anak-anak korban kebakaran yang mengais puing mencari siapa tahu ada barangnya yang masih berbentuk, anak-anak langsung bergabung.

“Kita bantu mencari harta karun dulu yaaa...”

“Heyy liat, ada lembaran Al-Quran terbakar...kita harus selamatkan ini teman-teman!”

Ada komik juga lho...”

 

Ketika pulang, di mobil, Abe yang sebelumnya kebetulan mendengar pembicaraan kami dengan petugas posko PKS yang ada disitu bahwa kita akan kembali lagi beberapa hari lagi, nyeletuk..

“Ibuk, kalo besok kesana, aku ikut lagi ya...sama teman-teman juga...”

 

Duhhh...iya, Be... InsyaAlloh... :-)

 

Foto-foto selengkapnya bisa dilihat disini.

 

Senin, 12 November 2007

8 Hal Yang Bisa Terjadi Jika Menjadi Pasangan Saya


 

Yang ini PR dari Lala... PR yang dengan dudul sudah ku-akad-kan menjadi hutang *alamak*

Lala....stempel dulu ya, LUNAS!!! Wekekekekekekek :-D

 

Oh, ya... demi lebih akuratnya, ada juga re-check komentar dari suami lho, lengkap kan?? ;-)

 

 

:::::... 

8 HAL YANG BISA TERJADI JIKA MENJADI PASANGAN SAYA

 

Nomor 1 :

Pasti senang, karena saya nggak akan banyak menghabis-habiskan duit suami. Nggak hobi kelayapan shopping di mall atau nongkrong di kafe sambil nungguin anak-anak pulang sekolah. Sehari-hari lebih suka menghabiskan waktu dirumah saja. Istri rumahan deh, pokoknya...

Komentar suami :

Hemm...apa perlu dibuka ke khalayak umum nih, berapa tagihan internet-mu sebulan, sayang....? :-S

 

Nomor 2 :

Pasti senang, karena saya termasuk wanita yang “low-maintenance”. Nggak pernah beli baju mahal atau dandan berlebihan apalagi koleksi perhiasan (satu-satunya koleksi perhiasanku adalah cincin kawin! :D), no necessary make-up (at all!) for daily life or the latest fashion things (tomboi abis), jangankan perawatan di klinik atau spa, masuk salon pun hanya kalo perlu potong rambut dan ini pun jarang sekali! :-D

Komentar suami :

Hemm...trus kalo tiap diajak ke toko buku selalu kalap gelap mata itu apa namanya ya...?? *gaya mikir* dan ini pun sangat sering terjadi! :-S

 

Nomor 3 :

Pasti senang, karena sangat dekat dan perhatian sama anak-anak.

Komentar suami :

Setuju! Saking dekatnya suka nggak jelas, mana yang ibu2 mana yang anak2 :-D

 

Nomor 4 :

Kadang-kadang harus siap kerepotan karena punya istri yang pikun dan pelupanya ngalah-ngalahin nenek 80 tahun yang punya penyakit alzheimer. Dari urusan kecil sampai urusan sepenting apapun, semua bisa kacau karena sifat yang satu ini. Dari ketinggalam barang sampai lupa melaksanakan pesen-pesen suami. Alasannya selalu “MasyaAlloh....aku lupaaaa...!!!” sambil meringis tangan menepuk dahi plus wajah memelas merayu memohon pengertian dan maaf gitu... :-D

Komentar suami :

Tidak setuju! Bukan kadang-kadang, tapi all the time...!! :-S

 

Nomor 5 :

Siap-siap kecewa kalau sudah menyiapkan kejutan, tetapi tanggapanku mengecewakan. I just don’t like surprise..!

Komentar suami :

Setuju, cape deehhhh..... :-S

 

Nomor 6 :

Harus siap-siap punya kuping tebal karena akan berurusan dengan mulut istri yang nggak bisa berhenti ngomong. Dari urusan ngomel sampe cerita tentang apaaaaa saja yang seringkali juga diulang-ulang. Persis anak kecil, kalo nggak dijawab, pasti malah akan diulangi lagi ceritanya, karena dikiranya suami lagi nggak dengar atau gimana.... :-D

Komentar suami :

........opo, nduk?...........

 

Nomor 7 :

Siap-siap dicurigai tetangga sebagai pelaku KDRT, karena di pagi hari sering banget keluar rumah dengan wajah sembab tanda habis nangis hebat. Apa daya, aku memang cengeng berat...!! Sembab di pagi hari itu terjadi karena malamnya, ketika anak-anak sudah tidur aku sering menghabiskan waktu nonton film (kebanyakan drama) atau baca buku yang kemudian berakhir dengan banjir air mata. Pingin tahu separah apa? Nonton Doraemon kadang nangis terharu. Nonton Sinchan waktu episode dia nungguin adiknya lahir, nangisku parah sampe sesenggukan. Apalagi segala macam film2 drama...??? :-S

Komentar suami :

........no comment........

 

Nomor 8 :

Siap-siap punya istri yang susah diurus! Lhoo?? Hehe...iya lho! Mungkin karena sama-sama anak sulung, kita berdua sering banget bertengkar masalah ini. Aku yang dari kecil terbiasa melakukan apa-apa sendiri, di awal-awal pernikahan sempat merasa “terhina” karena suami maunya ngurusin segala macam ini itu. Suami memang kebetulan punya 2 adik perempuan sehingga punya sifat “ladies first...” gitu. Dari urusan birokrasi macam ngurus SIM/KTP, perbankan sampe urusan mengantri ini itu, maunya suami biar dia saja yang melakukan. Jelas terhina dong, karena merasa “ehh kok kaya aku nggak mampu melakukan sendiri aja!?!?”. Gengsi dong! :-D

Komentar suami :

Susah diurus??? Hahahahaha...bener, bener, kata-kata yang bagus itu..!!” :-S

 

 

:::::..

 

 

 

[Andrie Wongso] Sekantong Kue


Masih dalam rangka suasana demam Andrie Wongso (thanx to Abe :D), berikut ini cuplikan salah satu cerita inspirasional yang diambil dari salah satu bukunya. Salah satu cerita yang menjadi favoritku ini juga bisa disimak dalam bentuk CD Audio.

 

 

:::::..

SEKANTONG KUE

 

Pada suatu malam, di bandara tampak seorang wanita sedang menunggu penerbangan pesawat terakhir. Untuk melepas kejenuhan menunggu, si wanita berjalan-jalan di sekitar bandara. Ia kemudian membeli sebuah buku dan juga sekantong kue di toko bandara.

 

Setelah ke ruang toilet, si wanita bergegas mencari tempat duduk dan mulai membaca buku yang baru dibelinya. Keasyikannya membaca terganggu saat ia melihat seorang lelaki yang duduk di sebelahnya dengan berani mengambil satu atau dua dari kue yang berada di antara mereka.

 

Wanita itu mencoba mengabaikannya dan melanjutkan membaca sambil juga mengambil dan mengunyah kue dengan perasaan jengkel. Dalam hati, wanita itu berpikir, “Kalau aku bukan orang baik pasti sudah aku tonjok orang ini.”

 

Ia semakin kesal saat si pencuri kue yang berani seakan berlomba menghabiskan kue persediaannya. Setiap ia mengambil satu kue, si lelaki juga mengambil satu. Ketika tinggal satu kue yang tersisa, ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan lelaki itu? Dengan senyum di wajahnya, tanpa merasa bersalah, si lelaki mengambil kue terakhir dan membaginya menjadi dua. Diberikan separuh kue kepada wanita itu dan ia makan sisa separuhnya.

 

Si wanita dengan muka bersungut-sungut menahan marah merebut kue itu sambil berpikir, “Ya ampun orang ini! Tidak merasa bersalah sedikitpun makan kue orang lain. Sungguh tidak tahu malu dan menyebalkan!”

 

Saat jadwal penerbangannya diumumkan, bergegas si wanita itu pergi, tanpa menoleh sedikitpun kepada si pencuri kue dan berharap tidak berjumpa lagi dengan pencuri tidak tahu terima kasih itu.

 

Setiba diatas pesawat, sambil menghela napas lega, dia menempati tempat duduknya. Saat si wanita ingin melanjutkan membaca, segera tangannya meraih kedalam tas. Dan dia pun kaget setengah mati! Astaga, jari tangannya tengah meraba kantong kue, masih tertutup dan belum tersentuh!

 

Sesaat pikirannya serasa lumpuh. “Aduh celaka! Jadi kue yang telah kumakan tadi adalah milik lelaki itu? Sungguh keterlaluan aku! Menuduh orang mencuri, mencurigai orang yang tidak bersalah, yang ternyata adalah si pemilik kue itu sendiri,” sesalnya.

 

Hatinya serta merta merasakan rasa malu dan sesal yang dalam. “Ya ampun, sebenarnya akulah yang tidak tahu malu, kasar dan tidak tahu berterimakasih! Akulah si pencuri kue itu!”

 

Sambil memejamkan mata penuh sesal, dia tahu, sudah terlambat untuk meminta maaf atas kesalahannya menuduh orang lain yang tidak bersalah.

 

:::::..

(Diambil dari buku “18 Wisdom & Success – Classical Motivation Stories 3” by Andrie Wongso)

Minggu, 11 November 2007

[Abe] Demam Andrie Wongso

 

Kalo melihat koleksi buku di lemari suami, ada beberapa macam / topik koleksi yang dominan, dalam arti jumlahnya. Salah satu topik yang dominan adalah buku-buku bisnis. Bentuknya bermacam-macam, dari buku setebal bangku, majalah, sampai buku saku yang kucel (saking kecil dan tipisnya dan udah puas dibawa kemana-mana). Dari kisah kesuksesan, kebangkrutan hingga kebangkitan di dunia bisnis. Dari biografi TP. Rachmad dan Purdi Chandra sampai dengan kisah hidup M. Yunus  dan Lakshmi Mittal. Dari buku-buku motivasi sampai tips-tips leadership, you name it!

 

Secara langsung atau dari cerita mas, aku pun sudah lama ikut akrab dengan figur dan tulisan para motivator macam James Gwee, Tung Desem Waringin ataupun Andrie Wongso. Melihat situasi begini, sebenarnya bukan mengherankan juga kalau akhirnya bukan hanya aku, tetapi anak-anakpun akhirnya ikut “terpengaruh” oleh keberadaan buku-buku itu.

 

Aku masih ingat, ketika masih 4 tahun Abe sudah hafal mengulang penggalan cerita “Leverage” karena memang waktu itu James Gwee menggunakan analogi binatang untuk menjelaskan ceritanya, dan Abe was like crazy about it for weeks that time!!

 

 

 

 

Anyway...

 

Trend-nya sekarang, buku-buku semacam ini biasanya dijual beserta CD/VCD, entah sebagai bonusnya ataupun dijual terpisah. Tak terkecuali buku “Wisdom & Success”-nya Andrie Wongso. Cerita-cerita inspirasional yang ada di buku juga disajikan dalam bentuk audio di CD. Suatu ketika, suami membeli salah satu buku seri “Wisdom & Success” dan mendapat CD sebagai bonusnya.

 

Alkisah, sekitar 3 bulan lalu secara kebetulan Abe mendengarkan CD itu ketika di mobil berdua bapaknya...and the next is history...

 

Demam Andrie Wongso is definetely in the house! Everytime...everywhere...

 

Yang antusias melihat Abe antusias tentu saja si Bapak! Tidak tanggung-tanggung, sekarang sudah dibelinya semua 6 CD full series!! Plus semua seri buku nya!! Tiap berangkat tidur (waktunya baca cerita), tak ada lagi permintaan lain kecuali “Cerita Andrie Wongso!!”.....

”Iya, Ongsoooo...!!” teriak Bea mendukung (duh...kalo Bea sih jangan ditanya, apa aja yang dilakukan mas Abe mah dia selalu ikuuuuuttt ajaaaa)

 

Di mobil, lebih parah lagi!! Di cover CD kan ditulis “Sebaiknya dengarkan setidaknya 6 kali, agar Anda bisa meresapi maknanya”.....dan Abe mungkin sudah mendengarkan masing-masing ceritanya puluhan kali! Tak ada waktu buat yang lain selama perjalanan, kecuali Andrie Wongso, Andrie Wongso dan Andrie Wongso!

 

Sambil nyetir dan nyengir, aku tahu si mas juga sudah “mbleneg” mendengarkan CD itu. Uuugh!! We’re getting enough, honestly...! CD-nya sampe di kopi2 lho, dibagi-bagi. Satu di mobil bapak, satu di mobil ibuk, satu di PC rumah, biar dimanapun dia berada masih tetap bisa mendengarkan! Tapi bagaimana lagi, sebagai bentuk dukungan ya kita telan saja mentah2 cerita2 nya berkali-kali di telinga kita...hehe...

 

Ada sepupu semobil, disuruh ikut dengerin.

Ada uti dan kakung semobil, disuruh dengerin (yah kalo Uti sama kakung sih suka ya, Be?)

Ada temen sekolah ikut semobil, dipamerin cerita Andrie Wongso! (terang aja temennya pada melongo, siapa itu Andrie Wongso?? Apanya Spiderman ya?? Atau temennya Iceman mungkin?? Pahlawan marvel yang barukah dia??) Hahahahahaahahahah

 

Entahlah sampai kapan... &##*!&@*!@(*!(@!()@+_)+

Sabtu, 10 November 2007

"Ass..."

Beberapa minggu ini aku sudah seringkali dudul dengan banyak teman chatting, gara-gara masalah yang satu ini... Ya dudul tertawa, ya dudul prihatin dengan diri sendiri, ya dudul merasa bodoh juga... :-S

 

Awalnya, ini satu kebiasaan yang mengalir begitu saja setiap kali chatting, sms atau ber-email-ria. Namanya kebiasaan, rasanya melakukannya sudah nggak ada beban atau dipikir sama sekali kan? Tanpa disertai sedikitpun niat yang lain dan nggak-nggak, jadinya ya udah reflek aja jari ini ketika mengetikkannya. Sampai suatu hari lewat YM seorang teman, Josh memberikan teguran. Teguran yang –asli!- right away hit me like a speed bus!!

 

Mbokyo jangan disingkat begitu to...coba kamu baca lagi salam mu itu”

“Kenapa memang?”

“Coba sih baca lagi...? Nulis agak panjang dikit apa susahnya to?”

 

Astaghfirullahaladziiim....

 

Entah karena teman ini memang kebetulan sedang tinggal di luar negeri (sehingga terbiasa berbahasa Inggris dan akhirnya lebih peka dari aku), atau memang ini benar-benar kebiasaanku yang –akhirnya aku sadar- perlu direkonstruksi lagi. Yang jelas, selama ini ternyata tanpa kusadari memang sering aku menyapa atau mengawali chatting, sms dan lain sebagainya dengan menyingkat kata “Assalamualaikum” dengan 3 huruf saja.

 

“Ass...” gitu...

 

Astaghfirullah...ini mungkin sepele dan hal kecil (dan teman yang membaca pun pasti akan paham bahwa yang kumaksudkan pasti ya mengucap salam), tapi entah kenapa sejak diingatkan itu, tiap kali kebiasaan itu tak sengaja muncul lagi, hatiku rasanya “gatal” juga membaca tiga huruf itu terlanjur terkirimkan.

 

Kali berikut2nya, banyak kali chating ku dengan teman-teman jadi dihiasi topik ini. Ada yang ternyata sama kaya aku, selama ini nggak sadar kalau kata itu –dalam bahasa inggris- bisa berasosiasi dengan arti dan makna yang sama sekali lain dan jauh menyimpang dari yang kita maksudkan. Ada yang mengaku juga sudah diingatkan temannya, tetapi ternyata –namanya kebiasaan- masih sering tanpa sadar menuliskannya begitu. Ada juga teman yang bilang “wah, sebenarnya aku sudah lama mbatin soal salammu itu, wahida...tapi aku sungkan mau bilang ke kamu...”

 

-gubrax-

 

Duuhh please, jangan yang sungkan deh...bukankah teman harus saling mengingatkan satu sama lain?? :-S

Sekarang ini, aku masih dalam rangka usaha keras membiasakan menulis salam dengan lengkap saja, Assalamualaikuuum...syukur2 kalo jariku mau lebih rajin dengan menambah lagi beberapa huruf Wr. Wb.

 

Tak ada yang berat, hanya perlu membiasakan kan?

InsyaAlloh... :-)

Kamis, 08 November 2007

[Jakarta++ Trip] Bagian 2 : Suatu Pagi di Lintas Melawai

Suatu pagi, subuh hampir beranjak menjadi fajar. Di kamar 507 sebuah hotel di kawasan Melawai.

 

Raut wajah dan bahu mas Iwan langsung melorot begitu dia keluar dari kamar mandi. Gerakan tangannya yang dibantu handuk mengucek-ucek rambutnya yang basah serta merta berhenti ketika melihatku. Handukpun lalu terkulai di kedua bahunya. Merasa ekspresinya ini tak mendapat reaksi, diapun cuma geleng-geleng kepala, berjalan melewati belakang kursi yang kududuki didepan meja tulis bergaya art deco di kamar hotel.

 

Tak juga kualihkan tatapan mata dan perhatianku dari foto-foto anak-anakku, Abe dan Bea di layar laptop. Telapak tangan kananku menopang dagu yang terasa berat.

 

“Gitu kok mau nyekolahin anak-anak di luar negeri...”

 

Aku masih diam.

 

Wong arek-arek baik-baik saja gitu lho...,” ujar Mas Iwan lagi sambil sibuk mempersiapkan “kantor berjalan”-nya. Melepaskan komunikator dari kabel chargernya, memeriksa jadwal hari itu, dan sambil berpakaian dia masih geleng-geleng melihatku yang tidak mau melepaskan laptop yang rupanya dia butuhkan untuk online.

 

“Iya, tauuuu...” sahutku malas. Otakku tahu mereka baik-baik saja di rumah. Panggilan telepon yang sudah dua kali kulakukan kerumah pun sudah cukup menjelaskan (padahal saat itu masih jam 5.30 pagi). “Tapi ini pertama kali nya anak-anak bangun tidur dan aku nggak ada dirumah...” gumamku masih sambil bertopang dagu dan menerawang. Tak menyadari si laptop sudah berpindah ke pangkuan si mas yang duduk di bibir ranjang dan foto anak-anak sudah berganti tampilan steelonthenet.com.

 

Trus, piye lek mene arek-arek sido sekolah trus tinggal nang luar negeri? (Trus, gimana kalo besok anak-anak jadi sekolah dan tinggal di luar negeri??)”

 

Opo penake aku melu arek-arek ae yo...omah nang luar negeri pisan...? (Apa enaknya aku ikut anak-anak aja ya, tinggal di luar negeri juga??), kaya Pak Sindu temenmu itu mas, si bapak di Indonesia cari duit, istrinya ikut anak-anaknya yang sekolah, tinggal di luar negeri...!” jawabku asal.

 

Ngono ta...?” (Begitu ya?) suara mas datar, sambil perhatiannya masih ke website paginya itu (maksudku kaya koran pagi gitu lho, first thing to read in the morning, hehe...)

 

Dengan malas aku pindah naik ke tempat tidur dan berbaring. Duhhh pagi-pagi jam segini dirumah biasanya adalah waktu paling ramai dan kacau. Urak-urak anak-anak mandi dan sarapan, ngecek buku penghubung sambil mulut tak henti menyemburkan “pesan-pesan” untuk anak-anak selama di sekolah (terutama Abe yang sekolah sampe sore dan pelupanya minta ampun). Hikss....aku heran, kok banyak ya teman-teman pasutri yang mengaku suka sekali menginap di hotel berdua begini?? Kenapa nggak berempat saja?? Dudul...

 

Yo gak popo seehh. Semuanya itu kan yang penting bagaimana kamu mengaturnya...ibaratnya, management dan sistemnya harus dibentuk...” Mulai deh. Bicara (atau lebih tepatnya, mendengarkan) prinsip-prinsip bisnis begini sudah jadi sego sambel buatku, makanan sehari-hari layaknya sambel terasi, yang bagaimanapun pedasnya tetapi nggak bikin kita kapok...hehehe...

 

“Kaya aku gini, setiap pergi lama begini, aku kan selalu menyiapkan Rendra untuk menggantikan aku di kantor,” Mas Rendra adalah sahabat SMA si mas yang sekarang menjadi orang kepercayaannya. “Ya kalau kamu mau tinggal di luar negeri ya silahkan to, ntar duit biaya hidup kukirim tiap bulan kesana....yang penting, tinggal menyiapkan saja orang yang akan menggantikan tugas-tugas mu disini, beres kan???”

 

Dari ekor mataku yang melirik, kulihat bibir si Mas menyeringai usil, sambil matanya tetap tertuju ke layar laptopnya.

 

“Maksudnyaa...????”

 

“Pikir aja sendiri...,” seringainya makin lebar.

 

Untung si laptop nggak sampai terjatuh karena sejurus kemudian bantalpun melayang menerjang. Si Mas pun tertawa lebar, tapi kali ini matanya sudah lepas dari laptop, pindah mengarah ke istrinya yang ngedumel. Sebuah omelan panjang yang (dudulnya diakui) sangat disukainya, yang baru berhenti ketika Mas Iwan mengacak-acak rambutku dengan puas...

 

 

Selasa, 06 November 2007

[Jakarta++ Trip] Bagian 1 : Tiga Hari Yang Pecahkan Rekor

 


Penasaran dengan judulnya? Well, perjalanan yang kulakukan dalam seminggu ini memang agak luar biasa. Paling tidak, untukku pribadi. Berikut sedikit catatan singkat yang sempat tertulis disela-sela penuhnya jadwal dan lalu lintas Kota Jakarta yang benar-benar menghabiskan waktu dan energi. Kenapa singkat? Karena ketika ada sedikit waktu diluar jadwal, kegiatan yang menarik hatiku hanya satu : TIDUUURRR…!! :-D

 

:::::

[Kamis, 1 November 2007; 22.34; Kamar 507 GB Hotel Melawai]

 

Perjalanan kali ini, jelas-jelas akan memecahkan rekor!! Sungguh tidak menyangka, mengingat mendadaknya persiapan. Keputusan berangkat, tiket, dan sebagainya hanya dilakukan dalam sehari. Termasuk hotel yang akhirnya diluar pilihan awal kami, karena entah kenapa ( si mbak petugas travel juga heran) dalam seminggu ini hampir semua hotel berbintang di Jakarta sudah full booked!!! Ada apa ya? Teori suami sih, karena sudah akhir tahun, mungkin banyak instansi dan kantor-kantor yang berniat “menghabiskan” anggaran tahunannya. Duhh....

 

Kami berangkat berempat, aku, suami dan kedua orangtuaku. Tujuan utama, untuk berobat. Kebetulan secara mendadak kita mendapat bocoran bahwa ada terselip jadwal kosong dari terapis kami. Wah, kesempatan emas nih, karena kami tahu betapa ketatnya jadwal terapi beliau! Biasanya, kalau tidak ada kasus emergency, seorang pasien perlu mengantri jadwal selama 2-3 bulan, bahkan lebih. Karena hubungan pribadi yang cukup dekat sajalah, kita biasanya seperti ini, diluar hari praktek umum begitu ada jadwal kosong secara mendadak mengunjungi beliau, ya silaturahmi, sekalian menjalankan pengobatan.

 

Ada kejadian lucu...Setelah beberapa kali kecewa karena ternyata beberapa hotel yang kita inginkan ternyata penuh, akhirnya kita dapat 2 kamar kosong di hotel ini. Melihat brosurnya, okelah, hotel berbintang empat ini ternyata memang hotel baru. Wah, boleh juga nih, mencoba sesuatu yang baru, pikir suami waktu itu. Lokasinya juga strategis, selain tidak jauh dari kawasan Bintaro tempat kita berobat, juga berada sangat dekat dengan kawasan perbelanjaan Blok M dan Melawai. Ketika dalam perjalanan bandara-hotel, sopir taksi yang kita tumpangi lah yang membuat kita berempat jadi tersenyum-senyum geli. Intinya, dia cerita (panjang-lebar) betapa hotel itu menjadi langganan banyak orang (dari orang asing sampai para pejabat –ehm- kantor ini dan itu) karena dikelilingi banyak sekali tempat hiburan disekitarnya. Hiburan disini maksudnya hiburan malam!! Lebih jelasnya lagi, gang tempat hotel itu berada adalah salah satu pusat kawasan “merah” di Jakarta. Kata sopir taksi, “Bapak mau cari apapun lengkap, Karaoke? Bar? Night club? Sampai Pijat Plus semua lengkap! Standart Internasional, eksklusif dan dijamin kelas atas deh!!”

 

“Wah, jadi penasaran nih....” komentar Bapakku lugu :D

“Duhhh...salah dehhh pilih hotelnya...” keluh suami sambil menepuk keningnya :D

“Bisa nyaingi buku Jakarta Undercover itu lho...” canda geli Ibukku :D

“Untung Abe nggak ikut nih...” sahutku sambil meringis geli :D

(Pak Sopir tak urung juga agak geli demi melihat penampilan kami, terutama aku dan ibuk yang jelas-jelas berbaju muslim lengkap :D...barusan sebelum aku mengetik jurnal ini, ketika suami online dan chatting dengan beberapa teman, rame-rame mereka ngakak sambil “menghujat” mas Iwan sebagai mantu kurang ajar karena berani menginapkan mertua di hotel kawasan merah Jakarta...hahahaha. Sempat muncul komentar menarik dari Mas Yudi –kakak alumni satu sma ku yang dudulnya sekarang lebih ketagihan chat sama Mas Iwan-... katanya “lihatlah ikan laut mas, walaupun hidup di air laut, tetapi dia tidak pernah menjadi asin”...wow...what a one good metafor, isn’t it?..)

 

Oya, bicara Abe, aku jadi ingat. Kenapa perjalananku kali ini kubilang memecahkan rekor?? Rekor apakah itu?? Bukan rekor MURI, bukan, tapi rekor ini :

 

Seumur hidupku, dan seumur hidup Abe-Bea, kali ini lah rekor terlama dan pertama kalinya

 aku harus meninggalkan anak-anakku lebih dari 24 Jam !!

Hu huu huuu.....!! :((

 

In the past, kemanapun aku pergi anak-anak pasti ikut. Kali ini, karena banyak hal aku terpaksa menyetujui instruksi Mas Iwan untuk meningalkan mereka ditangan mertua. Keputusan pergi yang mendadak, sekolah anak-anak, dan jadwal acara di Jakarta yang sangat tidak “anak-anak” sehingga malah kasihan kalau mereka ikut. Selain itu –ini kata suami- biar aku juga “latihan” menguatkan hati meninggalkan mereka (ada ya latihan semacam ini??hikss), karena dia sudah gemas berkali-kali harus berangkat umroh sendirian karena aku selalu menolak ikut dengan alasan tak mau meninggalkan anak-anak.

 

Jadi jangan ditanya gimana rasanya sekarang, gara-gara menulis inipun, sekarang hatiku tambah dudul saja dan semakin rindu rasanya,....hiksss...  :((((((((

 

 

:::::

[Jumat, 2 November 2007; 11.55; Dunkin Donuts depan masjid besar Bintaro; menunggu Mas Iwan dan Bapak sholat Jumat]

 

Hari ini jadwal bakalan full. Jadwal terpenting (terapi) barusan kelar, untuk diteruskan lagi besok pagi. Dari hotel tadi pagi-pagi sudah disuguhi menu wajib ibukota : MACEETTTT...!!. Aku sempat bilang setengah memohon ke suami untuk jangan pernah mengajakku pindah dan tinggal di kota ini, atau tempat lain yang semacet ini, hehe...habis, rasanya waktu 24 jam hanya akan habis di jalanan saja. Duh...

Sehabis sholat Jumat nanti, nggak yakin juga apakah semua jadwal akan bisa terselesaikan hari ini. Ada beberapa tempat yang Ibuk dan Bapakku berniat kunjungi, dari rumah saudara sampai acara belanja, dan tempatnya lumayan terpencar. Kita akan ibarat mengelilingi dan menyeberangi seluruh bagian di Jakarta. Dengan lalu-lintas seperti ini, terus terang rada pesimis juga, apalagi kalau sudah ngumpul dengan saudara, mana ada waktu yang tidak akan molor??

:-S

 

Eh, tapi ada hikmahnya juga anak-anak nggak ikut. Alternatif transportasi jadi lebih banyak, nggak melulu harus taksi dan jalan raya. Nostalgia jaman dulu ketika belum punya anak, akupun akan bisa merasakan lagi riuhnya transportasi umum Jakarta yang sesungguhnya!

 

 

 

 

 

 

*****

 

(Bersambung)