Senin, 29 Desember 2008

Persepsi : Mas IWAN vs AGYL

:::::.....

Persepsi : Mas Iwan vs Agyl

Benarlah kiranya, kata “persepsi” memang mengacu pada  proses kognitif  yang individual tentang bagaimana seseorang itu mencapai kesadaran dan pemahaman terhadap suatu informasi yang diterima oleh indera sensori nya.

Dalam hal ini, tak bisa kita pungkiri persepsi menjadi hal yang membuat manusia seringkali terlibat masalah dengan manusia yang lain. Persepsi yang berbeda terhadap suatu hal bisa membuat dua orang atau lebih menjadi  salah paham, beda pendapat,  bahkan bertengkar hebat, karena informasi yang sama tentu saja bisa dipersepsikan secara berbeda juga oleh orang lain.

Seperti yang kemarin baru saja terjadi tepat didepan mataku…

Peran utama ceritanya : Mas Iwan dan Agyl, adik bungsuku (sudah lama dia bermimpi “kapan ya mbak kamu nulis tentang aku di blogmu??”….nah sekarang sudah kan? Silahkan tidur dengan nyenyak dengan senyum narsis tersungging dibibirmu :-P)

 

Setting : di rumah ibuku di Tulungagung (semua lagi ngumpul for that weekend)

Malam itu, Mas Iwan sempat mengeluh agak capek, dan karenanya memutuskan untuk mengkonsumsi suplemen. Pas malam itu, Agyl sepertinya mau pergi, jadilah dia bermaksud titip dibelikan CDR (suplemen Calcium D-Redoxon) tablet effervescent yang seperti ini  lho…

“Gyl, mau pergi tho? Aku titip belikan CDR ya?” kata Mas Iwan sudah siap buka dompet ambil uang.

“CDR? Di kamarku ada mas! Masih banyak! Pake aja itu!”

“O ya udah kalo gitu, gak jadi titipnya, yo wis thx…” uang Mas Iwan pun kembali masuk ke dompet.

Agyl pun berangkat pergi dan Mas Iwan pun masuk ke kamar Agyl, untuk mengambil si tablet CDR. Dalam waktu sekitar sejam itu, kulihat MI bolak-balik keluar masuk kamar Agyl beberapa kali. Sambil garuk-garuk kepala. Tebakanku, dia belum berhasil menemukan yang dia cari.

Akhirnya MI berhenti mencari, mungkin memutuskan menunggu Agyl pulang saja, supaya yang punya kamar yang mencarikan nanti. Aku gak heran, lha wong kamar Agyl itu selain kamar ampiran disaat weekend (Agyl kost dan kuliah IT di Surabaya), juga menjadi semacam basecamp ponakan2 nya bermain. Jadi kalau pas semua cucu Uti ngumpul begini, itu kamar sudah mirip kapal karam (bukan hanya kapal pecah).

Tak lama kemudian Agyl pun pulang, langsung disambut Mas Iwan.

“Mana Gyl? Aku belum nemu CDR nya dimana.”

“Sebentar aku ambilkan” sahut Agyl santai.

Agyl langsung menuju kamarnya, sedangkan MI melangkah menuju dapur, mengambil segelas air putih untuk dipakai mengkarbonasi si tablet CDR.

Dengan membawa segelas air putih, MI balik menuju ruang keluarga, menunggu Agyl keluar dari kamarnya membawa si tablet effervescent yang dia butuhkan. Dan kami semua yang ada disitu serasa terkena bom nuklir, meledak dengan hebatnya ketika kemudian Agyl keluar dari kamarnya, membawa sesuatu sambil bertanya dengan santai…

“Ini lhooo…masih banyak kan?? Butuh berapa? Dua cukup?”

*BLAAARRRR* makin meledaklah kami karena yang dibawa Agyl adalah ini…!!

 

MI melongo lama….memandang pilu gelas air putih yang sudah tergenggam ditangannya. Agyl, baru sadar ketika melihat gelas air putih di tangan MI dan tumpukan CD-R yang dibawanya bergantian, terasa sama sekali nggak matching. Setelah itu semua orang terkaing-kaing terlompat-lompat tertawa nggak karuan.

Hwakakakakakakakak oalahhhhhh emakkk.....ampuunnnn ampuunnnn....*tepok jidat sendiri dengan kibor*

Mentang-mentang mahasiswa IT…persepsinya kesituuuu mulu!! Dasar DUDUL!! *tepok jidat AGYL pake kibor dan tumpukan CD-R*

:::::.....

(Maaf kalo jadi menyebut merk, ini sama sekali bukan iklan :-D)

Senin, 22 Desember 2008

[Dudul] Kopdar Buta

“Aku kok baru denger ini ada cerita....belum kenal sama sekali kok sudah mau kopdar!!”

Kopi darat alias kopdar memang sudah biasa dilakukan oleh para MPers. Walaupun belum pernah sekalipun bertemu muka (selain lewat internet dan blog), kopdar sudah lumrah dilaksanakan. Tetapi bagaimana kalau sama sekali belum kenal?? Di internet pun, sama sekali belum kenal??

Dudul juga ya...

Jadi kemarin itu gini ceritanya...

Minggu lalu salah satu kontakku di MP yang tinggal di Jakarta, Mbak Irma Eka Sari (irmaes.multiply.com) menghubungiku, dan mengabarkan bahwa tanggal 26-27 Desember dia akan berada di Surabaya. Tentu kami berdua setuju tak akan melewatkan kesempatan ini untuk kopdar dong?? Kami memang baru saja kopdar waktu bulan lalu aku ke Jakarta, tapi itu tak menjadikan semangat kami surut, sudah kangen juga soalnya. Apalagi kali ini Mbak Irma mengajak seluruh keluarga, dan itu artinya aku bisa ketemu langsung dengan si cantik Shilla dan juga Dimmy (yang notabene aku sudah jadi fans cowok ini dari dulu hihihihi).

Oke deh, diatur-atur kira-kira gimananya...

Sampai kemudian, my handphone dropped a bad news (not bad actually, just bad for this matter :-D). Ada sms datang, intinya tanggal 26 itu akan ada acara nikahan salah satu saudara, di Tulungagung! Haduh, apalagi tanggal 27 (karena ada acara nikahan itu) akhirnya Bapakku berniat sekaligus mengadakan family meeting.

Wesss...dengan penuh kekecewaan dan penyesalan aku pun mengabarkan berita itu juga ke Mbak Irma...”Santai saja, kapan2 bisa diatur lagi untuk kopdar kok”, begini jawab Mbak Irma.

Hati masih belum menyerah, ketika lagi dijalan antara TA-Sby (kemarin itu aku temeni MI yang ngantor di gudang TA, kita berdua saja PP berangkat pagi habis drop anak-anak sekolah dan pulang sore) tiba-tiba muncul suatu ide di kepalaku...

Aku sms lah dua temen yang tinggal di Surabaya, yang juga MPers...aku tahu mereka akan semangat mendengar kata “kopdar”.

“Tgl 26-27des ada MPers Jkt mau ke Sby, namanya Mbk Irma. Aku ga bisa temeni kopdar krn hrs ke Tagung, ada mantenan.”

Kukirim ke 2 no hp :

Mbak Shiel (dzafai.multiply.com), dan Mbak Agustin (shadafa.multiply.com)

Mbak Shiel cepat tanggap, menjawab paling cepat, “Ok, aku akan temeni dia”

Mbak Agustin menyusul “Lah trus? Emang dia tahu aku? Tapi nggak papa juga sih ketemu dia, aku bisa ngajak MH (Mas Halim, suaminya-red), atau gimana dong harusnya?” Gampang, yang penting dia mau, pikirku.

Asyik, alhamdulillah, tuh bener kan? Kita pasti paling semangat deh kalo diajak kopdar. Mbak Shiel rupanya langsung koordinasi dengan Mbak Ag karena tak berapa lama kemudian, Mbak Ag menjawab “Aku juga mauuuuuuuuuuu”

Akupun konfirmasi dengan Mbak Irma, yang dengan senang hati menyambut rencana baru ini. "Aku siap bertemu ludrukers mbak!"

Tak lama kemudian, datang lagi sms dari Mbak Shiel...

“Eh, Irma kan kontaknya Mbak Ag juga kan?? Dia kenal aku apa nggak ya?? Irma ada satu apa dua sih??”

**GUBRAXXXX**

“Dia Mbak IRMA yang kopdar sama aku di JKT kemarin itu lho itu mbakkk” jawabku.

“Oh, hahahahaha berarti bukan IRMA itu yo??” jawab Mbak Shiel lagi. Wah aku langsung mengerti, ini mbak Shiel pasti bingung antara Mbak Irma Ekasari dan Mbak Irma Widiarni (irmawidiarni.multiply.com).

Aduh hihihihihi, tapi tak lama kemudian mbak Shiel sms lagi..

“Aku dah bilang sm Mb Ag, kita OK kok, karo kekel2 (sambil ngikik-red) soalnya sama-sama nggak kenalnya”

Okee deehhhh aku pun lega, sambil kukirimkan alamat MP Mbak Irma, biar Mb Shiel bisa lihat-lihat. Ok urusan beres, semua orang senang.

Ehhhhh tak lama kemudian, Mb Shiel sms lagi..

“Ok thx (atas kiriman alamat MP Mb Irma-red). Dia dokter kan?? Kita dah mau memperkenalkan diri, Mbak Ag appendix, aku kanker (kantong kering) hahahaha”

**GUBRAAXXX LAGI**

Yang bikin aku gubrax, entah apa Mb Shiel udah ngintip MP nya Mb Irma atau belum, tapi yang jelas MBAK IRMA sama sekali BUKAN DOKTER!! Hwakakakak sampe detik ini aku belum dapat konfirmasi, dapat info darimana sih kalo Mbak Irma dokter??? (sambil mbatin ada memang temen MP yang dokter, tapi namanya Mbak Harrina dan mbak Iin, bukan Mbak Irma, hihihi kacau nih)

Aku jawab “BUKAANNN DIA BUKAN DOKTERRR”

Mbak Shiel sms lagi “Wah Mbak Ag iku pitenah ae, sok tau tenan wong tuwek iku hahaahah” (Wah Mbak Ag fitnah nih, sok tau bener orang tua satu itu-red hahahaha)

Aduuhhhhhhhh di mobil aku jadi dudul sendiri mikirin berdua nih, MI sampe heran apa yang bikin aku cekikikan gak karuan.

Doohhhhhhh siapa coba yang lebih sok tau, Mb Ag ato Mb Shiel?? GAK JELAS!! Yang pasti dua-duanya!! :P

Hwakakakaakakakakak....

Rekan pembaca sekalian...jujur sekarang saya deg2an, nggak sabar mendengar gimana cerita kopdar mereka....hihihihihi


Selasa, 16 Desember 2008

Jogja 2 : Berpayung Hujan Beratap Tanah di Sumur Gumuling


Ternyata masjid ini berbentuk lingkaran serupa donat yang bolong tengahnya!

Dan ruang ditengahnya inilah yang menjadi sumber cahaya yang menerangi seluruh ruangan masjid.

Luar biasa!

:::::.....

Awalnya hati kami sempat menciut karena pas kita tiba di Yogyakarta, hujan turun tak hentinya. Padahal yang terbayang adalah memenuhi jadwal disini dengan wisata-wisata alam (outdoor). Hujan yang turun juga nanggung, deras nggak, reda pun juga nggak. Jenis hujan yang biasanya berlangsung lama, dan itu terbukti karena menurut salah satu warga, sudah 3 hari ini kondisi itu berlangsung.

Akhirnya pagi hari pertama kita habiskan belanja oleh-oleh aja di Mirota Batik, depan Pasar Beringharjo. Sampai siangnya kita selesai, hujan belum juga menunjukkan tanda-tanda akan mereda.

Tapi, hati kami mendadak tak ciut lagi. Karena hujan tiba-tiba reda? Oh, tidak. Tapi karena akhirnya kami membulatkan tekad, memang harus menyatu dengan alam. Kalau alam sedang hujan? Ya berarti kita harus bersiap sedia meleburkan diri, menepis keinginan untuk tetap kering, dan sebisa mungkin menjaga agar basah di baju dan badan kami bisa seminimal mungkin.

Dengan mantap siang itu kita pun menuju kompleks Keraton!
:::::.....

Coba tebak apa yang paling membuat Abe terkesan selama di keraton!
Bangunannya? Tidak..
Diorama raja/ratu lengkap dengan baju kebesarannya? Tidak..
Pangeran dan Putri-Putrinya? Tidak..!!
Kereta-kereta kencana? Tidak juga!!
Semua hal diatas, yang biasanya paling banyak menarik orang untuk disimak ternyata cuek saja dilewati oleh Abe.

Nah, pas ketika sampai di suatu pojok, tiba-tiba Abe terkesima mendengar penjelasan dan cerita guide kami. Sambil dengan mata menerawang memandang ke suatu bangunan kecil yang terbuka tak berdinding. Ketika cerita guide selesai, Abe pun menambahkan banyak sekali pertanyaan tentang fungsi dan bagaimana tempat itu difungsikan pada jaman dulu kala. Abe, is definetely amazing! Rasa ingin tahunya menyembur bak air mancur di taman depan alun-alun sana. Pertanyaan deras meluncur sampai Bpk Guide nya kewalahan menjawab. Wajahnya bercampur aduk antara horor dan penasaran luar biasa.

Coba tebak tempat apakah itu?
Dua bangunan kecil yang berada di kanan kiri area tepat sebelum naik ke sitihinggil itu ternyata adalah bekas tempat dilakukannya hukuman pancung dan potong tangan pada jaman dulu..!!

Oalah...

:::::.....

Koleksi foto kami banyak sekali, sampai-sampai nggak masuk akal untuk diposting dalam satu album. Foto keraton rasanya sudah banyak dan sering bisa kita lihat kan? Nah, foto-foto berikut ini adalah ketika kami mengunjungi Masjid Bawah Tanah, yang masih berada didalam lingkungan Keraton Yogyakarta dan baru pertama kali kami kunjungi, karena tempat ini konon dulunya tidak dibuka untuk umum. Pintu masuk ke masjid ini dikenal sengan nama Sumur Gumuling, dimana dulunya tak banyak yang tahu bahwa sebenarnya sumur itu adalah pintu masuk menuju ke sebuah masjid yang besar dan berarsitektur luar biasa didalamnya!

Silakan simak cerita pada caption setiap foto, tentang setiap tempat di sekitar Sumur Gumuling, seperti yang kami dengar dari Mas Agus, guide kami ketika disana.

:::::.....

Hasil quick search, sejarah tentang sumur dan masjid bawah tanah ini bisa disimak di :
http://www.lintasdaerah.com/v2/modules/wisata/article.php?item_id=396
http://kratonjogja.com/isi.php?menu=heritage&lang=ina&sub=3

:::::.....

(Bersambung)

Minggu, 14 Desember 2008

Mabok Konser "Seroja"

:::::.....


By the way, sudah pada nonton film Laskar Pelangi kan?

Buat yang belum sempat dan kesempatan masih terbuka lebar, cepetan gih nonton...

Buat yang belum bisa dan harapan untuk nonton tipis (terutama tetangga2 sekalian yang sedang pada di riyadh, florida, scarborough, dubai, dimanapun itu), sabar aja ya, masih ada gigi untuk gigit jari kan? hihihi **bletak** aawww!!!

 

Kemarin ceritanya Abe pergi nonton film itu lagi (untuk yang ke-3 kalinya). Tiap nonton, dia selalu tampak terinspirasi dengan cara yang berbeda-beda.

 

Nonton pertama kali, dia terinspirasi benar sama Lintang. Pulang-pulang langsung googling, dan habis2an googling segala sesuatu tentang film itu, lengkap dengan acara cari video di youtube dan sebagainya. Tak lupa setelah itu tiap mengerjakan PR matematika, sebelum menuliskan jawaban selalu didahului dengan ritual memejamkan mata, persis Lintang!

 

Nonton kedua kali, kali ini dia sangat terinspirasi oleh Ikal. Batere-batere yang habis dirumah, dijemurnya (lengkap dengan segala kefrustasian karena walaupun sudah dijemur tapi batere gak bisa lagi dipake, hahahaha), berniat membesarkan otot dengan belahan bola tenis, bermimpi punya sepeda sebesar sepedanya Ikal, sampai dengan tokoh A Ling yang dia bilang cantiklah, lembutlah, aduuhhh.

 

Nah nonton ketiga kalinya yang paling dudul. Kali ini, siapa lagi yang menginspirasinya kalau bukan Mahar! Pulang-pulang dia langsung hunting lagu “Seroja”, seret2 ibuk untuk nyari dan ngeprint liriknya, sampai membanding-bandingkan versi video klipnya, dari yang versi Verys (pemeran Mahar), Siti Nur Haliza, Iis Dahlia sampai versi dudul ala seorang penyanyi tak kukenal yang bernama Badrul! (alamak siapakah dia??).

 

Tak cukup sampai disitu, begitu dia hapal lirik (dan cengkoknya), jadi lebih PD dong gaya nyanyinya?? Di rumah, naiklah dia keatas kursi atau sofa, kemudian sambil merem-merem dan dua tangan dilantun-lantunkan kedepan, bernyanyilah dia lagu seroja, dan jangan lupa, dengan suara disengau-sengaukan, persis Mahar di film!! Inilah jenis konser yang tak pernah peduli dengan penontonnya. Maksudnya, tak peduli ada penonton atau tidak, yang penting sang penyanyi melantunkan syairnya demi kepuasan batinnya sendiri. Benar-benar konser yang idealis!!

 

Mulas perut kita semua karena ngikik melihatnya. Belum lagi badannya yang sekarang lagi ndut, dengan perut dan pantat yang bulat padat, semakin mendukung aura melayu dari lagunya sendiri. Bea pun disuruh jadi penari latar, yang menyanyikan bagian “aaa...aaa...” sambil menabuh rebana kecilnya. Masih untung ya dia nggak minta selendang, thanxs to mahar yang gak pake selendang (or whatever pernik lain yang kemrincing dan kemerlip ala video klip melayu) waktu menyanyikannya di film hahahahaha!!

 

Hari Minggu lalu, Abe-Bea menghabiskan waktu seharian dirumah neneknya. Ketika baru lepas maghrib dia pulang, Abe sudah ketiduran. Tumben? Biasanya baru jam 8 malam dia tidur kan? Apa laporan dari semua orang di rumah nenek??

 

“Abe pasti kecapekan, karena seharian KONSER “SEROJA” teruuusssss!!!”

 

Huheuehuehuheuhe....aduhhh!!!


:::::.....

Jumat, 12 Desember 2008

Jogja 1 : Tuut..Tuut..Tuut..!!


keretanya datang juga akhirnya

Naik kereta api, tuut tuut tuut, siapa hendak turuutt??

Singkat cerita, seumur hidupnya Abe dan Bea belum pernah sekalipun naik kereta api. Ternyata Mbak Pin dan Mbak Prapti juga! hehe. Makanya semua bersorak gembira waktu bapak ngajakin naik kereta api.

Kebetulan di sekolah mereka, Idul Adha berarti juga libur sepekan. Jadilah secara spontan (seperti biasa) kemarin kita putuskan untuk menghabiskan liburan di Jogja. Agenda utamanya? Naik kereta api, tentu! Acara lain, nantilah ditentukan setiba di Jogja.

Selasa pagi, Mas Iwan berangkat ke Tulungagung karena ada orangtua salah satu sales senior yang meninggal. Habis melayat siangnya dia langsung menluncur ke Jogja, bawa mobil. Kita menyusul berangkat sorenya, dari Surabaya dengan kereta Sancaka jam 3 sore.

Dari pagi yang namanya mulut orang serumah nggak berhenti ceriwisin ini itu soal kereta api. Semua exciting, bukan hanya anak-anak tapi juga mbak Prapti dan mbak Pin yang ternyata juga belum pernah naik kereta api. Duhh..gampang sekaligus sulit dibayangkan, bagaimana kehebohan yang terjadi di stasiun dan kereta. Abe Bea tak hentinya tanya ini-itu, mondar-mandir di gerbong, nyanyi-nyanyi dan menari, keluar masuk toilet (aduhh), kesenengan pesan makanan ke petugas kereta makan yang ngider dari gerbong ke gerbong, semua dilakukan dengan volume suara bersemangat yang tak kenal tempat. Gedubrakan sana sini dan tak henti, aduhhhh anak siapa ya ini??? (Maap ya para penumpang, hikss). Tak terhitung berapa kali ibuk harus mengingatkan (terutama Abe) untuk mengecilkan volume suara dan memelankan semua gerakan.

Yang jelas kita semua senang sekali. Sekitar jam 20.30 kereta sampai di Jogja dan sudah sejak sejam yang lalu anak-anak tertidur kecapekan. (Psstt si mbak sempat panik karena Bea ngompol dalam tidurnya, akhirnya kita kuras persediaan tisu basah dan ini itu yang wangi di semua tas aduuhhh).

Di stasiun Jogja, kita disambut dua hal, Mas Iwan dan....hujan yang ternyata sudah beberapa hari itu turun! Alamak, gimana mau berlibur outdoor kalo hujan gini?? Keraton, pantai, air terjun, pegunungan, taman-taman hijau, alun-alun, alamakkkk!!!

(Bersambung)

2 Bulan Nggak Sempat Ngempi?? Susah Kupercaya!

Rasanya sungguh susah dipercaya kalau saking sibuknya aku sampai nggak sempat ngempi. Rasanya cukup malu untuk mengaku sibuk, wong aku bukan wanita bekerja, hanya ibu rumah tangga. Tapi nyatanya, sudah 2 bulan ini aku kesulitan menemukan sedikit waktu luang untuk sekedar blogwalking (bahkan via hp yang bisa kulakukan dimana-mana sekalipun). Tugas dan kegiatan diluar sedang seabreg banyaknya, dalam waktu yang hampir bersamaan. MI malah sempat komentar, lihat aku rasanya pusing sendiri, kok rasanya mau bernapas aja gak sempat hehe.

Pagi sampai sore hampir setiap hari diluaran. Pulang-pulang, ya pinginnya kruntelan sama anak-anak sampai tidur (capeekkkkk).....pagi-pagi juga kruntelan aja sama anak-anak (kangeennnn) jadi kapanlah sempat ngempi?? huehuehue. Paling2 sempat di hp bentar2, itupun cuman bentaarrrr... Badan remuk juga selama 2 bulan gaya hidup begitu.

Minggu lalu, akhirnya sempat juga ajak anak-anak jalan ke Jogja. Dan alhamdulillah... pagi ini setelah sekian lama aku bisa leyeh-leyeh lagi....oohhh it's been a while...and feels sooo goodd hehehehe...

**banyak hal terjadi, terlalu banyak yang mau diposting, sekarang kebingungan sendiri hihihi**

Minggu, 30 November 2008

Tentang TV dan Rezeki Mas Iwan

Huaahhhh!! Dua minggu lebih aku nggak sempat nulis apa-apa. Sangat sedikit juga waktu blogwalking ke teman-teman. Rasanya jari sudah ngejer aja pingin ketak-ketik lagi. Apa daya, banyak sekali tugas menumpuk dalam waktu yang hampir bersamaan. Tapi lumayan, badan agak sedikit lebih langsing jadinya, walaupun punggung sering pegal juga karena kebanyakan nyetir kesana-kemari dan nyaris tak ada waktu sama sekali untuk sekedar meluruskan postur lagi dengan yoga.

Hmm...cerita apa ya enaknya kali ini?? Habisnya, banyak sekali kejadian yang jadi terlewatkan nggak ketulis.

Oh ya, ada! Oke, kali ini aku pingin cerita soal TELEVISI. Ini sedikit kisah unik tentang sejarah pertelevisian dirumah tangga kami hehe bahasanya rek!

Lebih dari 12 tahun menikah dengan Mas Iwan, kami memulai rumah tangga kami nyaris dari nol. Dua tahun pertama pun MI terpaksa memendam dalam-dalam gengsinya dan mau tinggal menumpang di rumah ibu bapaknya (mertuaku). Nah, kira-kira sekitar setahun pernikahan, ketika usaha kecil yang dirintis MI sudah mulai berbuah, akhirnya kami bisa membeli TV kami sendiri. Senang sekali dong, soalnya TV itu benar-benar bisa menemani hari sepiku saat itu, yang sepulang kuliah biasanya hanya menghabiskan waktu di paviliun rumah mertua. Maklum, MI selalu pulang larut, karena sehabis kuliah dia harus langsung ngurusi usahanya yang baru seumur jagung. 

Aku masih ingat, TV itu merknya JVC (waktu itu pas diskon, makanya trus kami beli), ukurannya 21 inch (karena diskon juga, budget kami yang awalnya mau beli 14 inchi akhirnya dengan sedikit overbudget saja kami sudah bisa beli yang ukuran lebih besar), warnanya perpaduan hitam dan abu-abu dengan model yang simpel (makanya aku suka). 

Duhh, bangganya kami saat itu, istilahnya inilah barang elektronik pertama yang kami beli bersama, dan kami merasa bahwa kami sudah mendapatkan best deal, karena ternyata kualitas TV nya termasuk bagus. Bahkan setelah itu kami sempat menjadi marketer gratisan buat merk JVC, bilang ke banyak orang betapa JVC ini merk kuda hitam yang nggak terlalu dikenal, padahal kualitasnya nggak kalah dengan merk besar lainnya. Hihihi dudul banget ya, baru aja ngerasain punya 1 item, sudah sok tau bener. 

Tahun kedua, alhamdulillah kami bisa membeli rumah sendiri (ya rumah yang kami tinggali sampai sekarang ini), dan ketika kami pindah, selain baju dan keperluan kuliah, TV itu menjadi satu-satunya barang elektronik yang kami bawa. Mesin cuci baru kebeli beberapa bulan kemudian, apalagi AC. Semua dibeli sedikit demi sedikit karena toh kita harus mengumpulkan lagi modal yang terkuras untuk beli rumah secara kontan (aku pernah cerita kan, bahwa ketika kami yang masih berusia 21-22 tahun ini mengajukan KPR, nggak ada bank yang mau percaya, apalagi MI nggak punya slip gaji layaknya orang yang kerja kantoran).

Sekarang ini, barang elektronik dirumah memang sudah lengkap (bahkan boleh dibilang berlebih). Tapi yang unik, walaupun TV dirumah kita sekarang total ada 4 buah, tetapi TV 21 inch merk JVC yang kuceritakan tadi, ternyata sampai sekarang masih menjadi satu-satunya TV yang kami beli, karena TV lain dirumah ini, adalah merk RATU alias ORA TUKU, alias gratisan!! Ceritanya begini..

Setelah beberapa tahun setia hanya dengan JVC, tiba-tiba suatu waktu pihak pabrik paku mengadakan semacam promo, dengan memberikan hadiah tertentu setiap pembelian paku senilai tertentu. Karena waktu itu statusnya MI sudah distributor, maka nggak heran kalau kuantitas pembeliannya cukup banyak kan? Waktu itu kami kebanjiran hadiah yang rata-rata memang produk elektronik. Dari hair-dryer, mini toaster, kompor gas sampai dengan tape dan VCD Player.

Puncaknya, suatu hari kami mendapat hadiah TV 29 inch! Merknya Philips. Waduh kita berdua langsung heboh! Waktu itu, dirumah kan cuman kami berdua (asisten baru ada setelah anak-anak lahir), dan dirumah ada 2 TV! Berarti masing-masing orang punya TV masing-masing dong?? Kata MI bagus juga karena berarti nggak perlu rebutan kalau dia pingin nonton bola, tapi akhirnya manyun juga karena waktu-waktu itu (sekitar tahun 1998-1999) aku mulai berkenalan dengan internet dan lebih asyik depan komputer, atau baca buku. Sedangkan MI juga jarang dirumah karena urusan pekerjaan. Jadinya, mubazir banget karena 2 buah TV itu banyak nganggurnya. Pada dasarnya memang kita nggak sehobi itu nonton TV sih. Aku mulai merasa aneh dan merasa bersalah tiap liat TV-TV itu.

Untungnya, MI kemudian membangun kantor. Akhirnya dengan sangat senang dan sukarela, si JVC kami boyong saja ke kantor. Karyawan yang waktu itu cuma 2 orang yang ketiban senang. Alhamdulillah, TV nya lebih bisa bermanfaat.

Ketika Abe masih bayi, kami mendapat lagi bonus TV. Kali ini dari pabrik lem. Mas Iwan mulai menjadi agen di pabrik itu dan dari suatu promo juga akhirnya kita berhak atas satu buah TV Sony 29 inch. Yang ini cukup spesial juga, karena merknya Sony gitu loh! Kami jadi ingat, bahwa ketika berniat beli si JVC dulu sebenarnya kami ingin beli TV Sony, tapi ternyata harganya sangat jauh diatas budget kami waktu itu. Alhamdulillah, akhirnya kesampaian juga punya TV Sony ya, gratis lagi! Hehe.. 

Akhirnya, Abe bukan hanya bisa nonton VCD Barney di ruang keluarga saja, karena di kamar tidur kami pun sudah bertengger TV juga. Keduanya (dan juga VCD Player-nya) barang gratisan!

Kami masih sering mendapatkan hadiah beberapa buah TV lagi dari pabrik-pabrik, kebanyakan 14 inch, yang akhirnya kami hibahkan kepada orang lain. Kami menyisakan 2 buah untuk dirumah. Satu untuk kamar mbak diatas, satu lagi (baru kami ambil setahun lalu) untuk kamar Abe, alasannya agar Abe bisa main PS dikamarnya, padahal alasan kami sebenarnya supaya program “tidur sendiri” nya Abe bisa lebih lancar. Hehe...

Waktu mulai ada TV Plasma dan LCD, setiap jalan ke pusat elektronik atau mall, MI sudah ratusan kali membujuk agar aku memperbolehkannya beli. Aku selalu menolak mentah-mentah. Pertama, aku selalu mengingatkan soal prinsip kami yang sudah jelas tentang barang-barang mewah dirumah ini. Anak-anak tidak boleh dibiasakan sering ganti-ganti barang baru hanya karena itu sedang trend atau karena kita mampu membeli. Tidak boleh karena kebiasaan itu PASTI akan berlanjut sampai mereka dewasa dan itu sangat berbahaya.

Kedua, kami memang ingin anak-anak bebas menggunakan barang-barang dirumah ini. Sebisa mungkin, barang-barang yang kami beli dirumah ini bukanlah barang yang terlalu mahal. Kami tidak ingin ketika suatu hari anak-anak (yang masih balita dan aktifnya pecicilan itu) pencet-pencet, atau tekan-tekan, atau putar-putar tombol bereksplorasi dengan barang tersebut, kemudian kita berteriak panik “Awaaasss Naakkk, Jangaaannn!! Nanti rusakkk!! Itu barang mahal!!!”. Makanya jangan heran kalau dirumah ini, pernah terjadi remote TV masuk ke kolam ikan atau njeplak tombolnya, atau kabel VCD Player putus kegunting, speaker macet karena terlalu banyak kemasukan cereal, atau tinta printer tumpah ruah dlsb. Biasanya enteng saja kami memperbaikinya, karena barang-barang tersebut bukan yang terlalu mahal, atau terlalu canggih sehingga sulit diperbaiki.

“Tapi kan TV kita sudah lama? sudah 5 tahun lebih??”

“Tapi kan TV nya masih berfungsi dengan bagus?? Belum rusak kan?” sahutku.

“Wajar kalau kita ganti baru, TV lama bisa dihibahkan ke orang lagi, orang yang pasti akan menerimanya dengan senang hati” kata MI tak menyerah.

“Nggak ah!”

Mas Iwan biasanya cuma bisa garuk-garuk sambil menelan ludah didepan jejeran TV Plasma yang gede-gede itu. Thanx ya Mas, garuk-garukmu itu, ludahmu yang tertelan itu, bukti kebesaran hatimu dalam rangka memperjuangkan pendidikan anak-anak kita. Hal-hal seperti ini dari MI lah yang biasanya membuatku terharu.

Begitulah...selalu begitu kejadiannya. Dan tahu tidak?? Allah Maha Kuasa. Kalo sudah rejeki, memang tak akan kemana. Kalo gak percaya, tanya saja pada MI.

Minggu lalu, siang-siang MI telepon dari kantor, sambil teriak-teriak jingkrak-jingkrak. Katanya, barusan orang BCA menelepon, mengabarkan kalau rekening MI menjadi salah satu yang menang undian Gebyar BCA. (Sungguh amat ajaib karena selama ini kami sekalipun tak pernah beruntung kalo menyangkut yang namanya UNDIAN, dan kami sudah mafhum hal itu). Dan bisakah hadirin semua menebak apa hadiahnya???

Iya.... LCD TV....gede lagi!

MI persis Abe kalo habis dibeliin mainan!

“Sudah dicek bener ta? Jangan-jangan itu penipuan...” kataku (hihi gak bisa liat orang senang ya).

“Sudah!! Aku cek pengumuman di koran juga ada! Surat resmi dari BCA juga sudah datang tadi!!” katanya bersemangat. Duuhhh...suamiku......hihihihi.

Alhamdulillah, akhirnya aku pun ikut senang untuk MI. Ternyata memang bukan aku yang mengatur rejeki TV buat dia ya. Lolos dari satu cara, MI ternyata mendapatkannya dari cara yang lain yang tidak kami duga-duga. Hehe...Subhanallah...

Akhirnya, sekarang kami sedang sibuk mencari-cari siapa kira-kira yang akan menampung TV Philips 29 inch kami. Ada yang berminat? Fyi, tombolnya sudah dudul, remotenya sudah berhias selotip, dan badan TV nya sudah penuh dengan sticker, coretan spidol bahkan tempelan hasil origami ala Abe dan Bea lho :-D

:::::.....

Oya, TV yang merk JVC itu, sekarang sudah rusak. Tapi kami sama sekali tak berniat untuk membuangnya. Akan kami simpan sebagai kenang-kenangan sebagai TV yang pertama kali kami beli, dan satu-satunya sampe sekarang. Sekarang TV itu masih nongkrong di salah satu pojok kantor MI, jadi tempat naruh ini itu, hehehe.

:::::.....


 

Keterangan Foto : Zing rupanya ikut gembira juga dapat tempat nangkring baru, ada stempel BCA nya lagi *gak ada hubungannya* :-D

 

Minggu, 23 November 2008

Ke Jakarta, Aku Kan Kembali


merambat malam

Jakarta, Sabtu, 22 November 2008. Dari pagi sampai tengah malam full acara kopdar! Captionnya di tiap foto saja ya, karena ini rekor foto terbanyak yang ku upload dalam satu album, jadi SALUTku pada siapa saja yang betah mantengin dari foto pertama sampai terakhir hehehe

Thx tak terhingga to :

Mbak Dian : hatimu selaksa emas dan ternyata kamu penuh dengan kedalaman ilmu ya mbak, terimakasih untuk kesediaan jadi "babysitter" ku hari itu... 6 jam yang sangat mengesankan! suwun!

Vivi : Kamu bener2 Ibu Kost temen-temen kita! Walaupun kita kemlelet (sama2 di jawatimur tapi mau ketemu aja pake ke jakarta segala hihihi) tapi aku puas banget bisa ketemuan dan doaku selalu untukmu yo bulik...I always love you, and always will be :-)

Bli Gde : gara-gara janjian kopdar sama bli, aku jadi PUAS ngubek2 fx hihihi...coba kalo bli cepet datang, pasti ngubek fx bakalan cuma sebentar hahahaha... sorry ya, pemberitahuan kita memang sangat mendadak, padahal sabtu2 gitu kan bli sibuk kawin??? eh salah, maksudnya moto di kawinan gituuuu..eh salah lagi, ternyata moto2 untuk albumnya Nidji ya... aduh sukses ya, bisa ngarep ditraktir otak2 nih kalo albumnya udah rilis hihihihi

kesimpulan : aku masih kangen otak2 itu hikssss

Langsung saja ya....... ayuk ikut aku jalan-jalan seharian bertemu dengan orang-orang yang luar biasa di album ini!! Ada BONEK juga lhooo di foto ke 26 hahahaha!!!

:::::

Senin, 17 November 2008

Si Podhang yang Nendhang !!


heemmmm kerasa gak harumnya???

Maaf kalo seminggu dua minggu ini ngilang. Tugas lagi banyak banget! Postingan ini juga sudah seminggu yang lalu aku tulis, baru sempat posting sekarang.

:::::.....

Inilah dia jenis mangga yang paling paling paliiinngggg kusuka! Teman masa kecilku, disaat banyak waktu kulewatkan memetiknya dimanapun aku bisa. Di kebun milik buyut, kebun nenek, dan yang paling sering, 2 pohon mangga podhang disamping rumah Ibuk. Beda dengan mangga yang rata-rata bercitarasa manis, si Podhang ini (orang juga suka menyebutnya Kepodhang) bercitarasa nano-nano. Manis, kecut, sedikit pahit (terutama di bagian yang nempel dengan kulitnya). Tapi justru campuran rasa nano-nano itulah yang membuat si Podhang segar tak terkira!

Sayangnya, mangga jenis ini hanya bisa kudapatkan di Tulungagung dan sekitarnya. Jadi ketika aku mulai tinggal di Surabaya, sudah jarang memetik, hanya mengandalkan kiriman dari Ibuk. Belakangan, sekitar 2 musim terakhir aku mulai melihat si Podhang dijual di beberapa tempat di Surabaya, tapi oh tapiii...bukan yang masak pohon gitu! **keluh**

Jadilah, ketika musim mangga berbuah seperti ini, waktu menghabiskan weekend di Tulungagung selalu diisi dengan borong2 mangga podhang! (Borong-borong, karena 2 pohon dirumah Uti sudah gundul semua tak mampu lagi melayani hasrat seisi rumah plus anak cucunya akan mangga huehuehue). Yang kubawa balik ke Surabaya, biasanya nyaris dalam satuan karung! :-D Habis mumpung sih, di Tulungagung kita bisa mendapatkan mangga Podhang yang masak pohon seharga Rp. 2.500 per kilo sedangkan di Surabaya, harganya rata-rata dibandrol 4-5 ribu per kilo, itupun bukan yang masak pohon!! Nggak habis sampai borong-memborong, para supir truk yang biasa ngirim barang TA-Sby atau Sby-TA pun seringkali jadi sasaran numpang di Podhang!! Hehehe pokoknya maruk aja!!

Bukan hanya aku, ABEA sekarang sudah ikut2an terpikat oleh keelokan rasa si Podhang ini. Sama-sama sudah mabuk lho, tiap pulang kerumah, trus tercium segarnya mangga podhang, langsung deh “Ibuukkkk aku mau manggggaaaa..!!!”

Mau dikupas diiris dadu, mau disisir langsung di kulitnya, mau di jus, di sorbet, mau dicocol garam (untuk yang masih muda dan kecuuttt ituuu), aaghhhhh semua sukaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!! :-D

Jumat, 07 November 2008

Sebenarnya Darimana Semua Kebebalan Itu Berasal?

Sekarang mari sedikit menganalisa masa laluku *cieee* hehe. Sebenarnya dari mana ya asalnya segala kebebalan lidah dan hidungku itu?

Yang mampir dipikiranku pertama kali tentu saja mess latihan di klub Tunas Harapan!

Sekitar 5 tahun disitu, selain membangun banyak hal bagus kedalam karakterku, ternyata mess itu juga telah merusak fungsi beberapa panca inderaku *wekekekek* asli!

Jadi Tunas Harapan adalah nama sebuah klub bulutangkis di Tulungagung. Kita biasa menyebutnya dalam singkatan TeHa. Semenjak umur 7 tahun, selama 3-4 jam 4 kali seminggu aku selalu menghabiskan waktu disitu (umur 12 aku memutuskan berhenti karena sudah malu pake celana pendek :-D).

Tentu saja, aku belajar banyak sekali hal disitu. Tentang pertemanan dan persahabatan dengan macam-macam ras dan golongan. Tentang kerja keras dalam berlatih. Tentang sportivitas. Tentang semangat juang dan semangat jatuh bangun. Olahraga memang benar banyak manfaatnya, aku setuju itu. Kalau boleh jujur, 5 tahun aku berlatih di klub itu lah yang cukup banyak menyumbangkan kredit dalam pembentukan karakterku sekarang ini.

Salah satunya ya karakter bebal ini juga! :-D

Secara umum, sependek pengingatanku latihan di Klub TeHa terbagi menjadi 3 bagian penting : TEKNIS, FISIK, MENTAL. Ketiga bagian penting itu biasanya mempunyai 2 tahap : belajar dan berlatih.

TEKNIK tentu saja menyangkut segala hal tentang bagaimana cara bermain bulutangkis yang benar. Dari cara memegang raket di hari-hari pertama sampai dengan bagaimana cara melakukan jump-smash yang benar, semua diajarkan. Latihannya? Dari stroke-stroke yang panjang (kadang berjam-jam) sampai dengan drop-shot session yang lumayan bikin perut jumpalitan.

FISIK menyangkut stamina dong. Biasanya hari latihan fisik menjadi hari yang paling berat buat aku dulu (apalagi sekarang ya, gak bayangin deh kalo disuruh latihan fisik seperti dulu, mending tidur hihihi). Latihan fisik biasanya ya berkutat seputar lari (oh I hate it), skipping (lompat tali), scotch-jump (lihat perutku sekarang pasti gak ada yang percaya kalo dulu bisa scotch-jump hahaha) sampe dengan naik gunung. Naik gunung ini biasanya menjadi salah satu sesi latihan fisik yang menyenangkan buatku, selain latihan long-set (pertandingan 5 set).

MENTAL. Nah ini dia! Ini yang suka menjadi sumber cerita dudul selama latihan dulu. Palatihku dulu, namanya Pak Yoen adalah salah satu pelatih yang unik dan kreatif (baca:dudul). Orangnya memang lucu dan agak antik. Dia sama sekali nggak pernah menggunakan segala macam cacian dan makian dalam pembentukan mental, cara yang lazim dipakai pelatih pada umumnya (tapi asisten pelatihnya, Mas Agus dan Mas Yuli iya, hikss jadi apa bedanya dong buat kita, tetep dimaki-maki juga kan?? hikss).

Misalnya. Ini cerita pas sesi latihan KONSENTRASI pertama kali di kelas remajaku (sejak umur 10 tahun semua penghuni kelas anak-anak otomatis masuk ke kelas remaja). Bukannya masuk lapangan, eh Pak Yoen malah mengajak kita semua makan. Enak ya?? Kita yang pada bengong aja gitu, waktu dia datang ke tempat latihan dengan membawa setumpuk kue kotakan dan menyuruh kami langsung makan. Padahal kita semua baru saja kelar pemanasan! Walaupun agak bingung semua senang juga! Yang pada suka makan sudah cerah ceria duluan wajahnya, dan langsung saja menyambar jatah kotakannya, duduk manis membuka kotak siap makan! Tak terkecuali kami semua. Kalau gak salah menu waktu itu klepon, bakpao dan pastel.

Baruuuu aja kira-kira suapan kedua atau ketiga kami (pas nikmat-nikmatnya tuh), tiba-tiba ada suara dari meja pelatih. "Hoeeeekkkkkkk!!!!"
Kami semua menoleh, Mas Agus (asisten pelatih), mungkin dia masuk angin ya. Kami pun meneruskan lagi makan kuenya.

"Hoeeeeekkkkkkk!!!" walah kasihan Mas Agus.

"Hoeeeekkkkkkk!!!" oh my, suaranya kok makin dekat?? Ternyata Mas Agus sudah pindah tempat duduk, didepan kami semua yang sedang nikmat makan klepon ini. Sambil hoek hoek gitu!!

"Oooooookkkkkkkkk!!!" ampuuunnnn akhirnya jebol juga saudara-saudara!! Didepan kami semua yang sedang makan kue ini!!!

Ugh! Kleponku mendadak nggak enak banget rasanya. Ampuunnnn!!! Duh Gusti!! Ternyata ini disengaja!! Dan Mas Agus sama sekali tidak merasa perlu menghentikan atau paling tidak menyembunyikan muntahannya. Kleponku pun kehilangan 100% citarasanya ketika kemudian komando Pak Yoen keras dan jelas "Semua tetap duduk, dan habiskan kuenya!!"

Teman, bukannya membela diri melawan 2 postinganku terdahulu, tapi setelah hari itu, sebagai orang yang normal, lamaaaaaa aku baru bisa makan klepon lagi. Bagaimana tidak?? Tak lama setelah Mas Agus menyemburkan cairan naganya, ternyata beberapa teman juga ikut terprovokasi, ikut-ikut menyemburkan cairan naganya masing-masing. Ada yang bercampur aroma klepon, ada yang berupa serpihan bakpao ada juga yang warnanya semburat dengan segala macam isi pastel. Aku?? Di latihan pertama itu tentu saja aku tak sanggup menghabiskan kue kotakku, yang berarti minggu depannya aku masih harus mengikuti lagi sesi latihan yang peris sama. (Oh Nooo)

Ya, hari itu kita semua memang menyadari, betapa pentingnya mengontrol KONSENTRASI kita!! Bayangkan kalau kita berada dalam pertandingan yang sangat menegangkan, atau poin yang sangat penting, penonton riuh rendah dan tekanan-tekanan lain, kita harus bisa tetap konsentrasi pada permainan. Harus cukup tenang untuk bermain dan tidak terdistraksi. Poin latihan ini tentu saja adalah bagaimana kita harus bisa memilih arah kemana konsentrasi kita harus diarahkan. Dan jangan biarkan apapun mengganggu.

Tetapi dasar teori, selalu saja terdengar jauh lebih mudah daripada praktik. Aku sendiri, mungkin baru 5-6 latihan berikutnya baru bisa menghabiskan kotak kueku. Semakin hari semakin banyak jenis kue yang terpaksa kumakan didepan cairan naga. Bukan hanya cairan naga, Pak Yoen kadang-kadang membawa kodok yang kemudian dia "bedah" didepan kami yang sedang makan. Atau tikus, atau berbagai macam benda berbau yang tentu semua berasosiasi negatif dengan bau makanan!

Begitulah...
Rasanya sungguh masuk akal kalau sekarang lidah dan hidung ini sudah dudul tak peka lagi hihihi.

Jangan salah, betul apa kata Dwina bahwa kebebalan ini harus disyukuri. Dalam banyak situasi, aku merasa bahwa hal ini banyak gunanya juga. Salah satunya, para ibu yang mengurus sendiri bayinya, pasti setuju denganku. Bagiku, sekedar membereskan muntahan anak-anak, atau kotoran ketika BAB sekalipun adalah hal yang mudah dan enteng. Ada yang teriak takut dan jijik karena melihat kecoak?? Tenang, panggil saja aku hehehe.


:::::.....

Kamis, 06 November 2008

Hidung Bebal (Juga?!?!?)

Caution : Postingan ini mengandung hal-hal yang mungkin mengganggu acara makan Anda. Jadi bagi Anda yang ngempi sambil makan, sebaiknya selesaikan dulu makan Anda, baru baca.

:::::.....

Kemarin seru juga ngomongin soal bebalnya lidahku, langsung ingat pada suatu cerita gara-gara baca komennya Rinda. Nah tapi ini cerita yang lain. Cerita yang bakalan menyangkal habis-habisan cerita lidahku. Karena ternyata, bukan lidahku lah yang paling tidak bisa dipercaya. Tapi mungkin HIDUNGKU!

Ceritanya sudah agak lama terjadi, mungkin 2-3 tahun lalu. Malam itu, kami berada diantara 3 jam perjalanan darat dari Surabaya – Tulungagung. Mau weekend disana ceritanya.

Mas Iwan kalo nggak salah sedang pergi umroh, sehingga akhirnya yang nyetir adalah sopir. Bukan sopir kantor yang biasa kita mintain tolong sewaktu-waktu perlu, karena semua sopir kantor sedang berhalangan. Tetapi sopir gudang, yang notabene terbiasa mengemudikan truk itu. Bagaimana gaya menyetirnya, ya silahkan dibayangkan sendiri :-D

Sekarang posisi duduk (ini penting untuk kebutuhan cerita). Di jok depan ada Pak Sopir dan Agyl, adikku. Di jok tengah ada aku dan anak-anak yang waktu itu sudah pada tidur, maklum malam-malam. Di jok belakang ada Mbak Prapti dan Mbak Pin, kayaknya sedang tidur juga tuh. Tinggal aku ngobrol sana-sini dan dengerin CD sama Agyl dan Pak Sopir.

Mungkin kami sampai sekitar Jombang waktu itu, ketika aku tiba-tiba nyeletuk ke Agyl.

“Hemmmm bau rujak!! Kamu cium nggak baunya Gyl?? Rujakk!! Hemmm enake rekkk!!!”

 

“Mana sih Mbak?? Aku nggak bau apa-apa kok??” sahut Agyl bingung sambil mengendus-endus kanan kiri.

“Iya! Ini lho bau petisnya sampe kecium kesini loh!! Padahal kita didalam mobil! Malam-malam gini lagi!! Berarti rujaknya dahsyat tuh pasti enak!! Kok ada ya yang jual rujak malam-malam gini??” aku masih ngotot meyakinkan.

Agyl makin mengendus-enduskan hidungnya. Bahkan jendela mobil pun dibukanya. “Gak ada tuh bau rujak??? Tengah sawah begini mana ada yang jual rujak mbaakkk???”

Ada!! Tuh tuh tuh baunya petis datang lagi kan?? Pakde Min kerasa kan?? Wonten bau petis kan Pak??” kali ini aku cari dukungan ke Pak Sopir, yang jawabannya sama dengan jawaban Agyl.

 

Arrghhh masak sih mereka nggak mencium bau sedap ini?? Jelas-jelas bau petis yang biasa dipake untuk rujak cingur itu kookk???? Jangan-jangan indera penciuman mereka memang lagi dudul gara-gara Pakde Min nyetirnya anjrut2an gini kali ya???

Tak putus asa, akupun cari pendukung dari tempat yang lain. Arah belakang pun diinterogasi.

“Mbak...bangun mbak, kamu kerasa ada bau rujak nggak?? Bau petis gitu...?”

Ohh... Mbak Pin ternyata nggak tidur, dan jawabannya yang pendek sambil menahan ketawa, sudah cukup membuat duniaku runtuh...

“Ini lho Buk, Prapti barusan muntah...”


HAAAAAAAAA???????? JADIIIIII?????????

 

:::::.....

Dalam komentar yang sarat dengan nada keluhan, setelah ngakaknya bisa berhenti dan perutnya sudah mules (nggak tahu apa karena ketawa, karena bau muntah atau karena bau petis), Agyl cuma bisa bilang “Hebaaaatttt!! Kalo menyangkut makanan, memang daya imajinasimu sungguh hebaattt mbaakkkk!!!”


 

 

Rabu, 05 November 2008

Lidah Bebal

Caution : Postingan ini mengandung hal-hal yang mungkin mengganggu acara makan Anda. Jadi bagi Anda yang ngempi sambil makan, sebaiknya selesaikan dulu makan Anda, baru baca.

:::::.....

Kalau ada satu hal yang benar-benar tidak layak untuk dipercaya menyangkut aku, itu adalah LIDAH. Sudahlah, pokoknya urusan citarasa makanan, jangan pernah tanyakan apa kata lidahku, yang hanya mengenal 2 rasa itu : enak, dan huenaakkkkk!!!


“Makan dimana nih kita?”

“Terserah Iwan aja deh, jangan terserah Wahida!” teman yang sudah apal, kalo lagi ngumpul dan nyari tempat makan pasti begini jawabnya. Ya, kebalikan dengan aku, Mas Iwan malah yang lebih peka urusan rasa. Biasanya memang tempat makan yang direkomendasikan dia, PASTI ENAK! Sedangkan aku? Apa yang menurutku sudah enak terkadang masih menyisakan kernyit di alis dan lidah orang lain hehe.

Ngeselin? Mungkin. Tapi nggak berbahaya kan? Jadi aku ya santai saja. Malah hikmahnya, aku jadi nggak pernah rewel urusan makan. Mau makan apapun, dimanapun, khas daerah manapun bahkan yang khas mancanegara apapun, aku tak pernah mengeluh.

Eit, tunggu. Jadi ingat sesuatu. Nggak berbahaya??? Rasanya harus berpikir dua kali deh menjawabnya. Pikir-pikir, bebalnya lidahku ini bisa jadi bahaya juga sih, apalagi kalau ingat kejadian berikut ini.


Suatu siang, aku dan teman-teman ngumpul makan siang bersama di sebuah restoran masakan Indonesia di daerah Polisi Istimewa. Semua ada sekitar 12 orang, ibu-ibu geng sopir dan penunggu di sekolah anak-anak itu hehe. Dengan rekomendasi sana-sini, maka dipesanlah berbagai menu spesial di tempat itu. Tak berapa lama, menu pun keluar...

Coba-coba, wah memang enak (apa sih yang nggak enak di lidahku coba??). Ayam bakarnya enak, Iga bakarnya apalagi. Setelah mencicipi beberapa jenis masakan, sampailah mataku kepada menu ikan (karena suka sekali ikan, aku selalu mengakhirkan menu ikan, itung-itung save the best for last hehe).

Gurami, digoreng garing...

Kucuwil beberapa sendok ke piringku. Ini pasti gurih! Ternyata ada kejutan, didalam ikannya ada juga kuah yang lalu kusendokkan juga ke nasi di piring. Benar-benar menu baru karena sebelumnya aku nggak pernah lihat yang kaya begini. Kucoba, hemm...di lidahku kuahnya terasa segar, campuran citarasa asam dan kecut yang cukup menggigit. Ikannya juga gurih dan garing, kriuk-kriuk sekali. Enak juga ya??? batinku.


“Enak nggak, Wahida?” tanya Mbak Sisil yang duduk pas didepanku, di seberang meja. Yang lain segera menaruh perhatian ikut menunggu jawabanku, karena memang belum ada yang mencoba menu ikan satu ini.

“Enak! Kuahnya segar lohh! Mirip masakan asem-asem itu!!” kataku enteng sambil terus mengunyah dan menyendokkan ikan berkuah lagi ke mulutku.

“Oya??? Aku nyoba juga deh kalo gitu” kata Mbak Sisil mengambil sendok yang ada diatas ikan goreng, berniat mengambil ke piringnya juga. Tapi kemudian, dia berhenti sambil mengernyitkan dahi...

 

“Ini gurame apa sih?? Tadi siapa yang pesan?? Ini namanya gurame apa?” Setelah tengak tengok, ternyata jawabnya ketemu. Itu Gurame Goreng Asam Manis. Lhoo?? GAM kok begini tampilannya?? Lagian GAM kok pake ada kuahnya segala??

Mulai mengendus ketidak beresan, Mbak Sisil yang pengalaman urusan menu begini (maklum dia pemilik restoran juga), langsung memanggil pegawai restorannya. Aku tak urung menghentikan kegiatan menyendok, walaupun masih terus mengunyah. Ini mah gurame asem-asem, bukan asem-manis, batinku..

 

“Mas Mas, tadi kita pesen gurame asam manis, kok begini sih mas?”

“Iya mas, ini mah namanya asem-asem gurame!” kataku testimoni, sebagai yang sudah memakannya kan??

Si Mas pegawai restoran kemudian mengambil piring berisi gurame goreng itu dan memeriksa. Terutama saus (kuah) yang ada didalam badan ikannya.

 

Mukanya mendadak jadi aneh!

Hal berikut yang dilakukannya adalah membawa ikan itu ke ujung hidungnya.

Mukanya serius mencium-cium bau si ikan goreng itu.

Lalu dengan panik dan bingung, dengan suara geragapan dia buru-buru bilang ke Mbak Sisil.

“Maaf Bu, rupanya ada kesalahan. Ibu mau pesan lagi menu yang sama, atau mau ganti menu lain mungkin?? Silakan pesan lagi saja, ya Bu..”

 

Semua hening... Melongo lebih tepatnya...cukup lama... Lalu tanpa dikomando, semua mengarahkan pandangan mata kearahku...Yang juga melongo...

 

**ugh**

Tiba-tiba ada sesuatu yang mendesak di perutku, semakin naik menuju kerongkongan. Seiring dengan kesadaran yang menghantam di kepalaku (dan sepertinya kepala semua orang juga) tentang sesuatu yang kedengaran seperti “asem”...”kecut”...”ikan”...“basi”..”busuk”...”kesalahan”...

 

Agghhhh!!!

Kali ini, bukan hanya kegiatan mengunyah langsung kuhentikan, tapi whatever apapun itu yang sedang kukunyah, langsung kukeluarkan lagi dari mulutku. Ya Amploooppp!!! What did I just do!!???

 

Sedetik kemudian, tatapan-tatapan melongo kearahku kontan berubah, meletus menjadi banyak hal. Dari rintihan prihatin, lolongan keheranan sampai omelan dan makian yang intinya “Kamu gimana siihhh??? Ikan busuk kok dibilang enakk???”

Yang paling menenangkan tentu saja Mbak Sisil, yang tertawa lebar tak jelas apa maksudnya *ngetik sambil sebel*....aku dan semua yang lain tentu tak punya pilihan lain selain ikut tertawa, mentertawakan siapa lagi kalau bukan diriku sendiri???

 

“Kalau besok ada apa-apa dengan aku, tolong jaga anak-anakku ya??” pesanku memelas kepada semua orang... Oalahhhhh...Dudul...

Bersyukur sekali ya, bahwa sampai hari ini, aku masih bisa hidup dengan sehat, tak kurang suatu apa, bahkan bisa mengetik cerita ini dengan besar hati **hahahahahaha** dan yang paling penting, Allah telah menganugerahiku dengan lidah bebal ini, sehingga setelah semua yang terjadi itu, aku sama sekali tidak trauma makan ikan lagi!


:::::.....

 

Cerita ini, sampai lama kemudian masih jadi pembicaraan diantara kami. Dan pelajaran yang diambil oleh semua orang ternyata adalah : Kalau makan sama-sama dan ada menu baru, PASTIKAN WAHIDA MENCICIPINYA TERLEBIH DAHULU!!

 




Senin, 03 November 2008

Aksi Geli-Geli di Pilkada

Maaf soal judulnya :-D

Suka geli nggak sih, melihat pernak-pernik Pilkada?

Nyoblos di Pilkada Gubernur Jawa Timur putaran kedua baru saja kulaksanakan pagi tadi. Tapi sesungguhnya, hati ini sudah sejak beberapa waktu yang lalu menahan geli melihat beberapa hal seputar Pilkada. Eh, barusan sempat chat sama mpok Harlia, mbahas soal pilkada juga. Fyi, chat sama Harlia itu, membahas hal horor dan serius aja bisa jadi geli, apa lagi membahas yang geli-geli???? Ancurrr hehehe.

Ini dia cerita yang menjadi catatanku, dan juga hasil reportase Mpok Harlia, menyangkut perhelatan pilkada di beberapa tempat.

 

#1

Salah satu Cagub di Jatim terkenal dengan brengos-nya yang lebat (brengos = kumis). Nah, akhirnya untuk slogan kampanye, dia pun memakai kalimat “Ojo Lali Rek, Coblos Brengose!” (Jangan Lupa Rek, Coblos Kumisnya). Memang slogan ini terlihat cukup efektif juga, apalagi di kalangan anak-anak. Suka juga jadi bahan becandaan. Hebohnya, bukan hanya ada di baliho dan spanduk, foto si Pake Cagub ini juga bertebaran di becak, bahkan kereta kelinci. Tak terkecuali kereta kelinci yang suka muter di kompleks. Dan aku perhatikan, foto-foto beliau selalu dudul, ada bekas culekan segala macam benda di seputar kumis dan wajahnya. Mungkin ulah mereka yang dengan taat menjawab seruan "coblos brengose!" itu tadi. Aduh ngeri dan geli juga jadinya liat wajahnya coreng moreng culekan di foto hihihi.


#2

Yang juga agak dudul adalah pasangan CaWagubnya. Untuk mengimbangi sang Cagub, akhirnya beliau ini bela-belain piara kumis (dan harus lebat dong!). Sempat jadi bahan obrolan yang lucu dengan Mas Iwan, karena prasaan beliau ini kan dari jaman dulu gak pernah berkumis lebat??? Berkumis sih, tapi jarang-jarang gitu. Lah, sekarang kok kumisnya ikutan lebat ya??? (**pingiiiin deh tanya apa resepnya??? minimal apa merk obat penumbuh kumisnya gituu**) hihihihi

 

#3

Mpok Harlia cerita, kalau di Jatim ada kumis, di Bandung lain lagi ceritanya. Diantara deretan nama Cagub dan Cawagub, ada sebuah nama : Dada Rosada. Maklum bin maaf, karena aku bukan orang Sunda, maka nama yang tak biasa di telingaku itu sukses bikin aku melongo takjub. Yang lebih bikin takjub lagi –kata Harlia- adalah slogan yang dia bikin. Apalagi kalo bukan “Coblos Dadanya!”       :-o

Reaktif, aku langsung memegang dada, membayangkan bagaimana sakitnya dicoblos, di bagian dada pula! *hihihi dudul*. Ketika aku komentar “Asal nggak gambarnya trus pake baju seksi aja, melanggar UU APP nanti dia” si mpok langsung menyambar “Dia laki-laki, dudul!!”

:-o
Sekali lagi maap bin maklum...karena aku bukan orang Sunda dan hanya bisa melongo takjub dengan ini semua :-D

 

#4

Go to Batam sekarang. Cerita Mpok harlia lagi... Setelah kelar pilkada, terpilihlah Walikota dan Wawalikota yang baru. Nah nama si Wakil Walikotanya itu “Ria Saptarika”. Beberapa waktu kemudian, sang Walikota mendapat banyak ucapan selamat, diantaranya berbunyi begini.

“Selamat atas terpilihnya, punya wakil walikota cantik lagi!”

Si pengirim ucapan ini pasti orang yang sangat sok tau, karena Wakil Walikota Ria Saptarika itu adalah LAKI-LAKI!! wakakakakakakak aduuhhhh!!!! **kok samaaaaa persis kaya aku sok taunya ya??**

 

Hayoo..ada yang punya cerita geli seputar Pilkada juga??



Jumat, 31 Oktober 2008

Bahkan RIDO Pun Menangis !


Kayaknya lama ya nggak nulis tentang serunya tingkah teman-teman Abe di sekolah?

Padahal stok cerita numpuk tuh, karena tiap hari sepulang sekolah Abe selalu “ngecipris” cerita ini itu tentang teman-temannya. Kebanyakan pasti cerita dudul.

Hm...jadi ingat cerita Abe beberapa hari lalu...

Ada yang ingat tentang temen Abe yang bernama Rido??

Yang sudah lupa atau belum berkenalan dengan Rido, coba deh baca dulu cerita Abe Jadi Korban Pijat Malpraktik ini. Setelah itu, jangan lupa balik kesini ya hehe.

Intinya, Rido itu memang jagoan deh di sekolah. Sudah banyak teman-teman yang dibuat klepek-klepek (baca: menangis :D) sama dia. Tapi di sisi lain, Abe selalu melihat banyak hal lucu dari diri Rido. Faktanya, memang waktu kelas 1 dulu mereka satu kelas, jadi Abe lumayan akrab juga sama dia. Buktinya, uji coba kemampuan memijat pun Abe dengan senang hati mau menjadi relawan kan? Hihihi. Ya, berkat Rido, hari-hari Abe menjadi lebih berwarna :-D

Walaupun sekarang di kelas 2 Abe-Rido sudah nggak sekelas lagi, tapi kadang-kadang mereka masih suka ketemu juga. Apalagi di kelas mengaji, mereka masih satu kelompok. Beberapa hari lalu, Abe cerita bahwa Rido menggegerkan kelas mengaji.

“Tadi itu semua GEGER gara-gara Rido, Buk!” lucu mendengar Abe mengucapkan “geger” karena lidahnya yang terbiasa ngomong bhs Indonesia, suka lucu kalo mengucapkan kata-kata Jawa.

“Kenapa lagi dia?” tanyaku sambil menyetir dalam perjalanan pulang. Memori di otak langsung memanggil adegan-adegan Rido : ketika membuat petugas pengantar katering makan siang teriak2 panik ketika keretanya diambil alih Rido dan didorong sepanjang lorong ruang makan padahal masih penuh makanan, atau ketika Rido mengagetkan anak yang sedang pipis sampai kaget dan pipisnya berceceran kemana-mana dan menangis, juga adegan lain dengan genre sejenis. (Semua hasil cerita Abe sih, tapi walau cuma denger saja, aku sudah geli duluan sama anak ini).

“Tadi waktu mengaji, tiba-tiba Rido MENANGIS, Buk!”

Haaa??? RIDO MENANGIS???

Wah kamu bener Be, ini baru GEGER namanya!!

Aku langsung tertarik. Bukan pada fakta bahwa Rido menangis, aku lebih tertarik pingin tahu siapa gerangan yang sudah BERHASIL membuat Rido menangis! :-D

“Wah nggak kebayang deh Ibu lihat Rido bisa menangis. Gimana ceritanya dia sampai nangis sih Be??”

“Tebak”

Haduh ini anak. Turunan bapaknya banget, kalo cerita selalu begini, diulur-ulur, dipanjang-panjangin biar yang denger tambah penasaran!! *and they both know that i hate to be curious, i hate it to death* alamak...

Ya sudahlah, beberapa tebakan kuberikan : dimarahin ustad, dipukul temen, uang saku hilang (jujur, aku pun tahu kalo tebakanku ini gak akan bener, karena nggak mungkin hal2 itu akan bisa membuat Rido menangis)

“Nyeraahhh!”

“Tadi itu kita semua lagi serius mengaji. Ehhhh tiba-tiba Rido begini..”

Abe pun siap memeragakan dengan dramatis (yang niruin aja udah dramatis, gak kebayang yang aslinya). Tangan kanan diangkat, punggung telapak tangan ditempelkan ke mata, digosok-gosokkan sambil mengeluarkan suara tangis yang menyayat hati.

“HUHUUUUUUUU!!!!!! HUHUUUUUUUUU HUWAAAAA!!!!!! NGANTUUUUUUUKKKKKKKKKKKK!!!!!!!!”

 

***gubraaaaaaxxxxxxxxxxxxxx***

Jadi Rido menangis karena NGANTUKKK????

“Iya, katanya dia tadi malamnya tidur jam setengah 11 malam karena diajak nonton film Laskar Pelangi sama papanya”

Kami pun jadi ngakak tertawa berdua di mobil. Rido...Rido...

:::::.....

(Ket. Foto : Rido waktu peringatan Maulid Nabi kelas 1 tahun lalu)



Rabu, 29 Oktober 2008

Ulang Tahun Yang Sangat Penting!

Hari ini, 30 Oktober 2008, alhamdulilah usia Abe genap 7 tahun. Seperti ulang tahun sebelum-sebelumnya, keputusan kami lah untuk tidak melakukan kemeriahan apa-apa kalau ada yang ultah di keluarga ini. Paling hanya sebentuk kado kecil dan segudang peluk cium plus doa untuk the birthday boy. Seperti biasa juga, tadi pagi aku sudah menulis pesan khusus untuk ustadzahnya, di buku penghubung. Kebiasaan yang sudah aku lakukan sejak Abe mulai sekolah Playgroup dulu, setiap kali dia berulang tahun.

 

“Asw. Ustadzah, alhamdulillah, hari ini 30 Oktober 2008 usia Abe genap 7 tahun. Ada tugas dari Ibuk untuk Abe di sekolah : meminta sebanyak mungkin doa dari semua ustadz/ah yang ditemui di sekolah, semoga Abe tumbuh jadi anak sholih dan mandiri. Mohon dukungannya. Terimakasih.”

 

Walaupun tak ada kemeriahan apalagi pesta, tapi ulang tahun kali ini menjadi salah satu ulang tahun yang paling PENTING untuk Abe dalam perjalanan hidupnya. Mengapa?

 

Ini gara-gara sebuah tips dalam mendidik anak yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. Sebuah tips yang –syukurlah- sudah aku baca (dari majalah2 dan buku) dan dengarkan (dari pengajian2) sejak sebelum anak-anak lahir. Tips dari Rasulullah yang ternyata kemudian aku dapati sangat sesuai dengan teori-teori perkembangan dalam Ilmu Psikologi.

 

7 tahun pertama, perlakukanlah anakmu seperti seorang pangeran didalam istana

7 tahun kedua, perlakukanlah anakmu seperti seorang murid dengan gurunya

7 tahun ketiga, perlakukanlah anakmu sebagaimana seorang sahabat yang paling dekat

 

Memang luar biasa tips dari Rasulullah. Teori psikologi perkembangan dari manapun pasti akan setuju dengan tips ini!

 

7 TAHUN PERTAMA

Masa dimana anak-anak harus mendapatkan kebebasan dalam ber-EKSPRESI. Ketika dia harus bisa mengaktualisasikan dirinya dengan kebebasan yang tanpa batas. Dimana anak-anak tidak boleh terlalu banyak dilarang atau mendengar seruan “Jangan!”. Kasarnya, apa-apa aja boleh dan maklum deh. Mau loncat-loncat pencilakan, mau teriak dan tertawa terbahak-bahak, mau main kotor, main ini main itu, bertingkah ini bertingkah itu, semua silahkan! Dituruti! Wah kayaknya periode ini memang paling fun ya? Memang! Itu juga kok yang kurasakan sebagai orangtua :-D malah terkadang aku sedikit terlalu lebih “having fun” daripada anaknya atau daripada semestinya hehehehe.

 

7 TAHUN KEDUA

Bahkan Piaget, psikolog kondang sepanjang masa itu, setuju dengan Rasulullah, dengan menyebut bahwa usia anak 7-12 tahun adalah usia untuk mulai belajar tentang MORAL. Tentang apa yang benar dan salah. Tentang apa yang patut dilakukan dan yang tidak. Waktunya anak-anak belajar tentang hak dan kewajibannya, baik sebagai makhluk individu, maupun makhluk sosial. Waktunya anak-anak belajar tentang sopan santun dan tanggungjawab. Baik kepada Allah maupun kepada sesama manusia. Baik kepada orangtua, maupun kepada teman bahkan adik dan sepupu yang lebih kecil. Intinya, anak-anak mulai belajar! Ada kalanya orangtua harus mengatakan “Jangan lakukan ini, karena akan berakibat begitu”. Ada kalanya anak belajar untuk benar-benar menerima konsekuensi dari apa yang dilakukannya. Waktunya orangtua memasang ‘standard bar’ akan apa yang baik dan tidak untuk dilakukan (tentunya menurut norma-norma yang dianut oleh keluarga tersebut). Ya, anak-anak mulai menjadi murid, dan kita lah yang menjadi gurunya. Yang menjadi tauladan dalam rangka menunjukkan apa yang baik dan tidak untuk dilakukan.

 

7 TAHUN KETIGA

Praktiknya, anak-anak mulai ABG (usia 14 tahun kan?). Mulai subur benih-benih pemberontakan kepada orangtua, yang kata para ahli sebenarnya adalah cara dia menunjukkan bahwa dia adalah pribadi yang berdiri sendiri (which is, a good thing right??). Bukan lagi seorang ‘anak’ yang harus selalu menurut apa kata orangtuanya. Bahkan, kata-kata seorang TEMAN akan lebih menarik dan masuk akal daripada kata-kata orangtua. Apa aja deh, pokoknya jangan berurusan dengan orangtua (baca: makhluk-makhluk yang serupa bos galak dan suka memerintah dan selalu memperlakukannya seperti anak kecil).

Rasanya kalau sudah tiba waktunya, inilah saat dimana nanti aku harus berhenti menjadi orangtua bagi anak-anak. Paling nggak, berhenti jadi makhluk-makhluk yang serupa bos galak dan suka memerintah dan selalu memperlakukan remajanya seperti anak kecil. (Duh, semoga aku bisa, mendengar banyak cerita orangtua menghadapi anak-anak remaja, semoga aku menjadi tambah siap dan waspada). Ya, saatnya berhenti menjadi orangtua, dan mulai menjadi SAHABAT bagi anak-anak. Hal yang tidak mudah, tapi aku percaya ini mungkin (banyak juga contoh orangtua-orangtua yang menurutku berhasil melakukannya, semoga bisa menajadi contoh dan tauladanku). Konon, membangun komunikasi positif sedari anak-anak kecil adalah kuncinya, dan rasanya aku masih sempat memulainya.

 

:::::.....

 

Kembali ke Abe dan hari ini. Ulang tahun kali ini tentu menjadi ultah yang PENTING buat Abe. Bukan hanya kami bapak-ibuknya yang menyadari hal ini, karena bahkan sudah sejak usia 5 tahun, Abe sudah paham benar teori 3x7 diatas. Sudah sejak bertahun yang lalu kami dan dia mempunyai semacam ‘pakta’ bahwa ketika dia menginjak usia 7 tahun nanti, kecuali kasih sayang keluarga, banyak hal yang akan berubah dirumah ini.

 

Misal :

 

###

Dulu : (**suara adzan berkumandang di masjid depan**)

Ibuk : Abeee sudah maghrib, waktunya sholat.

Abe : Iyaaaaa (sambil masih meneruskan main game di komputer dan setelah diingatkan 3-4 kali, baru 15 menit kemudian berangkat sholat maghrib)

Ibuk : **masih okelah, sambil tak lupa mengingatkan soal pakta ultah ke 7**

 

Sekarang :

Sholat di awal waktu merupakan pakta terbesar tahun ini. Abe sudah paham itu, tinggal menunggu pelaksanaan saja. Bapak bahkan mencanangkan, bahwa kalau pas maghrib bapak sudah pulang, maka Abe harus mau ikut bapak sholat Maghrib dan Isya’ berjamaah di masjid.

Kalau Abe tidak melakukan seperti yang di pakta, apa yang akan dilakukan? Sesuai kesepakatan, maka akan dicatat di buku penghubung alias dilaporkan ke ustadz/ah (fyi, hal ini adalah hal yang paling ditakuti Abe) supaya Abe dinasihati lagi disekolah.

 

###

 

Dulu : Kalo sholat, Abe seringkali masih pake celana pendek (baju rumahnya sehari-hari), karena males pake sarung atau pake jubah gamis, atau celana panjang. Jadi urusan menutup aurat masih dudul.

Sekarang : simpenan gamis oleh-oleh bapak umroh yang setumpuk itu kayaknya bakalan bersorak gembira deh, karena ternyata Abe lebih memilih pake gamis daripada pake sarung atau celana panjang setiap kali sholat.

 

Dengan kata lain, SHOLAT lebih tertib! Itu memang pakta pertama kami. Mohon doanya ya, semoga semua lancar seperti yang kami semua rencanakan :-)

 

###

 

Dulu : Ibuk selalu darah tinggi duluan kalau melihat kamar tidur Abe berantakan ketika siap-siap sekolah. Dan akhirnya ‘memilih’ untuk membantu Abe siap-siap, daripada kamar jadi kayak kandang Zing dan Abe terlambat ke sekolah karena acara siap-siap yang lamaaaaa dan kacauuuu. (Yang seringkali berkunjung ke blog ini, pasti tahu kalau Abe sangat susah mandiri dan motorik halus yang kurang membuat dia gedubrakan kalau melakukan sesuatu.)

Sekarang : banyak-banyak ambil napas untuk mengatasi darah tinggi, dan kalau perlu Ibuk mengikat tangannya sendiri untuk mencegah supaya tangan tidak membantu Abe dalam bersiap-siap. Jangan lupa tangan si mbak diikat juga, hehe. Kalau sampai jam waktu berangkat Abe belum siap juga, maka sudah menjadi perjanjian kami bahwa Abe akan ditinggal saja. Bea akan diantar ke sekolah dulu, kemudian kalo sudah siap Abe dititipkan pada Pak Sis (penjaga asrama panti yang juga kerja di kantor bapak) waktu Pak Sis berangkat ngantor. Dan tentu saja, konsekuensinya Abe akan terlambat datang ke sekolah.

 

**pfuih**

 

Kelihatannya tahun yang berat ya? Bukan hanya untuk Abe, tapi juga kami orangtuanya lho! Tapi sekali lagi, inilah yang PENTING untuk dilakukan. InsyaAllah ini yang terbaik untuk Abe. (Syukurlah setiap kali membahas tentang pakta itu, Abe sendiri yang selalu menyimpulkan, “Ini yang terbaik untuk Abe ya, Buk?” (sambil matanya menerawang jauh dan nggak jelas hihih)...Iya Nak, insyaAllah... Semoga Allah mempermudah untuk kita semua ya, sayang. Diatas semuanya, kasih sayang Bapak dan Ibuk kepada Abe TIDAK AKAN pernah berubah! Bahkan akan selalu bertambah dan bertambah...

 

:::::.....

 

Mau sedikit mengintip pakta “Usia 7 Tahun Abe” kami? Inilah dia :

  1. Sholat di awal waktu
  2. Pipis dan E’ek (ini usulan Abe, dengan alasan bahwa sangat berbahaya kalau kita menahan atau menunda waktu kita kebelet pipis ataupun e’ek...betul juga ya? hihihi)
  3. Mengaji setiap hari
  4. Menyiapkan sekolah sendiri
  5. Kegiatan Suka-Suka Sampai Puas

 

(Ditandatangani kita semua. Nomor urut menunjukkan prioritas. Jadi ketika no 1 harus dilakukan, maka semua no yang dibawahnya harus mengalah. Begitu seterusnya.)

 

:::::.....

Minggu, 26 Oktober 2008

Skenario Untuk Fitri dan Fikri

Fitri adalah salah satu teman seangkatan Abe di sekolah, sejak TK A dulu sampai sekarang kelas 2 SD. Sedangkan Fikri adalah satu-satunya kakak  Fitri dan sekarang duduk di kelas 6 SD. Dan tulisanku ini, adalah cerita tentang sepasang kakak beradik yang –insyaAllah- akan menjadi anak-anak yang dekat dan sangat disayangi Rasulullah.

Ketika dulu sekolah baru saja mulai untuk Abe di TK A (pertengahan 2005), waktu-waktu itulah kami (para walimurid angkatan itu) mulai mengenal Mbak Laila, ibunya Fitri. Seorang wanita cantik yang menyenangkan. Dan baru beberapa bulan juga ketika kita semua dikejutkan dengan berita tentang meninggalnya sang suami. Tak hanya terkejut, kami semua juga tak kuasa menahan airmata setiap kali melihat sosok Fitri yang waktu itu masih berumur 4 tahun dan sudah yatim.

Dan yang kami lihat dari Mbak Laila waktu itu hanyalah ketegaran, ketabahan dan keikhlasan seorang istri yang ditinggal suami dengan 2 anak yang masih kecil.

Beberapa saat kemudian, setelah lama nggak muncul di sekolah, Mbak Laila muncul dengan beberapa tester kue kering. “Aku bikin-bikin kue mbak, siilakan cicipi, dan kalo berminat telpon saja aku ya” katanya. Dia sempat bercerita kepada seorang teman, betapa dia sangat memerlukan kesibukan itu. Harta peninggalan almarhum suaminya yang lebih dari cukup untuk biaya hidup dan sekolah anak-anak, tidak membuatnya lantas berleha-leha. Konon dia memang termasuk wanita yang tidak betah duduk diam.

Diam-diam, kami sesamaa walimurid sering rasan-rasan betapa Mbak Laila memang wanita yang tegar. Dan ketegarannya itu, kembali dia buktikan kepada kami semua.

Sekitar 2 tahun lalu, kami mendengar bahwa dia menikah lagi. Tentu semua turut berucap syukur untuknya. Apalagi menurut cerita-cerita, suami yang sekarang sangat baik dan sangat menyayangi anak-anak. Beberapa kali kami juga melihat si bapak ini menjemput Fitri dan Fikri di sekolah. Life seems back to ‘normal’ for Mbak Laila, Fikri dan Fitri.

Tetapi, rupanya memang hidup ‘normal’ hanyalah untuk orang-orang yang ‘normal’. Hidup normal bukanlah untuk manusia-manusia pilihan Allah yang luar biasa. Manusia-manusia seperti Mbak Laila, juga Fitri dan Fikri.

Luar biasanya, Mbak Laila ternyata sempat juga ‘mencurangi’ kami semua. Ketika suatu hari seorang teman datang membawa berita bahwa Mbak Laila sakit dan harus menjalani kemoterapi, kami cuma bisa istighfar dan melongo. Istighfar karena ternyata sudah beberapa bulan dia dinyatakan terkena kanker getah bening, dan tak ada satupun dari kami mengetahuinya. Melongo karena bahkan hanya beberapa hari sebelumnya, seorang teman masih melihat Mbak Laila menjemput anak-anak sekolah, dan sama sekali tidak kelihatan seperti orang yang sakit parah. Dia masih ceria dan menyenangkan seperti biasanya.

Astaghfirullah...

Akhirnya, bergantian kami menjenguknya. Siapa yang sempat, datang membezuk bergantian dalam selang waktu tertentu. Aku pribadi, setelah sekali membezuknya, selama setahun terakhir ini tidak pernah lagi membezuk. Alasan klasik yang membuatku malu sendiri, yaitu kesibukan. Beberapa kali dengan beberapa teman aku juga sempat janjian untuk menjenguknya, tapi nggak tahu kenapa, belum terlaksana juga.

Sampai Kamis malam kemarin, datanglah sms pilu itu..

“Innalilahi wa inna ilaihi rojiuun. Setelah 1,5 tahun berjuang melawan kanker, Mbak Laila akhirnya menghadap Allah, Rabu malam dan langsung dimakamkan jam 23.00 WIB”

Mbak Laila, bahkan kaupun tak mengijinkan kami untuk meratapimu di hari pemakamanmu... Hari Kamis malam kami semua baru mendengar kabar duka itu, padahal Rabu malam jenazah Mbak Laila sudah dimakamkan. Mbak Laila meninggal di usia 34 tahun.

Ya Allah...kami sadar hanya atas ijin dan kuasaMu sajalah yang bisa membuat ini semua terjadi. Tapi tak urung, sangat pilu hati kami membaca sms itu. Sebagai seorang ibu, yang langsung terlintas di pikiranku tentulah Fitri dan Fikri. Ampunilah kami karena kali ini kami hanya bisa menyaksikan skenarioMu dengan hati yang hancur dan pilu.

Jumat pagi 24 Oktober 2008 kemarin, akhirnya ramai-ramai kami bertakziah kerumah duka. Dan kepiluan kami pun pecah meledak dengan cara yang tak bisa kami bendung lagi. Apalagi ketika dari lantai 2 muncul seorang anak 7 tahun yang cantik dan masih tersenyum ceria, yang kemudian bersalaman dengan kami semua satu per satu... Diantara tangis air mata pilu kami dan neneknya, kami hanya bisa menyebut nama Allah tanpa henti. Bertambah menusuk pagi itu ketika kemudian satu persatu cerita meluncur dari ibunda Mbak Laila dan suaminya...

“Laila tidak pernah mengeluh, sudah lama dia merasa siap apapun yang terjadi dengan dirinya. Dia sudah pasrah sama Allah. Dia hanya akan sedih ketika mengingat anak-anak... Kami selalu bilang, jangan lah kamu sedih dan khawatir, banyak yang akan menjaga anak-anak. Dan terutama, Allah akan menjaga mereka. “

Sebelum meninggal, mbak Laila sempat koma selama 3 hari. Dan setiap kali Fitri dan Fikri datang, setiap kali itu juga bulir airmata selalu menetes dari matanya yang tertutup. Si nenek juga cerita bahwa yang paling mengagumkan adalah Fikri. Bocah laki-laki 11 tahun itulah yang selalu mengelus tangan ibunya selama koma, membisikkan kata sayang dan ikhlas kalaupun Allah akan memanggil sang bunda. Kata nenek, nafas terakhir Mbak Laila terhembus beriringan dengan setetes airmata dari mata yang tertutup koma, tepat ketika Fikri menyelesaikan bacaan Yasinnya untuk sang bunda...

Nenek bilang, pantaslah alm ayah Fikri wanti-wanti berwasiat bahwa anak-anak harus terus bersekolah di AL Hikmah (sekolah Islam). Almarhum tak lagi menginginkan apa-apa selain Fiktri dan Fikri menjadi anak-anak sholih/sholihah yang akan terus mendoakan orangtuanya. Untuk itulah dia percaya bahwa salah satu caranya adalah terus menyekolahkan anak-anak di sekolah yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Dan apa yang dilakukan Fikri di saat-saat terakhir Mbak Laila, rasanya sungguh menjadi jawaban atas doa dan keinginan almarhum ayahbundanya...

Dalam tangis pilu, kami hanya bisa turut berdoa,

Untuk almarhumah Mbak Laila, teman yang telah menunjukkan pada kami pelajaran terdalam..

Tentang ketegaran dalam menjalani hidup, bagaimanapun skenarionya..

Juga keikhlasan dalam menerima skenario hidup kita masing-masing...

Semoga semua amal ikhlas dan ibadahmu diterima oleh Allah

Dan diampukan semua kesalah dan dosa...

 

Juga untuk Fikri dan Fitri,

Kami percaya pemilik semua skenario hanyalah Allah semata...

Kami juga percaya bahwa Allah juga yang Maha Penjaga...

Semoga kalian berdua menjadi anak sholih/ah yang selalu berdoa untuk ayahbunda...

Banyaklah berdoalah Nak, karena sungguh kami percaya, doa-doa anak sholih dan anak-anak yatim, akan selalu dijawab oleh Allah SWT...

Aminn