Jumat, 25 Januari 2008

[Fwd] Tips Agar Tidak Bete Saat Didalam LIFT

I just think this is funny! :-D

Postingannya aku dapat disini http://maryanto77.multiply.com/journal/item/241/15_tips_agar_tidak_bete_saat_di_dalam_lift

Thx to Mas Maryanto :-D

:::::.....



15 TIPS AGAR TIDAK BETE SAAT DIDALAM LIFT :

 

1. Ketika anda hanya berdua dengan orang tak dikenal, colek bahunya!
Kemudian anda pura-pura melihat ke tempat lain..

2. Tekan tombol lift kemudian anda pura-pura kesetrum.
Tersenyumlah, lalu..... ulangi lagi.

3. Pasanglah muka menyeringai kesakitan sambil memegangi kepala anda dan
mengumpat: “Diam, semuanya diam!”

4. Gunakan HP anda untuk telpon ke Psikolog sambil bertanya apakah dia
tahu di lantai berapa anda sekarang ?

5. Bawalah kamera dan ambillah gambar semua orang yang ada di dalam
lift.

6. Pindahkan meja kerja anda ke dalam lift. Jika ada yang masuk,
tanyakan apakah mereka sudah membuat janji.

7. Bentangkan papan catur di lantai lift dan ajaklah orang-orang,
barangkali ada yang mau main.

8. Letakkan sebuah bungkusan di pojok, jika ada yang masuk, tanyakan
apakah mereka mendengar suara tik...tik...tik...

9. Anda pura-pura jadi pramugari. Tunjukkan prosedur keselamatan
penerbangan seperti di dalam pesawat terbang.

10. Ketika pintu menutup, beri pengumuman kepada orang-orang. Tenang,
jangan panik, nanti pasti terbuka lagi koq.

11. Bukalah tas anda, sambil melihat ke dalam tas,
tanyalah: “Udaranya cukup nggak disitu?”

12. Diam dan jangan bergerak sama sekali di pojok lift, menghadap
dinding, jangan pernah keluar.

13. Bawalah wayang golek atau wayang kulit, gunakan wayang itu untuk
ngobrol dengan orang di dekat anda.

14. Dengarkan suara di dinding lift dengan stetoskop.

15. Buatlah garis di lantai sekeliling anda menggunakan kapur, lalu
bilang: Ini adalah wilayah SAYA

Selamat mencoba....

:::::.....

Foto dicomot dari sini.

Kamis, 24 Januari 2008

[Pamit] It's Gonna Be Our First Roadtrip Holiday Ever :-)

Dari dulu kala, aku sangat mengidamkan suatu saat bisa mengajak anak-anak liburan roadtrip. Maksudku bener-bener liburan dan bener-bener roadtrip!

Bener2 liburan maksudnya, ada waktu lumayan panjang –min 5 hari lah- dan bukan sekedar liburan weekend yang cuma 1-2 hari.

Bener-bener roadtrip maksudnya, ya selama itu kita menyusuri kota demi kota dengan perjalanan darat. Bukannya ambil tiket pesawat, menuju ke suatu kota/hotel/apapun sebagai tempat jujugan, menghabiskan waktu disitu, untuk kemudian pulang lagi dengan pesawat. Melainkan kita semua bermobil menyusuri sepanjang jalan darat yang kita lewati, menikmati suasana kota demi kotanya, mencoba makanan-makanan khas dan menghirup aura udara dari kota satu ke kota lain.

 

Tahun-tahun yang lalu, setiap liburan yang kita lakukan adalah selalu pulang kampung, menghabiskan waktu liburan sekolah Abe ke rumah Kakung/Uti di Tulungagung. Itu karena suami masih menganggap Bea terlalu kecil untuk perjalanan roadtrip yang panjang dan –pastinya- melelahkan.

 

Tahun ini, we’re gonna give ourselves a try. Bea yang sudah 3,5 tahun, dinilai sudah cukup kuat untuk sebuah paket roadtrip seminggu. Abe pun sudah terlalu lama menunggu. Liburan sekolah yang seminggu lebih dan tidak dalam high-season (satu keuntungan sekolah di SD swasta) memberi keuntungan extra, karena terus terang saja, aku males sekali pergi ke tempat2 liburan ketika high-season, misalnya libur akhir tahun kemarin itu. Mending dirumah saja membenamkan diri dengan buku dan internet (sejujurnya, kalo nggak memikirkan anak2, inilah liburan paling favoritku wakakakak) daripada terbenam di lautan sesama pelancong di tempat liburan.

 

Hasil polling ke mbak2 ART menunjukkan bahwa mereka pun memilih ikut. Rencanapun dibuat, dan tujuan ditetapkan : Bali. Si Bapak pun sudah bersiap jadi full-time driver, guide sekaligus sponsor utama (yaay! asyik tabungan ibuk utuh! Hueheheheh don’t we just love him so much??).

 

Dua hari menjelang keberangkatan (rencana Jumat dini hari)....

“Yakin Bea kuat?” mas Iwan adalah salah satu dari berjuta suami2 di dunia ini yang menurut pandangan istrinya, terlalu protektif sama anak-anak.

“Yakin!” dan aku adalah salah satu dari berjuta istri2 yang merasa bahwa anak-anak adalah makhluk Allah yang paling kuat dan gampang beradaptasi, tergantung bagaimana si ibu membiasakannya. Dan musuh kami tentunya adalah sikap over-protektif yang slogan utamanya adalah “Jangan Ini!” dan “Jangan Itu!”. Kami adalah para ibu yang tak akan lelah meneriakkan “Go For It!”, meskipun seringkali terdengar agak naif dan memaksakan. Masalah anak-anak capek, flu atau batuk itu urusan kemudian, kan bisa diobati. :-D

 

Mas Iwan belum yakin... Kelihatan banget kok. Wah bisa-bisa acara liburan roadtrip ke Bali batal berantakan nih... Heran, padahal kan bapaknya “raja jalanan”, kenapa khawatir anaknya capek di jalanan? Tahun lalu kayaknya sudah pernah terjadi kebimbangan yang kaya gini, dan perjalanan ke Jogja pun sudah sukses batal! Kalau begini terus, kapan anak2 bisa jalan2 lihat dunia???

Akhirnya, diambillah jalan tengah. Kita berempat berangkat naik pesawat. Sebelumnya, mbak2 ditemani pak sopir, pergi duluan pake mobil. Sehingga, acara roadtrip kita secara resmi –hallah- baru akan dimulai ketika pesawat yang kita tumpangi dari Surabaya mendarat di Airport Ngurah Rai dan mas Iwan menggantikan posisi pak sopir yang langsung balik lagi ke Surabaya. Nanti, pulangnya barulah kita bisa menikmati rangkaian kota-kota yang terbentang memisahkan Bali-Surabaya. 

“Bisa lumayan menghemat tenaga Bea” kata si Bapak.

Itupun dengan perjanjian, bahwa kalau sewaktu-waktu Bea terlihat dudul karena capek, maka pulangnya Ibuk nggak boleh protes kalau si Bapak memutuskan membeli 3 tiket pesawat Denpasar-Surabaya. Satu untuk Ibuk dan 2 untuk anak-anak. Dan Bapak? Bapak berarti akan roadtrip sendiri bersama mbak2...kan harus nyupirin mobilnya?? &#&(#*!@_*#!@&$%&*$* 

Ya sudahlah...-batin Ibuk-...masih bisa roadtrip selama di Bali. Dari pantai, pedesaan sampai pegunungan, semoga Bea (dan semuanya) sehat-sehat saja. Karena bisa dibilang, Ibuk “mempertaruhkan” pendapat dan stamina anak-anaknya didepan Bapak. Kalau sampai terbukti salah, kayaknya si Bapak akan lebih protektif lagi tuh sama anak-anak. I don’t want that to happen for sure! :-(

Minta doanya ya, besok siang (Sabtu, 26/1/2008) kita berangkat. Semoga liburannya lancar sampai kembali kerumah minggu depan. Hari ini seharian packing karena barang2 dan koper harus berangkat duluan, bersamaan dengan mbak2 dan mobil, nanti malam. Maaf juga kalau seminggu kedepan nggak banyak online. Walaupun suami selalu membawa online-kit nya kemana-mana, tetapi kalo sudah seharian capek sama anak2 main di pantai, pedesaan dan pegunungan, kayaknya kalo ada waktu luang Ibuk bakalan molor aja deh... :-D 


Have a nice week everyone... :-)

:::::.....

Selasa, 22 Januari 2008

[Ulangan Abe] Tulisan-Tulisan Ajaib :-S


Yang hebat tentu saja adalah kesabaran dan ketekunan bpk2/ibu2 guru yang mengoreksi ujiannya... Kalo aku disuruh mengoreksi ujian yang tulisanya persis kecambah yang disebar diatas kertas begini, sudah kriting otakku...mungkin langsung ak coret2 aja pake tinta merah tanda salah...

Salut buat para guru, subhanalloh...

Memang benar bahwa semua orang lahir dengan kelebihan dan kelemahannya sendiri-sendiri.

Disamping kemampuan kognitif intelegensinya yang tinggi (IQ Abe masuk dalam range Very Superior), Abe agak kurang di Intrapersonal Intelligence-nya (kurang mandiri, kurang bisa menahan diri (sangat impulsif), sulit dimotivasi, dlsb). Kemampuan bahasa dan kreativitasnya yang luar biasa untuk anak2 seumurnya dibarengi dengan kelemahannya di motorik halus (untuk anak2 seumurnya). Untuk urusan satu ini, bahkan sejak dari TK sampai sekarang ini, aku harus sering-sering “kencan” dengan Ibu Guru BK di sekolah.

Motorik halus kurang? Bisa ditebak, kerapian tulisan tangan Abe pastilah “fenomenal”! :-D Masalah tulisan yang tidak rapi, aku sendiri juga mengalami hal yang sama, tulisan tanganku sangat “sandi rumput”. Tetapi untuk urusan –misalnya- meronce, melipat, dan pekerjaan motorik halus secara umum, aku relatif tidak punya masalah. Aku jadi ingat bagaimana Ibukku dahulu seringkali mengajak dan memberikan latihan2 motorik halus, I guess this is why I got better, so rasanya aku juga harus semangat untuk lebih mengoptimalkan lagi kemampuan motorik halus Abe (semangat!!) :-)

Oya, masalah tulisan... Dua lembar hasil UAS dibawah ini mungkin bisa memberi gambaran. Walaupun setiap bikin komik hasilnya selalu mengundang decak kagum, tetapi kalau giliran tulis menulis..... ladies and gentlemen, I present to you....ABE! **eng ing eeeng**

[Ulangan Abe] Jawaban-Jawaban Ajaib :-D

Lucu sekali lho mengintip jawaban ulangan anak-anak!

Apalagi kalau anaknya baru kelas 1 SD dan daya imajinasinya luas sekali. Dari semua bentuk soal, yang berupa isian bebas pasti yang paling banyak mengundang geli. 

Beberapa hari ini aku sms-an dengan teman2 sesama walimurid, ngobrolin lembar ulangan yang hasilnya dibagikan beberapa hari lalu. Kami pun tak henti ketawa2 geli melihat jawaban anak-anak yang kadang suka ajaib dan entah darimana bisa dapet ilham untuk menjawab itu. Bukan hanya tak ada di buku paket, tetapi –jelas2- tak ada juga di pikiran orang-orang dewasa seperti kita yang memang suka terjebak dalam jawaban baku alias nggak imajinatif.

Jawaban2 itu, biarpun mendapat mark SALAH atau coretan merah, tetapi aku juga yakin sudah bikin ibu/bpk guru yang mengkoreksi pun tertawa geli! 

:-D

Atas izin para ibu2 yang “bangga luar biasa” dengan jawaban ulangan anak2nya yang ajaib2 itu, berikut ini beberapa contoh yang berhasil kuhimpun :-D...aku mulai dari Abe ya, kata2 yang diketik dengan caps lock adalah jawaban anak-anak.

**bahkan sebelum ngetik pun aku sudah pingin ketawa geli hihihihi**

 

ABE :

o        Sebelum berangkat ke sekolah, sebaiknya kita minta....orangtua. [UANG JAJAN] ===> jawaban yang benar tentu saja adalah “izin” tetapi hebatnya, dari semua ibu2 yang kuhubungi mengaku jawaban inilah yang dipilih anak-anaknya hihihihi)

o        Mengapa di kamar mandi tidak boleh berduaan? [KARENA TIDAK CUKUP] ===> koreksi dari gurunya sih harusnya “karena terlihat auratnya”, dan aku agak dudul merasa bersalah dengan hal ini karena berpikir jangan2 Abe lupa/salah menjawab karena tanpa kami sadari Abe tahu kalo bapak ibuknya suka mandi berdua ya??? **mikir keras sambil istighfar**

o        Contoh sikap yang tidak baik ketika makan dan minum adalah.... [MAKAN MSG TERLALU BANYAK] ===>walaupun salah tapi membuktikan dia ingat pesan ibuknya hahaha

o        Agar tidak layu, tanaman perlu... [DISIRAM] ===> eh, jawaban ini betul lho :-)

o        Agar tampak rapi, tanaman perlu... [DISIRAM] ===> yang ini tentu salah :-(d

o        Agar tumbuh subur, tanaman perlu... [DISIRAM] ===> oalah.... :-S

 

ABID (thx to Tante Sofie) :

o        Pelajaran IPS : Orang tua perempuan dari ayah disebut....[TANTE] ===> hahaha kamu bener mbak Cop, ini mencurigakan :-D

o        Sebelum berangkat ke sekolah, sebaiknya kita minta....orangtua. [UANG SAKU] ===> tuh kan...? :-D)

o        2 contoh kasih sayang ibu kepada anaknya adalah : 1. IBU MEMELUK ANAKNYA... 2. IBU MENCIUM ANAKNYA... ===> percayalah, kalau pernah melihat wajah Abid yang cool bin inosen, jawaban ini akan mengundang komentar haruu yang panjang....“ooohhhhh”..... :-D

 

AMEL (thx to Tante Itok) :

o        Temanmu membuang sampah sembarangan, sikapmu adalah...[MEMBUANGNYA] ===> hihihi yang dibuang sampahnya atau temannya yaa?? :-D

o        Benda yang rasanya asin contohnya adalah...[IKAN ASIN, TELUR ASIN] ===> hahaha aku jadi tertawa karena ingat cerita ulangan mas Iwan waktu kecil dulu. Dalam Bahasa Jawa kan ada nama khusus untuk sebutan anak2 binatang (misalnya anak kambing disebut “cempe”, anak gajah disebut “bledhug” dan lain2), nah waktu mengerjakan ulangan, mas Iwan dulu suka menjawab gini : “Anak Ayam namanya [AYAM KECIL]... Anak Sapi namanya [SAPI KECIL]...dan seterusnya hahahaha :-D

o        Kalau orangtua sakit, kita harus...[MEMERIKSANYA] ===> wah Amel kayaknya mau mengikuti jejak kakeknya jadi dokter nih, hehehe...

 

PASYA (thx to Tante Olive) :

o        Kalau ingin tumbuh besar, setiap pagi kita harus minum...[POP ICE] ===> waktu mamanya protes kenapa Pasya nggak memilih jawaban yang benar yaitu “susu”, jawab Pasya adalah “Pop Ice kan juga ada susunya, Maaaa!” :-D

 

DILLA (thx to Tante Rikka) :

o        Apa yang kita lakukan kalau melihat teman yang bertengkar? [DILIHAT SAJA] ===> hihihi ini mah Dilla banget gitu loooh!! :-))

o        Cita-citaku ketika dewasa nanti adalah...[DOKTER KULIT]... Yang aku lakukan adalah... [MENYEMBUHKAN KULIT YANG HITAM] ===> wakakakakakak :-D



:-D

Sabtu, 19 Januari 2008

Psikolog dan Psikologi

Aku sering merasa risih, karena banyak orang salah kaprah memanggil atau menyebutku “psikolog”. Kali lain malah ada yang dudul memanggilku “psikiater”. Aduh! Tentu risih karena aku merasa aku sama sekali nggak berhak menyandang sebutan2 itu. Jadi begini...**ancang2 duduk manis menjelaskan** :-D

Setelah seseorang menyelesaikan jenjang S1 Psikologi, maka titel yang didapat tentu saja adalah S.Psi. dan sebutannya adalah “Sarjana Psikologi” (dan inilah yang sejauh ini masih berhasil kusandang, itupun dengan bercucuran keringat dan darah –hallah- hehe...kalo nggak percaya, baca aja ceritanya disini). 

Bagaimana dengan psikolog?

Nah, di Indonesia ini, biasanya ada 2 pilihan untuk sarjana2 psikologi tersebut meneruskan kuliah. Kuliah S2, dan mengambil kuliah Profesi Psikologi (keduanya biasanya punya masa studi yang sama). Kuliah S2 ini bisa saja dia mengambil jurusan yang sama (S2 Psikologi) ataupun jurusan yang lain (misalnya lulusan Sarjana Psikologi Industri dan Organisasi cenderung banyak yang berminat ambil Magister Manajemen untuk mendukung karirnya kemudian dibidang HRD). Ketika lulus, tentu titel S2 yang mereka dapat (M.Psi), dan setakat ini, secara keprofesian pun mereka masih belum bisa disebut sebagai Psikolog, walaupun sudah lulus S2 Psikologi.

Sebutan Psikolog baru berhak diberikan kepada seseorang yang sudah menyelesaikan Program Profesi Psikologi. Dengan selesainya program ini, mereka mendapat hak dan tanggung jawab profesi, yang tentu saja lebih tinggi daripada lulusan S1 Psikologi (atau S2 Psikologi). Salah satunya adalah hak izin untuk membuka praktek layanan dan terapi psikologis. 

Sekarang ini, di beberapa universitas sudah diadakan program Magister Profesi Psikologi. Jadi, selain mendapatkan titel S2 Psikologi, lulusannya sekaligus juga mengantongi izin profesi Psikolog. Bila dibandingkan dengan program S2 Psikologi saja (tanpa profesi) tentu saja biaya dan beban kuliahnya lebih banyak. Tetapi kalau dibandingkan dengan bila harus kuliah S2, kemudian ambil lagi kuliah Profesi, tentu ini akan jauh lebih praktis dan efisien baik dari segi waktu maupun biaya. Salah satu universitas yang sudah menyediakan Magister Profesi Psikologi adalah almamaterku tercinta, Universitas Airlangga Surabaya.

Yang terasa sangat dudul lagi adalah ketika (masih saja) ada orang yang memanggilku “psikiater”. Karena seorang psikiater adalah lulusan Kedokteran, yang kemudian mengambil spesialisasi di bidang psikiatri (kejiwaan). Jadi bukan hanya mereka sudah bergelar dr. Fulan, tetapi juga (biasanya) dibelakang namanya sudah tercantum Sp.J (Spesialis Jiwa) 

Nah, sekarang apa bedanya "psikiater" dan "psikolog"?

Psikiater tentu saja, base-nya adalah kedokteran (ilmu medis), bukan psikologis (ilmu perilaku). Penyebutan untuk orang yang datang meminta jasa mereka saja sudah beda, kalo psikiater biasanya menyebut dengan "pasien" sedangkan kalo psikolog menyebutnya "klien". Karena pendekatan keilmuannya berbeda, maka layanan atau terapi yang dilakukan juga berbeda. 

Yang pasti, seorang psikiater boleh dan bisa memberikan layanan secara medis, artinya ya boleh memberikan resep2 obat, boleh memberikan suntikan (misalnya untuk mengatasi panic attack dlsb) sedangkan seorang psikolog tentu saja tidak!

Disisi lain, kalau menyangkut terapi psikologis, misalnya modifikasi perilaku, tes-tes psikologis (dari tes bakat, tes kepribadian, tes IQ dan lain-lain), training2 perilaku kelompok atau individu (contohnya training HRD, training komunikasi, perkembangan dan lain-lain) maka jelas ini adalah ranah jasa layanan seorang psikolog.

-pfuihhh-

Tuh kan? Makanya sekali lagi aku sering merasa risih dengah hal ini. Bagaimanapun mungkin sebenarnya urusan "penyebutan" itu nggak penting2 amat (aku misalnya, nggak akan keberatan untuk tidak menyebut titel sarjana dibelakang namaku setiap kali tandatangan :-D), tetapi kalau kasusnya adalah kebalikannya (aku dipanggil dengan sebutan yang aku belum atau tidak berhak), yang ada adalah rasa risih tak tertolong lagi :-D

Above all, believe it or not, aku lebih senang, lebih nyaman (dan bangga) disebut sebagai “Ibu Rumah Tangga” saja, karena dari semua sebutan diatas, inilah yang paling mendekati dan sesuai dengan kenyataan hidupku sehari-hari. :-)

:::::.....

Oh ya, selain hal diatas itu, ada satu hal lagi yang suka bikin dudul. Yang ini bukan hanya kualami, tetapi banyak teman2 kuliah yang juga mengalaminya. Orang-orang selalu datang dengan pertanyaan ini :

"Kamu kan anak psikologi? Coba kamu lihat gimana sih kepribadianku? Menurutmu aku akan bisa sukses nggak?" (sambil kadang menyodorkan telapak tangan atau tulisan tangan untuk dianalisa),

Dudul ya...! Bukan hanya karena kemampuan "menilai" itu sebenarnya dimiliki oleh kita semua orang (bukan hanya orang-orang yang kuliah di Psikologi saja), tetapi dalam tataran keilmuan Psikologi, untuk melihat profil seseorang, kita akan memerlukan serangkaian tes psikologis yang terstruktur dan terukur dengan jelas dan rinci.

Makanya dulu waktu masih kuliah, sempat beredar sebuah sticker di kampus, yang bunyinya gini :

Versi Bahasa Inggris : "We are Psychologist, not a Psychic!"

atau yang versi Bahasa Indonesia : "Kami Para Mahasiswa Psikologi, Bukan Paranormal!"

:-D

Kamis, 17 Januari 2008

Ayo Siapa Mau Beli?


ditaruh dipinggir jalan, dikelilingi pagar dan dijaga satpam **iya! satpam!** keknya nonstop 24 jam shift2an deh....

Pemandangan ini aku temukan di sekitar Jl. Gayungsari.... sehabis anter sekolah anak2... Sementara ini memang anthurium terbesar yang aku pernah liat...

:::::.....
Urusan bunga dan daun ini makin lama kok makin dudul nggak masuk akal ya buat aku...?? **menyangkut harga dan apa saja yang orang rela lakukan untuk itu**

ada daun yang ditaruh didalam semacam sangkar yang terkunci gembok rapat2 **karena takut dicuri**

ada daun yang akhirnya keberadaannya mengalahkan pasangan hidup **pasutri bertengkar karena suami/istri cemburu sama daun yang dirawat lebih dari seharusnya**

**atau suami/istri yang mempertengkarkan harga melangit "wong tiwas cuman kembang ae lho"**

kapan itu di jawa tengah ada berita seorang peternak yang stroke shock karena bunga koleksi mahalnya dimakan kambing

di penjara, sudah banyak ditangkap pencuri dengan trend baru : mencuri pot gelombang cinta **oalah..**

#^*@&#()!@*(@)@*@#*(

Rabu, 16 Januari 2008

[This Is Dudul] Stress dan Nyamuk, Nyamuk dan Stress


Oya, ngomong-ngomong tentang stress, aku jadi pingin cerita soal nyamuk (lho??).

Iya, nyamuk yang –semua pasti setuju- merupakan bukti paling nyata dari keberadaan peribahasa “Hilang Satu Tumbuh Seribu” itu. Sungguh menyebalkan. Seorang ustadz yang sedang menjelaskan ayat tentang betapa tak ada satupun didunia ini ciptaan Allah yang sia-sia, bahkan menasbihkan nyamuk sebagai makhluk yang berguna (salah satunya) untuk penguji kesabaran manusia (selain katanya untuk sumber keluarnya rezeki bagi pabrik produk2 anti-nyamuk). :-D 

Suatu pagi aku mengalami pagi yang sangat indah. Mood anak-anak sedang sangat baik sejak bangun tidur. Suasana dan udara sejuk yang sempurna setelah hujan malamnya, lebih mendukung lagi moodku pagi itu menjadi sangat menyenangkan -selain ada satu lagi alasan lain yang nggak ada hubungannya dengan udara (yang sudah menikah, apalagi ibu2 pasti mengerti lah apa yang kumaksud :-D).

Suami memutuskan untuk balik tidur lagi (ehm) dan berangkat ngantor agak siangan aja nanti. Setelah menutup kontrak dengan pabrik, sehabis sarapan sekedarnya diapun balik kamar untuk molor lagi. Aku, yang harus antar anak-anak sekolah, memilih untuk memakai saja mobil suami, karena letak parkirnya lebih dekat dengan pintu pagar. Daripada memundurkan mobilnya keluar untuk kemudian mengeluarkan mobil yang biasa kupakai, lalu memasukkan lagi mobil suami, akan sungguh merepotkan. 

Wah, benar-benar pagi yang sempurna! Obrolan di mobil selama perjalanan ke sekolah juga berlangsung sangat menyenangkan. Sehabis ngedrop anak-anak disekolah, aku pulang. Tak lama kemudian suami berangkat ke kantor.

Siang, tibalah saatnya untuk jemput Bea. 

Baru saja masuk garasi sudah kulihat ada yang dudul dengan mobilku. Jendela kiri belakang terbuka. Waduh! Rupanya siapa saja yang kemarin keluar dari situ (hampir 100% pasti anak2) lupa, membuka kaca jendelanya tetapi nggak ditutup lagi. Aku cuma mbatin “piye tooo”..... Mood yang sempurna tadi?? Ohooo masih ada! Melihat jendela mobil lupa ditutup semalaman akan terasa kecil bila mood sedang bagus. (Serasa minum ramuan Felix Felicis-nya Harry Potter pokoknya!) Hehe...

Tapi tidak ketika sejurus kemudian aku masuk mobil. Baru saja duduk di jok, sudah ketahuan bahwa si Felix Felicis ternyata tak cukup manjur menangkal hadirnya makhluk kecil penyedot darah yang sangat menyebalkan ini. Dari bawah setir, kulihat 3-5 ekor menguing terbang tanda terusik dengan kakiku yang mulai menempatkan diri di pedal gas. Kutepok2 mereka (dan ya, aku paling handal kalo urusan tepok nyamuk dengan tangan kosong, tanya saja suamiku, kita sering berlomba dan aku selalu menang), dan berhasil. Wajah puasku menandakan masih ada sisa-sisa ramuan Felicis. 

Tapi eeehhh...! Begitu mobil keluar garasi dan terpapar sinar matahari, entah darimana, kali ini suara nguing bukan lagi berasal dari 3-5 ekor nyamuk, bahkan bukan lagi berasal dari 300-500 nyamuk, tapi lebih dari itu!! (okelah mungkin aku hiperbola menyangkut jumlah si nyamuk, tapi siapa yang mau menghitung berapa jumlah nyamuk waktu itu??)

Semua menguing keras sambil terbang berputar-putar didalam mobil dan kepalaku. Kubuka semua kaca jendela dengan harapan mereka akan menemukan jalan untuk terbang keluar, kealam dimana mereka akan bisa terbebas dari jurus teplok ku yang sudah terbukti dahsyat itu.

Sebentar kutunggu sambil mengibas-ngibaskan tanganku menggiring mereka kearah lubang jendela, bukan untuk mengusir, tetapi membantu mereka menemukan jalan menuju kebebasan. Niatku baik. Tetapi rupanya –dengan alasan yang benar-benar tidak kupahami- mereka rupanya tidak merindukan hak asasi berupa kebebasan itu. Mereka memilih untuk menghilang lagi. Kulihat tinggal 3-5 ekor lagi yang menguing di sekitar telinga, mengganggu sekali. 

Atau mereka sebenarnya sudah pergi tanpa kusadari? Kali ini naifku keluar, dan juga jam Bea pulang juga sudah mepet. Akupun jalan. Benar saja, satu blok perumahan sudah terlewati dan tak terasa lagi koloni nyamuk yang berpaduan suara tadi. “Mereka sudah pergii....” bisik hatiku lega. Bahkan yang 3-5 ekor pun tak terasa lagi gangguannya. Kuputuskan untuk menutup kaca jendela.

Baru saja kaca jendela terakhir yang disamping kiriku tertutup lengkap, lha kok muncul lagi suara nguingnya! Pasukan koloni 500 ekor melayang-layang lagi memenuhi kepalaku, menghalang-halangi konsentrasi kedepan untuk menyetirku. Entah darimana mereka muncul (atau bersembunyi tadinya). Yang pasti, diseputar kaki dan jok samping, kulihat mereka juga semburat. 

Kubuka lebar-lebar lagi kaca jendela! Semuanya! Kukibas-kibaskan lagi tanganku menggiring mereka keluar. Kali ini kulakukan membabi buta sambil menyetir, niatku sudah tidak sebaik yang pertama tadi.

Tak lama sepi....mereka sudah benar-benar pergi, batinku... Kututup lagi kaca-kaca jendela mobil. Tak secepat yang tadi, kali ini 5 detik kemudian, astaganaga! Koloninya keluar lagi! Bernguing-nguing lagi dengan dahsyat kesetiap sudut mobil. 

Begitu berulang-ulang, kubuka jendela, kolonipun hilang ditelan jok dan instrumen mobil. Kututup, koloninya kembali memproklamirkan keberadaanya, tak sedikitpun menunjukkan keinginan keluar dari mobilku, seakan-akan berniat begitu saja mengkudeta kekuasaan didalam mobil.

Pergulatan antara aku dan konsentrasi menyetirku, koloni nyamuk, kaca jendela dan kibasan-kibasan tanganku yang semakin lama semakin membabibuta in berlangsung nyaris sampai sekolahnya Bea. Sepanjang jalan!

Mood indahku langsung lenyap! Ramuan Felix-Felicis menguap tanpa bekas!! 

Waktu Bea pulang dan sudah masuk ke mobil, aku sudah kehilangan semangat berjuang. “Buk, banyak nyamuk di mobil” kata Bea berulang-ulang sambil meneplokkan tangan mungilnya. Bunyi teplokannya yang lucu bahkan tak bisa membuatku tersenyum. “Iya...tadi malam kaca jendelanya lupa nggak ditutup” hanya itu jawabku, dengan lemas...

Aku menerapkan salah satu strategi melawan stress, yaitu mematirasakan emosi. Kututup telinga pikiran dan mata hatiku akan keberadaan si koloni yang masih menguing tak kenal lelah, kali ini berhadapan dengan teplokan Bea yang pastinya tak sedahsyat aku. Sambil diam-diam menyimpan dendam (maklum, alam bawah sadar kan tidak bisa matirasa) dan membayangkan obat semprot anti-nyamuk yang tergeletak dibawah tangga dirumah. Dendam yang diam-diam kupupuk dengan tidak lagi mencoba membuka kaca jendela mobil untuk memancing mereka keluar, tak sekalipun. Lebih baik kalau semua anggota koloni utuh bersarang di mobil sampai ketika aku membuka –bukan hanya jendela, tapi- keempat pintu mobil lebar-lebar dirumah nanti, dengan satu tangan yang lain siap menyemprotkan anti-nyamuk dibantu roket aerosol yang –aku janji- akan memekakkan nguingan mereka sampai habis!!

Kalau memang nyamuk adalah penguji kesabaran kita, ampuni aku Ya Allah, karena aku ternyata belum bisa lulus. Aku hanya manusia. Dan lagi, jurus teplok kebanggan yang selalu kupamerkan dengan ujub berlebihan tiap musim hujan -seakan-akan itu hal yang paling penting didunia ini- didepan suami, pelan-pelan kini sudah kehilangan percayadirinya....(ataukah ini hikmahnya ya?). Tak tahulah aku...

 

:::::.....

 

Gambar ilustrasi dicomot dari www.fightthebitecolorado.com

 

Manajemen Stress

Oke, postingan ini sambungan dari postingan tentang stress di http://cikicikicik.multiply.com/journal/item/77 kemarin.

Aku pribadi mengenal yang namanya Teori Manajemen Stress mostly dari 2 sumber ini: bangku kuliah dan pengajian. :-D

Dari bangku kuliah aku tahu bahwa ternyata banyak sekali teori bermunculan tentang Coping With Stress in Life, bagaimana seseorang mengatasi stress. I mean, a lot!

Dari buku “Essentials of Understanding Psychology” by Robert S. Feldman, sudah aku sarikan tentang bagaimana cara manusia menghadapi stress. Tetapi karena hasilnya ternyata merupakan satu tulisan yang panjang, maka berikut ini aku sarikan lagi menjadi beberapa strategi dalam menghadapi stress.

Untuk yang masih ingin membaca si versi panjang yang lebih detil sekaligus mengintip teori Om Sigmund Freud tentang Defence Mechanism yang beken bin terkenal itu , bisa dibaca disini.

:::::.....

 Beberapa strategi yang sudah terbukti efektif dalam menghadapi stress, antara lain :


TURNING THREAD INTO CHALENGE:

Ketika situasi stress masih mungkin dikontrol, pendekatan terbaik untuk mengatasinya adalah menjadikan ancaman stress menjadi sebuah tantangan sehingga kita bisa lebih fokus pada cara bagaimana mengontrolnya. Contoh : mobil kita jago mogok dan bikin stress! Lalu kita memutuskan untuk mengikuti kursus mekanik singkat. Meskipun keputusan ini tidak membuat mobil jadi tidak gampang mogok, tetapi paling tidak membuat posisi kita lebih baik karena kita lebih mengerti tentang apa yang salah dan cara mengatasinya. Stress setiap kali mobil mogokpun jadi berkurang.


MAKING A THREATENING SITUATION LESS THREATENING :

Ketika situasi stress kelihatannya susah dikontrol, pendekatan lain harus diambil karena sebaliknya, adalah hal yang sangat mungkin untuk mengontrol dan mengubah penilaian seseorang tentang sebuah situasi, melihat dengan cara berbeda untuk kemudian menyesuaikan perilakunya. Contoh: seseorang yang lebih bisa menemukan hal baik (positif) dari suatu peristiwa buruk cenderung lebih rendah stress dan lebih mudah mengatasi stress daripada mereka yang tidak.

 

CHANGING ONE’S GOALS:

Ketika berhadapan dengan situasi yang tidak bisa dikontrol, adalah sesuatu yang masuk akal untuk mengubah tujuan yang lebih realistis dan praktis untuk dilakukan. Contoh: seorang atlit sepakbola top mengalami kecelakaan mobil yang membuat kakinya lumpuh. Nah, dalam kondisi demikian, mungkin dia harus mengubah tujuan hidupnya, misalnya dengan menjadi pelatih sepakbola saja.

 

TAKING PHYSICAL ACTION:

Sekarang ini banyak orang yang menempuh cara ini untuk meredakan stress. Cara ini melibatkan baik medis maupun biologis. Contoh: penggunaan obat2 yang direkomendasikan dokter/psikiater untuk meredakan reaksi stress yang mengganggu kesehatan secara fisik. Beberapa jenis diet makanan pun disebutkan bisa meredakan stress. Olahraga, tentu saja termasuk dalam metode ini. Sudah banyak sekali penelitian bahwa olahraga teratur bisa mengurangi heart rate, blood-pressure and respiration-rate, menyeimbangkan hormon dan mengaktifkan kelenjar tertentu yang membuat tubuh lebih rileks dan tidur lebih nyenyak.

 

PREPARING FOR STRESS BEFORE IT HAPPENS:

Strategi ini disebut dengan inoculation : menyiapkan diri sebelum stress terjadi. Awalnya teknik ini dipakai untuk pasien RS yang akan menjalani operasi, dalam rangka mencegah terjadinya masalah-masalah emosi pascaoperasi.

Metode inokulasi mempersiapkan seseorang untuk menghadapi pengalaman stress (baik secara fisik maupun emosi) dengan cara memberikan penjelasan dan informasi sebanyak dan sedetil mungkin, tentang kejadian2 sulit apa yang kemungkinan akan dihadapi. Elemen penting dari metode ini bukanlah terletak pada kejadiannya sendiri (atau pada fakta bahwa kejadian itu PASTI akan terjadi), tetapi lebih kepada bagaimana menyiapkan diri orang yang bersangkutan agar mempunyai strategi yang lebih jernih dan ebyektif dalam rangka menghadapi situasi stress nya. Kalau diterapkan secara baik, metode ini bisa berhasil. Paling tidak, kemampuan menghadapi stress orang-orang yang sebelumnya mendapatkan informasi (tentang stressornya) akan lebih bagus daripada orang-orang yang tidak mendapatkannya.

:::::.....

 

Yang jelas, yang harus digarisbawahi, dalam teori manajemen stress manapun, selalu disebutkan bahwa untuk bisa menghadapi stress dengan baik, seseorang perlu memiliki kecerdasan emosional dan spiritual yang baik. Nah, sekarang jelas sudah pentingnya ikut sumber yang kedua : pengajian2! :-D

 

Dari pengajian2, kusimpulkan kayanya kuncinya ini deh (bismillah, kebenaran hanya milik Allah semata) :

  1. Percaya tanpa henti, bahwa apapun itu, hidup ini Tuhan yang mengaturnya. Tidak ada setitikpun kejadian yang luput dari ijin dan pengetahuan Allah (hemm...mas iik mungkin bisa membantu, ayatnya yang mana nih mas... :-D). Sehelai daun yang gugur, setetes air hujan yang jatuh di kegelapan rimbunnya hutan, ikan yang berenang, semut yang mati terinjak, kutu yang berkembang biak didalam sol sepatu kita, setiap detil dan rangkaian sebab musabab dari setiap kejadian, semua hanya bisa terjadi atas ijin Allah Yang Maha Kuasa semata. Apalagi sesuatu yang menyangkut hidup kita umat manusia?! Dan Sang Maha Pencipta tentu juga yang Maha Tahu apa yang terbaik buat hamba2Nya. Sesuatu yang seringkali disalahpahami oleh kita manusia, kita maunya apa yang kita inginkan itulah yang terbaik buat kita (dan karena itu, itulah yang harus terjadi). Padahal sungguh, sebenarnya dengan segala macam hawa nafsu yang kita miliki, niscaya tak setitikpun kita tahu tentang apa yang terbaik untuk hidup kita!
  2. Ada satu kalimat yang kuperoleh dari seorang ustadz waktu pengajian, dan sejurus setelah mendengarnya, aku langsung menitikkan airmata, bergetar hati ini. Waktu itu kebetulan ada seorang jamaah pengajian yang bertanya bagaimana resep menghadapi ujian hidup ini, karena buat dia (si ibu itu), hidup yang harus dijalaninya sungguh berat. Dari suami yang selingkuh, anak-anak yang sakit2an, hubungan dengan orangtua yang tidak mulus, banyak sekali pokoknya! Dan dia merasa sebagai manusia biasa, lama-lama bisa habis kesabarannya menghadapi besarnya semua cobaan itu. Apa kata ustadz? “Sebagai seorang hamba manusia, seumur hidup kita, jangan sampai sedetikpun kita lupa dengan kalimat ALLAHU AKBAR! Allah Maha Besar! Dia lah yang benar-benar Sang Maha Besar! Kalo kita selalu ingat bahwa Allah adalah yang Paling Besar, maka niscaya semua hal yang lainnya akan terasa kecil! ^_^


:::.....

Semoga bermanfaat...

Foto ilustrasi dicomot dari http://wordvoodoo.blogspot.com

Jumat, 11 Januari 2008

Download mp3 di Multiply? Tamatlah Oohh... Riwayatnya....!! :-((

Info ini dibawa ke aku oleh mas April (http://sueswit.multiply.com)

Jam 5 pagi hari ini, menu "download" yang biasanya ada di samping kanan koleksi lagu2 mp3 kita sudah resmi dihapus!

Dulu aku sudah mbatin "lama-lama nih multiply bisa2 bernasib sama kaya napster almarhum"...
Kapan itu ketika menu "music" sudah menghilang dari search engine, aku rada dapet firasat...
Ternyata hari ini kejadiaaannn...huhuhuuuuuuuuuuuuu huwaaaaaaaaaa



(padahal Abe belum tamat donlod semua lagu OST Naruto nya, hiksss)

Rabu, 09 Januari 2008

Undangan di Bulan Besar

Sebuah catatan mengakhiri bulan Dzulhijjah 1428 H...

Yang kualami ini, kemungkinan besar juga dialami kita semua. Aku tidak tahu persis dengan suku yang lain, tetapi orang-orang Jawa sangat banyak mengadakan acara pernikahan selama Bulan Besar. Bulan Besar menurut penanggalan Jawa identik dengan bulan Dzulhijjah. Konon, bulan ini memang bulan yang terbaik untuk melaksanakan pernikahan. Percaya atau tidak, yang jelas aku sendiri menikah TIDAK di Bulan Besar (that explains enough where I stand, right? :-D)

Akibatnya, bisa diduga setiap bulan ini datang, kita selalu kebanjiran undangan pernikahan! Contohnya bulan ini, bukan hanya hampir, tetapi di semua Hari Sabtu dan Minggu, selalu terisi jadwal ke kondangan. Beberapa kali bahkan lebih dari satu undangan dalam sehari.

Agak tersengal-sengal juga mengikuti jadwal kondangan ini. Apalagi bila ada 2 undangan di hari yang sama. Bukan apa-apa, sebenarnya jujur saja, aku rada-rada kurang betah kalo harus full-dressed berdandan formal with all those make-up kits (punyaku jelas2 paket paling minimalis, alias hanya terdiri bedak dan lipstik tipis warna soft), baju yang berpernik (biasanya sehari-hari polos bebas pernik), sepatu “feminin”, baju mengandung “blink2” yang bikin gatal kulit itu, dan sebangsanya...

Dua minggu lalu, kebetulan ada undangan, salah satu adik kelasku waktu kuliah menikah (di Surabaya). Celakanya, tepat di hari dan jam yang sama, temennya mas Iwan juga! Dan celakanya lagi, tempat acara resepsinya di Bedugul, Bali! Waduh, gimana mau ngatur kalo gini??? Terpaksa deh, hari itu kita “berpisah”, aku menghadiri pernikahan temenku di Surabaya dan Mas Iwan pergi ke Bali untuk menghadiri acaranya. Capek juga karena selain tempatnya jauuhh dan “menyesatkan” (hahaha), harus juga menghadapi pertanyaan “loh, suamimu mana??” tetapi nggak secapek mas Iwan tentunya, karena tiket pesawat sold out minggu itu (maklum high-season liburan dan cuti bersama), maka dia harus pergi ke Bedugul by car! Untung ada satu temennya lagi yang menemani pergi...duuhhh!

Acara mengisi amplop juga merupakan pengalaman tesendiri kan? Extra budget tentu harus disiapkan untuk mengisi amplop “bowo” (istilah suroboyoan) :-D. Yang jelas, kami punya “peraturan” tersendiri menyangkut amplop. Biasanya, semakin sang tuan rumah mengadakan acara di rumahnya yang berada di gang sempit yang **kadang2** kebanjiran (apalagi kalau yang menikah adalah karyawan), maka diusahakan semakin tebal amplop yang kita masukkan, daripada yang menyelenggarakan di gedung yang megah dengan lahan parkir luas. Jangan sampai kita salah kaprah memberikan amplop lebih tebal kepada mereka yang sudah berada (secara finansial tentu saja). Orang Jawa bilang, jangan sampai “nguyahi segoro” (menebar garam ke laut) :-D

Oya, ada lagi yang lucu. Suatu hari datang sebuah undangan. Aku yang menerima cuma “ah ya, undangan, kenalannya mas Iwan nih” karena aku merasa tidak kenal sama sekali nama-nama yang tertera disitu. Baik pasangan yang menikah, maupun orangtua yang mengundang.

Setelah mas Iwan pulang dan melihat undangannya, dia tanya “Ini siapa ya??”

“Loh, mas nggak kenal toh?” aku balik tanya dengan heran. “Nggak, bukannya kenalanmu?” sahut mas.

Kita berdua pun melongo..”habis ini siapa??? Nama dan alamat kita ditulis dengan lengkap dan jelas, tandanya kan dia mengenal kita mas???”

“Lha embuh!” Wah...misterius ini!

Berhari-hari kami dudul gara2 misteri ini. Akan sangat konyol kalo sampe waktunya kita datang ke acara, kita masih belum menemukan siapa gerangan si pengundang ini. Seminggu lebih kita memeras otak mengingat-ingat dimana pernah kenal dengan si empunya undangan itu. Akhirnya sampailah kita pada kesimpulan harus mengutuk diri kita sendiri sebagai orang yang nggak perhatian dan keterlaluan sampai-sampai melupakan kenalan yang dengan sangat baiknya ingat untuk mengirimkan undangan kepada kita. “Kenalan macam apa kita ini ya??” berkali-kali aku berujar kepada si mas.

Lamaaaaa setelah tanya sana-sini, ternyata jawaban datang dari salah seorang salesnya mas Iwan yang kebetulan melihat undangannya dirumah.

“Itu pemilik salah satu toko langganan kita” katanya...Walaaahhh...ternyata.....hehehe...Biasanya kalo ada toko yang mengundang, pasti dititipkan lewat sales yang mendatanginya, lha kebetulan yang ini dikirim by post...pantas saja! Kitapun akhirnya bisa “memaafkan” diri sendiri (wakakakak), maklum, toko langganan mas Iwan kan lebih dari 300 orang, jadi wajar kalo banyak yang nggak kenal :-D

Masalah undangan juga jadi hal yang sangat menyita waktu dan tenaga untuk Bapak dan Ibuku. Dengan umur dan kesibukan mereka sekarang ini, undangan pernikahan yang diterima bisa-bisa 3-4 kali banyaknya dibanding aku-mas Iwan. Tapi tak urung, waktu aku sempat curhat, Ibukku komentar “perasaan dulu waktu ibuk seumuran kamu, undangan yang kami terima gak sebanyak kamu”

Wah, lha nanti ketika aku seumuran Ibuk, apa jadinya kalau begitu....?? Apa sampe perlu kaya Saddam Hussein yang menciptakan kembaran agar dia bisa meghadiri 2-3 event di waktu yang sama??? **hiperbola kumat lagi**

 

&%#@^#&*!^(&!*(#&*(&#*^@#&^&

 

Surabaya, 1 Muharram 1429 H

Selamat Tahun Baru Hijriyah buat semuanya... :-)




Sabtu, 05 Januari 2008

Buku Alumni TK Abe


konsep desainnya kuberi nama "RetrOrange"

Ini janjiku untuk Ibu Ranger Harley (http://harlia.multiply.com).

Awalnya gara-gara postingan http://cikicikicik.multiply.com/journal/item/16 dia jadi ada ide bikin buku yang sama untuk perpisahan TK Ardi, anaknya. Nah ini dia sekilas pandang bukunya. Duh percayalah Har, ide nekat dan mata yang melolo melekan selama mengerjakan proyek ini (maklum baru bisa kerja serius malam2, kalo anak2 dah tidur), semua terbayarkan demi melihat hasilnya! Kepala Sekolah, guru2, semua teman2 walimurid lainnya dan **yang penting** anak-anak 199 persen antusias!! :-D

(Cerita selengkapnya serunya pembuatan buku alumninya, bagaimana kacaunya foto sesi yang melibatkan 73 anak **hihi** bisa dilihat di postingan diatas :-D)

Special Belut Bu Hadi : A Blast from My Childhood Culinary


**eng ing eng** ini dia pecel belut gorengnya!! Yang khas disini, diatasnya penuh taburan bawang putih yang dikepruk dan digoreng dengan kulit2nya. Sambal tomatnya top, boleh pilih pedas, sedang atau tidak pedas, dan aroma terasinya pas, nggak berlebihan

Hujan-hujan begini, memang enaknya posting kuliner aja ya, hehe... Dan memang, sejak terinspirasi Lala (http://niwanda.multiply.com), sekarang di harddisk album foto sudah menumpuk gambar-gambar hasil jepretan waktu makan diluar. Thanks to Lala (or not?? :-D), it looks like I’m so getting into this now...hihihi.

Waktu itu, suasananya pas seperti sekarang ini. Pagi dihiasi hujan rintik-rintik yang awet dari semalam dan hawa dingin membuat saraf lapar semakin sensitif dan rajin berkerja. Don’t you just love rain season? (well, I mean despite all those flood and disaster, hikss)

Sehabis mengantar Abe-Bea sekolah, pagi itu rencana kita berdua pergi untuk belanja pesanan ibuk yang mau pulang haji. Heading to wilayah Ampel, belum separuh jalan mas Iwan came up with this idea. Sudah lama dia bercerita tentang tempat ini tanpa sempat mengajak aku berkunjung. Finally, it was a perfect time!

Sejak kecil, aku sudah sangat akrab dengan masakan serba belut. Besar di Kota Tulungagung, belut merupakan bahan makanan yang sangat umum di sana. Tersedia di pasar-pasar tradisional maupun pedagang ikan yang berkeliling. Musim hujan begini biasanya Ibuk lebih sering memasak belut dari biasanya. Digoreng garing atau dimasak kecap (pedas), keduanya sama nikmatnya.

Ketika aku kuliah dan tinggal di Surabaya, jadi jarang (hampir nggak pernah lagi) makan belut. Itu sudah sekitar 12 tahun yang lalu ya. Makanya ketika akhir-akhir ini makanan ini jadi banyak dijual, aku ikut semangat juga. Sebelum sempat mencicipi langsung, kalo ada liputannya di TV cuma bisa ngeces. Masalah halal haram, sempat bikin aku risau, I was lika “Oh no, ini makananku dari kecil, gimana kalo ternyata haram dimakan??? waksss” tetapi setelah mengetahui info bahwa si hewan licin ini hanya akan haram untuk mereka yang jijik memakannya, jadi tenang deh... Hehehe...

Btw, suami masih belum mau nyoba, padahal dia yang mempromosikan warung belut ini “Uenak Nduk!” gitu katanya...Lah...darimana dia tahu itu enak kalo blum nyoba ya?? Lagian yang dikasih tahu pun udah tahu dari jaman ban masih kotak kalo yang namanya belut memang enak!! Gimana sih! Hihihi

Dasar otak bisnis, biarpun dia belum nyoba makan, begitu liat warungnya rame (apalagi konon kabarnya, jaringan warung belut ini sudah mengkoleksi stiker mak nyuss-nya Bondan Winarno “Wisata Kuliner Trans-TV”), ternyata sudah beberapa bulan ini dia malah sudah terlibat pembicaraan sama pemiliknya untuk kemungkinan bikin franchise nya...Oalah.. (meminjam gayanya, kubilang : product knowledge, itu penting mas!....u need to try it first before you sell it!! **jurus acung2kan telunjuk ala bu guru** huehehehehe)

Lontong Mie Surabaya : Dari Pasar Atum ke Pasar Blauran


sebelum berteman Es Degan :-D

Meneruskan petualangan kuliner kita yaa...**deeuhh** :-D

Kali ini menunya khas Suroboyoan. Sebuah makanan klasik masyarakat Surabaya. Khas dengan aroma dan rasa legit petis udangnya.

Biarpun ketika pertama tinggal disini sempat eneg dengan petis, tetapi lama-lama ternyata aku tertawan juga. Kata suami itu karena petis itu sama kaya dia : gelap dan legit, jadi pas sama seleraku!! (I know, gubraxx banget kan??**sigh**).

Lontong Mie yang pertama kusantap adalah dirumah mertua, lebih dari 10 tahun lalu. Waktu itu belum “tertawan” lidah ini (karena masih masa2 adaptasi sama petis kali yaa hehe). Tetapi ketika lama kemudian aku dapat kesempatan pergi ke Pasar Blauran, semua berubah!! **musik dramatis mulai mengalun**. Ternyata selain memiliki koleksi majalah/buku bekas yang lumayan banyak, Pasar Blauran menyimpan yang namanya Lontong Mie terlegit yang pernah kurasakan! Hari itulah aku jatuh cinta dengan yang namanya Lontong Mie Pasar Blauran! Seringkali kita jauh-jauh pergi kesana (I mean, bener2 jauhh!!!) untuk sekedar rindu menikmati sepiring legit Lontong Mie.

“Kamu belum ngrasain Lontong Mie Pasar Atum kan? Yang ini paling top!”
Lamaaaaa aku nggak tertarik karena masih enggan melepaskan diri dari LoMie Pasar Blauran. Sampai sekitar 2 minggu lalu kita pas ke Pasar Atum, dan aku akhirnya mencoba...

Lontong Mie Pasar Atum ternyata memang enak banget! Kalo aku bilang malah “terlalu enak”! Untuk derajad keenakan **ada ya yang kaya gini? hihi** mungkin LoMie Ps. Atum lebih enak. Taburan udang goreng keringnya jauuhh lebih banyak dan gurih! Tetapi kalo bicara masalah derajad kenikmatan *:-D* aku masih menambatkan hatiku pada LoMie Ps. Blauran plus kuah petisnya yang lebih hitaaammm itu (sayang ga ada fotonya ya, soalnya lamaaa nggak kesana).

Suasananya juga lebih kena, karena Ps. Blauran kan pasar tradisional, khas banget Suroboyoannya. Kalo kita makan disitu, kita akan bisa mendengar segala perbincangan dan tingkah pedagang-pembeli disekitarnya and I loved it to bits! (tempat makan berada ditengah2 dikelilingi kios2 di kanan kiri), lengkap dengan cucuran keringat yang bikin acara makan tambah asoy geboy. Sedangkan Pasar Atum kan nuansanya sudah lebih mengarah ke mall, tempatnya ber AC dan tidak ada banyak penjual LoMie yang berjejer, hanya beberapa berbentuk resto kecil ataupun pujasera gitu.

Yah..memang dari segi harga (dan tempat), Pasar Atum jelas lebih “berkelas” daripada Pasar Blauran. LoMie Pasar Atum dibandrol Rp. 11.000 sementara di Pasar Blauran harga per porsi hanya berkisar Rp. 4.000-5.000. Kalo kita pernah merasakan bahwa kadang2 bakso pinggir jalan yang murah lebih nikmat daripada bakso ala restoran, seperti itulah LoMie Ps. Blauran vs LoMie Ps. Atum.

(InsyaAllah kapan2 aku posting foto2 LoMie Ps. Blauran deh, akan terlihat betapa hitaaammmm dan legitnyaaaa, juga suasana khas pasar tradisionalnya yang masih sangat kental, hal yang sangat membawa kenikmatan tersendiri ditengah2 hutan mall Kota Surabaya sekarang ini.)

Kamis, 03 Januari 2008

Sari Laut Haji Mutasim (Depan Ubaya)


menu favorit suami

Postingan ini asli terinspirasi oleh Leila (http://niwanda.multiply.com). Si Lala ini suka banget posting tentang tempat makan yang dia datangi. Dan sehabis baca postingannya, biasanya aku suka berakhir ngeces, nggak peduli apapun jenis masakannya! :-D

Beberapa waktu lalu aku berdua suami malam-malam mengantar adikku Agyl ke kost2an-nya di daerah Medokan Ayu. Selain sudah malam (sekitar jam 10 malem) udara juga dingin. Kelaparan, diniatin deh nanti mau makan seafood depan kampus Ubaya lama. Ugh, nggak terasa udah lama banget tuh nggak makan disitu, padahal tempat itu cukup jadi favorit kita banget! Maklum semakin hari jadi semakin jarang lewat daerah situ sih.

Cling! Jadi ingat postingan2 Lala. Hemm...siapin kamera handphone sekarang juga! :-D

“Sari Laut Haji Mutasim” terletak di jalan masuk seberang Kampus Ubaya lama didaerah Ngagel. Tepat disamping Kebun Bibit, kalau malam berjejer tempat makan dari seafood, pecel lele sampai ayam/bebek goreng dan penyet.

Pesanan kita standar (maksudnya tiap kesitu, menu ini selalu yang kita pesan, well at least... :-D). Serba-serbi asem manis (konon di situ memang yang paling istimewa adalah saus asam manisnya). Mas Iwan pesan kerang asem manis. Aku pilih cumi asem manis. Si Agyl mau udang asem manis aja. Tuh kan, semua pesen yang asem....gpp deh yang penting kan manis??? **apa sih???** :-D

Sambil menunggu pesanan datang, datanglah grup musik yang suka ngamen disitu. Aku selalu sangat menikmati suguhan mereka. Tak jarang aku sampe bengong bertopang dagu sambil terhanyut dalam lagu2 yang mereka mainkan (norak kumat!). Wah seneng sekali mengetahui setelah sekian lama nggak berkunjung kesini, mereka ternyata masih eksis. Bahkan, malam itu kulihat ada anggota “tambahan” seorang anak (mungkin usianya sekitar 9-10 tahunan) yang ikut mukul drum di salah satu lagu. Wah...

Perfecto! Udara dingin yang mengundang nafsu makan, berteman seafood asem manis yang legitnya menggigit lidah, berpadu pas dengan hangatnya nasi putih yang mengepul dan live music penambah bumbu suasana, hemm...it couldn’t be any better!!

:-)