Kamis, 29 Mei 2008

[ABE] Trend Dudul : Tebak-Tebakan Yuuk..!! (Bagian 1)

Selain urusan pelajaran dan pengetahuan, ada banyak hal yang bisa didapatkan anak-anak dari sekolah. Salah satunya, pergaulan. Sekarang-sekarang ini, tiap pulang sekolah Abe selalu membawa pulang “oleh-oleh” tebakan dan teka-teki aneka macam. Rupanya lagi ngetrend di sekolahnya.

Baru aja masuk area parkir sekolah, waktu Ibuk menjemput pulang. Bukannya cepat2 masuk mobil, tapi pause dulu..sambil pintu mobil terbuka lebar...

“Ibuuukkk... binatang apa yang pandai mengaji??”
“Duuhhh masuk mobil dulu Abe, mobil kita menghalangi mobil lain untuk keluar niihhh...” jawab Ibuk setengah panik.

“Ibuk nyerah ya?? nyerah?”
Nggak sempat mikirin jawaban sementara pandangan pengemudi lain sudah mulai menuntut, akhirnya keluarlah kata-kata yang (kukira) paling diharapkan Abe keluar dari mulutku itu..
“Iya deh nyeraahhhhh..!!”

“Yaahh.....Ibuk kan nggak boleh gampang menyerah?? Ayo coba jawab dulu!!”
**Gubraaxxxx...!! $&(@*$#()(#@)(*#**

Si pintu mobil masih membuka, dan Abe belum juga masuk mobil, dengan tampang cuek seakan area parkir ini milik embahnya sendiri.

Oke, oke...nggak boleh nyerah begitu saja... Terpaksa berpikir... eh, apa tadi pertanyaannya???? Huwaaaaaa!!!!

Intinya begitu. Teka-teki dan aneka tebakan datang setiap waktu, tak pernah pandang tempat dan waktu. Kali lain, saat Ibuk serius bacain buku Bea, saat mbak pengasuh masak atau ngepel, saat si bapak sedang cuci mobil, kalo tiba-tiba Abe muncul (tentu saja dengan aneka teka-teki dan tebakannya), maka harus diurus dulu seakan-akan kalo nggak dicoba jawab, maka dunia akan runtuh. 

Dan percayalah, Abe benar-benar tidak akan gampang membiarkan kita semua menyerah. “Harus usahaa!!”. Kalo salah? “Coba lagiii...!!” Alamak...serasa senjata “ajaran pantang menyerah” yang balik memakan tuan deh...

Oh, by the way,
“Binatang apa yang pandai mengaji??”
Setelah beberapa kali menjawab setengah asal, akhirnya Abe membolehkan Ibuk untuk nyerah, dan jawabnya adalah “SERIGALA”

“Serigala?? Kok bisa??” (tuh kan sekarang Ibuk yang jadi bikin lama, soalnya penasaran hihihi)
“Iya, dengar aja Buk.... AAA UUUUU... dzubillaahiminassyaithooonirrojiiimm”

%^*#$&()@#$*@(#*$@(_&$* (sementara Abe dengan wajah puas akhirnya mau masuk mobil dan menutup kembali pintu mobil...)

:::::.....

Berikut ini beberapa contoh lain oleh-oleh teka-teki dan tebakan2 dari sekolah Abe (lumayan bisa buat isengin orang lho hueheuhue)

KODOK apa yang keluar dari masjid???
(jawaban kami biasanya asal, karena biar nggak kelihatan gampang menyerah, sekaligus memberi kepuasan untuk Abe, aslinya sih karena memang biasanya kami nggak tahu jawabnya!! :-D)
Jawabnya : Kodok qooo matisholaat...qod’qoo matish sholaaat...!

Besoknya,
Sekarang KODOK apa yang suaranya kerasssss sekali sampai bisa membangunkan orang sekampung???
(Ketika kami mengira jawabannya yang lain, ternyata...) :
Jawabnya : (masih) Kodok qooo matisholaat...qod’qoo matish sholaaat...!

Oalah....

 

Atasnya putih, bawahnya coklat, apa hayoooo???
(Oh come on! Siapa coba yang bisa mengira apa jawaban dari tebakan sedudul ini??? Gak akan pernah ada!). Ternyata kata Abe...
Jawabnya : Pocong nginjak tahi kambing! (wakakakakakak)


Kalo atasnya coklat bawahnya putih???
Masih kata Abe..
Jawabnya : Pocong kejatuhan tahi kambing! (alaamakkk itu kambing ngapain ya diatas atas??? mau ajak burung main2 di pohon???)


Nah, kalo putih, tengahnya coklat, apa hayo Buukkk???
(Ibuk sudah apatis liat jawaban sebelumnya, tapi tak urung nyoba jawab juga “donut” dan ternyata memang salah). Wajah puas Abe mengembang, dan....
Jawabnya adalah : Pocong dilempar tahi kambing!! 

GGGGGRRRRRRHHHHH....!!!!!

:::::.....

Bersambung ke Bagian 2 : Lebih banyak lagi contoh tebakan2 dari sekolahnya Abe. Dan trend sedudul ini?? Bea tentu saja tak mau ketinggalan dong!! Seperti apa kalo Bea ikut jejak Mas Abe membuat tebakan??? Tunggu yaa.. ;-)

Senin, 26 Mei 2008

Balada Helm dan Mall

Suatu hari di Minggu siang, ceritanya seisi rumah jalan-jalan di mall.

Kali ini untuk kedua kalinya kita masuk mall baru yang sekarang jadi mall terdekat dari rumah kami. Cuma 10 menit, sampailah kita di City of Tomorrow (CITO) yang sekarang jadi landmark baru Surabaya di Bunderan Waru. Waktu pertama kali kita kesini dulu, masih soft launching dan sepi. Eh ternyata sekarang masih juga lumayan sepi. Yahh..in terms of economic state, usaha retail emang lagi sepi kali ya... 

Then, tiba-tiba si Bapak liat ada toko helm, bagus-bagus lagi. Wah kebetulan, soalnya satu helmnya hilang entah kemana waktu ditinggal umroh. Akhirnya Bapak beli helm. Krucil-krucil? Minta beli juga. Kebetulan emang udah lama dijanjiin, berhubung helm Abe udah rusak dan Bea memang belum pernah punya helm.

Keluar dari toko helm, si Bea langsung aja minta pake itu helm. Nggak bisa dilarang atau ditunda.

“Aku mau pake helmnya..!!”

Padahal masih mau belanja kebutuhan rumah di hypermarket. Weleh...
Jadilah pemandangan dudul, ada anak pake helm didalam mall, trus karena kaca depan helmnya dipakai (diturunkan) juga, si anak itu jadi bolak-balik kesandung-sandung, ajrut-ajrut gak karuan...maklum dunia jadi gelap dari dalam helm...

 

“Aku mau pake helm baru ku juga ahhh...!!” seru Abe

Weleh, serasa belum cukup pemandangan diatas, sekarang lebih dudul lagi. Sepasang adik-kakak pake helm, jalan-jalan didalam mall. Mulai banyak tatapan heran, karena si adik masih setia tersandung-sandung, dan si kakak mengeluarkan suara dan gerakan layaknya pasukan Power Ranger sedang beraksi.

 

Keluar dari hypermarket, si Bapak tergelak demi melihat penampilan anak-anaknya. Tak menunggu lama sebelum kemudian si Bapak memutuskan untuk bergabung.

“Bapak juga mau pake helm baru ahhh” 

Hallaahhh... Ini masih didalam mall lho! Pemandangan selanjutnya nggak perlu dijelaskan lagi deh.. Bayangin aja sendiri. Entahlah, apa yang akan Anda pikirkan kalau melihatnya langsung...

:-D

Sabtu, 24 Mei 2008

[MAKKAH] Part 2 : Life Outside The Grand Holy Mosque


hobi dudul, aku suka sekali membuyarkan merpati2 ini, sambil kemudian ngasih makan... dudul ya?? salah umur banget hihihi

Denyut nadi di sekitar Masjidil Haram..

Ketika didalam masjid kita serasa berpetualang di dunia spiritual yang penuh magis, diluar masjid kehidupan berputar dengan sangat manusiawinya... Nyaris sama dengan tempat lain manapun di muka bumi ini. Banyak pengemis, ada juga pencopet. Banyak penjual di pasar kagetan di jalanan, ada juga petugas kerajaan yang sewaktu-waktu siap menggarang, mengobrak abrik tempat berdenyutnya nadi nafkah para pedagang ini..

Mas Iwan saja yang baru 7-8 bulan yang lalu pergi kesini (ramadhan), sudah pangling dengan perubahan yang ada. Apalagi aku yang kembali setelah 11 tahun??? Melongonya serasa datang untuk pertama kali. Perubahan paling menonjol adalah dibongkarnya 1000 hotel (ya, bukan seribu kamar hotel, tapi seribu hotel!!) untuk perluasan (kembali) Masjidil Haram.

Sekarang ini, dengan berkembang pesatnya jumlah muslim seluruh dunia (pemeluk Islam sekarang sekitar 1,3 milyar orang dan menjadikan Islam saat ini agama yang memiliki pemeluk terbanyak di dunia), masjid seluas itu sudah tidak bisa lagi menampung umat Islam yang datang setiap waktu. Aku sendiri takjub melihat perkembangan ini, karena ‘hanya’ musim umroh saja padatnya sudah seperti ini, gimana kalau pas musim Haji?? Atau Ramadhan??

Sayangnya, kita nggak sempat foto2 site tempat proyek perluasan dan penghancuran hotel2 itu, karena selain kita menginap di seberang lain, proyek itu juga masih banyak yang ditutup untuk umum. Hanya beberapa kali saja kita sempat lewat, dan menurutku efek debunya nggak separah yang diperkirakan/diberitakan di tanah air tuh...

Ok, selebihnya, marilah kita menikmati suasana sekitar Masjidil Haram. Cerita detilnya aku tulis di caption setiap fotonya, masih dengan SE K810i ku yang setia...

:::::.....

[MAKKAH] Part 1 : Masjidil Haram, An Inside Scoop


ke arah inilah semua konsentrasi sholat kita terpusat, dari seluruh penjuru dunia...

Sekarang ini, petugas di Masjidil Haram tidak seketat di Masjid Nabawi. Ponsel berkamera diperbolehkan untuk dibawa masuk kedalam masjid. Tentu saja dengan catatan si pembawa juga harus tahu diri, untuk tidak lalu over-acting dalam acara potret memotret didalam masjid.

Berikut ini beberapa foto hasil bersama my partners-in-crime (my husband and off course, my SE K810i), siapa tahu bisa sedikit mengobati kerinduan siapa saja yang ingin pergi atau kembali kesana. Termasuk aku... :-)

:::::.....

Bersambung ke [MAKKAH] Part 2 : Life Outside The Grand Holy Mosque

Kamis, 22 Mei 2008

Bangga Sekali Rasanya!

Kemarin sore, ketika suami pulang tiba-tiba dia menyodorkan Majalah Gatra edisi baru. Wah tumben, biasanya yang sering dia sodorkan majalah bisnis kegemarannya, SWA. Hehe.. Didepan mataku, dibukanya halaman 148 dan secara khusus menunjuk sebuah box-article untuk kubaca.

 

Selesai baca, aku langsung berujar “Subhanalloh... rasanya bangga sekali ada pemuda Indonesia yang bisa seperti ini...”

Tapi ternyata bukan hanya itu yang ingin ditunjukkannya kepadaku... Ada kejutan yang lain, dan kejutan inilah yang ingin aku bagi disini, setelah Anda semua membaca lengkap artikelnya dibawah ini : 

Diambil (tepatnya kuketik ulang :-D) dari Majalah GATRA Edisi Khusus 100 Tahun Kebangkitan Nasional Indonesia – Mei 2008.

 

ILMUWAN TIGA BENUA RINDU RAMBUTAN

Di Indonesia tak banyak yang tahu siapa itu Prof. Dr. Andrivo Rusydi. Padahal di dunia internasional, ilmuwan muda asal Indonesia yang baru berusia 31 tahun ini sangat dikenal. Dia kini tengah melakukan penelitian di tiga negara, Amerika Serikat, Hamburg dan Singapura. Andrivo di usia mudanya menjadi visiting professor bidang fisika di Universitas Hamburg, dan peneliti tetap di National University of Singapore. 

Karir intelektual Andrivo dimulai tahun 1998, ketika ia tamat dari Institut Teknologi Bandung Jurusan Fisika. Lelaki kelahiran Padang, Sumatera Barat tahun 1976 ini melanjutkan program studi master di Rijkuniversiteit Groningen, Belanda dan merampungkan program S3. Sembari mengerjakan program di universitas yang sama, Andrivo melakukan penelitian di National  Synchrotron Light Source (NSLS) of Brookhaven National Laboratory (BNL), Amerika Serikat, sejak tahun 2001.

Peneliti fisika ini lansung mendapat perhatian oleh para ilmuwan dunia. Ia mendapat berbagai tawaran mengajar dan meneliti di Universitas Hamburg. Belakangan, ia memilih menjadi peneliti tetap di National University of Singapore. Sejak 2005, lelaki kelahiran 1976 ini diminta Universitas Hamburg untuk melakukan riset inovatif. Tidak banyak ilmuwan yang berpengalaman dalam energi soft X-ray scattering. 

Di Universitas Hamburg, Jerman, Andrivo tengah melakukan penelitian dasar mengenai nano-structure. Universitas Hamburg memang giat mengadakan penelitian free electron laser yang pertama dan satu-satunya di dunia dengan fasilitas Hasylab yang memberikan kesempatan untuk meneliti sesuatu yang baru. Kesempatan ini tak dapat begitu saja dicapai karena membutuhkan Syncrotron.

Pemerintah Jerman mengalokasikan dana sekitar 3 juta euro untuk membangun VUV-FEL (vacuum ultra-violet-free-electron laser raman stektroskopi) yang kemudian digunakan secara bersama oleh para ilmuwan di Jerman dan mancanegara. Alat ini diharapkan untuk menguak interaksi fisika dan kimia dari material yang selama ini masih tersembunyi. Interaksi itu hanya dapat dilihat dengan ukuran molekul yang besarnya dalam besaran nano atau 10 pangkat minus 9 meter. 

Selain meneliti, Andrivo juga ditawari mengajar di Uni Hamburg pada mata kuliah advanced solid state physics (fisika zat padat tingkat lanjut) di Jurusan Fisika jenjang tingkat akhir semester.

Walaupun lebih terkenal dan hidup berkecukupan di luar negeri, Andrivo masih menyimpan minat untuk kembali ke Indonesia. Ia mengaku kangen buah-buahan asal Indonesia. “Apalagi kalau bisa memetik rambutan langsung dari pohonnya,” ungkap putra pertama pasangan H. Drs. Rusydi Rusyid dan Hj. Ulvi Mariati,SKp,Mkes ini. Ia berpendapat bahwa kekayaan hayatilah yang sebetulnya dapat membuat Indonesia dapat mendominasi pasar buah internasional. Sayang, peluang ini belum digarap secara serius. 

Karena itu, ia memendam hasrat untuk kembali ke Indonesia dan mengembangkan pengetahuan di negara kelahirannya. Ia ingin agar orang muda Indonesia mendapat pendidikan yang layak. “Pendidikan itu sangat penting, karena akan menciptakan kesejahteraan,” kata Andrivo. Ia ingin Indonesia seperti Jerman yang maju karena pendidikannya. “Sampai-sampai pendidikan di Jerman sangat murah!” tuturnya. (Miranti Soetjipto-Hirschmann, Jerman)

:::::.....
 

Bangga sekali kan kita sebagai orang Indonesia?? Aku secara pribadi tentu jauh lebih bangga, karena sejurus setelah aku selesai membacanya, suami bilang “coba kamu perhatikan namanya” 

Namanya... trus tempat dia tinggal sekarang... trus fotonya... (sambil nggak yakin karena gak apal-apal bener sama wajahnya hueheheh)... namanya lagi... dan tempat tinggalnya...

“Subhanalloh, mas??” kataku ke Mas Iwan dengan pandangan meminta konfirmasi. 

“Iya, itu suaminya Lessy...”

:-D

Less, kalo kamu baca ini, just so you know, aku sampe melongo lama...huehehehe. Dan yang sangat pasti, kami ikut bangga!! Semua segala apa yang dicapai sekarang, semoga  berkah ya!!

Malamnya isi artikelnya masih jadi perbincangan kami berdua. Kebetulan Lessy dan suami sekarang sedang getol program hamil anak pertama. Aku langsung bilang ke Mas Iwan, “Wah, kalo perlu Lessy ntar tak suruh punya anak banyak-banyak aja, 10 anak atau bahkan lebih deh! Gen-gen manusia-manusia yang luar biasa seperti ini harus dilestarikan sebanyak mungkin keturunannya!!”


Hahahahaah

Pada setuju kan??? ;-)



Senin, 19 Mei 2008

Mari Mendekat Ke Baitullah

Mari...

Kita pejamkan mata sejenak...

Bayangkan kehadiran Allah SWT diseluruh bagian tubuh kita..

Mengalir di sekujur ruang memenuhi pelosok jiwa kita...

 

Getarnya semakin nyata kan...??

Semakin kuat mengguncang dunia kita...

KepadaNya jua lah kita nanti akan kembali... PASTI!!

Lutut melemas...

Bibir tak dapat berhenti bergetar menyebut namaNya...

Dada semakin penuh denganNya...

Allah... Allah... LAA ILAAHA ILLALLAAH...

 

Mari...

Kita buka mata...

Kita mendekat ke baitullah bersama...

Rasakan...

Rasakan...

 

Penuh...

Penuh...

DenganMu Ya Allah...

ALLAH...

ALLAH...

LAA...ILAAHA ILLALLAAAAAHHH...

 

Aku kembali kepadaMu....





(Klik fotonya!! Klik fotonya!!)






[MADINAH] Part 3 : Madinah City Tour




Hanya 2 hari berada di Madinah rasanya sungguh terlalu singkat. Paling nggak, kalo berhaji kita punya waktu seminggu lebih di Madinah. Namun begitu, kami sempat juga melakukan city tour ke beberapa tempat. Menu tempatnya seperti biasa lazimnya paket2 city tour ke Madinah.

- Masjid Quba
- Jabal Uhud
- Masjid Kiblatain
- Masjid Sab’ah (Khandaq)

Rasanya tak perlu aku ulas tempat-tempat tersebut, karena pasti sudah banyak yang membaca sejarah dibalik tempat-tempat itu. Kalopun belum, dengan bantuan search engine internet aku yakin pasti semua bisa mendapatkan informasi sebanyak apapun (buktinya kalo kurang puas dengan cerita di buku, Abe juga selalu mendapatkan tambahan cerita peperangan Islam vs Kafir jaman dulu kegemarannya via internet kok hehe). Diluar sejarahnya, di setiap tempat pasti ada suatu sisi lain yang kurasa menarik untuk diamati.

Di Jabal Uhud, aku takjub melihat para pedagang yang ada disitu. Ada hikmahnya kami sampai ke Jabal Uhud pas tengah hari, sekitar jam 11 siang. Pas panas-panasnya. Disitu aku bisa membayangkan (atau justru tidak bisa terbayangkan??) sejauh apa kekuatan manusia bertahan dibawah paparan panas matahari.
Bayangkan saja, waktu itu awal Mei dimana suhu di Saudi belum terlalu panas. Tapi sudah kulihat para tourist dari Indonesia ini (kebanyakan para wanita, termasuk juga aku) sudah pada ribet melindungi diri dengan berbagai alat dari kacamata hitam, payung, kardus bekas tempat air minum dan lain-lain. Itu yang kasat mata, belum lagi perangkat “melekat” yang dipakai untuk mengurangi udara kering yang menyedot kelembaban tubuh dan kulit, dari pelembab ber SPF tinggi sampai pelembab bibir berglycerin tinggi.

Sedangkan para pedagang di kaki Bukit Uhud ini? Mereka harus kuat seharian berjualan disini. Tepat dibawah paparan sinar matahari yang ketika musim panas, tak bisa kubayangkan seperti apa. Disinilah mereka mencari nafkah untuk keluarganya. Subhanalloh...aku pun jadi belajar kepada mereka, dan lebih melecut diri untuk bersyukur kepada Allah.

Di Masjid Quba, kami bahkan punya pengalaman yang unik dan menarik (kaya judul acara TVRI jadul aja ya hehe).

Waktu itu, selesai melakukan sholat sunnah. Akupun keluar masjid dan segera mencari Mas Iwan ditempat yang sudah kami sepakati. Dari jauh aku sudah bertanya-tanya demi melihat suasana di tempat itu ramai dan penuh dengan sorak sorai. Sempat heran karena hanya 15 menit sebelumnya, suasana adem ayem saja disitu, ada apa ya??

Lebih heran lagi ketika aku melihat mas Iwan. Dia kelihatannya sedang sangat sibuk...terlibat dalam pemotretan. Anehnya, kok serasanya dia seperti artis seorang artis yang melayani permintaan foto para penggemarnya?? Jadi gak percaya, benarkah itu suamiku??

“Sini Nduk, ikut foto” katanya menarik tanganku bergabung. Di sekitar kami, kulihat banyak sekali pemuda2 tegap berpotongan rambut cepak. Jumlahnya puluhan, satu kompi! Rata-rata memakai baju gamis ala Arab, tetapi dari tutur katanya, aku tahu mereka adalah pemuda Indonesia. Semua semangat bergantian minta foto-foto dengan kami. Wah aku sampai heran kenapa!

“Sstt...mereka adalah Pasukan Garuda” bisik Mas Iwan pendek, trus sibuk bergaya lagi sambil ngobrol dengan riuhnya with this bunch of fine young men. Ooo...ternyata Pasukan Garuda too...

Ya, mereka ternyata adalah pasukan perdamaian TNI yang sedang bertugas di Lebanon. They’ve been in Lebanon like over 2 years now, dan akhirnya mendapat ijin untuk pergi umroh rame-rame. Wah pantes saja, begitu lihat saudaranya sesama orang Indonesia, walaupun cuma “sekelas” Mas Iwan, mereka antusias sekali, serasa ketemu artis! Hueheheheh

Yang menarik, mereka cerita, perjalanan darat yang harus mereka tempuh dari Lebanon ke Saudi lebih dari 2 hari 2 malam lamanya! **gubrax** nyesel deh kemarin sempat mengeluh bosan dengan penerbangan yang cuma 9-10 jam :-(

Kelak, aku selalu terpesona liat para adik2 belia yang kompak ini. Beberapa hari kedepan, selama di Mekkah kami sering bertemu lagi, entah pada saat thawaf maupun sa’i. Dasar sudah dilatih militer, cara mereka thawaf dan sa’i bersama pun tak ubahnya latihan baris-berbaris. Persis seperti yang kita lihat di jalan2 raya gitu! Bedanya, kali ini mereka berbalut baju ihram dan lagu2 yang biasa mereka teriakkan bersama-sama diganti dengan lafal2 doa. Dan sangat kompak! Kompak yang bertahan dari awal sampai akhir dengan ritme yang konstan. Beda dengan kita yang ketika sa’i biasanya trus terpisah karena harus berdamai dengan kecepatan jalan masing-masing orang.

Ketika jamaah yang lain memakai bedge travel masing-masing, mereka cukup memakai bedge bendera merah putih kecil. Wah, tak urung setiap bertemu lagi dengan mereka, rasanya ikut bangga hati ini! :-)
Setiap bertemu lagi, kemudian berpisah, kami selalu ikut memberi mereka semangat “Selamat bertugas”, just in case it was our goodbye... Lalu, waktu selanjutnya ditempat yang lain, tiba-tiba “Ehhhh ketemu lagiiii!!!!” hehehehe

Yang paling menarik tentu adalah ketika berkunjung ke kebun kurma. Ini yang pertama buatku (11 tahun lalu belum ngetrend deh tour ke kebun kurma hihi), dan masuk kebun kurma untuk pertama kalinya, jadi mirip anak-anak masuk toko mainan deh. Tanya ini itu, gak bisa nahan diri sentuh ini itu (sambil berkali-kali mengaduh karena kecokrok batang kurma :D), sampe mas Iwan bolak-balik mengingatkan kalo disitu ada bapak2 Arab yang senyum2 liatin wong ndeso masuk kebun kurma, huehehehe. :-D

Jumat, 16 Mei 2008

Kencan Ultah Pernikahan Kami di Makkah

Inilah jadinya cerita kencan ultah pernikahan kami yang ke-12 di Makkah.

Rencananya, Sabtu malam Minggu itu, 3 Mei 2008, kami ingin menghabiskan waktu berdua di Masjidil Haram. Tak sedikitpun sebelumnya kami menyangka bisa seberuntung ini, berada di kota suci pas pada tanggal itu. Lagipula, sebelumnya ketika di Indonesia pun, ultah pernikahan kami selalu berlalu layaknya hari-hari biasa, tak ada yang berbeda apalagi istimewa. Tapi karena kebetulan jadwal umroh kami berbarengan, kok jadi agak-agak lebih melankolis ya, hehe. 

Dalam pikiranku, pasti akan indah sekali bisa bermunajat berdua di depan Ka’bah. Berdoa berdua pastilah akan lebih mantap daripada sendiri. Apalagi yang kami doakan adalah keluarga kecil kami ini. Anak-anak kami, juga ketenangan dan keberkahan untuk rumah tangga kami.

Begitulah, dari pagi Subuh aku sudah dudul terserang haru. Gampang mewek tiap kali memandang baitullah, juga ketika diam-diam menumbukkan pandangan ke suami. Apalagi pagi itu dia banyak bertingkah konyol, tanda kebanyakan energi. Selain itu dia juga banyak becandain aku yang walaupun di Indonesia terbukti paling jarang sakit, ternyata pagi itu sudah mulai bersin-bersin karena terserang flu. 

Selepas thawaf sunnah fajar, akhirnya Mas Iwan mengajak ke pharmacy, untuk beli obat biar gejala flu ku tidak menjadi. Dari tadi malamnya, dia sudah ribet “mengiklankan” salah satu merk obat flu di Saudi yang –katanya- tokcer! Di dua kali umroh ramadhan terakhirnya, obat inilah yang menyelamatkan dia dari flu yang berkepanjangan. “Habis minum, trus kamu istirahat, tidur, bangun2 pasti sudah seger lagi deh, hidung sudah plong nggak mampet, dan meriang sudah langsung ilang.”

Seperti lagak seorang dewasa yang menunjukkan isi dunia kepada anak-anak yang baru berjalan, dia pun mengajak aku masuk ke sebuah pharmacy.

Dengan wajah pede dia langsung meminta sebuah merk “Flutab, please!”. Oh jadi ini si obat andalan Mas Iwan itu, begitu pikirku.

Sepanjang sisa perjalanan ke hotel, dia masih nerocos tentang si obat tokcer. “Kamu nanti minum aja 2 tablet”.

Dua? Oh oke, kubaca dosis pemakaian, memang untuk dewasa dosisnya memang 2 tablet sekali minum.

“Mumpung pagi aku minum aja ya Mas, biar nanti bisa panjang tidurnya dan semoga malamnya sudah segar” kataku mengingat lagi rencana “kencan” didepan Ka’bah kami nanti malam.

“O iya!” sahut Mas Iwan setuju. 

Duh, suamiku memang kelebihan energi pagi itu. Selepas sarapan, dialah yang membukakan bungkus obatnya, mengambilkan air minumnya, memberikan 2 tablet Flutabnya, dan ketika aku minum, dia dengan serius memperhatikan wajahku. Seperti seorang perawat yang berhadapan dengan pasien kolokan yang perlu dipastikan bahwa obatnya benar-benar ditelan! :-D Beberapa orang di ruang makan sampai ramai menggoda kelakuannya. “Mesrane reekk..!!” Hehe... Sumpah aku malu banget karena di keadaan “normal, biasanya akulah yang suka menggoda kalo ada pasangan yang dudul pamer mesra didepan umum begini... (Pamer mesra?? Halaahh, wong cuma minum obat juga, GR banget, jadi merasa agak eneg deh sama diri sendiri hihihihi). Beberapa yang tahu kalo kami sedang ultah pernikahan hari itu, juga kemudian mengucapkan selamat. Mas Iwan cuma cengar cengir.

Mengikuti ritme Saudi, habis sarapan adalah waktu panjang untuk tidur. Apalagi aku yang habis minum obat gini, langsung saja ambruk di ranjang. Mas Iwan? Dasar kelebihan energi, dia malah pasang TV, nonton bola!! Oalah..gak di rumah, gak di airport, gak di hotel yang dicari kok itu melulu. Kulihat dia ketawa setiap ada gol, karena sang komentator acara TV langsung berteriak “Allaaahhh....!!” :-D 

Dhuhur di masjid kulalui dalam keadaan setengah sadar dan tidak. Pengaruh obat pasti, begitu pikirku. Maka habis dhuhur, aku langsung balik ke bantal. Aku bahkan sudah nggak sanggup makan siang.

Menjelang Ashar rasanya juga belum sepenuhnya kembali ke bumi. Tapi aku paksakan melek karena habis Ashar kami selalu melakukan thawaf sunnah sore hari. Siap-siap lebih banyak dilakukan Mas Iwan sementara aku cuma ngaplo duduk di ranjang. 

Kamipun berpisah di masjid. Sekarang ini, jamaah wanita tidak diperbolehkan sholat di lantai depan Ka’bah (kemarin aku sempat diusir waktu pertama kali, dan sangat tidak enak karena waktu sholat sudah mau dimulai dan jamaah sudah penuh didalam masjid, aku jadi susah sekali menemukan tempat lain untuk sholat).

Tapi Ya Allah...selama sholat, kenapa kurasakan kepalaku bertambah berat? Pengaruh si obat lama juga ya hilangnya?? Dan pengaruhnya itu, rasanya nggak semakin menghilang, malah semakin bertambah-tambah saja. Sekarang kurasakan ada suara berdengung hebat di kedua telingaku. Rakaat terakhir, si jantung rasanya ikut bersuara, berdebam-debam semakin hebat, rasanya seluruh jamaah di Masjidil Haram akan bisa mendengarnya. Ada rasa pahit yang menyergap di ujung kerongkongan ketika rasa mual datang bergabung, menyebabkan rasanya bumi Saudi berputar dengan kecepatan yang berlipat-lipat dari seharusnya. 

MasyaAllah, walaupun dalam keadaan begitu, aku langsung bisa menyadari bahwa aku sedang OVERDOSIS..!!

Langsung kutelpon Mas Iwan. Perjalanan dari masjid menuju hotel menjadi perjuangan yang luar biasa bagiku. Mas Iwan nyaris memapahku karena pemandangan yang bisa masuk ke otakku hanya blur...blur...blur... Suara yang memenuhi telingaku juga cuma nguing...nguing...nguing... Dan kurasakan didalam diriku berdentam seribu tambur yang bersahutan. Terakhir yang kuingat adalah Mas Iwan membuka pintu kamar hotel, dan kemudian rasanya aku meluncur kedalam tempat yang dalam dan gelap... 

Kemudian, beratus tahun kemudian, kurasakan ada tangan menarikku dari tempat gelap itu. Hanya sayup-sayup suaranya “Sholat Maghrib dulu Nduk..” Rasanya aku menjawab sesuatu, tapi tak bisa kudengarkan suaraku sendiri. Kurasakan anggota tubuhku bergerak sendiri (atau digerakkan, aku tak yakin), terasa ada air membasuh. Kemudian gambar sajadah dan wajah Mas Iwan melintas bergantian. Wutt...wuutt... Kupaksa diriku sekuat tenaga untuk melakukan gerakan sholat dengan sadar, sambil duduk. Sehabis itu aku meracau penuh penyesalan ke Mas Iwan karena kami sholat dikamar hotel (bukan di masjid). Mas Iwan cuma menjawab “Sudahlah...” Atau sebenarnya lebih dari itu tapi aku sudah tak dengar lagi?? Karena tempat gelap itu sudah menyedotku lagi dengan kejamnya.

Selesai sholat Isya, sekuat tenaga aku coba berteriak, meratapi rencana kencan berdua kami di Baitullah. Ya Allah, kenapa jadi begini kejadiannya?? Bahkan Mas Iwan pun harus menghabiskan waktu di kamar hotel. Kulihat sekilas, di TV sedang tertayang channel Bloomberg. Dengan panik kuusir dia agar pergi saja ke masjid, tapi bahkan pikiranku yang sedang lemot pun tahu itu ide yang buruk. Meninggalkan istri sendirian di kamar hotel di negeri orang dalam keadaan overdosis obat flu, sungguh tidak cocok dengan kepribadian Mas Iwan tentu saja! 

Ya Allah, Astaghfirullah.... Aku tenggelam dalam tangis di tempat gelapku. Ampuni aku Ya Allah, kalau dalam hidupku, aku seringkali terlalu ngotot berencana. Seringkali lupa bahwa aku hanyalah manusia. Hanya boleh berencana. Hanya bisa berusaha untuk kemudian mencoba untuk ikhlas. Seringkali lupa bahwa Kau-lah yang akan mengatur semuanya. S-e-m-u-a-n-y-a...

Baru setelah itu kurasakan tubuhku semakin dalam dan lemas meluncur, dan semakin gelap dunia... Tapi saat itu, aku sudah benar-benar yakin, bahkan di tempat paling tersembunyi dan paling gelap sekalipun, bahkan ketika kita hanya ditemani kesendirian, Allah masih akan mendengar doa manusia...

(Ya Allah... Untuk anak-anak kami... juga ketenangan dan keberkahan untuk rumah tangga kami...)

 

:::::..... 

Aku mulai sadar mungkin sekitar 2 jam sebelum adzan Subuh. Yang pertama kulihat adalah wajah Mas Iwan yang kucel, tanda tak tidur semalaman. Dan rautnya yang panik khawatir ketika terus-terusan menanyakan keadaanku, saat itu membuatku lebih nelangsa lagi. Rasanya aku tak berani terharu, takut nggak kuat menanggung banyaknya rasa itu.

Lalu Mas Iwan cerita. Sepanjang malam, dalam tidur aku meracau tanpa henti. Kemudian menggigil seperti orang yang kedinginan, juga tanpa henti. Gigiku sampai bergemeretak dan sekali waktu kejang seperti kesakitan. Satu-satunya yang bisa membuatnya tetap bisa menarik napas adalah denyut nadiku yang katanya masih normal. Dengan dudul Mas Iwan mengaku sangat merasa ketakutan sepanjang malam. Beberapa kali hampir saja dia nekad mengangkatku keluar untuk meminta pertolongan, entah ke UGD atau apalah. Tapi kemudian aku jatuh tertidur dengan tenang, sehingga dia takut membangunkan aku.

Sepanjang malam Mas Iwan sama sekali tak tidur. Hampir sepanjang waktu itu, dia berada disampingku, memegang pergelangan tanganku untuk memastikan denyutnya masih stabil, menyelimutiku dengan khawatir ketika aku menggigil dan memeluk tubuhku ketika aku mengejang seperti kesakitan.  Mas Iwan kemudian sibuk menyalahkan dirinya dan minta maaf karena ide minum obat sekaligus 2 tablet itu. Aku? Lebih sibuk lagi menyalahkan diriku sendiri atas banyak hal. Bagaimana aku dudul tak berpikir padahal selama ini tahu benar kondisi tubuh yang nggak kuat dosis tinggi (di Indonesia aku selalu minum dosis paling ringan, dan entahlah apa yang buatku berpikir bahwa obat di Saudi akan berbeda??). Bagaimana aku akhirnya membuat Mas Iwan kehilangan waktu beribadah di Masjid karena harus menungguiku di kamar sepanjang malam. Bagaimana aku menjadi begitu merepotkan...hikss.. hikss.. :-((

MasyaAllah... 

Malam itu, tepat di ultah pernikahan kami yang ke-12 itu, Allah benar-benar dengan jelas menunjukkan kepadaku, jodoh seperti apa yang telah Dia pilihkan untukku...

Subhanalloh...

Rasanya aku tak bisa mengharap akan mendapatkan malam (atau kencan) yang lebih baik lagi dari ini kan...? ^__^
 

:::::.....

 

Hari berikutnya kami sudah bisa membuat lelucon dari kejadian malam itu. Beberapa teman umroh kami juga geleng-geleng mengetahui aku overdosis. Malah ada yang dudul mengira kami berdua memang sengaja mengurung diri di hotel semalaman untuk “second honeymoon”, dan karena itulah nggak ada yang berani ganggu atau menelpon ketika kami berdua tak turun untuk makan malam. Oalah... dudul... hueheheh

Lha iya...wong biasanya obat Indonesia aja aku pilih yang dosis ringan, lha ini obat dosis unta kok beraninya minum 2 sekaligus gitu lhoooooo...??? :-D





Rabu, 14 Mei 2008

[MADINAH] Part 2 : Denyut Nadi Di Nabawi


kubah ijo yang terkenal itu

Setelah paginya puas motret2 sekitar masjid dan hotel dikala sepi, siangnya barulah aku merasakan membuncahnya perasaan merasakan penuhnya sujud di atas karpet tebal didalam Masjid Nabawi. Tak heran pahala sholat disini bernilai 1000 kali dibanding masjid lain, duh nikmatnya tak terkira...

Akhirnya kurasakan lagi denyut nadi Nabawi yang lama dulu pernah merasuk didarah dan hatiku. Dari Mas Iwan yang sudah bolak-balik kesini, aku mendapat info perubahan apa saja yang terjadi seiring perubahan tahun. Termasuk larangan membawa ponsel berkamera masuk kedalam masjid. Di setiap pintu masuk wanita, sudah siap 3-4 askar wanita yang akan menggeledah setiap tas, saku bahkan badan setiap jamaah yang akan masuk. Kalo askar yang menggunakan burqa lengkap dan sangar ini kebetulan memukan ponsel berkamera, maka pemiliknya siap-siap saja sholat di teras masjid. “Maktab...maktab!” begitu seru mereka, meminta kita untuk meninggalkan ponsel di hotel saja.

Beberapa kali pertama, ponselku masih bisa selamat karena kusimpan di resleting dalam tas. Tapi di pintu yang lain rupanya askarnya lebih teliti, membuka resleting tas sampai kedalam juga. Aku pun sempat 2 kali sholat di teras. Untungnya bukan waktu Dhuhur atau Ashar yang panas. Lebih dari itu, di teras kita bisa bebas membawa kamera walaupun tour leader kami sempat juga kejar-kejaran dengan askar karena ketauan mengambil gambar dengan (bukan hanya kamera, tapi) handycam. Untunglah dia lolos, kalo nggak rencana kita bikin VCD tour bisa gagal total kalau itu handycam direbut petugas, hehe.

Yang juga berubah adalah jadwal mengunjungi roudhoh. Dibanding ketika berhaji dulu, kurasakan yang sekarang lebih tertib dan lebih memberi ruang untuk para jamaah wanita. Jam dibukanya salah satu taman surga tempat semua doa dikabulkan ini sekarang ada 3 kali. Habis Shubuh, habis Dhuhur dan malam sehabis Isya. Sedangkan untuk jamaah pria, mereka bisa mengunjungi roudhoh kapan saja.

Baru pada malam hari, dengan 2 orang ibu teman tour aku berkunjung kesini. Sholat hajat dan memanjatkan doa. Kamipun sempat mendekat ke makam Sang Kekasih Allah, Rasulullah Muhammad SAW. Tak urung hatiku bergetar hebat, air mata rasanya begitu saja mengucur tanpa hanti ketika bershalawat. Pernahkah Anda merasa sangat dicintai oleh seseorang, katakanlah ibu kita, sehingga ketika Anda lama jauh kemudian mendapat kesempatan mendekat kepadanya, hati terasa damai dan penuh dengan haru?? Ya, merasa dicintai... itu yang kurasakan begitu mendekat ke makam Rasulullah. Subhanalloh. Perasaan apakah yang lebih indah selain merasa diri ini dicintai?

Rasulullah begitu mencintai kita umatnya, sehingga keinginan terakhirnya sebelum meninggal adalah supaya tak satupun umatnya nanti masuk neraka Allah. Agar semua umatnya tanpa terkecuali, menjadi penghuni surga. Sungguh, di hari nanti ketika tiada apapun lagi yang akan melindungi kita, hanya rahmat Allah dan syafaat Rasulullah yang akan kita rindukan menyelamatkan kita.

Rasulullah begitu mencintai kita umatnya... Rasanya aku tidak ingin cinta itu bertepuk sebelah tangan... karena sesungguhnya tidak ada seorangpun yang pantas dan tak ada satupun hati yang akan mampu berpaling dari cinta seorang manusia semulia Muhammad. Tak seorangpun bisa menahan getar hati yang membuncah karena dilimpahi dengan segenap cinta di depan makam beliau. Hatiku terasa basah, dan mulutku bermandikan shalawat tanpa henti. Ya Allah, kembalikan lagi aku kesini, mengunjungi beliau suatu hari nanti...karena sekarangpun aku sudah rindu....

(Ceritanya sudah nggak homesick lagi kan? :-D)

:::::.....
Rindu kami padamu Yaa Rosul...
Rindu tiada terperi...

Berabad jarak darimu Yaa Rosul..
Serasa dikau disini....
:::::.....

(Bersambung ke Part 3 : Madinah City Tour)

Selasa, 13 Mei 2008

[MADINAH] Part 1 : Penawar Rindu di Al Munawwar


datang-datang langsung homesick dan rindu berat sama anak-anak :-(

Rabu, 30 April 2008 Jam 09.00 pagi, kami berdua dilepas anak-anak dan orangtua kami di Bandara Juanda. Bismillah...kutitipkan buah hatiku kepada Sang Maha Penjaga. Allah Tuhan Yang Maha Esa, kepada siapa jua aku menujukan perjalanan ini. Lahir dan batin. Alhamdulillah anak-anak nggak rewel.

Bertolak dari Jakarta Pukul 13.30, setelah melewati 9 jam terbang, akhirnya kami mendarat di King Abdul Aziz Airport Jeddah pada malam hari, Jam 7.07 waktu Jeddah (-4 jam dr WIB). Bagiku, ini kedua kalinya aku mendarat disini. Pertama ketika berhaji 1997 lalu, juga di malam hari. Dulu atau kini, satu hal yang pasti, adalah hal yang luar biasa bisa datang di Saudi pada malam hari, karena itu berarti sambutan untuk kita adalah kerlap-kerlip lampu yang fantastis dimana-mana. Tak heran karena ini negara penghasil minyak, tarif listrik tentu saja saangaat murah (kata guide kami, sampai2 kurang dari separuhnya tarif air, kebalikan ya sama Indonesia :-D).

Urusan imigrasi kelar, sejam kemudian kita sudah berada di bis untuk langsung menuju Madinah. Jadwal paket perjalanan umroh 9 hari kami memang ke Madinah dulu (2 hari), Makkah (4 hari), Jeddah (1 hari). Plus perjalanan Indo-Saudi-Indo (2 hari). Jarak Jeddah-Madinah sekitar 450 km, tetapi bisa ditempuh dengan 4-5 jam dengan bus. Kabarnya, pihak Kerajaan Saudi berencana membangun jalur kereta cepat di rute ini, sehingga diharapkan Jeddah-Madinah akan bisa ditempuh dalam waktu setengah jam saja. Wah, semoga kalo benar, nanti bisa dapat kesempatan menikmatinya ya. Amin.

Sudah jauh lewat tengah malam kami baru tiba di Madinah. Plus beberapa kali berhenti di checkpoint, ternyata baru jam 2.30 pagi kami bisa tiba di Movenpick Hotel tempat kami akan menginap. Di Saudi sendiri setiap beberapa puluh km, selalu ada checkpoint, tempat dimana semua kendaraan harus berhenti untuk pemeriksaan. Dari pemeriksaan pasport sampai dengan identitas muslim diperiksa disini. Walaupun lebih lama dari perkiraan, tapi tak terlalu terasa buat kami, karena sebagian besar waktu diatas bus kami habiskan untuk tiduurrrrr! :-D

Tapi...inilah akibatnya! Gara-gara di pesawat dan di bus kebanyakan tidur, begitu sampai hotel, jadi susah tidur!! Hihihi dudul juga. Paginya, sehabis subuh akhirnya kita celingukan sambil mata melolo kebo (melek tapi koordinasi mata-otak agak2 nggak nyambung gitu :-D). Maka tak dapat dicegah, aku pun langsung terserang homesick berat.

Hikss... Aku rindu bau anak-anak waktu bangun tidur. Pagi-pagi gini (walaupun di Surabaya udah jam 10 dan anak-anak pasti sudah pada sekolah) biasanya adalah waktuku kruntelan sama Abe-Bea selepas bangun tidur..hikss... :-(

Akhirnya untuk menghiburku, Mas Iwan mengajak jalan-jalan di sekitar hotel. Masih sepi dan lengang karena ini kan Saudi, kehidupan baru saja berakhir Subuh tadi, dan baru akan dimulai lagi selepas Dzuhur nanti. Toko-toko masih pada tutup.

Ada hikmahnya juga, kita jadi bisa menikmati udara sejuk. Suasana segar dan sepi membuat kita leluasa menghasilkan foto-foto dudul dibawah ini. (Dudul karena sama-sama nggak berbakat jadi model wekekekekekek).

(Bersambung ke Part 2 : Denyut Nadi di Nabawi)

Jumat, 09 Mei 2008

Alhamdulillah...We're Home...

Hari ini tanggal 9 Mei, jam 9 pagi, alhamdulillah kita sudah kembali kerumah dengan selamat, tak kurang suatu apa. Memeluk lagi anak-anak dengan kerinduan yang tiada tara.

Terimakasih, semua berkat doa teman2 semuanya. Padahal oleh2 yang bisa aku bagi untuk semua tanpa terkecuali, hanyalah beberapa penggal cerita yang sekarang sedang numpuk di memori tak lebih dari itu. Harap maklum.



So, what do I miss??
Jangan cuma komentar, kasih juga link ke postingan teman2 ya, cerita-cerita seru yang mungkin aku lewatkan sejak 10 hari terakhir ini. I would love to read them, sebagai teman recovery tubuh yang lumayan dudul ini. Ditunggu...




Kamis, 01 Mei 2008

[Test] Hari Terakhir di Al Munawwar

Kamar 12308 Movenpick Hotel Madinah, 2Mei2008 Pkl 7.08 wkt Al Munawwaroh, sehabis sarapan dan merindukan anak2...

Test online by Saudi Mobily's 3G. Ternyata bisa!

Assalamualaikum, apa kabar semua? Subhanalloh, disini semuanya luar biasa dan sangat mengharukan sampe sesak dada ini.

Hari ini hari kedua (terakhir) di Madinah. Nanti siang insyaAllah meluncur menuju Makkah Al Mukaromah dan menunaikan umroh pertama.
Rasa hati ingin terus dekat dan hanyut dalam nikmatnya dekat dgn Muhammad SAW di dahsyatnya sholawat di Nabawi. Tapi Baitullah di Al Haram juga terasa sudah bertabuhan, bertalu-talu memanggil-manggil dengan sepenuh. Labbaik Allaahumma labbaik..

Semoga perjakanan dan umroh pertama nanti berjalan lancar, amin..