Jumat, 26 September 2008

Tersesat Dirumah Sendiri

:::::.....

Pemandangan yang umum terjadi dirumah ketika menjelang lebaran..

Tampak si Ibuk nunak nunuk di dapur...
Buka lemari, tutup lagi...
Buka laci, ditutupnya lagi..
Rak atas dibuka, ditutup lagi....
Bahkan iseng banget, pergi ke gudang sebelah dapur, jangan-jangan yang dicari ada disana...
Ugh! Nggak ada...!!

AAAAAAAARRRRRGGGGGHHHHHHHHHHHH
DIMANAKAH GERANGAN PANCI SUSU ITUUU?????


**akhirnya jurus terakhir : sms si mbak yang sudah mudik di kampung aja deh**

:::::.....

[Seri 3 Wanita] Aku dan Emi : Kesalahpahaman Yang Berkelanjutan




Perkenalkan, ini Emi. Dia adik iparku (sementara ini satu-satunya), istrinya Asnan aka Uwa, adikku.

 

Sebagai seorang ibu, boleh dibilang Emi sangat produktif. Di usianya yang 26 tahun sekarang ini, dan usia perkawinannya yang baru 6 tahun, Emi adalah ibu dari 3 orang putri. Sena (5,5 tahun), Aaliyah (3 tahun) dan Dede (1,5 tahun). Itupun, akhir tahun ini dia sudah berencana untuk hamil lagi, berhubung pasangan ini memang merencanakan untuk mempunyai 4 orang anak. Beda dengan aku, proses Emi hamil dan melahirkan memang selalu berjalan mulus. Bukan hanya mulus, tapi selalu cepat dan mudah. Alhamdulillah ya, jadi rencana punya 4 anak bisa berjalan lancar. Oya, Emi juga berharap-harap iseng, siapa tahu anak keempatnya nanti, laki-laki. Hehe.


Dalam hal sifat, kami sama-sama ramenya. Sama-sama suka anak-anak, dan sama-sama pelaku pernikahan di usia muda. Postur tubuh? Sama gedenya juga. Badan Emi bahkan lebih tegap lagi, maklumlah dia mantan anggota Paskibraka Jatim, go figure. :-)


Sama persis dengan cerita aku dan ibuku di "Seri 3 Wanita" sebelumnya,  hubunganku dengan Emi juga diwarnai banyak sekali kesalahpahaman. Tetapi dengan versi kesalahpahaman yang lain. Emi seringkali mengadu ke aku seperti ini...


“Mbak, aku kemarin ketemu ibuknya temenmu SMA waktu di alun-alun. Dia nyapa aku dan langsung ngobrol banyak, crita-crita. Aku bingung, tapi trus aku sadar karena dia panggil aku ‘mbak wahida’... DIA PASTI NGIRA KALO AKU ITU KAMU MBAK!!”

Hehehe. Sekarang ini aku sudah nggak kaget lagi mendengar cerita ini karena sangat sering terjadi.

 

Kali lain, tiba-tiba ada teman SMP atau SMA yang tinggal di Tulungagung, ngirim sms. “Kamu lagi pulkam?? Aku dolan kerumahmu ya??”

“Lho, aku ini lagi di Surabaya, weekend ini nggak pulang ke Tulungagung kok” jawabku.

“Lha wong aku lihat kamu kemarin itu, di Golden Swalayan??”

“Lha wong aku jelas-jelas di Surabaya kok??” eyelku.

“Iya! Aku lihat kamu! Aku gak sapa soalnya aku ribet sama anakku. Tapi aku lihat kamu! Kalo gak salah kamu sama adikmu, si Asnan! Ya kan??”

Halah...jelaslah sekarang masalahnya.

 

Mungkin cerita diatas masih bisa dimaklumi karena ketika bertemu orang-orang itu, Emi sendirian. Dudulnya, cerita yang sama terulang bahkan ketika kami berada di tempat yang sama.

Suatu acara, ketika teman-teman Uti-Kakung lagi ngumpul dirumah. Aku dan Emi sedang bantu-bantu melayani para tamu. Aku dan Emi. Di tempat yang sama dalam waktu yang bersamaan.

Salah seorang teman Uti menyapa Emi dengan ramahnya.

“Loh, Mbak Wahida? Lagi disini tho? Kapan datang dari Surabaya?”

“Nngggg...” jawab Emi dengan senyum garing sambil celingukan, mencari aku.

“Anak-anak ikut semua kan?? Semua sehat-sehat??” si Ibu melanjutkan, pake adegan merangkul dan memeluk bahu Emi, dengan akrabnya.

Dan begitu aku lewat disitu...

“Ini Mbak Wahida nya Buk, saya Emi, istrinya Mas Asnan...”

Kasian si Ibu itu... :-D

 

Kasian juga banyak orang lain lagi yang mengalami hal yang sama. Entah kenapa, aku dan Emi sebenarnya sama-sama merasa bahwa kami itu tidak semirip itu. Tapi nggak tahu juga ya, orang lain yang melihat kan? hehehe.

Jujur, yang paling keberatan dengan kejadian2 ini adalah Asnan, adikku. Pasalnya dia itu musuhku ledek2an sejak dari kecil. Sangat susah mengalahkan dia dan membuatnya mati gaya. Tapi cara ini selalu berhasil. Setiap ada yang mengira Emi adalah aku, dengan senyum kemenangan yang tanpa hanti, aku selalu bilang sama dia,

“Nggak nyangka, ternyata kamu ngefans juga sama mbakmu ini ya?? Buktinya, cari istripun, nyari yang mirip sama akuuu!!”

HUHAUHAUAHUAHAH  <====== ketawa raksasa menguasai dunia

Dan Asnan pun hanya bisa ngeloyor pergi....


:::::.....

Selasa, 23 September 2008

Ramadhan Kids 2008 : Latihan Sholat Ied


prasaan baru kemarin dia lahir, kapan berubahnya yaaaaaaa kok sudah jadi gadis kecil beginiiii???

**Ya Allah...**

Masih single-parent untuk sementara, karena mas Iwan baru pulang umroh beberapa hari lagi. Sementara itu, tugas2 selama Ramadhan yang lumayan bikin encok sudah mulai kelar. Asyiikk akhirnya sempat posting lagi.

:::::.....

Taman Bungkul, 23 September 2008

Sebagai puncak dari rangkaian Ramadhan Kids 2008, PG-TK Al Hikmah Surabaya mengadakan latihan sholat ied bersama. Yokk kita intip polah tingkah Bea dan teman-teman, seruuu!! Bahkan ibu-ibu pun ikut seru!!

:-D


:::::.....

Another peek of Taman Bungkul, is here :
http://cikicikicik.smaboy.com/images/14/ABE-BEA_From_Rooftop_to_Taman_Bungkul

Minggu, 21 September 2008

[Seri 3 Wanita] Aku dan Ibu : Hidup Penuh Dengan Kesalahpahaman




:::::.....

Kalau ditanya satu hal yang paling mewarnai hubunganku dengan Ibuku selama 31 tahun ini, itu adalah satu kata berikut : KESALAHPAHAMAN! Menyedihkan? Nggak juga. Merepotkan? Kadang-kadang. Tapi yang pasti, menggelikan! :-D

Contoh. Sudah tak terhitung berapa kali kejadian semacam ini terjadi.
Misalnya di sekolah. Momen pengambilan raport. Di kelas yang penuh dengan walimurid itu, Ibuk selalu mendapat pertanyaan dan kernyitan alis yang sama, entah dari ibu si A, atau si B atau yang lain. Sejurus setelah mengenalkan diri sebagai ibukku, pasti yang terjadi ini...

“Ibu ini Ibunya Mbak Wahida??? Yang bener?? Saya kira kakaknya!”

Ketika akhir Oktober 2001 aku melahirkan Abe, di kalangan suster-suster di RS Darmo Surabaya, kami berdua selalu menjadi perbincangan yang hangat. Cerita berawal ketika seorang suster visite ke kamar, dan kemudian mengobrol. Aku rasanya sudah termasuk orang yang cukup suka mengawali obrolan dengan siapapun, entah orang yang sudah lama kenal, maupun tidak. Tapi ibuku, jauh lebih parah. Bakat SKSD-nya waduh! Top! Aku nggak ada apa-apanya deh. Hehehe. Ini salah satu hal yang aku suka pada diri beliau.

“Nungguin terus nih Mbak?” sapa suster ketika masuk kamar...-jangan salah- ke Ibukku. Dia menyapa Ibuk dengan sebutan ‘mbak’.
“Iya nih Suster...untungnya pekerjaan saya bisa ditinggal-tinggal jadi ya bisa nunggui terus”
“Kerja dimana Mbak?”
“Jadi pegawai toko kok Sus, di Tulungagung sana...” (Btw.. Ini salah satu kesukaan Ibuku, mengaku karyawan di tokonya sendiri dan hebatnya dia seringkali membuat orang bener-bener percaya hihihi usil ya? pantesan nurun ke cucunya :-D)

Suster kemudian berpaling ke aku.
“Enak ya, masih ada kakaknya yang bisa menunggui? Kalau saya dulu melahirkan nggak ada yang nungguin Dek, Ibukku sudah tua, kasihan sedangkan saya putri satu-satunya. Jadi ya sudah, nggak ada yang bisa disambati.” Disambati, maksudnya dijadikan teman keluh kesah. (Kupikir-pikir, si suster sok tahu juga ya hihihi)

“Saya juga putri satu-satunya kok Sus. Ini bukan kakak saya, tapi Ibu saya.” jelasku sambil senyum simpul. Ibuku juga cuma tersenyum. Kami sama sekali sudah nggak heran lagi karena kejadian seperti ini sudah jadi santapan kami berdua sehari-hari dari jaman duluuu kala :-D

“Heh??? Yang bener?? Masak sihh??...???” si Suster melongo dan langsung menghentikan pekerjaannya mengganti selang infusku...
Tapi sebentar! Sepertinya ada sesuatu yang masih menggantung di mulutnya...dan matanya yang masih melongo tak percaya...
Ayo suster..jangan kecewakan saya kali ini...ayo keluarkan pertanyaan selanjutnya itu...jangan khawatir atau sungkan, saya sudah biasa kok mendengarnya..ayo...yak yak??

“IBU KANDUNG???”
Horeeee!!! akhirnya si suster pun menyerah juga kepada rasa ingin tahunya! :-D

2,5 tahun kemudian, ketika aku datang lagi dengan Bea siap dilahirkan, ketika suster yang sama masuk, dia langsung mengenaliku.
"Ini kan yang dulu ibuknya saya kira kakaknya?? hahaha Ibuknya nunggui lagi nggak mbak??"

:-D

:::::.....

Walaupun secara sifat aku dan Ibuk mempunyai banyak sekali persamaan, tetapi memang, kalo dilihat secara fisik, kami ini sangat berbeda. Ibuk benar-benar representasi perempuan Jawa pada umumnya. Berkulit kuning langsat, rambut berombak, tubuhnya cukup mungil dan langsing (bahkan cenderung kurus hihi).

Sedangkan aku? Nggak tahu juga bagaimana ceritanya, yang jelas di keluarga besar kami yang Jawa, aku selalu dibilang anak hasil ‘genetic jackpot’ yang beda sendiri. Wajahku memang mirip dengan Bapakku, tapi kulit sawo matang beliau sama sekali nggak menurun ke aku. Kulitku malah sangat terang, bahkan kelak banyak temenku yang keturunan Tionghoa pada protes karena bagaimana bisa aku lebih putih dari mereka??

Sering dikira anak Cina?? Jangan tanya lagi! Aku kecil dulu selalu menangis kalo ada saudara yang bilang kalo aku tertukar di RS waktu lahir. Biasanya aku selalu buru-buru ke Ibuk dan memastikan sekali lagi bahwa aku benar-benar lahir dirumah, bukan di RS. Serasa belum puas, kalo ada Bude Sri (istri Pakde yang bidan dan membantu kelahiranku dulu) pasti aku konfirmasi juga ke beliau. Dengan air mata berlinang karena dikira bayi tertukar. Aku juga seringkali ngambek tiap kali diminta menggantikan Bapak atau Ibuk menunggui toko kami. Pasalnya, tiap ada orang beli lalu membayar ke mejaku, mereka selalu menyapaku dengan “Nonik” atau “Cik”.

Nah, ditambah postur tubuhku yang jelas-jelas ikut Bapak, lumayan tinggi (dan lumayan besar! :-D) makin nyatalah perbedaan fisik antara aku dan Ibuk. Waktu aku masih kecil, seperti juga Bulik2 dan Tante2ku, beberapa kali Ibuk dikira pengasuhku *duh*...

Hal yang sama seringkali juga dialami Bapak dan Ibuk. Ibuk pernah dikira anaknya Bapak. Dia juga pernah dikira istri kedua *hayah, dudul bener* atau istri sambung Bapakku, plus seringkali dikira Ibu tiriku, seperti cerita suster diatas. Lucunya, bukannya sebel Ibukku malah sangat menikmati hal ini. Bahkan dia seringkali sengaja usilin orang dengan tidak cepat-cepat mengaku istri siapa dia sebenarnya. Pernah di suatu acara, waktu Bapak sedang memberikan sambutan, ada seorang ibu tak dikenal, yang berdiri disamping Ibukku ngajak ngerumpi.

 “Bu, Pak Badar itu dulu temennya mas ku lho, duhh waktu sekolah dulu nuakalll!! Buandelnya bukan main! Untung katanya dia dapat istri yang anteng, jadi sekarang sudah ikut anteng!”
“Ya tho Bu?”
“Iya, makanya ini aku juga pingin tahu, istrinya ikut apa nggak ya ke acara ini?? Pingin tau aku.”
“Ya tunggu saja Bu, biasanya kan kalo pulang nanti, acara pamit2 si istri kan pasti ikut kliatan...” saran Ibuk.
Nggak tahu lagi deh gimana wajah si Ibuk itu waktu lihat bapak-ibukku pamit dari acara, yang pasti definisinya tentang istri Pak Badar yang dikira ‘anteng’ itu, bisa-bisa berubah total! Hihihihihi.

Yang dudul, Ibuk pernah juga dikira pembantu rumahnya Bapak! hahaha kalo ini sih akibat ulah Ibuk sendiri. Dia paling suka tuh melakukan permainan ini. Permainan yang sungguh sangat aku iri karena dengan penampakanku, aku tak pernah bisa melakukanya! Ugh!

Di rumah kami dulu di Tulungagung, begitu kami (anak-anak) cukup besar, Ibuk memutuskan untuk tidak memakai jasa asisten rumah tangga. Suatu sore ketika Ibuk dan aku sedang berkebun di halaman depan, ada seorang laki-laki datang, mencari Bapak. Sepertinya dari jauh karena selain orangnya asing buat Ibuk, mobilnya juga plat Surabaya. Kebetulan Bapak sedang pergi dengan kedua adik cowokku dan hanya ada Ibuk berdua aku dirumah.

“Pak Badar ada??” dari awal kuakui, gaya bertanyanya memang sudah mengisyaratkan kalau dia mengira Ibuk itu pembantu rumah tangga. Ibuk pun cepat tanggap dan mengikuti irama permainan yang sama (hihi seneng benar dia hari itu, dapat ‘tangkapan’ yang cukup besar hahahah).

“Bapak nggak ada, sedang pergi, Pak” dengan sikap sesantun-santunnya Ibuk menjawab (sambil memegang sapu lagi!)
“Kapan pulang??”
“Wah saya nggak tau...”

Si tamu, ganti melayangkan pandangan kepadaku yang sedang mengerjakan PR di teras.
“Kalo Istrinya??......Itu?? Apanya Pak Badar??” tanyanya sambil menunjuk kearahku.
“Itu putrinya Pak.”
Cukup. Pertanyaan tentang ‘istri Pak Badar’ nggak dijawabnya (belakangan dia beralasan “Habis nanyanya nggak jelas juga, coba kalau dia tanya ‘istri pak badar adaa??’ gitu ya aku bilang ‘ada’!” huahauhuaua dudul)

Si bapak itu kemudian pamit setelah nitip pesan dengan nada yang khas.
“Bilang Bapak ya, saya dari pabrik lem di Surabaya, besok saya kesini lagi pagi-pagi”
“Iya...” jawab Ibuk santun. :-D

Hihihihi
Urusan usil jugalah yang sampe sekarang membuat Abe dan Bea sangat kagum kepada Ibuku. Aku yakin dalam hati mereka merasa beruntung punya Uti yang usil dan berjiwa anak-anak begini ya, hehehehe.

:::::.....

Kesalahpahaman-kesalahpahaman yang menggelikan itu, tentu saja hanya terjadi secara fisik. Deep down under, kita berdua sangat cocok, sangat dekat, sangat banyak sifat yang sama. Biar kata dari luar kami sangat berbeda, tapi didalam kami sangat kompak bak dua sahabat dekat teman curhat tentang apapun, bahkan sampai sekarang.

Ibuk yang lulusan SMKK (Sekolah Menengah Ketrampilan Keluarga) lah yang mengajariku semua hal tentang menjadi seorang wanita yang wajib terampil mengerjakan semua pekerjaan domestik. Dari mengajari urusan memasak dll sampai menyulam, menjahit, dan merawat serta mendidik anak. Selain itu, Ibuk juga menunjukkan dengan contoh langsung, bagaimana dia sebagai seorang istri sangat mendukung Bapak dalam menjalankan usaha. Menjalani hidup dengan tetap sederhana, baik ketika usaha Bapak baru mulai dan eknomi keluarga masih sangat susah, maupun ketika Bapak sudah berhasil. Tetap tak mau membiasakan anak-anak dengan gelimang uang. Tetap mengajak anak-anak untuk bergaul dengan siapapun.

Beda umur kami yang cuma 18 tahun, membuat gap generasi diantara kami menjadi tidak jauh. Ketika aku remaja, Ibuk masih bisa mengikuti jalan pikiranku yang sedang puber waktu itu. Sampai urusan kompakan ‘mengatasi’ cowok-cowok yang suka dudul datang kerumahpun, Ibuk jagonya! Dan guess what, Ibuku jugalah tentu, yang menginspirasiku dari kecil, untuk bercita-cita menikah di usia muda! :-)

Buk’e...
I just love you to bits!
Robbigh firli wali wali dayya warhamhuma kamaa robbayaani soghiroo...



(keterangan foto : ki-ka : Emi iparku, Ibuk dan aku)

Jumat, 19 September 2008

[Ustad Cholil] Antara Aku dan Speaker Masjid

Malam ini, karena anak2 pada sudah ketiduran setelah sesorean tadi ikut kegiatan bagi-bagi takjil di pinggir jalan, jadinya **sekali lagi** terpaksa aku tarawih di rumah. Tapi, enaknya punya rumah pas depan masjid, aku masih sempat menyimak ceramah malam ini yang disampaikan salah satu ustadz favoritku.

Masih ingat Ustadz Cholil Umam yang dulu aku pernah cerita??

Tema malam ini, terus terang mengena banget buat aku.Tentang AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR. Mengajak kepada kebaikan, dan mencegah kemungkaran.

Nah, mengapa kita semua bisa dengan gampang mengajak orang lain untuk berbuat kebaikan, tetapi sebaliknya, sangat sulit untuk mencegah suatu kemungkaran?? Terus terang aku merasa begitu. Persis banget dengan yang Ustadz Cholil bilang, bahwa biasanya ada 2 poin penting kenapa ini sering terjadi kepada kita.

1. Karena nahi mungkar berhubungan dengan resiko yang lebih besar. Contoh. Kalau misalnya kita mengajak orang lain peduli sesama, atau mengaji, atau berbagi dengan zakat dlsb. maka resikonya kecil. Mau mereka ikut, ya alhamdulillah, mau mereka nggak ikut, ya sudahlah. Tetapi kalau kita melihat orang lain berbuat kemungkaran, kita selalu merasa berhadapan dengan resiko yang besar. Contoh. Ketika ada copet, kita biasanya berpikir berkali-kali kalau mau ikut menangkapnya. Jangan-jangan temannya banyak trus berbalik ngeroyok kita, malah konyol nanti kalau niat kita baik tetapi keamanan diri kita (bahkan keluarga) ikut menjadi taruhannya. Akibatnya, akan penuhlah dunia ini dengan orang-orang cuek yang acuh tak acuh terhadap kenyataan sekitarnya.

2. Seringkali kita merasa sungkan. (Duh yang ini nih yang paling sering terjadi sama aku). Mungkin yang berbuat kemungkaran itu teman sendiri. Atau orang yang lebih tua dari kita. Maka ketika dia berbuat kemungkaran, kita pun jadi sungkan mengingatkan. Takutnya yang bersangkutan tersinggung, atau marah sehingga mempengaruhi hubungan baik kita dengannya.

 

Lalu Ustad Cholil meneruskan. PADAHAL, akibat dari tidak berjalannya (atau tidak seimbangnya) antara amar ma’ruf dan nahi mungkar ini, SANGAT BAHAYA LHO! Dan jangan lupa bahwa di Al-Qura’n, dua perintah ini (amar ma’ruf DAN nahi mungkar) selalu sejalan bersama, menjadi 2 hal yang tidak terpisahkan.

Kata Rasulullah, ketika amar ma’ruf DAN nahi mungkar tidak berjalan secara seimbang di suatu kaum, maka yang akan terjadi adalah 3 hal berikut ini :

a.      Allah akan menurunkan pemimpin yang dzalim kepada kaum tersebut. Intinya, pemimpin yang tidak nahi mungkar (kan memang diambil dari kaum yang begitu modelnya kan??). Dan logikanya, ketika banyak orang yang tidak berani mencegah kemungkaran, maka kemungkaran akan merajalela didalam kaum tersebut, dan aturan kehidupan pun menjadi berantakan. (Ngeri ya, semoga saja calon pemimpin kita pemilu berikut ini tidak termasuk pemimpin yang dzalim, aminn).

b.      Yang tua tidak dihormati, yang muda tidak disayangi. Aduh bayangkan kalau model hubungan seperti ini terjadi di seluruh masyarakat kita. Sopan santun menghilang, keegoisan dan keacuhan manusia satu terhadap yang lain merajalela. Wah, hancurr semua!

c.       Doa-doa dari orang-orang yang terpilih didalam kaum tersebut, TIDAK AKAN DIKABULKAN oleh Allah. Siapa orang-orang terpilih yang dimaksud?? Ya ulama-nya, ya umaro-nya, ya rakyat miskin-nya, ya orang-orang teraniaya-nya. Intinya, kalau suatu kaum sudah tidak bisa dan mau lagi mencegah kemungkaran, doa-doa orang yang biasanya manjur itu, tidak akan diterima oleh Allah. Naudzubillah.

 

Wah, trus gimana dengan aku dong?? Hikss.

Aku itu orangnya paling tidak bisa mengingatkan atau langsung menegur ketika orang lain berbuat sesuatu yang dzalim atau kurang baik. Aku bukan tipe orang yang langsung bisa njawil atau “membekap” seseorang yang *misalnya* tiba-tiba datang dan dengan rumpinya membicarakan kejelekan orang lain. Aku biasanya memilih diam, tak menanggapi dan berusaha pergi secepat aku bisa.

Aku juga paling-paling cuma bisa tersenyum menanggapi kalau ada temen yang bicara berlebihan tentang dunia (misal soal tas bermerk berharga jutaan atau soal betapa kekayaan suaminya setinggi langit). Aku biasanya cuma tersenyum, dan mencari-cari alasan untuk pergi secepatnya. Aduh! Apakah aku ini sudah termasuk orang-orang yang cuek dan menyendiri dengan keegoisan sendiri tadi itu ya??? Astaghfirullah..


Kita simak yuk kelanjutan ceramah Ustad Cholil...

Jadi bagaimana caranya agar kita bisa termasuk kedalam orang-orang yang bukan hanya amar ma’ruf, tetapi juga nahi mungkar?? **nah ini dia, mana pas bagian ini speaker masjid agak rewel, jadi demi ekstra menajamkan telinga, aku pun pindah dari kamar tidur ke ruang tamu didepan hueheuhue**

Tak ada jalan lain, ya kita harus bertindak kalau melihat ada kemungkaran didepan kita! Apapun itu! (Waahhh jadi ingat kasus FPI yang suka jadi rame itu, jadi apakah harus begitu??).

Ustad Cholil kemudian menjelaskan ada 3 cara yang bisa kita tempuh untuk mencegah kemungkaran.

  1. Dengan kekuasaan.
  2. Dengan nasihat, kalau kita tidak mampu berkuasa, dan
  3. Dengan doa, kalau kita tidak juga mampu menasihati. Doa kepada Allah supaya kemungkaran itu tidak terjadi, dan kalaupun sudah terjadi, cepat berakhir.

Aaaahhhhhhhhhhhhhh hati ini langsung lega. Rupanya aku tak boleh berkecil hati. Cara 1 dan 2, memang aku belum sanggup. Tapi cara nomor 3, itu rasanya sudah sering aku lakukan.

Kalau aku tahu ada teman, saudara atau orang lain yang rupanya mendzolimi diri mereka sendiri dengan suatu kemungkaran, aku biasanya memang hanya bisa mendoakan mereka. Dan aku tak perlu sungkan atau menempuh resiko apa-apa, karena bukankah salah satu doa yang makbul adalah “doa seseorang kepada orang lain yang dilakukan secara DIAM DIAM??” :-)

Wallahua’lam bishawab


UPDATE :

Baca komentar mbak Dian aku jadi inget ada yang ketinggalan. Ustad Cholil juga memberi tips begini. Ketika kita berusaha amar ma'ruf, maka semua kita mulai dari DIRI SENDIRI. Lalu keluarga, kemudian orang-orang terdekat, dst.

Nah, untuk nahi mungkar, JUGA SAMA! Kita mulai dari diri sendiri, kemudian keluarga, orang sekitar dst dst. Begituuuuu :-)


::..

 


 

Selasa, 16 September 2008

Dasar Sudah Turunan !! (Bagian 2)

:::::.....

Masih, minggu ini tak seberapa sempat ngempi, cuman bisa intip-intip lewat handphone. Maaf kalo jadi nggak seberapa sempat berkunjung ke MP temen2 plus bales2 komen. Tiap hari juga masih njogrok di sekolah jagain meja panitia pengumpulan bingkisan untuk guru-karyawan sekolah. Tapi karena kemarin Mas Iwan sudah berangkat umroh ramadhan, jadinya lumayan bisa mendominasi internet mobile kami. Njogrok di sekolah pun akhirnya bisa nyambi nulis dan ngempi huehehuehue.

 

:::::.....

 


Dan masih ngomongin tentang kebiasaan anak-anak yang walaupun tanpa diajarkan atau dibiasakan tapi ternyata sama dengan kebiasaan kita. Kalau di bagian 1 kemarin tentang Abe, nah di bagian 2 kali ini, ada satu cerita dari Bea.

 

 

"Aku aja!! Aku aja!"

 

Ini bener-bener seruan favorit Bea tiap melihat seseorang melakukan sesuatu, apapun itu. Kalo kata orang Jawa, Bea itu 'nglancangi', alias maunya ikuttt aja semua apa yang dikerjakan orang. Dan sama sekali nggak mau dibantu! Terus terang aku senang-senang gimana melihat dia seperti ini. Senang, karena terus terang, aku merasa kebiasaan ini banyak gunanya. Syukurlah aku mempunyai ibu yang cukup mengerti dunia anak-anak, sehingga dulu ketika aku suka 'nglancangi' gini, ibu nggak pernah memarahi atau melarang. Dan aku merasakan manfaatnya bahkan sampai sekarang. Aku jadi bisa melakukan banyak sekali pekerjaan, dari pekerjaan dapur, tulis menulis, jahit menjahit, memperbaiki ini itu sampai dengan munculnya sifat mandiri yang akhirnya tumbuh dari kebiasaan 'nglancangi' itu.

 

Tetapi memang, kebiasaan Bea ini membutuhkan kesabaran super ekstra. Sekarang bayangkan cerita ini, kejadiannya barusan terjadi beberapa hari yang lalu. Siang yang terik di bulan Ramadhan yang panas. Selama bulan puasa, Bea pulang sekolah jam 10 dan Abe jam 12. Setiap hari aku menunggui saja di sekolah, karena selain jamnya nanggung banget, tahun ini aku juga ada tugas jaga meja panitia pengumpulan bingkisan untuk guru yang juga mengharuskan aku stand-by setiap hari di kantor komite. Jam 10. Begitu menemukan aku didepan meja dengan banyak pekerjaan (melayani walimurid yang menyetor uang bingkisan) Bea langsung melompat ke pangkuan tanpa permisi.

 

 

"Aku aja yang nulis!" bukan hanya ucapan, tapi Bea langsung berusaha ambil pulpen yang sedang kupegang. Mencoba memberinya kertas lain untuk ditulisi?? Nggak akan berhasil, Bea hanya mau menulis di kwitansi yang akan diberikan pada walimurid itu. Bayangkan, padahal di seberang meja, sudah ada 2 walimurid lain yang antri untuk dilayani. Ya sudah, akhirnya aku kasihkan kwitansi yang itu, akupun mengambil bendel kwitansi yang lain dan menulisinya (ini masih sambil pangku dia yang nggak mau duduk di kursi lain karena menurutnya kursi lain itu bukan kursi panitia, walalupun bentuknya sama!). Selesai nulis kwitansi, aku berniat menyobeknya supaya lepas dari bendel.

 

"Aku aja yang nyobek!" langsung ditaruhlah pulpen-bendel kwitansi yang dia pegang, sekarang ganti mengejar bendel kwitansi yang kupegang. Oke deh, Bea yang nyobek. Dengan banyak arahan supaya hati-hati, waktu yang diperlukan jadi 3x lebih lama dari semestinya. Ah antrian tambah menumpuk, kali ini diseberang meja sudah ada 3 walimurid yang antri. Setelah kwitansi tersobek, waktunya mengembalikan kepada walimurid yang bersangkutan. "Aku aja yang masukin ke amplop!!" Okee... "Aku aja yang ngasih!" Okeeee okeeee....

 

Ambil napas, sekarang waktunya melayani antrian selanjutnya. Begitu menerima blangko dan uang, langsung diminta Bea "Aku aja yang masukin uangnya ke dompet!" Ya ya Bea aja yang masukin uang ke dompet, Ibuk yang nulis kwitansinya ya... Selesai nulis kwitansi, berbarengan dengan Bea selesai memasukkkan uang ke dompet. "Aku aja yang nyobek!" Ambil napas lagi...lagi dan lagiiiii...!!

 

Ibu-ibu lain yang menyaksikan hanya bisa memuji "Pintar ya Bea" tanpa bisa merasakan apa yang ada dihatiku ini :-(((

 

Jam 12, waktunya Mas Abe pulang. Setelah sebelumnya selama 2 jam apa-apa "dibantu" Bea, kerasa agak capek juga dan terutama mulut jadi keriiinnggg (lho? dibantu kok malah capek?? *sigh* percayalah, IYA!). Kali ini Abe sudah bergabung dengan kita di tempat parkir sekolah yang panas terik dan semrawut (karena jam pulang sekolah). Abe yang puasa tentu sudah tidak sabar lagi masuk mobil nyalain AC rebahin jok kebelakang dong??

 

Kukeluarkan kunci mobil dari dalam tas...

"Aku aja yang pencet!" kata Bea langsung menarik kunci mobil dari tanganku.

 

Aduh kali ini terlambat sepersekian detik, tombol "Unlock" sudah terlanjur kupencet.

"Lhoooo Ibukkkkkkkkk aku mau yang penceeettttt!!!"

Ohhh iya maaf Ibuk lupaaaaa....**ambil napas**.....Di "lock" lagi aja deh, nanti Bea bisa pencet lagi "Unlock" nya.... ya??

"Nggak mauuuuuuuu!!! Nggak mau di "Lock" lagiiii!!! Nggak mau terlanjuurrr!! Kenapa tadi Ibuk penceetttt siihhh???" tantrum mulai keluar, plus ngantuk, jadilah dia ndeprok di lantai tempat parkir. Oalah, trus gimana?? Kalo sudah terlanjur itu ya nggak bisa dibalikin lagi Bea...?

 

"Aku aja yang pencet!!! Aku mau balik ke tadiiiii sebelum Ibuk pencettt!! Huwaaaaa!!!"

Most of the time, ini yang paling susah dihadapi. Bukan hanya ingin melakukan sesuatu sendiri, tapi Bea juga nggak rela kalau akhirnya ada orang lain yang melakukannya. Pasti dia akan ngamuk minta untuk kembali ke waktu sebelum si orang lain ini melakukannya. Alamak Bea, biarpun sekarang jaman sudah modern, tapi mesin waktu belum ditemukan Nakkkk..mana bisaaa??

 

"Ibuukkkkk aku kehausan niihhh, panaaasssss, mau cepetan masuk mobilllll" sementara si Abe sudah mulai memanas juga emosinya.

Atau gini aja, Bea aja yang pencet "Lock" nya, nanti habis itu Bea pencet "Unlock" lagi, jadi kan Bea bisa pencet 2kali kann??? Asyiikkk kan??

Untung Bea mau. Ya udah. Tit tit! Tit tit! Bea tersenyum puas mengharap pujian "Pintar kan aku??" Iya pintaarr...

 

Aku pun membukakan pintu untuknya.

"Aku aja yang buka!!"

Menghela napas. Aku tutup lagi lah si pintu itu, supaya bisa dibuka oleh Bea.

Bea buka pintu, masuk mobil, dan jangan dikira cerita habis sampai disini.

Masukin anak kunci ke lubangnya yang dibawah setir... "Aku aja!"

Nyalain AC.."Aku aja!"

Bayar tol... "Aku aja!!"

Bayar polisi cepek.. "Aku aja!"

 

Sampai dirumah mau ngempi... "Aku aja yang ngetik komentarnya!" **aku cuma bisa menghela napas sambil diktein hurufnya SATU PER SATU!!**

Komentar sudah terketik... "Aku aja yang klik "sabmit" nya!"

Mau scroll-up..... "Aku aja!"

Mau scroll-down..."Aku aja!"

 

Sorenya, nyiapin buka puasa, bikin es buah ceritanya...

Cetak bola-bola melon, pepaya, semangka... "Aku aja!"

Masukin syrup... "Aku aja!"

Masukin buah-buahnya... "Aku aja!"

Masukin es batu... "Aku aja!"

Tuangin ke gelas-gelas... "Aku aja!"

Arrggghhhhhhhhhhhhhhhh...akhirnya waktu adzan maghrib, si mbak pun masih sibuk ngepel lantai dapur karena ketika Bea mengerjakan semua hal diatas, banyak juga yang berantakan bahkan tumpah ke lantai......... Sabaaarrrrrrrrr........**menghela napas panjannnngggg dan lamaaaaaa dan lagiiiiii dan lagiiiiiii**

:-D

==================

Mau cerita dudul sejenis tentang Bea??? Coba juga baca yang disini : "Bea Pushy Pushy"

Sabtu, 13 September 2008

Dasar Sudah Turunan!! (Bagian 1)

:::..

 

Kadang-kadang suka amazing sendiri lihat anak-anak. Terlebih kalo melihat betapa mereka mempunyai banyak hal yang sama dengan kita orangtuanya, tanpa kita repot-repot mengajarkan atau membiasakan. Kadang-kadang bukan hanya kita orangtuanya, tapi dalam beberapa hal mereka mirip orangtua kita (kakek neneknya) atau adik-adik kita (om/tantenya). Sekali lagi, menyangkut hal-hal yang tidak secara sengaja diajarkan atau dibiasakan. Contoh. Entah gimana caranya, cara Abe berkacak pinggang dengan tangan terbalik (jempol didepan), persis banget sama ibukku. Cara berjalan Bea yang "maskulin" juga tanpa disadari persis dengan bapak mertuaku, mau dilihat dari depan belakang ataupun samping.

 

Kali ini aku bicara tentang kebiasaan anak-anak yang tidak pernah secara sengaja kita ajarkan ke mereka, tetapi seringkali mengundang orangtua kita (kakek nenek mereka) berujar : "Lihat deh anakmu itu..yang kaya gitu persis banget sama kamu dulu waktu kecil!!"

Nah, di bagian 1 kali ini aku pingin berbagi satu cerita tentang Abe. Nanti cerita tentang Bea akan ada di bagian 2.

 

 

"Buk Buk Buk, Buk Buk Buk Buk...Ibuukk!!"

 

Tanpa perlu banyak waktu, kalau bertemu dengan Abe, orang pasti langsung mengenali kebiasaannya yang 'aku' banget ini. Ibarat mesin senapan otomatis yang keterlaluan otomatisnya, mulut Abe (iya iya dehhh mulutku juga) kalau ngomong suka dudul. Kata orang Jawa, 'kemrecek'!

 

Kata-kata keluar terlalu cepat, sampai kadang-kadang nggak jelas dan akhirnya orang lain nggak ngerti apa maksudnya. Kalau mau cerita sesuatu, sepertinya bahan cerita sudah terlalu banyak dan lama menumpuk di otak, jadi ketika keluar menyembur nggak keruan tanpa terkendali. Sekedar memanggil "Ibuk" pun bisa seperti judul diatas, banyak dan berkali-kali, dengan cepat sampai mirip orang yang gagap. Sepertinya kalau sudah ngomong apalagi soal yang seru, pokoknya jadi lupa bernapas aja!

 

Terus terang, bahkan sampai sekarangpun aku masih sering kesulitan mengontrol caraku bicara yang seperti itu. Inilah alasan kenapa dulu ibukku mendorongku untuk suka menulis, karena menurutnya orang akan bisa lebih mengerti aku lewat tulisan daripada omongan. Makanya aku suka ketawa sendiri kalo melihat Abe seperti meracau cerita tentang sesuatu dan Mas Iwan cuma bisa geleng2 kepala melihatnya.

 

Seperti aku, Abe juga "repeater" kelas berat, sering banget mengulang-ulang cerita. Pagi hari cerita padaku tentang Zing yang masuk got, siang harinya dia bakal bercerita lagi hal yang sama kepadaku. Dan malamnya, eh, masih akan keluar lagi cerita tentang Zing masuk got itu! Dengan nada tetap heboh dan seru, seakan-akan itu baru pertama kalinya dia cerita! Hahahaahahaha walaupun pusing, tapi mana bisa aku protes?? Bisa gantian diprotes Mas Iwan nanti aku!! :-D

 

Selain orang-orang dirumah, "korban" yang terbanyak dari cara ngomongnya Abe ini tentu adalah guru dan ustadz-ustadzahnya. Terutama gurunya waktu Playgroup dan TK! Anak-anak umur segitu kan kalau ngomong kadang2 suka nggak jelas tuh?? Nah ini diperparah lagi dengan kecepatan ngomong yang luar biasa dan belibet pula! Hihihi jadi ingat peristiwa dengan Bu Ifah, gurunya di Playgroup dulu.

 

Hari itu waktu aku jemput sekolah, Bu Ifah cerita...

 

"Abe kan kalo ngomong cepet banget Bu Wahida... Saya dan Bu Yanti (guru pendamping) selalu harus konsentrasi penuh, kalau perlu ektra supaya bisa mengikutinya. Sudah disuruh pelan, memang sebentar kemudian Abe ngomong pelan..tapi sebentar kemudian juga jadi cepet lagi.."

 

Waktu itu aku cuma meringis, malu dan merasa ikut ditelanjangi oleh si Ibu Guru :-D

 

"Nah tadi Bu Yanti punya ide, gimana ya kalau gantian?? Seharian ini kita coba, kalau ngomong dengan Abe, kita bikin cepaattt secepat yang kita bisa?? Nanti biar Abe tahu gimana ya rasanya kalau diajak ngomong cepat sama orang??"

 

Bu Ifah berhenti cerita sejenak, dan terlihat berusaha menahan ketawa...

Aku masih meringis, tanya "Trus Abe gimana Bu??"

 

Tawa Bu Ifah pecah ketika dia menjawab dengan heboh.... "Luar biasa! Ternyata Abe tetep mengerti semua yang kami katakan lho Buukkk!!"

Hahahahaahahah

 

 

::::...

Keterangan Foto : Abe masih nyempluk, sebelum Ramadhan :-D

 

Jumat, 12 September 2008

Melas vs Puasa

MELAS nggak sih lihat anak-anak jadi KURUS karena PUASA??


Melas juga... Apalagi Abe biasanya cempluk, entah di perut atau di pipi... hiksss kemarin waktu timbang, BB nya sudah turun 2 kilo dari sebelum puasa :-(

 

Hanya kebanggaan akan ridlo Allah karena berhasil menanamkan nilai penting berpuasa lah, yang masih membuat hati ini tetap ademmmm.... Jadi anak sholeh ya anakku... :-)


(keterangan foto : kondisi sehari-hari Abe pas puasa, pulang sekolah around dhuhur-ashar... tiduran sambil nonton TV, lemasssss...)

 

Kamis, 11 September 2008

Buy 2 Get 5


buat si ponirah

:::::.....

Buy 2 Get 5..??? Siapa yang nggak jejeritan coba lihat yang kaya gini??

Awalnya cuman pesen kaos yang sekarang lagi fenomenal2nya ituu... 2 biji, buat anak-anak. Ke siapa lagi kalo bukan Ibu Dian “Jupe Gaos” (Juragan Tempe Juga Kaos) http://dianluthfi313.multiply.com/

Yang ikut memprovokasi??? banyak!!

http://dianluthfi313.multiply.com/journal/item/41/Super_Model

http://mayawwardhani.multiply.com/photos/album/79/Kreasi_DiYan_si_YuPe_Mbak_Yu_Tempe

http://titien140203.multiply.com/photos/album/88/JENG..JENG..JENG_meJENG_Pake_KHAWOS_baruw


Kemarin pas paketnya dateng, cuma bisa melongo sambil jejeritan dalam hati karena ternyata isinya banyakkkk bangeetttt???

MasyaAllah....Mas Iwan cuma geleng2 kepala “Ibu2 MP nih bener2 kurang kerjaan” katanya dengan amazing (hueheuheheu). Memang lancang kok, yang diminta ngirim satu orang, ehhh bolo kurowo kok ikut ngirim semuaaaaaaaaaaaa!! Huehuehue aduh makasih banyak atas kelancangan semuanya, Mbak Levie, Mbak Maya, Mbak Irma, Kak Mia, Titin (duhh ini mah namanya balas dendam yang sangat menyenangkan Tin!). Hanya Allah yang bisa membalasnya :-) I just loove you alll **muaaaaaaaccccccccchhhhhhhhhh2 sampe jontor**

(Oya jadi inget, padahal aku sedang mempersiapkan postingan tentang rejeki2 nomplok apa aja yang kuperoleh gara-gara ngempi setahun terakhir ini....duh menyitir kata-kata seorang Mpers (aduh emak aku lupa siapa hiks), walaupun kita berteman di dunia maya, tapi kebahagiaan yang kita timbulkan satu dengan yang lain, bener-bener NYATA! Subahanallah.. Tunggu saja postingannya yak??)

Jadi apa sajakah yang 5 tadi itu?? Intip yuukkkkkk!!!


Senin, 08 September 2008

CaMbok 4 : Mandalika Si Pasir Merica




:::::.....

Akhirnya kami sampai juga di Kuta Mandalika. Berada di Lombok Selatan, kabarnya pantai disini bagus dan sangat spesial. Yang buat kami penasaran terutama pasirnya, yang kabarnya seperti merica. Dari seluruh Nusantara, jenis pasir pantai yang seperti ini konon hanya bisa ditemui disini.

Pantai Kuta Mandalika Lombok sangat berbeda dengan Senggigi. Disini sepi sekali. Nama Mandalika diambil dari nama seorang Putri di kerajaan jaman dulu kala di daerah itu. Kisah Legenda sang putri yang kebingungan memilih karena dilamar 7 pangeran dan akhirnya memutuskan nyebur ke laut dan menjelma menjadi Nyale (cacing laut) ini menjadi legenda yang terkenal di masyarakat Sasak.

(Legenda selengkapnya silahkan baca disini : http://bahastra.multiply.com/journal/item/10/Putri_Mandalika_Legenda_dari_Lombok_ )

Ketika sebelum berangkat kami browsing hotel2 dan penginapan yang bagus disitu, hanya satu nama yang keluar, Novotel. Jadi sudah terbayang sepinya, tetapi begitu kami sampai disitu, ternyata kawasan ini bahkan jauh lebih sepi dari perkiraan kami. Tanya-tanya, radius 3 km dari Novotel memang tak ada apa-apa, hanya padang rumput tandus. Tak ada rumah penduduk, tak ada hotel sama sekali (paling dekat, ada beberapa hotel yang kecil, itupun masih lebih dari 3 km jaraknya dari Novotel) dan yang paling dramatis tidak ada warung sama sekali!

Ini yang telat kami antisipasi!

Jadi begini. Peraturan nomor satu, aku kalau menginap di hotel (apalagi yang bintang2 itu) tentu saja adalah siapin bawa bekal air minum dan sekedar makanan kecil. Tau sendiri kan seperti apa charge didalam hotel?? Dan dudulnya, nggak tahu kenapa, hari itu kami kehabisan persediaan minuman! Pikirku, ah nanti beli saja di warung dekat2 hotel, syukur-syukur kalo ada minimarket (seperti di Senggigi). Eh ternyata jangankan warung, rumah penduduk saja tidak ada. Weleh! Akhirnya selama di Novotel, kami terpaksa menelan mentah-mentah deh semua charge hotel untuk semua keperluan kami (ya, termasuk minum air mineral yang sebotol seharga 24 ribu itu hikss).

Tapi Novotel yang disitu memang bagus sekali. Suasananya sangat alami khas pinggir pantai dan sangat cocok untuk wisatawan keluarga dan anak-anak. Waktu sebelum berangkat kami hunting kamar via internet, hanya ada satu kamar yang tersisa untuk tanggal itu, di satu-satunya hotel di mandalika lagi. Maklum sedang high-season dan liburan musim panas bagi para wisatawan yang berasal dari negeri empat musim. Sebuah room villa, lengkap dengan private pool didalamnya dan tarif yang kurang masuk akal menurutku (tarif awalnya sudah ujubileh mahalnya, plus high season pula emak..) tetapi begitu melihat villa nya, aku jadi terjebak antara menyesal dan tidak. Tidak menyesal karena tempatnya bagus sekali, it makes all worthed. Menyesalnya?? huhhuuuuuuu anak-anak pasti akan histeris kegirangan kalau diajak kesini!! Hikss...semoga suatu saat ada kesempatan ajak Abe-Bea kesini ya... :-(

Dan kabar tentang pasir merica itu, ya Allah ternyata benar! Coba deh lihat di foto dibawah, pasirnya bener2 besaarr dan putiihhh! Aku sampai persis anak kecil kegirangan waktu pertama kali melihat dan memegangnya. Yang menimbulkan sensasi tersendiri adalah karena pasirnya besar-besar, maka rongga udara diantara butir pasirnya otomatis juga besar. Nah, begitu kita menginjakkan kaki disitu, kaki kita bakal AMBLES dengan dalamnya. Wah sekali lagi membayangkan, anak-anak pasti senang bermain pasir disini!

Penyesalan karena nggak ngajak anak-anak, berlanjut setelah Mas Iwan sedikit memaksa untuk foto-foto. Ini karena keinginannya hunting foto pantainya, harus terkubur karena mendung yang menggelayuti pantai tak henti-hentinya. Ahhhh aku capekkk difotooo!!! **hikss** Dan pasti yang melihat postingan, juga capeekk lihat wajahku mulu... Alamakkk..

Kesimpulannya, besok2 ke Lombok lagi, POKOKNYA AJAK ANAK-ANAK!! **ngotot**
InsyaAllah... :-)
Catatan album Lombok kali ini aku akhiri ya **udah mulai bosan** hihihihi
Selesai...

Minggu, 07 September 2008

Induk Server Multiply Kena Badai

Biasanya suka nggak pernah ketinggalan yang namanya berita MP. Baik yang resmi maupun yang dudul. Contoh, tadi pagi. Markas server Multiply di New Jersey (markas server lho, bukan markas besar yang di Florida itu) terkena badai Hanna yang menerjang sepanjang East-Cost, USA. (Tahu sendiri kan bagaimana cuaca dan suhu sangat berpengaruh dengan keberadaan para server itu??).

 

Makanya tadi pagi (Minggu, 7 Sept 2008) MP sempat down. Bahkan ketika sudah nyala kembali, aku kehilangan headshotku, nggak bisa muncul dimana-mana. Untunglah sekarang sudah oke.

 

EMPAT KALI EMPAT

 

Seminggu ini, jarang online, ternyata ada juga berita yang lolos dari sepengetahuanku. Apalagi kalo bukan kesEMPATan timpuk menimpuk ini **gemesssssssssssss biasanya paling aware sama keisengan orang lain**!!!!!!??????

 

Mana kejebloknya dirumah Mbak Sisil lagi! Adoh! Inikah karma yang harus kuterima karena aku sudah meninggalkan dia untuk kopdar mafia beberapa waktu yang lalu?? Kalo memang iya, gak papa deh, dibanding urusan kopdar, yang ini mah terbilang keciiillll heuheuheuhueh **melet**

 

Jadi empat kali empat itu adalah... (sempat nggak sempat harus dibalas sama 4 viewer pertama postingan ini yak??) heuheueuhe.

 

Eiitttt biarpun Anda kabur, nama Anda akan kusebut di komen, jadi terimalah nasib Anda oke?? Hueheheuhhe

 

 

Empat Kerjaan :

1 :

Juragan Manisan Kedondong. Kelas 3 SD sudah memulai bisnis jualan manisan di sekolah, manisan bikin sendiri diajarin ibuku. Diplastikin kecil-kecil kalo gak salah waktu itu kujual Rp. 50 rupiah dengan cara dititipkan ke kantin sekolah. Keasyikan sampai kelas 3 SMA masih jualan, kecuali kalo kelas akhir mau ujian, disemprit sama bapakku karena takut mengganggu ujian. Dari SD sampai SMA, semua teman2 sekelas mendukung penuh dengan mendoakan supaya dagangan manisan NGGAK HABIS, dengan begitu pulang sekolah mereka bisa kecipratan manisan gratisan. Bener2 teman yang suportif ya **keluh** :-D

2:

Atlet Bulutangkis Profesional. (Alah alaahhh :-D). Ikut klub badminton mulai umur 7 tahun, sempat ikut pertandingan dimana-mana sampai regional Jawa Timur. Beberapa kali dapat hadiah uang (makanya berani mengaku atlet Pro wakakakak), dan salah satu pemain nasional kita Cindana, adalah temen masa kecilku waktu latihan di Klub Tunas harapan di Tulungagung. Setelah terakhir menang Porseni SD waktu kelas 6, memutuskan berhenti dari klub karena sudah malu pake celana pendek. Tapi waktu SMP/SMA masih sempat juara di class-meeting, karena kan boleh pake training panjang hehe.

3:

Menulis. Dimulai dari SD juga, beberapa kali dibayar untuk tulisan di Majalah Ananda, Majalah Aneka Yess!, Majalah “Insight” di F. Psikologi Unair, sampai sekarang di Majalah “Al Hikmah” (majalah sekolahnya Abe dan Bea). Oh ya, karir menulis juga makin moncer setelah kenalan dengan Multiply (karir????? wakakakaka). Kenapa moncer?? Karena seperti kak Mia bilang, bayarannya tak bisa diukur dengan rupiah!! Priceless!! :-)

4:

Ibu Rumah Tangga. Pekerjaan impian dari dulu dan selalu membuatku kagum tiap kali melihat ibu2 rumah tangga yang anak dan suaminya sukses dan bahagia. Peran belakang layar tapi justru ini yang membuatku sangat tertarik. Job deskripsi yang luar biasa bervariasi mulai dari supir, pengasuh, pendidik, chef masak, manager, akuntan, sampai staf kesehatan (dari kesehatan anak sampai psikolog dan seksolog), menawarkan iklim kerja dengan fasilitas anti-bosan dan kebanggaan yang luar biasa. Sejauh ini, hanya pekerjaan ini yang bayarannya tak tertandingi. The most ultimate priceless payment!!

 

Empat tempat tinggal :

1:

Tulungagung. Pertama kali, rumah nenek buyut tempatku dilahirkan di Gendingan, salah satu desa di

Tulungagung. Kemudian rumah-rumah bapak ibuku di Tulungagung. Jamak bukan karena orangtua punya banyak rumah, tetapi karena pindah-pindah. Dari ruko kecil kontrakan tak ber WC tempat bapak mulai usaha (kalo pup ditampung di plastik dulu, kemudian dibuang ke sungai deket ruko **subhanallah masa2 itu**), beberapa rumah kontrakan lainnya sampai akhirnya bapak berhasil membangun rumah sendiri (dan sekarang benar2 mempunyai banyak rumah, huehuehuhe).

2:

Kost-kostan. Ceritanya 1995 si anak dusun mulai kuliah di kota Surabaya. Dalam sejarah kost-ku yang cuma 6 bulan, aku pindah kost sampai 4x. Pertama kali di Karangmenjangan, Ngagel, Kertajaya Raya sampai Gubeng Kertajaya, semua deket kampus Unair.

3:

Rumah di PMI alias Pondok Mertua Indah di daerah Karah. Ketika semester 2 aku menikah, akhirnya boyongan dari dunia kost2an ke dunia menantu :-D sempat heboh waktu pindah karena semua teman kuliah dan temen kost mau mengarak aku ramai2 sampai kerumah mertuaku. Gila ya?? Untung nggak jadi.

4:

Taman Pondok Jati di daerah Sepanjang. Rumah pertama yang kami beli tahun 1998, menyimpan banyak memori (deuuhh). Dulu waktu bikin permohonan kredit di Bank, ditolak bank sana sini *aduh melasnya* karena melihat umur kami waktu itu masih kecil (aku 21 dan suami 22). Akhirnya mas Iwan geregetan setengah mati, dan rumahpun dibayar tunai, ambil uang modal yang baru segitu2nya terkumpul. Yahh ngumpulin modal lagi deh... :-(

 

 

Empat film yg ditonton 100x :

(seratus kali?? kayaknya nggak segitunya deh, tapi ada beberapa film yang memang kutonton berkali-kali, dengan atau tanpa bosan :-D)

1:

Segala macam serba suserbi film dan VCD anak2 (Power Ranger dan Ultraman segala versi, Strawberry Shortcake dan Barney segala judul, VCD Edukasi dari Professor Merica, Ali dan Nisa sampai Dodo Syamil serta aneka VCD edukasi Islam lainnya)

2:

Jerry Maguire (asli sampe gak keitung dan selalu nangis lihat adegan Tom Cruise merasa hampa karena tak bisa berbagi kesuksesannya dengan Renee Zellwegger).

3:

Drunken Master The Series. Bukan yang dibintangi Jet Lee tapi aktor Cina lain (lupa aku namanya, keren juga orangnya) bagus banget, lucu sekaligus penuh filosofi yang bagus, aku sampai belain beli versi kolektornya yang semua ada 7 VCD itu.

4:

Film-film nya The Big D alias Denzel Washington. Apa saja deh, dari Bone Collector, De Ja Vu, American Gangster, John Q, Training Day sampe yang lama-lama macam The Pelican Brief atau Malcolm X. Gak peduli film action, drama atau apapun pokoke ada paklik Denzel main (dan asal punya DVD nya), sikat abiisss deh berkali-kali filmnya huehuehehu. 

 

Empat TV Show favorit :

(aku jarang nonton TV apalagi TV Indonesia, tapi kalo pas nonton, maka daftarnya) adalah :

1. Berita (channel mana aja deh)

2. OB di RCTI

3. Are You Smarter Than The 5th Grader (nonton via StarWorld)

4. Ugly Betty (sama, nonton via StarWorld juga)

 

Empat makanan favorit :

1. Masakan Ibuku (semua yang khas Tulungagung)

2. Masakan Mertua (makanan Surabaya)

3. Kulupan (lalap) apa saja, kalo menyangkut lalap, aku sudah mirip banget sama kambing, termasuk disini masakan2 yang sarat dedaunan, dari gado2, pecel sampai semanggi suroboyo.

4. Dadar telur pedas. Di hari tanpa nafsu makan, ini yang biasanya menyelamatkanku, dadar telur dengan banyak irisan bawang merah dan cabe, dimakan dengan nasi hangat...nyammm :-D

 

 

Empat Situs Favorit :

1. Multiply (gak mungkin tulis yang lain dong huehueh) dan situs-situs blog lainnya

2. Youtube.com (maklum masih maruk sama koneksi internet unlimited hihi)

3. Wikipedia, Google and Yahoo search (my saviour in all day and night :-D)

4. Situs-situs ketrampilan tangan, macam origami, memasak, kreativitas dlsb (teman kalo lagi iseng kurang kerjaan, sekalian cari ide buat anak-anak hehe)

 

Empat Buku yang dibaca berkali-kali :

1. Al-Qur’an, Yasin dan Al Ma’tsurat (yang standar2lah, sebagai muslim kan? hehe)

2. Buku dan majalah arsitektur (menyalurkan mimpi yang tak terpenuhi, tuh rak buku dirumah isinya buku dan majalah arsitektuuuurrrrrrr mulu heuhueueh)

3. Harry Potter semua jilid (1,2,3,4,5,6,7 plus semua suplemen2nya dehh huehehu)

4. Buku-buku tutorial komputer, software design grafis dan animasi (maklum otodidakers hehe)

5. Semua buku anak-anak!! (dari jaman anak-anak sampe punya anak-anak, tetep aja buku anak2 itu nggak ada matinya buatku :-D)

 

Oke sekarang tarawih dulu, nanti sepulangnya, akan kutulis di rubrik komen *halah* siapa2 4 orang pertama yang ngintip postingan ini. Chaoo!!

 

 

Sabtu, 06 September 2008

CaMbok 3 : Yang Unik Dari Suku Sasak


bangunannya paling besar, tinggi dan paling megah

itu atap sirapnya baru diganti dengan yang baru (penggantian sirap dilakukan 10 tahun sekali)

:::::.....

Beda dengan kunjungan yang pertama, pada kunjungan keduaku di Lombok kali ini, aku belajar banyak tentang Suku Sasak, suku asli Lombok. Terutama dalam perjalanan dari Senggigi menuju ke Kuta Mandalika (di Lombok Selatan). Perjalanan yang aslinya bisa dicapai dengan 1,5-2 jam, jadi molor karena kami sempatkan untuk mampir2 di beberapa tempat. Acara mampir yang sangat menyenangkan karena kami jadi berkesempatan menghabiskan waktu bersama orang-orang asli Sasak, dengan segala pernak-perniknya. Berikut ini catatan tentang 2 hal yang unik dari Suku Sasak :


TENUN SONGKET

Ampiran pertama, hari itu aku mengunjungi Desa Sukarare, sebuah desa yang dikenal menjadi pusat kerajinan tangan Tenun Songket. Kami menuju suatu rumah luas yang memang menjadi sentra kerajinan tangan Lombok.

Senangnya, karena ternyata pengunjung disitu bisa mendapatkan kesempatan mencoba menenun! Pertamanya, aku nggak yakin dan takut malah merusak hasil kainnya. Tetapi dengan bimbingan langsung dari sang penenun, ternyata aku sempat juga menenun barang 5 baris benang. Duhh tapi jangan ditanya...konon, untuk menyelesaikan kain tenun sebesar sajadah, mereka bisa menghabiskan waktu sampai sebulan. Kalau aku yang mengerjakan, mungkin sepuluh tahun pun belum tentu selesai itu kain. Hehe... Tapi lumayanlah, mbak penenun sempat mengaku keheranan dan bilang tenagaku kuat juga ketika menenun. Katanya, kalau waktu menghentakkan alat tenun itu bisa keluar bunyi “dhog” yang khas, itu tandanya sudah cukup kuat, dan pada percobaan pertamaku, bunyi “dhog” langsung keluar dengan keras sampai aku sendiri aja kaget **hihi**. Pokoknya nggak rugi tiap hari dikasih “makan” paku dan besi beton sama suami kan?? :-D

Melihat bagaimana proses dan telatennya tenun songket dibuat, dalam hati aku berjanji nggak akan mengernyitkan dahi lagi melihat harga kain songket yang asli itu.



RUMAH TAHI KERBAU

Dari Ds. Sukarare, kami kemudian mampir lagi di perkampungan asli Sasak. Kabarnya, di kampung inilah sampai sekarang masih bisa ditemui kehidupan masyarakat asli Sasak. Dari bentuk rumah, kebiasaan2 sampai cara hidup mereka.

Turun dari taksi, kami disambut beberapa pemuda yang ngepos di sebuah posko kecil didepan gerbang desa. Salah satu dari mereka kemudian mengantarkan kami untuk memasuki kampung. Yang pertama kali menyita perhatian tentu saja adalah bangunan yang ada disitu. Sebelumnya, kami sudah mendengar kabar bahwa lantai rumah Sasak dibuat dari tahi kerbau, ini yang nggak sabar ingin aku lihat.

Bangunan pertama didepan gerbang adalah lumbung padi. Masyarakat asli Sasak memang hidup bertani. Jadi seperti juga masyarakat petani Indonesia dari dulu kala, nasi yang mereka makan adalah benar2 hasil dari bercocok tanam mereka sendiri. Ini menjadikan bangunan lumbung menjadi penting. Kelihatan sekali, lumbung di kampung ini selain berada didepan gerbang masuk, juga merupakan bangunan dengan ukuran terbesar, tertinggi, pokoknya termegah. Ketika kami ada disana, lumbung lumayan penuh, tapi Agung si guide mengatakan bahwa sebenarnya itu termasuk sedikit. Karena musim yang tidak bisa ditebak, hasil panen kali ini kurang memuaskan. Maklum, karena masyarakat kampung itu memang masih bercocok tanam dengan hanya mengandalkan air hujan saja.

Setelah lumbung kami pun memasuki satu persatu rumah Sasak. Aku yang dari awal sudah terpesona dengan atas sirap di lombok, merasa bersemangat sekali memasuki kampung berpenghuni sekitar 160 orang penduduk asli yang masih mempraktekkan cara hidup asli (tradisional) ini. Masyarakat Sasak biasanya (dan kebanyakan) adalah muslim. Agung menerangkan beberapa filsafat Sasak dibalik berbagai hal. Antara lain, atap teras yang dibuat rendah supaya menjadi peringatan agar tamu yang datang menundukkan kepala (pertanda hormat pada tuan rumah). Juga tentang lantai tahi kerbau yang ternyata menyimpan falsafah tersendiri. Lantai rumah memang merupakan campuran antara tanah liat dan tahi kerbau. Tanah liat menyiratkan makna bahwa manusia diciptakan Allah dari tanah, dan nanti ketika meninggal akan kembali ke tanah. Sedangkan tahi kerbau merupakan perwujudan kehidupan mereka. Sebagai petani, buat mereka kerbau adalah partner dalam bekerja mencari nafkah kehidupan. Agung cerita bahwa ketika proses pembangunan rumah berlangsung dan lantai masih basah, memang baunya sangat menyengat (uhh aku bisa bayangkan), tetapi ketika mengering tahi kerbau terbukti merupakan bahan perekat yang sangat baik untuk bangunan rumah. Aku hanya nggak membayangkan kerbaunya, kebutuhan tahi untuk membangun sebuah rumah kan cukup banyak?? Mungkin ketika bangun rumah, orang Sasak memberi makan kerbaunya banyak2, supaya bisa mengeluarkan tahi banyak2 juga ya??? :-D

Kemudian ketika kami bertiga masuk ke sebuah rumah penduduk, Mas Iwan sudah sibuk jepret2in kameranya sementara aku dan Agung saling terheran-heran terhadap masing-masing. Aku heran karena ternyata banyak juga bahasa Sasak yang mirip dengan Jawa (misalnya ‘telu’ yang berrati tiga, ‘bale’ yang berarti rumah dan ‘pawon’ yang berarti dapur) , sedangkan Agung juga heran bahwa ternyata aku cukup akrab dengan lantai tanah, pawonan (tungku dari tanah dan api dari kayu) dan kondisi tradisional lainnya. Aku bilang, bahwa ketika kecil, aku masih sempat tinggal di rumah yang setradisional ini, dirumah nenek buyutku.

Tetapi berbeda dengan rumah di Jawa, bale Sasak hanya terdiri dari satu kamar saja (rata2 berukuran sekitar 5x5 meter. Kata Agung, pasangan Sasak yang baru menikah memang tidur didalam rumah. Tetapi ketika mempunyai anak, ini berubah. Si suami harus tidur diluar (di teras) sementara si ibu tidur didalam dengan anaknya. Kalau si anak laki-laki, dia juga hanya boleh tidur didalam bersama ibunya sampai umur 6 tahun saja. Setelah itu, dia pun harus bergabung dengan ayahnya tidur diluar rumah.

Kunjungan kami ke kampung Sasak sangat berkesan. Sayangnya harus berakhir karena saat itu waktu sholat Jumat telah tiba. Hikmahnya, si Agung jadi mengajak Mas Iwan sholat Jumat bersama di masjid dekat kampung. Kata Mas Iwan, disitu dia banyak sekali menerima keramahan penduduk setempat. Aku yang menunggu di warung depan masjid sambil minum, juga mendapat keramahan dari ibu pemilik warung yang surprisingly, ternyata adalah istri Agung (eh tapi namanya bukan Maya lho huehuheh).

Selepas dari kampung Sasak, kami langsung menuju ke pantai Kuta Mandalika, yang kabarnya memiliki pasir yang sangat unik, tak ada duanya di Indonesia. Mau tahu seperti apa? Tunggu aja di CaMbok selanjutnya yahh... ;-)

Senin, 01 September 2008

Puasa Yang Menyayat Hati

Udah seminggu ini blog walimurid sepi tak ada postingan baru. Kiriman tulisan walimurid juga nihil sejak Sabtu kemarin. Ya sudahlah, daripada sepi aku saja yang ngisi (hehe). Jadi tulisan ini adalah reposting, dari sini.

::::::::::..........

Puasa Yang Menyayat Hati

Oleh : Wahida Ariffianti *)

Sebuah pemandangan yang menyayat hati...

Kemarin sore, Abe anak saya yang duduk di kelas 2D terlihat tergeletak lemas, di lantai didepan kamar mandi...

Setiap yang mendekat dan memintanya untuk pindah berbaring ke sofa, tak juga mampu membuatnya bergerak barang sedikitpun. Abe masih lunglai dengan posisi meringkuk miring, dan kedua tangannya ditangkupkan diantara kepala dan lantai, seakan menjadi bantal..

“Pindah ke sofa yuk Abe..”

Tak ada jawaban, baik dalam bentuk kata-kata maupun gerakan. Pandangan matanya sayu, mulutnya mengatup rapat dan dia tetap saja meringkuk tak bergerak.

“Di lantai dingin lho Be.. Apalagi ini didepan kamar mandi...”

Tetap saja, Abe cuma bisa diam lemas. Bujukan apapun tak mempan.

Tak berapa lama kemudian, Bapak pulang dari kerja dan kontan langsung menyebut nama Allah melihat keadaan putra sulungnya ini. Tanpa ba bi bu, dia langsung mengangkat saja tubuh Abe (dirumah ini hanya Bapak yang masih kuat mengangkat Abe seperti itu) dan membaringkannya di sofa.

“Hauuss, Pak....”

Dari tadi siang, memang itu yang dikeluhkannya. Juga lapar. Memang hari itu hari pertama bulan Ramadhan. Dan sore-sore begini, tentulah waktu terberat bagi anak-anak yang sedang berlatih puasa.

“Abe masih puasa?” tanya si Bapak.

“Iya...” jawabnya lemas.

“Oya?? Kamu hebat sekali! Allah pasti semakin sayang sama Abe, sama seperti Bapak dan Ibu sekarang. Sabar ya nak, sebentar lagi sudah maghrib.”

“Aku hauusss.....” lolong Abe lagi kali ini dengan airmata yang sudah mengambang.

“Atau Abe mau berbuka puasa sekarang??” pancing Ibu (sstt...strategi seperti ini biasanya berhasil dan menjadi tantangan untuk Abe).

Abe menggeleng. (tuh kan?)

Tadi siangnya, ketika dhuhur hal ini juga terjadi. Abe breakdown dan sempat menangis karena lemas, lapar dan haus. Tetapi sesuai dengan rencana yang kami (Abe dan saya) susun sehari sebelumnya, puasa Abe bisa terselamatkan dengan tidur siang.

Yang kami bisa lakukan sore itu hanyalah memeluknya. Erat-erat dan lama. Kami bisa membayangkan bagaimana hausnya dia, orang dewasa saja kadang-kadang merasakan beratnya puasa hari pertama, apalagi Abe. Bergantian saya, suami dan mbak pengasuh menemaninya duduk di sofa itu. Membacakan buku cerita, mengobrol (tentu obrolan satu arah, karena Abe masih tetap lemas membisu), Juga Bea, adik kecilnya yang masih duduk di bangku TK yang dengan cerewet ikut membesarkan hati kakaknya.

Subhanallah...walaupun tersayat hati ini melihat keadaan Abe, hanya satu doa saya melihat keadaan rumah saya sore itu. Semoga Allah SWT tersenyum dengan ridho melihat kami sekeluarga disini. Doa itu yang terus menjadi penguat tekad saya untuk melatih puasa maghrib Abe.

“Aku juga puasa kok Mas Abe!” kata Bea tiba-tiba, seolah ingin ikut berempati dengan kakaknya. Hari itu memang Bea puasa, tapi sudah buka sejak jam 9 pagi!

“Hehe.. Iya, puasanya Bea namanya “Puasa Lucu”, bukanya jam 9 pagi, ya kan Bea?” komentar saya.

“Heheeeeee....iya!! Aku Puasa Lucu!! ” sahut Bea dengan tertawa.

Dan hei, Abe pun ternyata juga ikut tertawa melihat tingkah si adik.

Sebenarnya ini bukan pertama kali Abe puasa maghrib. Tahun lalu ketika masih kelas 1, hari pertama Ramadhan adalah kali pertama dia berhasil puasa sampai maghrib. Subahanllah, sungguh hari itu sangat berat, sekaligus sangat berkesan buat saya. Tetapi di hari ke-2 dan seterusnya, dia merasa kapok, dan tidak mau lagi. Akhirnya model puasa Abe tahun lalu adalah berbuka ketika bedug, kemudian setelah itu puasa dia teruskan lagi sampai maghrib.

Yang membuat saya bangga lagi adalah suami. Kebetulan, saya dulu mulai puasa maghrib secara penuh ketika masih berumur 7 tahun, sedangkan suami cerita kalau dia mulai puasa maghrib ketika berumur sekitar 9-10 tahun. Tahun lalu, ketika saya untuk pertama kalinya mencanangkan program melatih puasa maghrib untuk Abe, kami sempat berbeda pendapat. Suami berpendapat bahwa Abe masih terlalu kecil dan dia mengkhawatirkan kesehatan Abe, biarlah dia puasa sekuatnya dulu, sampai dhuhur atau kalau perlu jam 10 pun diperbolehkan berbuka. Tetapi saya merasa Abe sudah siap.

Saya tidak akan pernah lupa bagaimana beratnya hari itu. Untuk membujuk, mengalihkan perhatian Abe supaya puasanya bisa sampai maghrib. Abe juga terlihat sangat tersiksa, mulai dhuhur hampir setiap jam dia breakdown dan menangis karena lapar dan haus. Dan saya juga tidak akan lupa bagaimana rasa bangga pecah membuncah didalam rumah kami ketika kemudian Abe benar-benar bisa sampai maghrib. Dan yang paling penting, akhirnya suami semakin mantap untuk mendukung Abe berlatih puasa maghrib (dan secara penuh sebulan) untuk tahun ini.

Ramadhan tahun lalu itu, saya memang berusaha untuk mendorong sampai batas kekuatannya, tetapi saya tidak mau memaksakan Abe harus puasa maghrib lagi. Saya tidak mau Abe punya konsep yang negatif tentang puasa (bahwa puasa itu sebuah beban berat dan menyiksa). Mengukur kondisinya ketika itu, akhirnya untuk hari ke-2 dan seterusnya saya pun membolehkan Abe untuk berbuka dhuhur, tetapi kemudian dia setuju ketika saya menawarkan bahwa setelah berbuka dhuhur itu, Abe meneruskan puasanya sampai maghrib.

Tahun ini, saya sangat berbesar hati karena rupanya Allah mulai menjawab doa-doa saya. Abe terlihat jauh lebih siap dan bahkan semangat menyambut puasa. Dan dia sendiri yang bertekad untuk puasa sampai maghrib. Beberapa hari menjelang Ramadhan, kami berdua (Abe dan saya) sibuk membuat rencana, apa yang akan dilakukan kalau Abe breakdown lagi, menangis lagi karena lapar dan haus?? Dan Abe ternyata datang dengan usulan ide rencana yang dahsyat!

“Pokoknya Ibuk jangan bolehin aku berbuka sebelum maghrib. Kalau aku nangis lapar dan haus, peluk saja aku! Oke??”

Subhanallah...semoga Allah SWT selalu melindungimu dalam kehidupanmu, anakku...


(Sidoarjo, 02 Ramadhan 1429 H)

:::::.....

(Kisah selengkapnya pengalaman Abe berpuasa tahun lalu bisa dibaca disini : "Kejutan di hari Pertama Ramadhan")

*) Penulis adalah walimurid Al Hikmah, Ibunda dari Omar Charis Atthabrizi (Abe, kelas 2D) dan Namira Bai’atifa Azzahra (Bea, TK A1)