Jumat, 08 Oktober 2010

Ketika Bola Indonesia Versus Uruguay

Wow! Tidak pernah terbayang aku bakal nulis soal BOLA. Tidak tidak, jangan salah faham, sampai detik ini aku tetap tidak paham dengan sepakbola. Bukan hanya tidak paham, tapi aku tidak habis pikir dimana letak bagus dan seninya. That thing just become my ignorant, period.

Tetapi semalam, Jumat 8 Oktober 2010, pas berbarengan dengan ultahnya Agyl (adikku yang gila bola), bareng juga dengan laga kesebelasan Indonesia menjamu tim kesebelasan Uruguay yang peringkat 4 dunia itu.....akhirnya aku bisa menikmati sepakbola!!

Jadi, begini ceritanya...

Mas Iwan, memang hobi bola. Setiap Jumat sore, selama dia sempat dia akan ikut bermain futsal bersama karyawan-karyawan. Karyawan disini tentu beragam dong, ada karyawan kantor (sales, admin dll) ada juga karyawan gudang atau bagian pengiriman (sopir, kenek, kuli dll).

Nah, sudah seminggu ini Mas Iwan umek. Asik merencanakan sebuah pertandingan bola ternyata. Kebetulan, ada seorang teman dekat yang juga dokter. Hobi bola juga, dan suka bermain futsal juga, bareng dengan teman-teman dokternya tentu. Sebut saja mas H.

Mas H dan MI, seminggu ini umek berdua jadi promotor. Asik merencanakan sebuah tanding futsal persahabatan. Antara kedua tim yang mereka ada didalamnya tentu saja. Akhirnya, pertandingan dilakukan kemarin sore. Jumat 8 Oktober 2010. Rencananya, setelah pertandingan mereka semua akan nonton bareng Indonesia vs Uruguay di tempat futsal. Pasti akan seru!

Yang sangat ingin aku tulis, bukan pertandingan INA vs URU. Bukan! Gila apa?? Tapi pertandingan Tim mas H vs Tim MI.

Dari awal, begitu mengetahui siapa yang menjadi lawan mereka, tim yang satu sudah keder duluan. Dan akhirnya sibuk protes menyalahkan promotornya. Kalau dibayangkan, mungkin seperti ini bunyi protes mereka.

"Yang bener saja! Masak kita disuruh lawan mereka?"

"Iya! Mana bisa kita menang? Ini tidak adil!"

"Promotornya minta didugang nih"

Hahahaha mungkin seperti itu lah kira-kira.

Akhirnya, kemarin itu terpampanglah sebuah pertandingan futsal yang lucu sekali. Satu tim, terdiri dari pemain-pemain diatas 30 tahunan, beberapa sudah menyimpan "bola empuk" didalam perutnya.

Tim lain, rata-rata cukup langsing, beberapa malah berotot. Walaupun ada yang berumur 30an, tapi secara umum masih kelihatan pantas berada di lapangan futsal. Didalam tim ini, mungkin hanya MI yang menyimpang bola lunak di perut, yang lain menyimpan bola-bola di lengan dan betis, itupun terbuat dari otot.

"Ingat, JANGAN bikin gol dulu, kita ajak dokter-dokter itu main oper-operan bola sampai PUAS dulu" pesan MI kepada timnya dengan mata berkilat. Sedangkan tim mas H mungkin masih sibuk ngomelin mas H, dan ini pasti bakal membuat mereka makin cepat PUAS main oper2an bolanya. Wkwkwkwk. Pada gak sopan ya, sama pak Dokter loh!

Aku, walaupun tidak menonton pertandingannya, mules ngikik geli duluan membayangkan kayak apa suasana lapangan futsalnya waktu itu. Walhasil, kata MI, pertengahan babak kedua, mereka sudah berhenti menghitung skornya. Percuma, katanya...

"Dapet goal tiga karung kita!" seru Pakde Choiri, kepala gudang MI. Bangga loh, bisa menang lawan dokter-dokter! Kapan lagi coba kalau bukan di lapangan futsal???

Perkiraan MI, ketika timnya sudah giat kembali bekerja di gudang dan kantor mengangkuti kiriman paku pagi ini, para dokter di tim yang satunya bisa jadi masih meringis menahan rasa "njarem" dan linu tegang di otot kaki mereka. Khusus mas H, mungkin linunya sampai ke telinga dan hati, karena diomelin juga sama anggota timnya. Hihihihi sekali lagi, ini kata MI loh yaaaa *pissss mas H* hihihihi.

:D

Tapi, kata MI juga, adalah pemandangan yang luar biasa melihat karyawan-karyawannya bisa nobar bola Indonesia vs Uruguay setelah pertandingan itu. It's just Lovely....!

:)

Rabu, 29 September 2010

(Inspirational Story) Menjadi Manusia Yang Lebih Bahagia

Cerita ini barusan aku dengar di radio, waktu nyetir sendirian sehabis drop anak-anak sekolah. Topiknya adalah kenapa di jaman sekarang ini, dimana manusia sudah sangat maju dan kehidupan bisa sedemikian sophisticated, tapi justru di sisi lain angka kejadian bunuh diri meningkat dimana-mana. Ternyata semua kemajuan didunia masa kini yang sudah dicapai umat manusia tidak memberikan kebahagiaan buat manusia. Manusia memang makin maju, tetapi mereka dinilai makin tidak bahagia dengan kehidupannya.

 

Jadi konon, tersebutlah seorang laki-laki tua yang sudah menduda. Dia mempunyai 2 orang anak laki-laki yang keduanya sudah berkeluarga. Anak pertama adalah seorang penjual es kelapa muda, dan anak keduanya penjual bajigur.

 

Setiap saat, hidup si kakek ini dipenuhi dengan kekhawatiran. Ketika musim panas, dia selalu sedih memikirkan nasib anak keduanya yang hidup dari menjual bajigur. “Panas-panas begini, mana ada yang akan beli bajigur ya??” Begitu selalu hatinya bertanya-tanya dengan perasaan khawatir.  “Lalu bagaimana anak keduaku akan mendapat uang nafkah kalau dagangannya sepi tak ada yang beli?? Mana kemarin anaknya baru sakit pula, kasihan anakku...”

 

Pun ketika musim dingin tiba, si kakek kembali dipenuhi kekhawatiran akan nasib anak pertamanya yang menjual es kelapa muda. “Dingin-dingin hujan begini, mana ada orang yang beli es kelapa muda ya? Lalu bagaimana anak pertamaku akan mendapatkan nafkah untuk keluarganya?? Padahal ini musim tahun ajaran baru untuk sekolah anak-anaknya. Kasihan sekali anakku itu...”

 

Demikianlah, hidup si kakek dipenuhi dengan kekhawatiran dan ketakutan akan nasib anaknya. Lama-lama, si kakekpun gampang sekali sakit, dan makin lama makin parah, dan menjadi beban tersendiri untuk anak-anaknya. Sampai kemudian dia berobat kepada orang pintar. Si orang pintar ini bertanya pengobatan apa saja yang sudah ditempuh oleh si kakek.

“Sudah segala macam, dari jamu-jamu yang murah sampai obat-obatan mahal. Ada yang menyarankan saya merubah posisi tidur, sudah saya coba, tapi tetap tidak membantu” kata kakek tersebut.

“Yang harus Bapak rubah sebenarnya bukanlah posisi tidur Bapak.” kata si orang pintar. “Yang harus Bapak rubah adalah arah pikiran Bapak!”

“Nah, sekarang saja mengajak Bapak untuk berpikir seperti ini. Di musim panas, pikirkanlah anak Bapak yang menjual es kelapa muda. Betapa akan laris dagangannya. Betapa banyak keuntungan yang dia dapat dari penjualannya di musim panas itu, sehingga mungkin saja dia akan bisa menabung, sehingga mempunyai simpanan yang bisa dipakai disaat musim dingin dan dagangannya menjadi lebih sepi. Betapa menyenangkannya musim panas buat anak bapak dan keluarganya.”

 

“Sedangkan di musim dingin, cobalah Bapak memikirkan betapa larisnya dagangan bajigur anak kedua Bapak. Betapa akan larisnya usaha jualannya, dan betapa musim dingin adalah musim yang menyenangkan buat bapak, anak bapak dan kelularganya.”

 

Si kakek kemudian mencoba menerapkan saran orang pintar itu, dan berangsur-angsur si Bapak menjadi orang yang bersyukur dan selalu berbahagia di musim apapun sepanjang tahun. Diapun kemudian menjadi jauh lebih sehat dan senantiasa bahagia.

Moral cerita jelas. Sebenarnya, ada banyak sekali sumber-sumber kebahagiaan yang bisa kita syukuri dari keseharian kita. Menjadikan kita manusia yang lebih bahagia, dan karenanya bisa berpikir lebih positif.

Tadi pagi, saat sarapan dirumahku sempat ribut karena urusan telur. Bikin puyeng karena urusan sesepele itu, anak-anak ribut eyel2an. Kebetulan mereka sarapan dengan menu nasi telur-keju. Si Bea mempertengkarkan kenapa kuning-telur di piring Abe lebih banyak daripada kuning-telur di piringnya. Padahal Bea suka kuning telur! Rame deh jadinya, karena Abe tidak mau mengalah dan menukar piringnya. Dan rasanya Ibuk pengen ngomelin si ayam, kenapa mereka tidak bertelur dengan kadar kuning-telur yang sama dan konsisten saja sich!?!?

 

Pertengkaran anak-anak selalu bikin pusing, Tapi ketika mereka semua berangkat sekolah dan aku kembali kerumah yang terasa sepi kosong begini, pertengkaran itu menjadi terasa manis sekarang. Bikin aku senyum-senyum sendiri mengingatnya, punya dua anak yang keduanya hobi ngeyel dan pintar mempertahankan pendapatnya sendiri-sendiri begitu. Dan kalo dipikir-pikir, suasana rumah yang sepi begini memang nggak enak, nggak rame, tapi bagaimanapun, suasana ini membuatku bisa menyediakan waktu ekstra untuk menulis lagi. Bukankah begitu?

 

Jadi, bagaimanapun keadaan Anda hari ini, betapa beratnya Anda rasakan kehidupan Anda sekarang, cari yuk, apa sumber kebahagiaan Anda pagi ini?? Jangan temukan satu, tapi temukan 2, 3 atau lebih dari itu, insyaAllah mudah-mudahan Anda akan menjadi orang yang lebih berbahagia hari ini.

Rabu, 22 September 2010

Hukuman Ataukah Petualangan? (Kisah Anak Jaman Sekarang)

Hemm... Lama juga nggak ngeNOTE ya, mumpung lagi manyun di parkiran nunggu Carrefour buka, ketik bentar ahh...

Barusan, geli juga baca status FB nya Mbak Niar soal Ubay putra bungsunya.

"Ubay cs TK B kmrn disetrap ustadzah krn bercanda melulu wkt doa n sholat,di rmh dia cerita sambil ketawa2...katanya lucu,seru disuruh berdiri lama gayanya macem2 kyk patung. Masyaallah trnyata dia g ngeh kl itu sanksi...efektif g sih...?"

Hihihihi.... Anak-anak jaman sekarang... Kenapa aku geli, karena hal yang sama juga sering terjadi sama anak-anakku sendiri.

Bu Ina, guru Abe di TK bercerita setelah Abe membuat kehebohan. Suatu hari Abe tidak tertib ketika berdoa menjelang pulang sekolahd. Bukannya ikut melafalkan doa, dia malah sibuk ngobrol sendiri. Bukan mengajak ngobrol temannya loh, tapi benar-benar ngobrol sama dirinya sendiri. Abe memang suka sekali melakukannya, bahkan sampai sekarang walaupun sudah kelas 4 SD. Setelah berkali-kali diingatkan dan tidak jua kunjung tertib berdoa, akhirnya Bu Ina mendekati Abe.

"Abe, ada gak ya caranya supaya Abe bisa berhenti ngobrol sebentaaaaaar saja, lalu ikut berdoa? Kan sekarang bukan waktrunya mengobrol sendiri?", tanya Bu Ina dengan sabar.

"Ada! Mulutnya Abe ditutup pake selotip saja Bu Ina!", jawab Abe (herannya) dengan antusias! Bu Ina sempat kaget dong, tapi Abe meyakinkan bahwa itu ide bagus dan kemudian dengan berat hati campur khawatir campur entah perasaan apalagi, Bu Ina pun akhirnya menemani Abe ke tempat peralatan.

Tebak apa yang Abe lakukan? Bukannya memilih selotip, Abe malah memilih LAKBAN warna hitam untuk menutup mulut mungilnya.
Aku yang sedang mengobrol dengan ibu-ibu walimurid lain di teras sambil nunggu anak-anak pulang, tiba-tiba saja sudah mendengar kehebohan yang diciptakan semua ibu-ibu, embak dan suster pengasuh, juga guru-guru dan anak-anak lain yang ada disitu. Semua mata terarah ke depan kelas Abe, dan banyak reaksi terdengar demi melihat Abe berdiri disitu, dengan LAKBAN HITAM tertempel di mulutnya! Mulut yang walaupun tertutup lakban sampai pipi, tapi masih kelihatan TERSENYUM.

"Abe kenapa itu mbaakkkk??", orang-orang terutama teman-teman walimurid pada memekik.

Bu Ina, yang berdiri disamping Abe buru-buru menghampiriku dan menjelaskan semuanya. Bahwa ini semua ide Abe sendiri. Bahwa dia juga nggak yakin waktu memutuskan menuruti Abe tadi. Dan aku segera menyadari bahwa pekikan orang-orang tadi berubah menjadi ketawa apalagi begitu melihat ekspresi Abe.

Senyum-senyum sendiri dibalik lakban...loncat2 kegirangan....sorot mata antusias dan bahasa tubuh yang seolah meneriakkan "Ibuuuukkk! Ideku bagus kan??seru kan??wowww ada lakban di mulutku Buukkk!! Ibuk Lihat dehhh!!"

Acara berdoa yang diharapkan tenang setelah Abe berhenti mengobrol di kelas tadi, nggak tau deh gimana nasibnya kemudian... *ngikik campur hela napas*

Kelas 1SD, lebih seru lagi. Gedung sekolah SD jauh lebih besar dari TK dong. Banyak yang bisa dilakukan dan dieksplorasi disana. Minggu-minggu pertama sekolah, Ust. Bambang dan Ust. Imam kudu ikut bereksplorasi kesana-kesini karena di banyak jam pelajaran, Abe menghilang dari kelas. Atau tidak kembali ke kelas tepat pada waktunya. Telat 10 menit, 15 menit.....20 menit sih sudah lebih dari cukup.

Ustad pun terpaksa safari keliling sekolah untuk mencari Abe yang kemudian diketemukan di tempat-tempat yang "seru dan biasanya di bagian pojok lingkungan sekolah" bersama beberapa temannya. Di parkiran. motor, kebun sekolah, tapi kebanyakan biasanya mereka ditemukan diatas rumah pohon.

Hebatnya rumah pohon yang berada tepat dibelakang barisan ruang kelas 1 SD Al Hikmah itu, adalah dari situ anak-anak bisa melihat banyak pemandangan. Suatu kali, si Pasya (salah satu teman Abe) menemukan bahwa dari situ ternyata bisa sedikit melihat kamar mandi siswa perempuan. Hebohlah anak-anak itu!

Dan ketika Ustad menemukan mereka, dari lima atau enam anak yang ada dirumah pohon, kebetulan yang dua orang sudah turun, termasuk Abe, sedang yang lain masih asyik cekikikan sambil perhatiannya terarah ke kamar mandi cewek (yang notabene katanya juga lagi kosong, tapi anak-anak cowo ini nggak tau kenapa kok ya cekikikan).

Anak-anak yang ketika tertangkap basah masih ada diatas, kemudian diajak ustad untuk masuk ruang "time-out". Sebenarnya tak ada yang istimewa dari ruangan ini, kecuali tertutup (aku lupa apakah memang tidak ada jendela atau jendelanya tak pernah dibuka). Yang jelas itu memang ruang "time-out", jadi memang didesain membosankan pastinya. Cuma ada meja dan bangku disitu, biasanya juga tidak dipakai wakaupun selalu terlkihat bersih.

Yang membuat ruangan itu istimewa adalah ekspresi teman-temannya Abe ketika kemudian diijinkan keluar dan kembali ke kelas masing-masing. Sesampai di kelas, heboh mereka bercerita kepada teman yang lain. Heboh layaknya orang yang baru pulang dari sebuah petualangan yang seru.

"Kita tadi masuk di ruangan keren lohh!", dengan mata dan ekspresi antusias.

"Iya, mirip penjara rekk!" Gambaran yang lebay tentunya dari anak-anak itu, karena aku tahu persis ruangan yang dimaksud dan tak sedikitpun mengandung unsur "penjara".

Dan ketika dirumah Abe selesai bercerita betapa teman-temannya sangat seru bermain tawan-tawanan di ruangan itu, dia pun bertanya.

"Buk, kenapa tadi aku nggak ikut dimasukkan ke ruangan penjara itu ya Buk?".....ahh nada irinya kelihatan banget...

"Mungkin karena tadi Abe kan tidak ikut mengintip kamar mandi perempuan kan?"

Abe yang masih kelas 1 SD berpikir sejenak....

"Jadi kalau Abe kepingin masuk ke ruang penjara, Abe kudu ikut mengintip kamar mandi anak perempuan ya...?"

Sumpah, sekarang aku sudah bener-bener lupa waktu itu menjawab apa ke dia!

Dan jangan mengira itu hanya terjadi di sekolah saja. Dirumah pun tak jauh beda. Intinya, ketika aku terpaksa memberikan konsekuensi tertentu atas perilaku yang kurang baik, maka konsekuensi itu bukan hanya diterima dengan 'besar hati' tetapi malah dengan 'senang hati'. Aku hanya bisa tertawa dalam hati melihatnya, sambil menahan berjuta rasa, hihihi.

***

Itulah...

Bahasa anak-anak memang beda dengan orang dewasa. Semua pasti menyadari itu. Yang mungkin jarang disadari oleh kita para orang dewasa yang mengaku sudah mengerti asam garam kehidupan ini adalah, bahwa justru kitalah yang harus belajar banyak dari anak-anak.

Kita yang dewasa justru sudah banyak terkotori dan tertipu banyak hal yang ada di dunia ini. Dan idola kita seorang manusia secerdas Ali bin Abi Thalib pun mengatakan bahwa segala sesuatu yang didunia adalah palsu dan menipu. Jadi kalau kita ingin belajar dari jenis manusia yang masih belum banyak "terlena dan tertipu", salah satunya adalah anak-anak ini. Mereka berhati lebih bening, tak ada prasangka, bahkan ketika orang dewasa berniat memberikan sanksi pun, mereka malah menyambutnya sebagai tawaran atas sebuah petualangan yang seru dan menyenangkan! Wkwkwkwk.

Tul nggak sih? :D

Oya, bicara soal beda bahasa, selama ini dirumah kami ada satu bahasa yang sama sih. Yang sama-sama dipahami dan dimengerti baik oleh orangtua (aku-suami) maupun anak-anak (Abe-Bea). Bahasa itu adalah : Kalau sampai Ibuk sudah DIAM tak bicara, maka itu berarti Ibuk memang benar-benar sedang MARAH. Dan itu adalah konsekuensi dan sanksi yang paling MENYIKSA buat Abe dan Bea, dan karenanya menjadi EFEKTIF.

:D

Tapi yah... Semoga saja konsekuensi itu tetap jarang kuterapkan ya, karena kalau terlalu sering diterapkan takutnya tidak akan efektif lagi. Dan kalau sudah begitu, pasti akan sangat SULIT menemukan bentuk2 sanksi yang efektif buat anak-anak jaman sekarang yang gemar "berpetualang" ini. Huehehehe...



***

Senin, 09 Agustus 2010

Si Mona, Bunda Agustin dan Kejutan Tulang Segede Gajah (Part 1)

***

Sabtu lalu, di sela-sela sinyal wifi yang putus nyambung di Causeway Bay, masuklah pesan BBM dari mbak Jacq. “Bee...besok ternyata aku nginep di Surabaya. Kamu lagi gak ada di SUB ya?”

Baru saja aku mengetikkan beberapa huruf balasan, wifi pun meredup, dan baru malamnya aku bisa balas, ketika aku sudah kembali ke tanah air. “Hai, asyikk! Di SUB sampai kapan?? Kerjain Mb Mona aja yuk, kalian belum pernah ketemu kan??”

Mb Jacq : “Minggu malam aku landing SUB. Senin siang jam 12 kudu terbang lagi ampe malam. Kamu atur yaa, tapi jangan yang susah-susah peranku.”

Lalu, datang juga BBM dari Mb Shiel. “Be, Jacq Senin pagi ngajak ketemuan.... Yuuk ngerjain Mona! Kamu ama Cindul ajak dia sarapan, nanti aku ama Mb Agustin yang jemput Jacq di Marriot...piye??”

Kompak deh. Ngerjain Mb Mona?? Ojreeeett!! Sejak beberapa bulan ini mb Mona memang jadi target utama kalo ada temen2 dudulers luar kota yang datang ke Surabaya, karena banyak yang belum pernah ketemu langsung (kodpar) sama dia **senyum nakal**

 

Aku dan Mb Shiel pun atur-atur rencana, BBM an sampe tengah malam dan mb Shiel semangat sekali. “Si Jacq kok ya datang pas bunda Ag ulangtahun yo. Kebeneran nih Be. Kamu bilang aja ke Mona kalo kita mau kasih surprise ke mb Ag. Aku juga akan bilang ke mb Ag kalo kita mau kasih surprise ke Mona (karena Mona belum pernah ketemu Jacq). Kita beli kue aja ntar, Jacq kan nggak tahu kalo mb Ag ultah, mb Ag juga nggak tahu kalo bakal ada kue ultah, dia taunya kita mau kerjain Mona. Sedang Mona juga gaktau kalo dia dikerjain, taunya dia kita ngerjain mb Ag dengan kue ultah itu. Asyik, korbannya banyak!! Huahahaha”

 

Hayyaaahhh wakakakak *ikut lunjak-lunjak*. Karena masih berkutat dengan ABEA yang kangen setelah 3 hari kutinggal pergi, tanpa direncanakan akupun ternyata mengikuti langkah mb Maya di Jakarta. Aku mulai pensiun jadi sutradara dan penyusun skenario. Aku ikuti saja semangat dan adrenalin mb Shiel yang mulai bergejolak. Pingin tahu apa yang dia lakukan untuk mendapatkan skenario? Watch this!

Mb Shiel : “Be, aku udah suruh Mb Agustin jadi sutradara...tapi dia malah tanya ‘Aku disuruh apa??’...DWENGG!!! Kujawab aja ‘Woooi! Sutradara itu yang NYURUH-NYURUH mbuaakkkk!!’ Wkwkwkwkwk!!”

 

Aku ikut “DWENGG!!” melihat cara usahanya mendapat skenario itu *sigh*

 

Akupun hubungi mb Cindy dan mb Mona. Mb Mona tentu saja langsung semangat mendengar rencana “kasih bunda Ag surprise di ultahnya”. Gampang banget deh kalo mencari semangat dari diri si bedul satu itu wkwkwk. Sedang mb Cindy, ternyata perjalanan pulangnya dari Ambon ke SUB tidak semulus yang direncanakan. Minggu sore pesawatnya delay selama 5 jam di Ambon (padahal keempat bidadarinya ikut semua tuh, rombongan sirkus), dan ketika transit di Makassar ternyata kena disconnect, dan akhirnya kudu nginep di Makassar sampe Senin. Terpaksa mb Cindy gak bisa ikut rencana Senin pagi itu.

Ya, pagi karena Senin jam 10 nya, aku dan mb Mona ada undangan pengajian sama-sama. Mb Jacq pun, jam 11 siang kudu balik siap-siap untuk terbang lagi. Jadi kita janjian ngumpul jam 8.30 di sate klopo Ondomohen. Mb Shiel n Mb Ag datang bersama mb Jacq, dan aku akan datang bersama mb Mona. Malam itu juga, karena mb Mona sedang berada diluar sementara aku sudah ngandang dirumah, maka aku minta dia sekalian beliin kue ultah buat mb Agustin.

Aku BBM lagi mb Mona “Besok kamu berangkat bareng anak2 sekolah aja ya, siapatau ada perubahan jam dan bisa lebih pagi kan enak, kita bisa nggak-telat datang ke pengajian”. Karena kukirim ketika aku terbangun tengah malam, aku nggak heran kalau pesannya cuma “delivered” dan belum terbaca.

Senin pagi, pesan itu ternyata tetap belum terbaca. Sehabis drop kids aku telpon mb Mona. Gak bisa! Telpon lagi, gak bisa lagi! Nomornya nggak bisa dihubungi, sedang nomor satunya nggak diangkat. Aku mulai mules. Teringat bahwa kue ultah mb Agustin ada di dia. Di chat aku curhat ke mb Cindy, dan mb Cindy pun ikut nggetu hubungi nomor mb Mona dari Makassar. Nggak bisa!! Huwaaaa what the heck happen with her phone??? BBM apalagi, dianggurin dan pesanku semalam tetap belum terbaca.

Emak... Padahal aku sudah nggak dapuk sutradara, tapi kenapa plintiran ini tetap ada?? Perutku makin mulas ketika mb Shiel mengabarkan dia dan mb Agustin sudah on the way Marriot. Akhirnya kuputuskan untuk ninggal mb Mona, dan berangkat ke Marriot sendiri. Sepanjang perjalanan terus kuhubungi dia, dan terus saja si telepon tidak terangkat atau failed sampai aku tiba di Marriot. Kriting deh...

Ketemu mb Jacq, aahhh it’s always sooo nice seeing her again! *smooch*

Kita bertiga pun akhirnya pergi ke Ondomohen, niat sarapan sate klopo. Di perjalanan kita semua khawatir demi melihat bunda Agustin yang pucat dan terlihat sangat lesu. Dia memang sedang puasa, tapi asli wajahnya tidak seperti biasa ketika dia puasa. Akhirnya bisa ditebak. Kamipun malah bujuk-bujuk bunda untuk mokel alias mbatalin puasa. Dudul, tapi asli gak tega liat wajah bunda.

Sate Ondomohen ternyata tutup, kalo Senin mereka baru buka jam 11 siang. Kamipun putar haluan menuju Bubur Ayam Inkos. Eh tutup juga! Wakakakak! Naseeb! “Makanya jangan ajak orang yang berpuasa cari sarapan doonngg, begini akibatnya” seloroh mb Jacq. Akhirnya kita sarapan di Soto Gubeng. Di tempat yang sama aku pernah ajak Meri sarapan ketika dia berkunjung ke Surabaya beberapa bulan lalu, jadi tempat ini menyimpan memori bagiku bersama teman dudulers. Dan ternyata, kunjunganku hari ini juga sama, membawa memori. ME-MO-RI...!!

Oya, Mb Mona akhirnya telpon! Dia cengengesan dan say sorry karena dia masih dirumah, baru bangun tidur. Hayaahhh!! “Ya udah, sate Ondomohen tutup kita batal kesana. Kamu ke Marriot aja ya mbak, habis nyoto kita ke Marriot karena bunda ada janji dengan temennya disana. Tunggu kami disana. Karena kalo kamu kesini pasti nggak keburu.”

Oke, kitapun pesen-pesen. Mb Jacq pesen Soto Buntut setelah ngiler lihat di meja sebelah ada buntut sebesar gajah yang menggoda didalam mangkok. Padahal itu buntut sapi loh, kok bisa sebesar gajah ya? Wkwkwkwkw. Dan kami (terutama mb Shiel hahaha) makin gencar membujuk bunda untuk mokel (membatalkan puasanya). Wajahnya asli kuyu, pucet dan lesu. “Daripada nanti jam 3 siang kamu telpon aku mbak, ngabari kalo kamu mokel juga akhirnya?? Kan mending sekarang masih pagi” kata mb Shiel setengah ngomel, wkwkwk.

Wajah lesu bunda kelihatan (berusaha) tegar walau dia menggeleng dengan lemas ketika kami menawari dia pesen soto. Akhirnya kita bertiga pun makan, sementara bunda berusaha mencari kesibukan dengan bebenya dengan lemas. Dia mengambil foto kami bertiga, dan buru-buru mb Shiel memperingatkan lagi, kali ini bukan tentang puasa.

“Awas lo mbak, jangan upload-upload foto dulu, apalagi ke grup BBM. Ada Mona disitu, jangan sampai dia tahu kalo ada Jacq!”

“Iyo yo...” jawab bunda sambil ngikik lirih (masih dengan wajah lemas). Sambil meneruskan makan, kitapun ngobrol ngalor ngidul. Well, kita bertiga tepatnya yang ngobrol, karena bunda banyak diam mendengarkan saja karena lemas. Sambil cek-cek bebe nya. Tak lama kemudian, mb Mona mengabarkan kalau dia sudah duduk manis di lobby Marriot menunggu kita.

Kami meneruskan makan, ngobrol-ngobrol sambil rencana nanti gimana caranya membuat surprise buat mb Mona. Bunda yang sebelumnya diharapkan jadi sutradara, ternyata lagi lemes lesu dan puasa, mana kami tega mendorongnya lebih jauh lagi?? Tetap dalam rangka mencoba mengalihkan perhatian dari makanan, sebentar-sebentar bunda melongok ke bebenya. Juga ke piring mb Jacq yang berisi buntut gajah dan berada tepat didepannya. Foto-foto juga. Tiba-tiba...

Mendadak ketika melihat layar bebenya, wajah bunda jadi horror, seperti shock begitu. Seperti menyadari sesuatu yang mengerikan, lalu refleks dia lirik mb Shiel disebelahnya, dengan takut-takut. Aku yang sudah mengenal mereka berdua, nggak perlu waktu lama untuk menyadari ada yang nggak beres baru saja terjadi. Mb Shiel pun begitu...

“Lhoo....aku sudah upload....” kata bunda lirih...suaranya sangat memilukan...

“Upload apa mbak??” Mb Shiel sudah mendelik tuh...lalu kami semua ikut melongok ke layar bebe bunda.

Di grup BBM (dimana didalamnya ada mb Mona tentu saja!), sudah terpampang sebuah foto mangkok berisi tulang belulang segede gajah. Bunda yang upload. Sebenarnya foto itu tidak menjadi masalah, karena hanya berisi mangkok berisi tulang, hanya itu! Tapi kami semua lemas (kecuali mb Shiel, dia njeplak!) demi membaca caption yang diketikkan bunda dibawah foto itu.

“Jacq sadis euy”

“Looohhhh gimana siihhh???” seru mb Shiel galak. Kami saling berpandangan, wajah kami ikut horror (kecuali mb Shiel, dia mendelik!) terutama bunda. Darah seperti sudah menghilang dari wajahnya yang sudah pucat. “Engg...Nggak bisa dihapus ya....??” tanya bunda lemas, dengan mata mematung di layar bebe. Mata kami semua juga mematung ke bebe bunda (kecuali mb Shiel, matanya masih mendelik!).

“Mudah-mudahan Mona gak lihat grup ya...” masih suara pilu bunda. Kami semua sudah meledak dengan tawa pilu saking speechlessnya (kecuali mb Shiel, dia mendelik mematung dan memandang bunda dengan galak sekarang!)

Mb Shiel sambil menyendok soto dengan suara sendok berdentang terlalu keras, “Mona itu sekarang lagi duduk manis di hotel nunggu kita! Coba kalo kita jadi dia, gak ada kerjaan gitu, kita ngapain?? Pasti buka-buka bebe!! Buka grup!!”

Terlepas dari suara sendok itu, Mb Shiel benar, karena komen pertama yang datang ke foto yang diupload bunda itu, adalah mb Mona.... “Loohh, mba Jacq lagi di Surabaya yahh??”

Whuakakakakakakakakakak! Kami udah meledak dalam tawa semua, tawa yang bercampur gemes, pilu, gregetan, speechless, dan berjuta emosi lainnya yang susaahhh dijelaskan. Susahhhh apalagi kalo lihat wajah bunda sekarang!! Dan wajah mb Shiel yang plerak-plerok mendeliki bunda! Balik ke wajah bunda lagi yang makin melas menghiba! Mbak Shiel mlerok ke dia! Huwahahahahahah.

Bunda belum menyerah, masih berniat ngeles, dia komen juga di foto itu... “Sadis jek! Maksudnya...”

“Percuma mbaakkkk, percumaaaa!” kata kita semua sambil ngakak gila. Benar saja, mb Mona menjawab komen lagi “Aaaahhh bo’ooonnngggg.... Hayo bunda, ngakuuuuuu”

Untunglah nun jauh disana, ada seseorang yang cerdas dan berniat baik untuk membantu. Seseorang yang memang sudah tahu adanya skenario ini, dan diapun ikut komenin fotonya.

Mb Maya : “Iiiihhhh, maksudnya ini tulang kaya tulang Jacq? Mentang2 Jacq kuruuusssss.... Giliran tulang buntut berlemak, dibilang tulangku nantiiiii...”

Mona : “Eeh, ini lagi pada ekting yaaa, ayo ngakuuu.. Mb Jaacq, dimana dirimu mbaakk?  Yuhuuuuu *celingukan di Marriot*

Mb Maya : “Kamu di Marriot Mon? aku gak diundang? Merayakan bunda birthday yaaa *iri dan dengki*”

Di BBM japriku, diatas ada mb Mona yang teriak2 histeris merasa lunjak-lunjak diatas angin karena dia udah merasa kalau surprised buat dirinya sudah terbuka lebar-lebar didepan mata, semantara di bawahnya mb Maya BBM ke aku dengan panik “Itu kenapa bunda upload fotooo????”

Huwakakakakkakakak!! Buyaarrr!! Buyaarrrr!! Buyaaaaarrrrrr!!!! *ikut banting sendok dengan gemas*

 

***

Begitulah....

Masih ada banyak cerita seru dan lucu dibalik note, besok saja kutulis ya....

Hihihihi... *makin jatuh cinta deh ama bunda Ag* 

Senin, 26 Juli 2010

Hari Yang Linglung

***

Sudah 2 minggu Bea resmi menjadi murid SD. Semua keharuan itu, ketika menjahitkan badge di seragamnya, ketika menyampuli buku-bukunya, ngeprint fotonya untuk dijadiin sticker, melihatnya pertama berangkat dengan seragam merah hatinya, tentu saja semua itu sangat klise tapi tetap sangat menyentuh. Bulan ini aku asli banyak meweknya. Ya Allah, rahmatMu Ya Allah...

Tetapi baru Senin (26Juli'10) kemarinlah kurasakan efek sebenarnya. Selama dua minggu pertama Bea masih MOS, dan pulang siang jam 12, sama seperti sebelumnya waktu dia masih di TK. Hari masih terasa 'normal'. Sepulang sekolah kita masih pergi berdua, main dakon atau nonton dvd dirumah, atau masak berdua makanan buat dibawain nanti sorenya waktu jemput mas Abe.

Senin kemarin, akhirnya Bea mulai fullday pulang jam 4 sore. Bea sendiri sudah mulai kemarin-kemarinnya bersemangat. Bangga bener dia karena sudah sekolah pulang sore, sama kaya Mas Abe. Dan dia lunjak-lunjak tiap kali ingat "horeee, akan ada mata pelajarannn!!". Aku geli karena latihan soal di buku paket Bhs. Indonesia dan Bhs. Inggris kelas 1 itu sudah habis dilalap Bea sampai bab tiga. Abe sampai keheranan "Bea itu kenapa sih Buk kok suka sekali pelajaran sekolah?? Heran deh! Enakan maen game!"

Hayaahhh

Kemarin, sehabis ngedrop kids pagi, jam 7.30 aku sudah balik kerumah. Sarapan, lalu berniat gelar yoga mat, tapi urung. Akhirnya pegang BB chat sana-sini terutama dengan MI yang dari kemarin luar kota. Buka-buka buku sebentar baca apapun yang bisa dibaca (karena nisfu sya'ban ini kok yaaa pas mens hiks), sekitar jam 10 baru aku sadar sesuatu.

Aku linglung....

Rumah dan hati ini, entah bagaimana tiba-tiba terasa sangat sepi. Huhuuuu. Sentimentil ya. Semacam terlalu dini untuk syndrom Empty Nest. Dua puluh tahun terlalu dini. Tapi ah, biarin aja. Habis mau gimana lagi, ini yang kurasakan. Mungkin juga karena MI pernah janji akan menemani jika hari ini tiba, tapi ternyata dia malah harus keluar kota. Hiks.

Jam 12.00 siang. Beaaaaaa, Ibuk rinduuuuu! Huhuuuu :'(

Pengen curhat, telpon ibukku tapi jam segitu pasti Uti umek makan siang, dhuhur, tutup toko waktunya istirahat.

Linglung bingung mau ngapain dirumah. Ya Allah, bukannya sekali ini sendirian sepi dirumah. Tapi kenyataan bahwa ini hari pertama Bea sekolah sampai sore kenapa membuatnya jadi beda ya. TV kabel kok yaa nggak membantu. HBO dudul semua filmnya, Discovery lagi bahas atom (gak ngerti!), bahkan AFC pun tak ada yang lezat.

Spontan bin impulsive, aku bergegas ganti baju dan ambil kunci mobil. Ngemall aja lah (padahal gak hobi ngemall tuh wkwkwk).

So, sepuluh menit kemudian aku sudah luntang lantung di Cito deket rumah. Akhirnya (masih dengan impulsive ikut kemana kaki melangkah tanpa dikomando hati) akupun pergi nonton, dan merasa sangat aneh. Karena ini pertama kalinya aku nonton SENDIRIAN. Huhuuuu. Nggak enakkk!! Padahal kalo ada ibu-ibu nonton sendirian, dulu suka komentar "Mas, aku gak pingin begitu, luntang-lantung nonton sendirian kaya Ibu itu." Hayaahhhh kena karma kan...? :'(

Kelar nonton, liat jam, masih jam 2 siang. Jadi masih dua jam lagi anak-anak baru pulang?? Yahhh luntang-lantung lagi. Jadi biasanya kan kalo ke mall suka jelas tuh mau kemananya, atau mau beli atau hunting apa. Aku nggak suka window-window shopping gitu. Tapi kali ini aku yang bener-bener keluyuran di mall gak ada juntrungannya. Wkwkwkwk. Tapi lumayan masih dapet beli beberapa DVD di toko depan bioskop.

Selesai bungkus makanan dari foodcourt untuk anak-anak, aku langsung menuju sekolah. Otakku linglung beneran karena nggak bisa mencerna bahwa jam pulang masih satu jam lima belas menit lagi.

Tentu saja parkiran sekolah masih sepi. Hikmahnya, aku bisa dapat spot parkir yang paling diidamkan semua orang, hihihi. Tumben-tumbenan loh ini! Buka bebe sebentar, habis itu linglung lagi. Ah, andai nggak mens pasti bisa ngendon di masjid, sambil ngadem *nyengir*.

Impulsive lagi (karena GR merasa jadi perhatian bapak2 sopir antar jemput) akhirnya aku keluar dari mobil, dan berjalan menuju arah yang terserah.

Eh, dengan dudulnya aku malah menuju ke gerbang sekolah yang sepi dan tergembok rapat. Dengan wajah memelas kugenggamkan kedua telapak tanganku ke jeruji besinya, sambil mata celingukan mencari-cari "Bea mana ya...?"

"Dudul, Bea ya masih di kelas dong!"

"Ah siapa tahu dia lewat depan gerbang, mungkin mau beli-beli ke kantin atau apa"

"Ealah, ini kan bukan jam istirahat?? Lihat, halaman dan lorong sekolah sepi!"

"Siapa tau Bea mau pipis ke kamar mandi yang dideket kantin?? Kan berarti lewat sini?"

"Ngapain?? Kalo kebelet pipis kan mending di toilet siswa deket kelas???"

"Namanya juga usaha.... Siapa tau..."

Tega bener tuh alter ego, apa dia nggak sadar mukaku makin melas begini?? Huhuuuu Beaaaaa, Ibuk rinduuuuuuuu :'(

Bener ya ini masih sejam lagi?? Oh no...
Akhirnya aku balik kedalam mobil, menghibur diri dengan bebe, ngendem disitu sambil nyalain AC (maap ya MI, aku tau gak boleh begini lama-lama, tapi gimana lagi? Diluar masih panas karena masih jam 3, dan sepi pula hiks).

Dan akhirnya terdengar lagu "Bintang" tapi tanpa lirik itu. Tanda pelajaran berakhir dan gerbang pun dibuka. Aku berhambur masuk dan berdiri di tiang lorong tempat biasanya janjian kalau jemput anak-anak.

Rasanya asli deg2an, kayak sedang nunggu waktu ketemu pacar saja rasanya. Hihihihi. Dan begitu kulihat wajah mungil yang kusayang itu, dia sedang termenung ditengah lapangan, wajahnya terlihat ngowoh sendiri di lautan siswa berseragam. Tangan kanannya terangkat kedepan dada, dan diatas telapak tangannya yang terbuka keatas, ada sesuatu. Benda kecil keunguan.

"Beaaaaaa" semburku lalu kupeluk dia. Huwaaaaaa senengnya bisa memeluk Beaaaa.

Aku berlutut demi melihat dia nggak seheboh biasanya. Wajahnya masih termenung, kelihatan capek. (Fyi, aku sudah mengira dia akan begini, karena hari Minggu sebelumnya itu kita pergi dari pagi sampai malam. Dia ujian piano, lalu ada 3 undangan yang harus kami datangi, hari Minggu yang capek pokoknya).

"Ini apa sayang?" Tanyaku sambil menunjuk benda kecil ungu yang bertengger diatas kertas, di telapak tangannya.

Barulah kulihat binar matanya, "Ini burung lho Buuk, dari playdough, untuk Ibuukk!" Ahhh senangnyaaa, terimakasih sayang.... *peluk-peluk berlanjut* "Ibuk rinduuuu sama Beaaa..." kataku, dan Bea pun terkekeh riang.

***

Sepulang kerumah, kentara sekali Bea memang capek hari itu. Sisa-sisa gempor hari Minggu harus ditambah dengan hari pertama pulang sore kan. Akhirnya konsumsi peluk meningkat tajam, bahkan mas Abe juga ikut-ikutan. Dan kubiarkan Bea puas-puas melakukan kegiatan pemberi rasa amannya, yaitu owok2 (elus2 sambil colek2) perutku. Dari kecil Bea memang suka melakukan itu.

Sayang Bapak sedang luar kota, tapi alhamdulillah Ya Allah. Rumah terasa hangat kembali. Mata Bea sudah berbinar ceria kembali, bahkan ketika dia cerita "Aku tadi siang-siang pas di sekolah tiba-tiba pingin peluk Ibuk, tapi Ibuk nggak adaaa" katanya dengan suara merajuk tapi sambil terkekeh.

Ah, apa karena aku ling-lung ya, si Bea akhirnya ikut kebawa resah di sekolah?

Dan demi kerinduan yang tak kunjung reda, akhirnya Ibuk punya ide. Jam 9.30 pagi, waktu istirahat, Ibuk akan ke sekolah, dan kencan sebentar dengan anak-anak di cakeshop sekolah Akhirnya tadi itu yang kami lakukan. Bea masih memerlukan banyak pelukan dari Ibuk, dan kalau itu berarti Ibuk harus bolak-balik ke sekolah pas jam istirajat, sama sekali bukan masalah. Sampai kapan?? Selama diperlukan tentu saja ;)

Yang paling senang adalah mas Abe dong, karena selain dapat peluk juga, dia bisa minta traktir Ibuk beli snack di swalayan dan cakeshop. Serasa dapat ekstra uang saku lebih ya masss???? *jendul Abe dengan sayang* :-P

***

Sabtu, 17 Juli 2010

Ketika Si Jeki Puber

Sabtu, 17 Juli 2010. Sekarang jam 8 pagi dan baru saja kami (aku dan anak-anak) tiba di Coban Rondo - Batu untuk ikut menyaksikan kegiatan outbond para karyawan. Mas Iwan sudah dari kemarinnya datang.

Entah karena di perjalanan sama AbeA tadi sempat ngobrolin soal MONYET atau karena sekarang ini aku duduk beralas rumput di hutan yang udaranya sangat menyenangkan sementara AbeA seperti tak ada capek dan bosannya berlarian dengan gembira, aku jadi teringat JEKI.

*sungkem dulu sama ♏ba Jacqueline Rieza yang sangat kusayangi*

JEKI adalah nama MONYET yang pernah kami pelihara dirumah ibukku di Tulungagung. Jeki kami pungut semenjak dia masih bayi, sekitar tahun 2000, dan aku lupa bagaimana awalnya dia kami beri nama JEKI. Yang pasti Jeki jadi kesayangan semua orang dirumah ibukku.

Jeki diikat dengan rantai yang panjang di pohon mangga samping rumah ibuk. Dengan rantai sepanjang itu dia jadi leluasa bergerak, mengitari pohon atau memanjatnya. Kebetulan rumah ibukku jadi satu dengan toko, gudang dan kantor Bapak, jadilah si Jeki punya banyak teman main, dari para sopir yang akhirnya suka membawakannya aneka makanan sepulang kirim barang, sampai karyawan yang suka duduk bersama Jeki sambil sekedar menikmati mangga mateng yang jatuh dari pohon.

Ibukku terutama, paling dekat dengan Jeki, saban hari dia yang kasih makan si Jeki, mengajaknya bermain dan menggoda si Jeki dengan sayang. Setiap kami mudik ke Tulungagung (waktu itu Abe masih bayi) ibuk selalu mengajak Abe bermain-main juga dengan si Jeki.

Pokoknya Jeki jadi kesayangan semua orang. Dia monyet yang lincah, suka mengeluarkan suara riuh yang (paling tidak kami artikan) sangat ceria.

Kira-kira 2tahun setelah kami pelihara, suatu hari ibukku memergoki tiba-tiba Jeki "mengeluarkan darah". Perkiraan kami, Jeki sudah menstruasi, alias sudah puber. Dan sebagai sesama mamalia, harusnya kami tidak terkejut dengan perubahan sikap Jeki kemudian.

Suara-suara yang biasanya terkesan ceria ketika disamperin bermacam orang, berubah semakin bervariasi. Kadang terdengar nyolot, kadang mencicit dan agak menakutkan. Yang dudul, lama kelamaan semua orang setuju bahwa suara mencicit dan lain-lain yang kurang ceria itu cenderung Jeki lakukan kepada kami yang berjenis kelamin perempuan.

Lama-lama banyak yang merasa tidak nyaman lagi dengan Jeki karena bahkan sekarang tangan Jeki suka merayuk dengan sikap menyerang kepada orang yang mendekat atau sekedar lewat. Agresif, kadang siap mencakar dan ketika sekali dua dia berhasil mendaratkan telapak tangannya ke baju dan rambut (kerudung) seseorang, dia langsung tarik-tarik seakan tak mau melepas lagi.

Lama-lama, bahkan ibukku pun sudah menjadi korban keagresifan si Jeki. Padahal selama ini ibukku yang paling merawatnya. Yang lebih dudul lagi, si Jeki justru makin mesra kalau sama bapakku. Lembut, nurut, gak pernah tuh sampe nyolot apalagi mencakar. Heran kan??

Setiap kali ibukku curhat soal Jeki, aku sampai nggak bisa menahan tawa dan godain ibukku. Kubilang "Jangan-jangan Jeki sudah bikin Ibuk cemburu yaaa". Biasanya godaan itu manjur, karena tergantung moodnya ibuk akan selalu bereaksi, kalo nggak ngakak ya makin ngedumel hahaha.

Begitulah, makin lama makin parah kelakuan si Jeki. Aku pun lama-lama sudah tidak berani membiarkan Abe terlalu dekat dengan Jeki. Hal yang sulit karena Abe sangat menyukai binatang dan dia sangat tidak bisa diam. Dan bukan saja kami, korban keganasan Jeki sudah mencakup para tamu yang datang kerumah kita. Sudah nggak lucu lagi dan memang sangat mengganggu.

Akhirnya, seorang sopir menawarkan diri untuk membantu. "Biar saya lepas Jeki di hutan saja Bu"

"Dibuang maksudnya??" tanyaku dari seberang telepon di Surabaya, waktu Ibuk cerita soal ide pak sopir.

"Bukan dibuang, tapi dilepas di hutan, biar dia bisa menemukan pasangan hidupnya. Jeki kayaknya udah kebelet kawin banget itu. Dan aku sudah merasa cukup sama tingkahnya dia."

Sebenarnya aku masih ingin menyarankan ke Ibuk untuk memelihara monyet jantan saja. Tapi akhirnya kusimpan ide itu. Mungkin memang benar Uti sudah merasa cukup dengan tingkah Jeki yang sudah berubah sejak pubernya itu.

So, suatu hari ketika pak sopir tersebut berangkat kirim, dia membawa serta Jeki, dan menurunkannya di sebuah hutan diluar kota yang terkenal banyak monyetnya.

Ah, si Jeki.... :D

::::.....

Pengen deh posting kisah ini bersama foto Jeki, tapi apa boleh buat aku masih diatas gunung di alas Coban Rondo :D

Senin, 05 Juli 2010

Abe, Jiehan dan Kostum Bola

Suatu hari, Abe lagi pergi "boys-time" sama Mas Iwan dan om Rendra ke Malang.

Di sebuah pertokoan yang ramai menjual atribut bola...

MI. : "Be, kita berburu jaket bola yukk."
Abe : "Ayuk Pak! Kita cari yang bajul ijo (buaya hijau-red) Persebaya yaaaa."

Semua orang pasti tahu dong kalo para bonekmanianya Persebaya lagi bersitegang dengan aremanianya Arema? Nah setelah blusukan kemana-mana, ternyata jaket kecil (ukuran anak-anak) nggak ada yang warna HIJAU. Dimana-mana cuma ada warna BIRU milik Arema.

Ada sebuah yang bagus, BIRU, dan kelihatannya cocok dengan Abe. MI pun menawarkan "Beli yang ini ajakah Be??"

Abe tidak menjawab. Setelah melirik sebentar ke penjual kaosnya (seperti berahasia), Abe kemudian menarik MI keluar dari toko itu. Diluar setelah yakin jauh dari si penjaga toko, dia berbisik ke kuping bapaknya.

"Pak, kita batal aja beli jaket. Selamanya aku nggak akan mau berkhianat dan pakai jaket BIRU kayak gitu Pak!"

Meledaklah tawa MI dan Om Rendra. Nggak nyangka urusan WARNA kok Abe bisa sesentimen itu. Selama ini MI selalu ajarin Abe utk jadi bonekmania yang baik, beretika dan tidak bermusuhan dengan supporter lawan. Tetapi tak urung MI ngakak juga melihat anaknya bertingkah begitu. Hehehe.

Nah, itu kejadian sudah dua minggu yang lalu. Barusan, ada seorang teman yang BBM aku, dan membuatku ngakak juga.

Topiknya?? Masih tetap urusan tim sepakbola dan WARNA KOSTUM mereka. Oya, penting untuk diingat, Abe itu sekarang umurnya 8 tahun. Sedangkan si teman yang BBM ini bulan lalu baru saja berultah yang ke
25 tahun. Simak BBM kami berikut ini....

Participants:
-------------
*˚*☀ WåHidå ☀*˚*, Jieα̩̩̩̩̥ipaS̤̥̈̊Ƨ̷̜̩̌̋a

Messages:
---------
Jieα̩̩̩̩̥ipaS̤̥̈̊Ƨ̷̜̩̌̋a : Mbaaaa...nanya dong
Jieα̩̩̩̩̥ipaS̤̥̈̊Ƨ̷̜̩̌̋a : Team sepak bola sub apa namanya ♏ba?
*˚*☀ WåHidå ☀*˚*: Sorry br bukaaa
*˚*☀ WåHidå ☀*˚*: Persebaya jieee
*˚*☀ WåHidå ☀*˚*: Knp say?
Jieα̩̩̩̩̥ipaS̤̥̈̊Ƨ̷̜̩̌̋a : Persebaya yg bajunya orange kan ya ♏ba?
*˚*☀ WåHidå ☀*˚*: Dudul
*˚*☀ WåHidå ☀*˚*: Bokaaannnn
*˚*☀ WåHidå ☀*˚*: Persebaya ya hijo jieee
*˚*☀ WåHidå ☀*˚*: Wkwkwkkw *getok*
Jieα̩̩̩̩̥ipaS̤̥̈̊Ƨ̷̜̩̌̋a : Loooh?bukannya orange ýαh ?
*˚*☀ WåHidå ☀*˚*: Orange bukannya belanda kan??

Jieα̩̩̩̩̥ipaS̤̥̈̊Ƨ̷̜̩̌̋a : Sebentar..serius persija bkn orange ♏ba?
*˚*☀ WåHidå ☀*˚*: Kok persija???
*˚*☀ WåHidå ☀*˚*: Bukannya ​kα♏ŭ tanya persebaya tadi??
Jieα̩̩̩̩̥ipaS̤̥̈̊Ƨ̷̜̩̌̋a : Eh apa tdi team sub ♏ba?
*˚*☀ WåHidå ☀*˚*: *siapin ulegan buat nggetok*
Jieα̩̩̩̩̥ipaS̤̥̈̊Ƨ̷̜̩̌̋a : Oh iyaaa..persebayaaaa
Jieα̩̩̩̩̥ipaS̤̥̈̊Ƨ̷̜̩̌̋a : :p
*˚*☀ WåHidå ☀*˚*: PERSEBAYA jiehaannnnnn!!b
*˚*☀ WåHidå ☀*˚*: *pingsan*
Jieα̩̩̩̩̥ipaS̤̥̈̊Ƨ̷̜̩̌̋a : Iyaaa...persebaya warnanya bkn orange ýαh ?
*˚*☀ WåHidå ☀*˚*: Bokaannn
*˚*☀ WåHidå ☀*˚*: Knp sih tanya2??
Jieα̩̩̩̩̥ipaS̤̥̈̊Ƨ̷̜̩̌̋a : Yg suka nonton bola di lebak bulus pake baju orange team mana dooong?
Jieα̩̩̩̩̥ipaS̤̥̈̊Ƨ̷̜̩̌̋a : Boss ku punya anak 3 demen bgt bola...trus koleksi baju bola dri team ² indo.... αкŭ pesenin persebaya warna orange
Jieα̩̩̩̩̥ipaS̤̥̈̊Ƨ̷̜̩̌̋a : Salah yak?

-------------------
Wait, biar kuulangi lagi bagian ini...

Jieα̩̩̩̩̥ipaS̤̥̈̊Ƨ̷̜̩̌̋a :
"Boss ku punya anak 3 demen bgt bola...trus koleksi baju bola dri team ² indo.... αкŭ pesenin persebaya warna orange....Salah yak?"

---------------------

Jieα̩̩̩̩̥ipaS̤̥̈̊Ƨ̷̜̩̌̋a : Pantes orng kaosnya ngotot
*˚*☀ WåHidå ☀*˚*: ​‎​‎​‎​àk=))☀̤̣̈̇áK:) ː̗̀☀̤̣̈̇ː̖́âk:$☀̤̣̈̇áK:&ː̗̀☀̤̣̈̇ː̖́âk=D☀̤̣̈̇ªK>:Oâkː̗̀☀̤̣̈̇ː̖́......:&


*˚*☀ WåHidå ☀*˚*: Trus? Jadinya gimana kaosnyaa??
Jieα̩̩̩̩̥ipaS̤̥̈̊Ƨ̷̜̩̌̋a : αкŭ tetep pesen...gengsi amat batalin n ngaku salah. Yg persibaya ijo αкŭ pesen tmpat lain ajaaaa
*˚*☀ WåHidå ☀*˚*: Yaelah wakakakak! Trus yang orange mau dibuat apa donng?? Dipake buat nobar jerman ajaaa haahaahah
Jieα̩̩̩̩̥ipaS̤̥̈̊Ƨ̷̜̩̌̋a : Buat αкŭ aja...nonton bola dirumah n nobar...:)) =))
Jieα̩̩̩̩̥ipaS̤̥̈̊Ƨ̷̜̩̌̋a : Masalahnya αкŭ udh ngotot mbaaaa.... Sampai ngmong..masa warna team bola sub aja gα tau sih? Gtuuuu
*˚*☀ WåHidå ☀*˚*: Wkakakakak

---------------

Whakakakakakakka Jieeee, ​kα♏ŭ emang bener nduukkk. Bener sekali!

MASA WARNA TEAM BOLA SURABAYA AJA GAK TAU SIH??

*cuma mengulangi kata-kata Jiehan sendiri sambil kasih kado Jie kostum bola INDONESIA berwarna PELANGI berlambang BURUNG GELATIK*

Jiehan sayang, maaf ya, aku nggak berani tunjukin NOTE ini ke Abe, aku takut dia kecewa nanti.

*ngikik*

:::...

Malam Yang Dudul Sempoyongan

:::...

Kemarin tuh dudul...

Minggu 4 Juli 2010, jam 6 pagi kita udah ngumpul dirumah Abah (bapak mertua) karena hari itu kami sekeluarga besar berangkat berwisata ke Wisata Bahari Lamongan (WBL). Carter bus, berangkatlah kami rame-rame lengkap dari pakde bude sampai cucu-cucu ber-47 orang.

Seru, tentu. Heboh, pasti. Dan WBL asli penuh sesaakkk (maklum lagi liburan sekolah) ibaratnya mau napas aja musti rebutan oksigen *lebay* wkwkwk. Semua wahana antri, beberapa malah sampai mengular. Ampuunn. Terus terang baru kali ini kami ke WBL pas libur sekolah. Sebelumnya kami kesini di weekend biasa (bukan liburan). Toh kita semua semangat walopun udara pantai lagi panas, aku coba ngikutin baterai alkaline-nya Abe dan Bea yang ngotot nyoba semua wahana. Ngantrinya ini yang asli banyak menyedot energi, dan ketika kita pulang (nyampe kembali dirumah Abah jam 6 sore) Bea sudah tertidur dan aku juga lumayan teler.

Cleguk-cleguk iri melihat Bea yang sudah lelap, aku coba memompa semangat karena persis jam 6 itu aku harus temani suami ke undangan pernikahan salah satu kolega. Sudahlah badan capek, tak sempat duduk barang sebentar aku langsung numpang mandi dirumah mertua, dan melakukan satu lagi hal yang selalu melelahkan bagiku, yaitu DANDAN!

Sementara anak-anak ngepos dulu dirumah mertua, berangkatlah aku dan MI ke tempat undangan. Aku sempat surprised begitu tahu kalau tempat resepsinya di XO Ballroom. Capek sedikit teredam, karena baru kemarinnya aku menyampaikan ke MI betapa aku kangen makan di XO, eh kok ndilalah sekarang dapet undangan disitu.

Sampailah kita ke XO Ballroom, dan malam itu asli aku mendapat pelajaran : kalau dalam keadaan normal saja seseorang itu sudah dudul, maka ketika dia sedang capek dan ngantuk, hidangan seenak apapun tidak akan bisa menolong meringankan.

Resepsinya berupa round-table, satu meja berisi 10 orang. Mas Iwan duduk disebelah kiriku, dan disebelah kananku duduk tamu lainnya, laki-laki yang tampaknya seusialah dengan kita. Aku tidak kenal laki-laki itu, tapi rupanya malam itu juga menjadi malam yang dudul buat dia.

Food parade belum juga dimulai. Di panggung masih dilakukan seremoni khas pernikahan ala Chinesse-modern. Tapi pertunjukan dudul disini, di meja tempatku duduk sudah dimulai.

Haus, aku berniat mengambil gelas didepanku yang berisi es teh itu. Dari ekor mataku kurasakan tamu disebelah kanan bergerak agak kurang wajar. Tapi kemudian gerakannya itu menjadi wajar dimataku setelah kusadari bahwa gelas berisi es teh yang kuambil tadi, adalah MILIKNYA! Kontan aku cuma bisa maap-maap sambil nyengir. Di sebelah kiri kulihat MI lagi fokus ke big screen menonton video pengantin, entah nonton beneran atau entah sedang ekting "tidak mengenalku".

Untuk menghibur diri aku sok sibuk saja dengan bebe. Update-update status twitter karena kata Wawa twitter ini tempat yang cocok untuk bawel (biasanya aku jarang tuh buka twit). Dan sekarang ini aku sedang ingin meracau ngelantur karena asli badan capek dan juga ngantuk. Belum lagi malu sama tamu disebelah. Argh...

Sembari twittering, aku tak lupa mempraktekkan salah satu hobi katrokku, yaitu melepas alas kaki ketika duduk dibelakang meja begini. Kedua kaki yang nyeker kutumpangkan begitu saja di salah satu sendal. Kemudian asyik twitteran lagi. Saking asyiknya aku tidak memperhatikan bahwa ini waktunya mempelai melakukan toast. Akupun gedubrakan panik ketika tau-tau si MC meneriakkan "Mari! Hadirin silahkan berdiri!"

Aku reflek langsung berdiri tanpa ingat memundurkan dulu kursiku yang lumayan mepet ke meja. Akhirnya pahaku menyundul bawah meja lumayan keras, sampai ibu2 yang diseberang meja melihat kearahku ketika dengan agak panik aku memundurkan kursi agak kebelakang dan meraih gelasku (dengan fokus supaya yang kuambil benar2 gelas milikku), kemudian berdiri.

Kalau dilihat, bagian tubuh pinggang keatas, aku cukup anggun lah. Ibu2 seberang meja juga tampaknya sudah melupakan kejadian barusan. Tapi pinggang kebawah, tak terlihat oleh siapapun, terjadi kekacauan karena kaki kiriku sudah tenang bersarang kembali di sandal sementara kaki kanan panik karena tidak menemukan alasnya.

Nah nah! Lho, lho! Dimana sandal kananku?? Mau celingukan kebawah nggak mungkin karena celingukan memerlukan mata dan kepala sedangkan bagian pinggang keatasku sedang anggun dan fokus ke panggung menunggu aba-aba toast.

Akhirnya kugerakkan saja kaki kananku, merogoh-rogoh kearah belakang kebawah kursiku. Tapi sandal tak kutemukan juga! Wah, jangan-jangan si sandal kusandung dan terlempar agak jauh waktu pahaku menyundul meja tadi?? Sebuah reflek manusia ngantuk kemudian membuat kakiku makin giras rogoh sana-sini, mencari-cari alasnya (pinggang keatas? tetap anggun dong!). Rogoh sana rogoh sini sampai aku kemudian kaget, begitu menyadari bahwa kakiku sudah terlalu jauh. Posisinya sekarang sudah terlalu kekanan, berada di area bawah meja yang harusnya menjadi kekuasaan si tamu sebelah. Kontan kutarik kaki kananku, dan akhirnya (karena kaget) paha ini kembali menyundul meja. Untungnya, kali ini semua orang sedang fokus ke panggung. Dan aku merasa lebih beruntung lagi karena kaki dudulku yang sedang asyik merogoh-rogoh kesana kemari itu tidak mengenai kaki tamu sebelah. Karena aku yakin tadi itu pasti sudah dekaaat sekali, apa jadinya coba, kalau sampai kakiku menyenggol kaki si tamu?? Bisa-bisa aku dilaporkan polisi karena dugaan tindakan asusila kan!!

Si sandal akhirnya kutemukan ketika kami duduk kembali, di bawah kursiku sendiri, terlempar agak kedalam lagi.

Rasa capek dan ngantuk agak tersisihkan ketika food parade dimulai. Aku mencoba menyibukkan diri mengupload foto-foto hidangannya ke twitter. Itupun tak berhasil lama karena di hidangan ketiga atau keempat (aku lupa) acara upload foto sudah berjalan dudul. Nama hidangan yang kutulis di caption sudah ketukar-tukar nggak keruan, dan di lidahku makanan-makanan special dari salah satu restoran favoritku ini sudah mulai terasa sama rasanya : rasa sendal jepit semua! Aku bahkan sempat mbliyur jatuh kesadaran tertidur sedetik waktu sedang mengunyah! Aku nyerah, begitu kulihat MI sudah berhenti menyapa2 kolega yang dia kenal disitu, akupun memelas minta pulang.

"Nggak nunggu desert?" tanya MI yang kujawab dengan mulut menguap dan mata mengerjap karena sudah pedih bin sepet.

"Tapi aku ke toilet dulu ya"

Aku bangkit berdiri, terseok-seok, sudah tak bisa kurasakan lagi kakiku melangkah. Saat kukira kakiku sudah bebal, sejurus kemudian kurasakan "DUG!" aku menyandung tiang buket. Untung nggak roboh tuh buket tinggi langsing! Jalan lagi, masih sempat kulihat seorang mbak-mbak waiter ngepot menghindariku. Hanya ada satu kemungkinan, bahwa satu diantara kami rupanya berjalan seperti orang mabuk, terserah pembaca menilai yang mana yang begitu.

Makin terseok jalanku saat kubaca tulisan TOILET dan panggung yang bergemuruh terasa seperti "bunyi kipas angin rusak" yang menguing di telingaku. Masuk toilet, gantian aku yang ngepot karena kulihat isi toilet pria semua. Alamak! Nyasar di toilet pria! Ngepoooottt!

Sekeluar dari toilet dan berjalan nyaris sempoyongan kembali ke meja, aku sibuk cari2 pegangan. Sandaran kursi, tiang buket, termasuk satu bahu yang aku tak senpat lihat siapa pemiliknya. Dan oohhh leganya begitu sampai di meja, dan menemukan tangan MI menangkapku. You are my herooo!!

Begitulah ceritaku tentang malam itu. Waktu keluar restoran pun, di terasnya aku masih sempat meleng nabrak X-sign, dan waktu berdiri menunggu valet sempat beberapa kali hilang kesadaran jatuh tertidur. Begitu masuk mobil aku sudah habissss.

Wakakakakak malam yang dudul.

Oya, serasa belum cukup, setiba dirumah mertua untuk jemput anak-anak (jam 9.30 malam), masih sempoyongan tau-tau aku mendapat kejutan yang sangat menyenangkan.... Waktu masuk rumah tiba-tiba aku disambut oleh suara yang sangat kukenal itu meneriakkan namaku penuh semangat...kemudian lari-lari menubruk memelukku.

"Ibuuuuuuuukkkkk!!!!"

Oh Tuhannn... Itu Bea... Dan ternyata dia baruuuu sajaaaaa bangun dari tidurnya.... Dan tentu saja, 199% fully-charged!!

Serasa tersedot ke ruang hampa udara deh rasanya..... *lemessss* :'(

:::...

Selasa, 15 Juni 2010

"Mama, SEX Itu Apa Sih?"

***

Kalau ada satu hikmah yang kurasakan dari blowing-up pemberitaan video Ariel-Luna Maya yang (menurutku) sudah over-exposed itu, adalah ramai dan serunya pembicaraan di kalangan sesama orangtua. Temanya? Apalagi kalau bukan ini : bagaimana anak-anak kami bereaksi terhadap pemberitaan video porno ArieLuna itu. Dibalik carut marut urusan moral dibelakang tersebarnya video itu, di sisi lain sungguh ini jadi momen yang sangat kondusif sebenarnya, untuk kami para orangtua belajar dan berlatih lagi menghadapi kejutan berupa pertanyaan-pertanyaan anak-anak mengenai hal yang selama ini hampir selalu membuat orangtua-orangtua mules, yaitu soal SEKS.

Barusan di BBM Mb Levie bercerita, bahwa keponakannya yang berumur 8 tahun, sempat membuat mamanya kehabisan kata-kata. Waktu itu ditengah-tengah acara keluarga besar, kebetulan si mama sedang berkutat dengan beberapa saudara membahas sebuah video di BB nya. Tanpa diduga si anak ngeloyor lewat didepannya sambil berseloroh “Video porno lagi....!! Video porno lagi...!!”

Semua orang kaget sementara setelah ditanya lebih lanjut, si anak ternyata nggak ngerti apa itu “video porno” dan dia hanya sering mendengar kata itu banyak disebut di berita TV akhir-akhir ini. Gubrax kan?? Si mama pikirannya udah shock kemana-mana tuh demi mendengar anaknya menyebut kata “Video Porno”.


“MAMA, SEX ITU APA SIH?”

Seorang teman pernah bercerita, saat itu anak cowoknya yang berumur 8 tahun sedang asyik membaca. Di ruangan yang sama, ada mama dan papa disitu. Tiba-tiba saja si anak bertanya.

“Sex itu apa sih?”

Mama dan papa kontan mematung, lalu saling pandang shock satu sama lain. Siap atau tidak, orangtua mana sih yang bisa selamat dari shock (walaupun sebentar) mendapat pertanyaan seperti itu dari anaknya yang masih 8 tahun? Dan didorong kepanikan yang sama, akhirnya tanpa bisa dicegah mereka menjawab bersamaan, tapi dengan jawaban yang sama sekali berbeda.

Mama : “Oh, itu artinya JENIS KELAMIN”

Papa : “Hus, itu kata-kata yang nggak baik nak!”

Selesai menjawab, kontan mama papa berpandangan lagi, tapi kali ini mama sudah melotot mendelik ke arah papa. Dan si anak garuk-garuk bingung. Mama pun buru-buru mengulangi jawabannya. “Itu kata dalam bahasa Inggris, artinya JENIS KELAMIN.” Si anak pun terlihat puas dengan jawaban itu, karena memang ternyata dia sedang membaca-baca form aplikasi sebuah brosur asuransi. Dan si papa harus menerima dengan lapang dada kesimpulan dari si anak “Oh iya sih, aku lupa, mama kan lebih jago bahasa Inggris daripada papa!” Hihihi.

Aku jadi teringat juga dengan cerita lain yang dituturkan seorang teman (Mbak Maya Wardhani) tentang keponakan cowoknya yang baru duduk di kelas 4 SD. Waktu itu sedang heboh berita kasus penolakan kedatangan artis Maria Ozawa alias Miyabi ke Indonesia.

Si mama sudah panik begitu pulang dari acara sekolah si anak lapor bahwa dia “melihat foto Miyabi”. Untunglah, mama sedikit lega ketika kemudian dia memastikan bahwa yang dilihat oleh anaknya adalah foto Miyabi di poster yang tertempel di dinding sebuah museum (yang artinya Miyabi sedang berbaju lengkap). Tetapi si mama terhempas kembali ketika si anak serius meneruskan rasa ingin tahunya.

“Miyabi itu siapa sih Ma? Mama kenal?”

“Miyabi itu bukan orang baik-baik, kamu gak perlu tahu tentang dia, karena gak ada yang bisa dicontoh darinya.” susah payah si mama ini akhirnya menjelaskan. Kita lihat apa kata si anak kemudian.

“Ohhh, pasti karena Miyabi sering nyontek ya ma, kalau ulangan. Makanya dia terkenal karena keburukannya. Aku nggak mau kayak dia, aku mau belajar aja biar pintar..”

“Iya... yaa... Iya, kamu belajar aja, jangan tiru Miyabi yang suka nyontek...” sahut si mama lemas dan langsung mengalihkan perhatian anaknya. “ Sana mandi dulu, abis itu kita makan malam yaaa...”

Habis perkara. Si anak kemudian berangkat mand dan si mama sibuk didapur menyiapkan makan malam sambil menjeduk-jedukkan kepalanya di panci dan sibuk mengunyah cabai merah keriting. Wkwkwk.

Oke. Pelajaran dan teori tentang pendidikan seks untuk anak-anak, udah lumayan banyaklah yang aku dapat selama ini. Katanya, satu kata kunci yang harus diperhatikan dalam pendidikan seks adalah UMUR anak-anak. Beda umur beda pula model dan metode pendidikannya.

Secara kognitif, mungkin anak-anak remaja sudah bisa diajak berdiskusi panjang lebar mengenai apapun itu, termasuk pendidikan seksual mereka. Rata-rata mereka juga sudah mendapat bekal dari sekolah tentang banyak hal seperti : alat reproduksi, reaksi kimia, dan lain-lain itu. Sekolah tertentu bahkan sudah menerapkan pendidikan karakter dan moral menyangkut bagaimana kita berhubungan dengan teman lawan jenis (misalkan menerapkan kelas terpisah antara siswa laki-laki dan perempuan di sekolah-sekolah berbasis Islam). Tetapi yang paling seru dan menegangkan memang kalau berurusan dengan anak-anak yang lebih muda umurnya. Let’s say 10 tahun kebawah. Asli mengejutkan dan bikin deg-degan!

Kenapa??

Karena jarak pengetahuan kognitif antara orangtua dan anaknya memang jauh. Pihak yang satu adalah anak-anak yang dunianya masih sederhana. Jumlah kata-kata yang dia mengerti saja masih sangat terbatas. Walaupun demikian, rasa ingin tahunya besar sekali, dan seringkali mereka sangat kritis dan bersemangat besar mengejar jawaban-jawaban yang diinginkannya. Apalagi kalau dia merasa belum puas dengan jawaban yang diberikan. Sedangkan di sisi lain, orangtua adalah pribadi dewasa yang tentu saja sudah belajar dan paham hal-hal seperti moral, soal mana sesuatu yang bersifat pribadi mana yang tidak, mana yang tabu dibicarakan mana yang tidak (menurut norma keluarga masing-masing tentu saja). Intinya, dunia orangtua adalah dunia yang sudah penuh dengan kerumitan.

Dan ketika anak-anak datang tiba-tiba dengan pertanyaan atau komentar seputar seks, mau tak mau orangtua hanya bisa melongo speechless kehabisan kata-kata. Seorang dosenku di Psikologi dulu mengatakan, bahkan dia yang sudah merasa sangat siap pun, pasti masih sempat mengalami fase “speechless” entah sedetik dua detik sebelum memberikan reaksi yang dirasa tepat. Itu tentu wajar, karena kita hidup dan dibesarkan di lingkungan yang sedikit banyak masih menganggap tabu urusan seks.



“AKU MAU SESENDOK SAJA MA, BUKAN SEBAKUL!”

Pengalaman dengan pendidikan seks untuk kedua anakku, Abe (8 tahun) dan Bea (6 tahun) sebenarnya cenderung lurus-lurus saja, tak banyak cerita heboh. Lima tahun pertama paling ya mengajak anak-anak memahami perbedaan laki-laki dan perempuan.

Ketika usia 4-5 tahun Abe pernah bertanya bagaimana proses dia lahir ke dunia ini. Aku santai saja menjelaskan bahwa dia lahir setelah dokter mengoperasi, mengiris dan membuka perut Ibuk, lalu menariknya keluar. Setelah itu dijahit kembali.

Waktu itu, jawaban itu memang masih cukup membuat Abe puas sambil kuperlihatkan saja bekas luka operasi diperut. “Waktu Bea lahir, bekas luka ini dibuka kembali untuk mengambil Bea.” Selebihnya, dia hanya tanya masalah “Apakah itu sakit” dan lain-lain.

Baru beberapa waktu kemudian ketika adik iparku melahirkan dengan cara normal (bukan caesar), dan Abe ngotot ingin melihat bekas luka (yang tentu tidak ada) di perut adik iparku, aku merasa jawaban yang dulu itu sudah tidak mencukupi lagi. Barulah aku menjelaskan tentang adanya “Lubang ajaib ciptaan Allah, yang tempatnya dekat dengan lubang pipis para perempuan, yang ketika wanita itu melahirkan maka Allah akan membuatnya melebar, cukup lebar sehingga bisa dilewati bayi di perut yang akan dilahirkannya dan lubang itu kemudian menutup kembali setelah adik bayi lahir.” (Note, kata-kata yang kugunakan memang persis seperti itu adanya, dan kuucapkan dengan intonasi yang biasa saja).

Aku ingat, kebetulan waktu itu Abe sedang belajar juga tentang kebesaran Allah dan ciptaanNya dan penjelasan pun dengan sukses kubelokkan tentang macam-macam kebesaran kebesaran Allah lainnya, seperti misalnya dia yang bisa sembuh dari pilek tanpa minum obat (aku memang sangat jarang memberikan obat2an kepada anak-anak kecuali memang sangat diperlukan). “Iya, itu karena memang Allah yang memberikan kesembuhan kepada kita.”

Berikan penjelasan secukupnya sesuai dengan yang mereka tanyakan. Dan tak perlu menjawab berlebihan (baik kata-kata maupun sikap). Selalu tips itu yang kuingat dari artikel-atikel yang kubaca.

Dan memang kalau dipikir-pikir, anak-anak kan memang masih sederhana ya dunianya? Jadi seiring waktu, aku hanya belajar dan berlatih untuk tidak over-reactive. Untuk memastikan apa sebenarnya yang ditanyakan oleh mereka (karena persepsi mereka bisa sangat beda dengan yang kita kira), kemudian memberikan jawaban sesederhana mungkin. Titik.

Memasuki kelas 3 SD setahun terakhir ini, keadaan menjadi jauh lebih rumit untuk Abe. Pulang sekolah, dia sudah mulai membawa oleh-oleh berupa segala macam teka-teki, ungkapan dan sajak-sajak yang agak berbau “pornografi” dari teman-teman sekolahnya. Pendidikan seks untuk Abe memasuki tahap baru, dimana informasi yang dia dapat bukan hanya berasal dari rumah dan orangtua. Tetapi juga dari pergaulan dengann teman-teman sebaya yang tentu saja bermacam-macam modelnya. Aku makin waspada, tentu. Tapi masih dengan usaha untuk tetap tidak over-reacting tentu saja.

Dirumah ini, penjelasan soal seks kebetulan kami sampaikan dengan intonasi yang sama biasanya dengan penjelasan hal-hal umum yang lain. Sebisa mungkin kami usahakan tak ada seruan “iiihhh!!” ataupun “husss!!” ataupun “masyaAllah!!!” ataupun “astaghfirullah!!” yang berlebihan.

Betapa leganya aku ketika suatu kali Abe datang dengan cerita ini.

Abe : “Heran, si A tadi itu (*menyebutkan nama temannya*) kok cekikikan ya Buk waktu pelajaran tentang tubuh manusia?? Trus gambar di buku paketnya dicoret-coret!”

Ibuk : “Lah, Abe kan juga suka gitu? Coret-coretin gambar di buku paket kan??” gambar2 manusia di buku paket Abe memang penuh ‘gambar tambahan’, dari kacamata, topi, roket, robot, pesawat, banyak!

Abe : “Lha tapi lho Buk, sama si A masak di tititnya dikasih gambar rambut-rambut gitu?? Pake spidol lagi! Titit kan aurat?!?!?”

Ibuk : *speechless sambil diam2 bersyukur bahwa Abe menganggap itu bukan sesuatu yang lucu*




“AKU TAK MUNGKIN TINGGAL DI CANGKANG YANG TERTUTUP MA!!”

Suatu kali, Abe bercerita bahwa seorang temannya mengajarkan pantun yang (setelah kudengar) agak-agak nyerempet. Bahasa Jawa, mulanya dia anggap itu lucu karena bunyinya yang berirama, dan didalamnya mulai terkandung kata-kata yang porno seperti penyebutan bagian-bagian tubuh wanita tertentu secara vulgar. (Eeerrgghhhhh it makes me angry betapa hal-hal macam ini tak bisa kita cegah untuk terjadi). Akhirnya aku jelaskan saja satu per satu apa arti kata-kata itu (yang ternyata sebagian besar Abe nggak ngerti apa artinya loh!) dan bahwa itu adalah aurat perempuan yang harus ditutupi, dan tidak sopan untuk dipakai becandaan seperti itu. Ternyata penjelasan itu pun cukup untuk Abe, dan dia pun segera melupakan pantun yang dimaksud.

Seiring mereka tumbuh, mereka memang sudah tidak sesederhana dulu lagi ya. Lingkup pergaulan anak-anak akan makin luas, sehingga informasi yang mereka terima pun makin banyak dan bermacam-macam. Apalagi dengan terjangan teknologi informasi jaman sekarang ini, rasanya mustahil kalau kita berharap bisa melindungi anak-anak dengan cara “MENCEGAH informasi tetentu sampai kepada anak kita”. Harapan ini menurutku terlalu naif karena prakteknya, di negara kita tercinta ini informasi apapun itu, sangat mudahnya diakses dari mana saja di sekitar kita. Tidak menonton TV tapi mungkin mereka akan tahu dari internet. Tak ada akses internet mungkin mereka akan dengar dari radio atau baca di koran. Tak baca koran, tapi lihat saja baliho dan billboard iklan-iklan di jalanan yang terkadang juga mengandung unsur pornografi. Didepan mata dan ditengah jalanan yang biasa kita lewati! Bayangkan! Belum lagi dari bisik-bisik dan obrolan diantara teman sebaya. Duh...

Mungkin akan lebih realistis untuk sedini mungkin mengajak anak-anak kita berlatih MENYARING informasi, sambil sekuat mungkin membentuk KARAKTER mereka sehingga anak-anak akan bisa bertahan menghadapi informasi-informasi yang seringkali sudah tidak pandang moral dan kesopanan ini.

Seminggu terakhir ini, sejak berita video ArieLuna tersebar, aku sebenarnya harap-harap cemas. Setengah bertanya akankah Abe akan bertanya tentang berita itu. Aku memutuskan untuk diam saja dan tidak proaktif tanya duluan karena takutnya Abe yang sebelumnya nggak tahu malah jadi tahu gara-gara aku bertanya. InsyaAllah aku tahu Abe, kalau dia tahu maka dia akan menanyakan ke aku.
Dan tadi siang, sepulang sekolah, (ditengah-tengah minggu UAS lagi!) meluncurlah pertanyaan itu...


“Buk, Ariel Peterpan katanya ditangkap polisi ya Buk?”

Ibuk yang sedang menyiapkan makan siang sempat berhenti mengaduk saus spaghettinya. “Iya, kata berita sih gitu... Abe tahu darimana?”

“Kemarin ada temen yang bilang di sekolah. Trus ini tadi lihat yahoo kok ada judul beritanya, Abe jadi inget deh.”

Temen di sekolah?? Ibuk aduk lagi saus di panci, kali ini agak terlalu kencang ngaduknya. Ya Allah!! Anak kelas 3 SD jaman sekarang, kok yaaaa sudah ada yang bergosip artis sihhh??

“Emang kenapa sih dia ditangkap polisi Buk?”
Ingat Ibuk, jawab secukupnya, berikan dia sesendok demi sesendok, jangan sebakul yaaa.... (*Ibuk wanti2 ke dirinya sendiri*)

“Orang kalo sampai ditangkap polisi ya berarti dia diduga melakukan sesuatu yang melanggar hukum, Be...”

“Trus Ariel diduganya ngapain??”....oh, dia minta sesendok lagi...didukung dengan tatapan mata yang menuntut menanti jawaban lagi...

“Polisi menduga dia membikin video yang melanggar peraturan gitu!”

Kulirik wajahnya dengan ekor mata (sambil terus mengaduk saus di panci)....

“Ohhh.... Videooooo toh....” katanya lalu ngeloyor teriak-teriak panggil Bea untuk diajak maen badminton.

Pfuihh....leganya! Untungnyaaaa temannya Abe cuma menyebut “Ariel Peterpan” dan “Polisi” yah?? (kalo kata mb IYa, dasar orang Jawa, masih ajaaaaaa bilang untungnyaaaaa hihihihi) :-D


==============

Selasa, 18 Mei 2010

Siapakah Sebenarnya "Orang Gila" Itu?

:::::.....

Beberapa hari yang lalu, kita rame komen-komen ngobrolin soal 'the legendary' Maryam Blok M di note nya mb Rina Wieda yang ini

Pagi ini, ketika membaca note nya Ustdzh. Ani Christina, aku mendapat perspektif baru, soal siapakah sebenarnya "orang gila" itu ? Juga tentang kekuatan cinta. Bu Ani, terimakasih atas tulisan cerita yang menginspirasi ini. Postingan aslinya bisa dilihat disini .


:::::.....

Dahsyatnya CINTA (1)
Oleh : Ani Christina


Aku punya tanggungan untuk menuliskan Cinta yang Mengantarkan pada cinta-NYA (2) sebagai kelanjutan dari yang pertama

TAPI...siang ini tadi, ada sebuah diskusi kecil yang mendorongku untuk menulis ini lebih dahulu...

Ceritanya, Ustadz Abdul Kadir Baraja ingin bertemu denganku (ting..ting...orang penting ini, agenda2 nggak penting ditunda dulu). Kali pertama sebelumnya, beliau datang untuk mengatrakan seseorang untuk konsultasi. Yang ini, apa lagi ya? Begini lanjutannya...
=================================================

Abdul Kadir Baraja told :
Ustadzah sekali-kali harus ikut saya ke Malang (lha ayuk..itu kota kelahiran saya), di sebuah desa terpencil, di daerah Tumpang ada sebuah tempat yang perlu kita kunjungi (ahh, makin penasaran, masak aku nggak tahu tempat unik di malang...lha iyalah, udah 10 tahun nggak di sana tiap hr)

Di sana, ada seorang ustad, mantan dosen Akuntansi Unmer, bersama istrinya merawat orang-orang gila. Mereka sudah melakukan itu selama 10 tahun (nah..pas..aku nggak tahu, pas ada, pas aku keluar dari Malang). Mereka merawat orang-orang gila ini nggak pake' obat penenang SAMA SEKALI, cuma pake' QUR'AN dan HADITS. Dan alumninya tempat ini-orang-orang gila yang akhirnya sembuh dan bisa kembali ke masyarakat- jumlahnya sudah ratusan. Kamu tahu apa KENDARAAN orang ini, cuma satu : CINTA..iya...CINTA. Dia merawat orang-orang gila itu dengan penuh cinta, ada yang merusak dimaafkan, nggak ada keerasan, ada yang badannya kumal, nggak ngerti mandi, ya dimandikan sama ustadz ini, ada yang buang hajat dimana-mana ya dia bersihkan, subhanallah..sampe yang nggak ngerti cebok, dia cebokin...dia rawat orang-orang gila itu seperti anaknya, yg kadang-kadang oleh keluarga mereka sendiri sudah tidak dipedulikan, malah lebih senang kalo mati. Tapi sama ustadz ini dirawat betul, diajari menata dirinya sendiri, tiap hari dibacakan Qur'an dan Hadits.Saya melihat sendiri, gimana anehnya orang gila ini. Ada yang ketawa sendiri, ada yang pandangan kosong, ada yang banyak omong, ada yang suka ngamuk2. Dan ustadz ini kok begitu sabar, telaten mendidik mereka satu per satu.

Kata ustadz ini : mereka bukan orang GILA, tapi mereka adalah orang yang sedang kena COBAAN. Orang GILA itu adalah orang WARAS yang berbuat MAKSIAT..baru itu bener2 gila...

Ustadzah harus renungkan ini. Ini adalah sumbangan besar untuk disiplin ilmu Anda. bahwa yang namanya terapi itu sebetulnya nggak perlu pake' obat-obatan , tapi bisa cukup dengan QUR'AN dan HADITS yang disampaikan dengan CINTA. Ini benar-benar tentang Dahsyatnya CINTA. Ustadz ini betul-betul bisa menunjukkan CINTA kepada sesama, pengabdian yang begitu dalam. Bagaimana tidak? karirnya sebagai dosen, dia tinggalkan untuk merawat orang-orang ini, dia hidup sederhana, dan tetap bisa menghidupi istri dan satu anaknya yang masih kecil, padahal umurnya masih muda..belum 40 tahun, tapi kebijaksanaan hidupnya luar biasa...
===========================================

Okey...aku belum berikan catatanku sendiri tentang ini, yang di atas truly told by Ustdz Kadir

Adakah Anda dapat merenungi sesuatu dari cerita di atas?



:::::.....


Subhanallah... Aku asli pengen ketemu dengan orang tersebut. Mudah2an Bu Ani segera mendapatkan info alamat tempat orang tersebut tinggal.... Aku pingin sekali kesana, karena jelas-jelas dia adalah gudang ilmu buat kita semua...

(NOTE : Ustd. Abdul Kadir Baraja adalah Ketua Yayasan Lembaga Pendidikan Islam Al-Hikmah Surabaya)

Rabu, 28 April 2010

Mesin Cuci Cap Ulang Tahun

Mumpung masih emosi, aku tulis aja NOTE nya sekarang *hahahahah*

Secara aku ultah gitu ya, kalo inget wajah-wajah yang dulu pernah kuusilin, masuk akal dong kalo beberapa hari sebelum hari H aku udah meningkatkan kewaspadaan?? Kemarin sempat pasang status di facebook :

Sungguh aku tak mau GR, tapi mengingat semua wajah yang pernah kuusilin dimasa lalu itu, aku memang sudah sepantasnya SIAGA 1 menjelang hari besok itu. WASPADALAH! WASPADALAH! **Wawa MODE: ON**

Dan yang paling menyebalkan, semua orang nuduh aku GR!!!

Nah... Hari ini hari H....

Pagi-pagi tadi waktu morning routine berdua Mas Iwan, aku sempet cerita soal sms Mb Shiel yang tumben-tumbennya ngajak lunch, minta ditraktir lagi!! Padahal setiap dia ngajak makan, itu berarti ya dia yang traktir, kok ini aneh pake minta traktir segala?? Curiga dong....??

Lunch-nya baru nanti siang, jadi sekarangpun aku blum tau kelanjutan acara lunch itu nanti gimana wkwkwk

Habis akuk cerita soal sms mb Shiel, eh tiba-tiba ucluk-ucluk meluncurlah pengakuan dari MI. “Sebenarnya mb Levie tadi mau kasih surprise, dateng kesini dari Jakarta”

Hah??? Tuh kan???? *makin gak terima dibilang GR* Trus?? “Tapi gak jadi karena mendadak ada tugas kantor yang nggak bisa ditinggal.” Lanjut Mas Iwan.

Campur aduk deh aku. Antara mewek terharu dengan perhatian dan surprise mb Levie, juga seperempat nyukurin dia yang akhirnya batal surprisin aku *hihihihi* haduuhhhh suasana hatiku udah makin nggak enak aja, musti siap-siap kayaknya seharian ini bakalan dudul.

“Makane thooo, dadi uwong ojo usil-usil! (Makanya, jadi orang tuh jangan usil-usil!)” kata MI sambil uyek2 kepalaku yang udah mulai panas oleh curiga.

Jujur, aku juga nggak bisa nggak curiga sama dia. Terbukti sudah beberapa kali dia bikin surprise buat aku, bersekongkol dengan teman-temanku (lirik mb Maya, mb IYa, mb Levie, Wawa, Kak Mia, Titin, eh kok banyak ya?? uurrghhH!!). Apalagi pagi ini Mas Iwan terlihat sedikit terlalu maksa untuk antar anak-anak sekolah.

Rumah pun sepi setelah anak-anak berangkat...

Beberapa teman telpon, ucapin selamat ultah, doa ini itu (subhanallah, aminn atas semua doa yang indah itu), kemudian datanglah panggilan telepon itu...

Ngaku dari HE, toko elektronik langgananku. Nanyain soal mesin cuci yang kubeli sebulanan yang lalu. Soal kekurangan pembayaran.

Nah, waktu itu memang sempat ada kesalahpahaman antara aku dan pihak HE.Aku membeli mesin cuci merk dan type tertentu, tetapi rupanya pihak HE mengirimkan type yang salah, yang sebenarnya lebih mahal harganya. Hal ini baru mereka ketahui dua minggu kemudiannya ketika stock opname, dan setelah dua minggu itu mereka meminta aku memilih: mengembalikan mesin cucinya untuk ditukar dengan type yang kupesan (lebih murah), atau membayar kekurangan harga type itu (yang 400ribuan lebih mahal).

Suatu malam tim pengiriman mereka mengetuk rumahku. Sambil membawa mesin cuci baru type yang lebih murah, mereka berniat MENUKARnya dengan mesin cuci yang dirumahku. Sempat terjadi sedikit otot2an waktu itu (padahal aku orang yang paling deg2an lemes kalo diajak otot2an), karena ternyata setelah dua minggu itu terjadi penurunan harga. Ketika aku beli, type yang kuambil berharga Rp. 4.050.000 sedangkan type yang ternyata (salah) mereka kirim berharga Rp. 4.450.000. Nah dua minggu kemudian ketika kesalahan itu terdeteksi, harga sudah turun. Type yang kuminta berharga Rp. 3.500.00 dan type yang mereka kirim (yang sekarang ada dirumahku) berharga Rp. 3.800.000.

Dudul kan??
Waktu aku beli, aku sudah membayar senilai Rp. 4.050.000, tetapi dua minggu kemudian kalau mau mempertahankan mesin cuci yang ada dirumahku aku harus menambah Rp. 400ribu lagi untuk sebuah mesin cuci yang SAAT ITU hanya berharga Rp. 3.800.000????

Aku tentu menolak dan membuat tim pengiriman itu puyeng juga (walopun dia manggut2 mengerti melihat alasan dan posisiku). Untunglah masalah kemudian terselesaikan ketika manager (atau supervisor *lupa*) mereka menelepon.

Aku bilang aja “Ya kalo Bapak mau mengambil lagi mesin cuci dirumah saya, ya silahkan saja, cuman itu sudah dua minggu dipakai, sudah jadi barang bekas. Bapak mau?”

“Hah? Mesin cucinya sudah dipakai Bu??” katanya dari telepon seberang, terdengar kaget.

“Ya iyalah Pak!! Begitu datang ya sudah langsung dipakai wong saya beli itu karena punya saya yang lama emang udah rusak!” Gimana sih??

Fakta bahwa barang yang diinginkannya kembali sudah berubah menjadi barang bekas, akhirnya membuat si manager itu memutuskan untuk menyelesaikan masalah mereka secara intern saja, tidak melibatkan aku sebagai customer. Keputusan yang bagus!

Kembali ke panggilan telepon di hari ulangtahunku... Si penelepon mengaku sebagai manager baru, yang baru beebrapa hari bekerja, dan memutuskan untuk MEMBUKA kembali kasus salah kirim itu. Dia terang-terangan langsung memintaku untuk datang ke kantor HE dan melunasi KEKURANGAN PEMBAYARAN mesin cuci punyaku!

Yang membuatku tertarik pertama kali adalah suara peneleponnya. Sangat tertarik, seperti suara yang kudengar tiap pagi. Lalu kuintip lagi nomornya di id caller, 829xxxx. Nomor landline, bukan handphone. Aku apal banget tiga nomor awal itu, tiga nomor yang menggambarkan daerah darimana panggilan telepon dibuat. Aku apal karena nomor rumah mertuaku juga sama. Nomor kantor Mas Iwan juga sama. Nomor sekolah anak-anak juga sama, semua berawalan itu dan semua berada di kawasan yang berdekatan. Ini membuatku makin yakin dengan suara penelepon, karena nomor-nomor di Graha Pena pasti juga berawalan itu (karena tempatnya berdekatan dengan rumah mertuaku dan kantor suamiku dan sekolah anak-anakku kann???).

Belum semenit eyel2an dengan si penelepon, 90% aku yakin bahwa aku dikerjain Gokil HardRock FM yang kantornya ada di Graha Pena! Dan itu suara si Ivan penyiar! Gimana aku nggak apal wong tiap pagi aku denger??

Kuladeninlah dia *hahahaha* sambil membayangkan adegan aku cubit2 dan gablok2 Mas Iwan. Si Ivan rupanya tau aku sudah curiga, apalagi waktu dia tanya alamat lengkapku (mau ambil mesin cuci katanya, dan menagih udang sewa pakai mesin cucinya Rp.25.000/hari), dan aku malah nyolot “Alamat saya kan sudah ada disitu, ngapain Bapak pake nanya???”

“Alamat lengkap maksudnya.”

“Itu sudah lengkappppp!!!” teriakku.

Hahahahaha. Yang tadinya 90% yakin kalo aku dikerjain, langsung bulat jadi 100% kalo ini memang telepon usil! Apalagi nada suara penelepon tiba-tiba berubah, dan dia nggak panggil aku “Ibu” lagi.

“Eh kalo gitu kita ketemuan di mall aja yuukk?? Atau nanti saya kerumah kamu untuk ambil mesin cucinya??”

“Datang ajaaaaa!! Tapi aku nggak jamin bakalan bukain pintu yaa??!!”

“Gak papa, nanti saya buka baju kamu saja disitu”

Huwauhwuahuwhauhwuahauhuaw
DuduL!!!

Setelah terjadi baku hantam dan telepon ditutup. Aku langsung telepon Mas Iwan. Langsung ngomel-ngomel sedangkan Mas Iwan Cuma bales “I love You...muach... I Love You.. “

Kata-kata MI selanjutnya lah yang bikin aku mendadak berhenti ngomel dan langsung pengen PUP.

“Telepon Mbak Maya sana gih, dia juga berhak atas omelanmu itu”

*****S P E E C H L E S S**********




***
Ternyata, saat itu semua teman yang berhasil dihubungi Mb Maya, mendengarkan LIVE dari radio. &#$(@&*#()!*@!(*_(@#*@#. Yang didalam dan diluar negeri semua ikut mendengarkan LIVE.

DuduL ya!! Kata Mb Maya, Bunda Agustin yang dirumah (ternyata) gak punya radio, bela-belain nyalain mobil di garasi Cuma untuk dengerin radionya. Hahahahahah. Kezia dan Mb Mita yang di benua barat bahkan mendengarkan lewat streaming online juga loh! Astaganaga, jam berapa itu disana?? kalian pasti melekan sampe dini hari ya!!!

*takjub*

*gemess*

*terharu*

*sayang sama semua*

*pengen peluk semua*

*terakhir, mewek deehhh*

T_T


Oya, dan yang paaaling penting, AKU NGGAK GR!!!!

*gengsi bener dibilang GR*

:-P


:::::.....
Rekaman Gokil nya masih ada di MI, yang pingin mendengarkan ntar ya insyaAllah di upload ;-)
:::::.....

Senin, 12 April 2010

Ohh Listen To The Radio


Setiap berkendara sendirian, selain suara murattal dari pemutar CD, teman yang kerap menemani tentu saja radio. Frekuensi berapanya tergantung mood saat itu tentu saja. 

Entah kenapa, aku lebih menikmati radio daripada misalnya CD lagu koleksi sendiri. Mungkin karena kalau mendengarkan koleksi CD sendiri, list lagunya sudah bisa ditebak, sedangkan mendengarkan radio menyimpan potensi “kejutan” yang tersendiri. Kita akan merasa surprised ketika tiba-tiba terlantun lagu favorit lama yang populer waktu kita masih ABG dulu. Atau mungkin karena dari radio kita tidak hanya mendapatkan hiburan (musik), tetapi juga informasi yang seringkali menarik dan up to date.

Tergantung mood saat itu, tapi toh ada beberapa saluran radio yang paling sering kupasang di mobil. Itupun kalau aku sedang menyetir sendirian, dimana hakku untuk memilih apa yang diputar di mobil sepenuhnya ada padaku. Kalau ada suami dan (terutama) anak-anak, rasanya tak ada pilihan lain yang lebih kuinginkan selain melihat mereka gembira bisa mendengar apa yang mereka mau.

Kalau pas suami yang berada di belakang kemudi, radio favoritnya dia adalah saluran PAS (FM 104,3). Radio bisnis, tentu saja. Dan walaupun aku selalu memproklamirkan diri sama sekali bukan orang bisnis, tapi tak urung terkadang aku menemukan banyak hal menarik dari radio ini. Kadang cerita falsafah-falsafah dan tips bisnis yang disampaikan Tanadi Santoso, atau Tung Desem Waringin, atau James Gwee sangat bersifat universal. Pada beberapa cerita yang melibatkan karakter binatang sebagai analogi, Abe dan Bea bahkan menyukainya. Kalau anak-anak sudah menemukan cerita bisnis fabel begini, pasti dudul jadinya karena mereka inginnya cerita itu diulang lagi “Aku mau denger lagi!!” Lah, mana bisa, ini kan radio???

Kala sendirian, aku paling suka dengerin Metro Female  (FM 88.5). Pertamanya dulu suka karena saluran ini hampir 80 % berisi lagu, enak-enak pula. Diputarnya berbarengan di jam-jam aku menyetir sendirian pula. Pulang ngedrop sekolah anak-anak atau ketika berangkat menjemput. Tetapi kemudian aku makin suka karena info-info yang disajikan di saluran itu. Menurutku secara umum Metro Female adalah saluran khusus wanita yang paling bisa kunikmati. Nggak terlalu nyablak, nggak terlalu criwis, nggak terlalu ‘gaul’ dan juga nggak terlalu kemayu.  Daripada membahas mode dan pernik penampilan, mereka cenderung mengedepankan info yang lebih dalem, misal soal kesehatan, riset-riset terbaru dan lain-lain.
Seperti kemarin, aku sempat mendengar info tentang sebuah hasil riset di Kelley University di Indiana. Riset itu melibatkan dua kelompok partisipan yang diminta untuk memasukkan tangan mereka kedalam bak berisi air dengan suhu biasa, kemudian secara tiba-tiba memindahkan tangannya kedalam bak berisi air panas. Kelompok yang satu diminta untuk diam saja tanpa mengeluarkan satu patah kata pun sebagai reaksinya, sedangkan kelompok yang kedua diijinkan untuk MENGUMPAT. Ternyata hasil risetnya mengungkap bahwa kelompok yang diijinkan mengumpat ternyata bisa lebih lama bertahan di bak air panas itu daripada kelompok yang diam. Akupun jadi bertanya-tanya, adalah reaksi lain yang lebih efektif daripada mengumpat???

Kalau suasana hati sedang kurang ceria, aku tinggal switch  saja saluran radio ke HardRock Surabaya (FM 89,7). Sudah pada tahu dong dimana-mana radio HardRock itu seperti apa? Ancuuurrr!! Semua penyiarnya rata-rata juga ancuuurr!! Makanya kalau pas rada gloomy dan garing kurang bersemangat, aku selalu pantengin saluran ini. Apalagi pagi-pagi selalu ada penyiar Meiti disitu. Aku suka banget si Mei ini hahaha. Dia bukan hanya lucu dan gokil tapi juga kreatifnya nggak ketulungan. Suka menceploskan ide yang asli out-of the box banget. Bikin aku njeplak nggak keruan dengernya.

Seperti kemarin, ini Cuma satu contoh keciiilllll saja (satu saja) dari kegokilannya, dia pas on-air bareng penyiar cowo (lupa deh namanya, entah Ivan entah siapa ya). Trus mereka lagi seru ngomongin soal pernik-pernik pesta pernikahan. Salah satu yang menjadi omongan adalah make-up pengantinnya (khususnya pengantin wanita). Kata orang, perias yang bagus adalah perias yang bisa dandanin pengantin wanitanya sampe ”manglingi”....alias bikin pangling. Semakin tamu-tamu pangling lihat si penganten wanita, maka boleh dibilang perias itu makin ahli dan “sangar’ dalam mengerjakan tugasnya.

Nah si Meiti bilang, kalo begitu aja sih gampang.... Bahkan dia bilang kalo nanti dia menikah, nggak perlu itu sewa perias mahal-mahal paku juta-juta bahkan puluhan juta, apalagi pake puasa mutih 40 hari 40 malam segala. Kalo mau bikin pangling tamu-tamu sih gampang urusannya. Dia bakalan bisa tuh bikin dirinya sendiri manglingi di hari pernikahannya nanti. Caranya???

“Gampang!! Aku tinggal pasang kumis dan jenggot palsu di wajahku aja! Dijamin semua orang (bahkan suamiku) akan pangling lihat aku!!”




Minggu, 04 April 2010

[Cerita DuduL] Bicara Resiko Bisnis, MELIHAT Memang Beda Dengan MERASAKAN

Gara-gara komen di salah satu status teman, aku jadi teringat cerita ini...

Suatu kali, beberapa tahun yang lalu kami sedang menginap akhir minggu di Danau Sarangan. Menginapnya rame-rame bersama keluarga besar juga.  Nah ketika malam tiba, biasanya kan banyak yang nyamperin ke villa tuh, entah sekedar nawarin jualan sate kelinci, wedang ronde.....atau jasa pijit!

Selama ini, kalo sate kelinci dan wedang ronde kan selalu disambut antusias tuh sama semua orang, nah kalau jasa pijit beda, kebetulan kita belum pernah sekalipun nyoba pijit kalo menginap di Sarangan.  By the way, kita disini maksudnya ya Mas Iwan, karena kalau aku kebetulan nggak suka pijit, mungkin karena dirumah sudah jadi tukang pijit buat suami dan anak-anak kali ya hehehe.

Selain liburan bersama keluarga besar, weekend itu juga dimanfaatkan Kakung (bapakku) untuk meeting dengan beberapa kepala cabang yang juga datang dengan keluarga mereka. Malam itu meeting baru saja selesai,  suasana pun hangat dan bersemangat, pokoknya penuh dengan falsafah bidang usaha. Kerja keras, pantang menyerah, strategi bisnis dan sebagainya itulah. Mungkin karena ini juga akhirnya banyak orang yang ikut terpengaruh.

Ada seorang kakek tukang pijit yang dari sore sudah nyanggong disitu. Tidak juga menyerah menawarkan jasa pijit kepada siapa saja yang kebetulan lewat didepannya. Tetap duduk dengan santun dipinggir teras, diluar ruangan utama yang dipakai meeting. Mungkin dia ikut mendengarkan isi meeting, atau mungkin dia malah terinspirasi oleh meeting itu. Buktinya, dari sore sebelum maghrib, sampai saat meeting selesai dia masih betah loh tetap duduk disitu! Padahal waktu itu jarum jam sudah nyaris menunjukkan angka 10 malam!

Dan Mas Iwan rupanya sudah lama memperhatikan si kakek. “Hebat loh si kakek, pantang menyerah bener...mental usahawan sejati tuh...” komentarnya. Berpikir sebentar, kemudian dia memutuskan untuk melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukannya ditempat itu sebelumnya. Si kakek boleh saja terinspirasi oleh meeting business yang tadi kebetulan dia dengar di ruang rapat, tapi rupanya Mas Iwan juga sangat terinspirasi dengan kegigihan si kakek.

“Aku mau minta pijit dia aja ah!”

Mas Iwan memang suka dipijit, jadi aku pun nggak berasa gimana-gimana dengan keputusannya itu. Diapun beranjak menghampiri si kakek yang tentu saja langsung berwajah ceria seketika. MI kemudian mengajak kakek masuk ke salah satu kamar yang paling pojok dan paling belakang dari villa. “Biar tenang dan nggak keganggu anak-anak yang pada nganciil itu” kata Mas Iwan sambil ‘cuma’ berpesan supaya aku bikinkan teh panas buat dia dan si kakek.

Waktu beberapa puluh menit kemudian aku mengantarkan 2 gelas teh panas ke kamar itu, MI sedang tidur tengkurap, dan kliatan rileks banget. Matanya sudah sayu pertanda dia bisa sewaktu-waktu ketiduran. Wah, rupanya oke juga nih si kakek, buktinya MI sampai terkantuk-kantuk begitu.

Sejam berlalu, lalu MI pun keluar kamar dan menghampiri kita yang sedang ramai mengobrol di ruang utama. Wajahnya cerah sekaligus rileks. Sambil merentangkan tangan, dia mulai melakukan strategi mouth-to-mouth untuk mendukung bisnis si kakek.

“Uenakkk lohh pijitannya!!! Aku sampai ketiduran nggak keruan tadi. Ada yang mau dipijit lagi?? Mumpung mbahnya masih disini?? Mas?”

Melihat MI begitu puasnya dipijit (sungguh iklan yang menggoda), salah seorang kepala cabangnya Kakung, sebut sama Mas R, rupanya tertarik untuk mencoba produk yang ditawarkan. “Bener enak mas? Kalo gitu aku coba ah!”  dan Mas R pun ngeloyor masuk ke kamar yang didalamnya masih terdapat si kakek, yang pasti berwajah ceria lagi karena sambil menunggu customernya tadi  ambil uang untuk membayar, eh ternyata ada customer baru lagi yang datang.  “Business is gooooddd...” begitu mungkin pikirnya, mirip salah satu dialog di serial Godfather, wkwkwkwk.

Adegan berikutnya, kutulis berdasarkan cerita dari Mas Iwan.

Jadi setelah ambil uang di kamar kami, MI balik ke kamar pijit untuk memberikan uangnya kepada si kakek. Apa yang ditemuinya ketika dia sampai di kamar itu, kemudian disadarinya tak lebih adalah sebuah resiko dari sebuah keputusan bisnis yang tadi diambilnya. Ya, seperti sudah disadarinya bertahun-tahun, semua keputusan bisnis pasti mengandung resikonya sendiri-sendiri.  Dan dalam analisa memperhitungkan resiko (sebelum mengambil sebuah keputusan), selalunya seorang businessman harus bisa mengandalkan ‘feeling’nya.  Itu, Mas Iwan juga pasti sudah lama paham.

Masalahnya, sometimes ‘to feel’ is something way different than ‘to see’ ....

Mas Iwan, ketika balik ke kamar pijit itu, jelas-jelas melihat Mas R sedang asyik dipijit dengan posisi tidur telungkup, punggung terbuka tak berbaju, wajahnya rileks dengan mata merem, persis seperti yang dilakukan Mas Iwan sebelumnya ketika dia sedang dipijit. Yang tadi pasti luput dari pandangan MI, adalah apa yang dilakukan si kakek tukang pijitnya....

Sebentar-sebentar, sekitar 10 detik sekali, sambil terus memijit punggung Mas R, si kakek terlihat mengarahkan telapak tangannya ke arah mulutnya sendiri. Rahangnya terlihat bergerak-gerak, macam gerakan mengunyah tapi juga mengumpulkan sesuatu. Suatu cairan lebih tepatnya, mungkin cairan ajaib  yang kemudian dia tumpahkan dengan lembut dan tanpa suara ke telapak tangannya. Yup, langsung, fresh from the mouth.  Cairan yang (kalau melihat ekspresi Mas Iwan sihhhh) tadinya pasti (pasti!) dikira semacam minyak urut oleh MI.

*berdoa sungguh-sungguh semoga para pembaca tidak ada yang sedang atau mau akan makan ketika membaca tulisan ini*

Oya, soal ekspresi Mas Iwan itu, terus terang aku juga kehabisan kata-kata untuk menggambarkannya. Yang jelas aku hanya merasa kasihan pada Mas R, itu saja... :-D



Kamis, 01 April 2010

Tempat-Tempat Mustajabah [Part 2]

Sambungan dari Tempat-Tempat Mustajabah [Part 1]

***

Seperti sudah kutulis di Bagian 1 sebelumnya, sebelum mengunjungi tempat-tempat mustajabah untuk berdoa yang selalu bersesakan itu, Mas Iwan selalu membekaliku dengan berbagai strategi. Apalagi kalau aku harus maju sendirian. Ada beberapa tempat yang memang dipisah antara laki-laki dan perempuan, seperti di roudhah contohnya, atau kalau kita ingin mencium hajar aswad, maka khusus untuk para wanita disediakan jalan tersendiri (merapat dari arah pintu Ka’bah) supaya tidak berdesakan bercampur dengan para jamaah lelaki. Selain itu sebelumnya diperlukan juga persiapan fisik, makan yang cukup, minum yang cukup dan tekad serta semangat yang cukup. Cukup besar maksudnya *nyengir tapi serius*.

Jadi inilah kisahku setiap kali. Berangkat dengan rencana yang sudah strategis, berbekal hati dan mulut yang penuh dengan dzikir dan shalawat. Mari kita ambil contoh saja pengalaman ketika umrah terakhir kemarin, waktu aku berniat merapat ke dinding Ka’bah. Mencium hajar aswad, berdoa di multazam pas dibawah pintu Ka’bah, dan kalau memungkinkan nanti shalat di setengah lingkaran Hijir Ismail. Sebelum merapat kukirim shalawat untuk Rasulullah, Al-Fatihah untuk Ibrahim as, Ismail as, tak lupa ibunda Siti Hajar.

Radius kira-kira 5 meter dari Ka’bah, akhirnya aku bisa terbebas dari arus orang-orang yang berthawaf. Tetapi didepan situ, jelas-jelas lebih padat arusnya, tepat didepan mataku sedang riuh berdesakan orang-orang yang merangsek ke dinding Ka’bah. Dan jauh lebih padat lagi yang berdesakan didepan Hajar Aswad.

Dari sini sudah bisa terdengar suara-suara mereka. Sebagian besar adalah suara dzikir, karena nama Allah tersebut dimana-mana. Tapi jangan dikira cuma itu. Banyak juga suara teriakan protes, karena melihat ada orang lain yang sangat ambisius mendekatkan tubuhnya ke Hajar Aswad, sampai harus mendorong-dorong jamaah lainnya. Terkadang orang yang diteriaki membalas dengan teriakan yang tidak kalah garangnya. Saling teriaklah kemudian, dengan tangan mengacung-acung keatas pertanda emosi sudah terlibat. Dengan bahasa yang tak kumengerti (tebakanku sih bahasa Arab) tapi dari bahasa tubuh dan ekspresi wajah mereka jelas sekali terpampang ambisi itu. Dua atau tiga kulihat wajah-wajah mungil ras Melayu, cenderung pasrah ketika mereka terdesak tubuh-tubuh yag lebih besar.

Kepalaku masih mencoba mengulang-ulang terus strategi yang dibekalkan Mas Iwan padaku tadi. “Kamu pegangan pada kiswah yang digulung memanjang dibawah pintu Ka’bah itu ya Nduk, trus merambat dari situ kearah hajar Aswad. Kamu akan berada tepat dibawah petugas yang berdiri diatas itu, jadi kamu bakal aman.” Oke. Akupun mengucap bismillah dan melangkah memasuki kerumunan yang berdesakan itu.

Selangkah, riuh semakin dekat. Beberapa langkah kemudian tubuhku sudah mulai merasakan himpitan-himpitan yang lumayan intens. Dari segala penjuru. Dari arah belakang adalah orang-orang yang bertujuan sama denganku (mendekat Hajar Aswad). Dari arah depan adalah orang-orang yang sudah selesai mencium Hajar Aswad dan berniat keluar dari kerumunan. Belum lagi dari kanan kiri dan diantaranya. Mas Iwan tetap mengawasi dari kejauhan karena arah ini memang khusus hanya untuk jamaah perempuan, untuk lebih melindungi supaya tidak berdesakan dengan para jamaah laki-laki. Mulutku tak berhenti berucap “Allah...Allah...Laa Ilaaha Illallah..”

Dan begitu saja....

Begitu saja semua strategi yang dijejalkan Mas Iwan kepadaku tadi seolah menguap entah kemana. Kepalaku mendadak terasa ringan melayang. Yang ada di kepalaku hanya keheningan, dan satu suara berdebam. Suara berdebam-debam yang kurasakan sangat dekat seiring keheningan yang kurasakan di telinga dan kepalaku. Suara itu bukan berasal dari kuatnya desakan badan orang-orang disekitarku yang mulai menghimpit badan. Bukan. Datangnya dari dalam tubuhku.

“Allah...Allah...Laa Ilaaha Illallah..”

Apakah suara itu terucap juga dari mulutku? Karena rasanya suara itu juga memenuhiku dari dalam. Seolah ada seseorang didalam tubuhku yang meneriakkannya, memenuhi semua sel-sel dalam tubuhku yang hening, melesakkannya kearah luar sehingga tubuhku penuh dan membengkak dengan suara itu.
“Allah...Allah...Laa Ilaaha Illallah..”

Sedetik inderaku berfungsi. Kutemukan telingaku mendengar diriku sendiri mengucapkan nama itu dengan suara bergetar hebat. “Allah...Allah...Laa Ilaaha Illallah..” Mataku sudah basah. “Allah...Allah...Laa Ilaaha Illallah..” Badanku rasanya penuh, hatiku membuncah.

“Allah...Allah...Laa Ilaaha Illallah..”

Dan tiba-tiba tanganku sudah mengelus kiswah pembungkus dinding Ka’bah. Debam-debum di hati sudah tak tertahankan lagi. Hatiku rasanya penuh dan ringan disaat yang sama. Ada banyak hal yang terasa melayang meninggalkan tubuh ini saat itu. Banyak hal, salah satunya yang pasti adalah air mataku. “Allah...Allah...Laa Ilaaha Illallah..” Aku pun runtuh disitu... Tak mungkin ada kata-kata yang bisa menjelaskan bagaimana rasanya waktu itu. Saat itu, hidupku di dunia ini jadi terasa sangat bermakna dan sangat tidak berharga disaat yang sama. “Allah...Allah...Laa Ilaaha Illallah..”


Aku menikmati. Aku menyerahkan diri. Aku tak melawan apapun. Desakan, dorongan, himpitan, tarikan di ujung kerudungku, teriakan jamaah dalam berbagai bahasa yang tak kumengerti. Aku merasa berada di tempat paling damai yang pernah kutemui. Ya Allah... “Allah...Allah...Laa Ilaaha Illallah..”

Yang kuingat ketika entah bagaimana ceritanya aku tersungkur mencium Hajar Aswad adalah bahwa aku tidak boleh berlama-lama melakukannya. Terlalu banyak pengantri yang ingin berbuat sama. Belum lagi didepanku ada seorang wanita India yang sudah tua dan nyaris terinjak karena jatuh dan tidak bisa menemukan jalan untuk keluar. Kuraup saja bahunya, supaya dia ikut tertarik badanku ketika aku nanti menemukan jalan keluar. “Allah...Allah...Laa Ilaaha Illallah..”

Ketika bertemu Mas Iwan, dia sedang berteriak-teriak menyuruhku melepaskan ibu itu, karena aku nyaris ikut terhuyung kebawah dan terinjak karena melakukan itu. Aku menunggu sampai kami keluar dari kerumunan, baru kulepaskan dia. Dengan menangis haru si Ibu meraup dan mencium wajahku, dan melihat ini Mas Iwan akhirnya terdiam. Dia hanya bilang “Aku takut sekali tadi, karena kepalamu nggak kelilhatan waktu kamu terhuyung jatuh, aku takut sekali kamu akan terinjak disana!”

“Aku gak papa, Mas.” Jawabku sambil masih tergugu merasakan debam hatiku yang membuncah ruah tadi. “Allah...Allah...Laa Ilaaha Illallah..” Dan aku kembali merapat lagi, ke multazam, shalat di hijir Ismail, berpuas-puas menciumi kiswah yang bagai candu membuat getar dihatiku semakin dahsyat tetapi damai disaat yang sama. “Allah...Allah...Laa Ilaaha Illallah..” Tak akan ada kata-kata yang bisa menggambarkannya. Bahkan doa-doa yang tadi kuniatkan untuk kupanjatkan, tak tahu entah kemana perginya. “Allah...Allah...Laa Ilaaha Illallah..” Hanya itu yang sanggup kuucapkan tanpa henti dengan mulut bergetar dan airmata yang membanjir.

Nikmat dan damainya sungguh tak bisa ditandingi oleh apapun.....APAPUN.

***


Aku jadi teringat tulisan peringatan yang dipasang besar-besar didepan Raudhah di Masjid Nabawi. Dalam tiga bahasa, Inggris, Arab dan Melayu. Intinya himbauan supaya jamaah sabar dan tertib, agar usaha mereka untuk memasuki Raudhah tidak sampai menyakiti jamaah lain.

Mungkin jarak masih sekitar 50 meter jauhnya dari Raudhah ketika desakan dan himpitan mulai kami rasakan. Waktu itu aku pergi berdua Ibukku. Sama dengan cerita Hajar Aswad diatas, macam-macam yang kudengar. Shalawat kepada Rasulullah yang paling lantang terdengar, tetapi disela-sela itu ada juga nada protes kenapa rombongan yang itu diperbolehkan masuk duluan?? Sampai kapan kita disini?? Ini sudah hampir 10 menit kita tidak bergerak!! Halooo!! (Aku jelas sekali mendengarnya memprotes ke petugas masjid yang mengatur antrian, karena terlontar dari seorang jamaah Indonesia, dengan bahasa Indonesia dan tangan teracung-acung pula). Aduh Ibu, tak sadarkah bahwa teriakan2 Ibu sudah mempengaruhi orang-orang disini yang akhirnya ikut gelisah? Astaghfirullah...

Makin mendekati Raudhah, makin sesak dan kalutlah keadaan. Saling dorong, saling teriak sudah terjadi. Sambil terus bershalawat dan justru sedikit terhibur melihat tingkah orang-orang ini *nyengir*, tiba-tiba saja aku teringat rumah. Subhanallah. Rumah. Disitu saat itu, terasalah betapa rumah dan anak-anak yang kutinggalkan begitu jauhnya.

Kemudian aku menoleh kearah makam Rasulullah yang masih jauh, tetapi sudah kelihatan dari sini. Assalamualaika Yaa Muhammad Rasulullah... Assalamualaika Yaa HabibAllah... Rumah memang terasa sangat jauh, dan kerumunan orang-orang ini terasa makin mendesak, tetapi ada sesuatu yang terasa sangat dekat.

Aku sudah disini. Di dalam Masjid Nabawimu. Mengucapkan shalawat kepadamu sambil memandangi makammu. Berharap malaikat akan menyampaikan salamku kepadamu wahai manusia terbaik kekasih Allah. Berharap masih tersisa tempat untukku mendapat perlindungan shafaatmu di hari kiamat.

Dan begitulah, kutemukan lagi keheningan itu. Debam-debum didadaku. Bibir yang menggetarkan shalawat tanpa bisa kuhentikan seiring airmata yang membuncah. Aku tak perduli lagi kalaupun aku harus berada selama apapun disini, tak bergerak. Aku sudah disini. Dan disini nikmat sekali. Damai sekali. Terasa dekat sekali denganmu Yaa Rasulullah...

Banyak sekali kubaca tentang cerita sufi dan kondisi trans mereka ketika hati mereka menemukan Allah dan RasulNya. Aku cukup tahu diri bahwa yang kurasakan bukanlah itu. Yang kurasakan, mungkin hanya secuil debu dari bongkahan gunung kenikmatan yang dirasakan para pecinta Allah itu, ketika mereka merasakan hati mereka terbuncah penuh dengan nama Allah dan Rasulullah. Tetapi yang pasti, aku sempat bertanya-tanya apakah aku akan mendapat kesempatan mengalami lagi semua itu? Demi Allah, aku harap iya. Dan pertanyaan ini mungkin sudah terjawab karena seiring waktu ketika aku kembali lagi berkunjung ke Baitullah, aku selalu mengalaminya. Lalu, pertanyaanku selanjutnya adalah “Akankah aku bisa mengalaminya bahkan ketika aku sedang berada disini? Di tanah air? Di rumahku? Di keseharianku?

Itu, rasanya usahaku sendiri yang akan menjawabnya. Kata bait Bimbo “aku jauh Engkau jauh, aku dekat Engkau dekat” cukup memberi semangat. Aku percaya, kalau aku selangkah saja mendekat kepadaNya, maka Allah akan lebih jauh lagi mendekat kepada hati kita bukan?
Ya Allah Ya Tuhanku, maka aku mohon kepadaMu, penuhilah selalu hatiku, hati keluargaku, dan semua keturunanku dengan namaMu. Penuhilah kami setiap waktu, jangan biarkan apapun menjauhkan dan memisahkan kami dariMu, Ya Allah... Laa Ilaaha Illallah... Muhammad Rasulullah...


***

Oh ya, meneruskan cerita diatas, ketika sampai ke Raudhah, kami (aku dan ibukku) sudah kucel berat karena terhimpit dan berdesakan lebih dari sejam. Ketika menjaga ibukku yang shalat di tempat sesempit itu ditengah desakan dari berbagai arah, aku sadar bahwa aku tidak akan bisa membiarkan diriku shalat di situ. Tidak karena kalau aku shalat, berarti aku akan membiarkan ibukku berjuang seperti ini menjagaku dari terinjak dan tertabrak jamaah-jamaah yang kebanyakan bertubuh besar ini.

Setelah beliau selesai shalat, Ibuk segera merentangkan tangannya untuk gantian menjagaku shalat. Baru begitu saja Ibuk sudah terhuyung kesana-sini. Aku lalu mengajaknya untuk keluar. Seorang askar bertanya kepadaku “Shalat Yaa Hajjah???”

“No, I cannot let my mother guide me like that, No!” dan si askar tersenyum mengangguk. Lagian, kemarinnya aku juga sudah mengunjungi Raudhah dan sudah sempat shalat disini.

Tapi Ibuk terlihat tak rela. Dan yang membuat aku lemas adalah ketika di pintu keluar, Ibuk menangis tergugu sambil memelukku erat. “Oalah Nduuk... Kamu jadi nggak bisa shalat di Taman Surga gara-gara Buk’e”

MashaAllah...
Aku jadi ikut tergugu...
Airmata Ibuk itu, demi Allah itu juga Taman Surga buatku Buk....



Dan Tempat-Tempat Mustajabah itu,
Ternyata seringkali berada tak begitu jauh dariku...
Bisa saja ada dihatiku sendiri, juga di hati Ibukku....
Wallahua'lam bishawab

****