Senin, 14 Februari 2011

Canda Tawa Muhammad Rasulullah SAW

Siang ini tiba-tiba saja aku terdampar di halaman demi halaman buku "Tawa ala Rasulullah - 101 Canda dan Tawa Muhammad" terbitan Nakhlah Pustaka yang sudah lama kubeli sebenarnya.

Tidak sulit bagiku untuk memutuskan membeli buku ini hanya dari membaca judulnya saja. Ini tentu saja salah satu sisi yang menarik dari diri Muhammad SAW. Meskipun beliau adalah pemimpin besar, tokoh teragung bahkan seorang Rosul yang mulia, semua itu tidak menjadikan beliau menjadi sosok yang "dingin". Sebaliknya, suasana hangat dan akrab selalu beliau ciptakan, sehingga konon membuat siapa saja yang bertemu beliau pasti enggan segera berpisah.

Yang pasti, canda tawa Rasulullah bukan hanya simbol kelembutan dan kehangatan dalam interaksi antar manusia, tetapi dalam diri Rasulullah tawa candanya mengandung hikmah, pelajaran, ilmu dan sama sekali tanpa melanggar aturan agama.

Buku ini menjadi semakin menarik karena aku menemukan beberapa cerita yang sebelumnya belum pernah kudengar, dan jujur, cukup dudul juga, hehehe. Ini dia sedikit cuplikan cerita beliau sebagai seorang suami. Oh, dan selamat Hari Maulid Nabi ya, mari perbanyak shalawat demi cinta kita kepada kekasih Allah Muhammad Rasulullah SAW.

***

CANDA RASULULLAH KETIKA SAKIT KEPALA

Pada suatu hari, Rasulullah menemui Aisyah. Saat itu beliau dalam kondisi sakit kepala yang sangat berat. Ternyata di waktu yang sama Aisyah juga sedang mengeluhkan hal yang sama.

"Kepalaku sakit" kata Aisyah kepada Rasulullah.

"Aku juga, demi Allah wahai Aisyah, aku juga merasakan sakit kepala yang amat sangat" jawab Rasulullah. Lalu Rasulullah melanjutkan. "Apabila ​kα♏ŭ meninggal dunia terlebih dahulu, maka tenanglah, aku akan mengurusmu, menyalati dan mengiringi jenazahmu."

Apa jawab Aisyah kemudian?

"Demi Allah, sungguh aku dapat menebak, jika memang itu terjadi, maka engkau akan berduaan dengan salah seorang istrimu di rumahku pada sore harinya." kata Aisyah kemudian dengan nada merajuk. Rasulullah hanya tertawa mendengar perkataan Aisyah ini.

(Hahaha konon Aisyah memang agak cemburuan gitu kan ya, hihihi)

***

KUDA TERBANG 'AISYAH

Ketika Rasulullah dalam perjalanan kembali pulang dari Perang Tabuk atau Khaibar, tiba-tiba angin berhembus kencang hingga menyingkap kain yang menutupi boneka mainan 'Aisyah. Melihat boneka-boneka mainan tersebut, Rasulullah bertanya "Wahai 'Aisyah, apa ini?". "Boneka mainan dan hiburanku," jawab 'Aisyah.

Nabi melihat diantara mainan itu terdapat kuda bersayap yang terbuat dari kain. Rasulullah pun bertanya lebih lanjut, "Apa itu yang berada diantara mainan ini?" 'Aisyah menjawab, "Kuda." "Lalu apa yang menempel di tubuhnya itu?" tanya Rasulullah lagi. "Dua sayap" jawab 'Aisyah

Mendengar jawaban 'Aisyah ini, maka Rasulullah bertanya dengan sedikit keheranan "Kuda mempunyai dua sayap?" "Tidakkah engkau mendengar kisah tentang Nabi Sulaiman yang mempunya kuda bersayap?" jawab 'Aisyah menegaskan.

Mendengar jawaban 'Aisyah ini, maka Rasulullah pun tertawa hingga terlihat gigi-gigi putihnya.

*****.
WAHAI RASULULLAH, APA YANG MEMBUATMU TERTAWA?

Ketika Aisyah sedang berbincang-bincang dengan seorang perempuan di rumahnya, tiba-tiba Rasulullah masuk ke dalam rumah. Saat itu Aisyah masih saja meneruskan perbincangannya dengan perempuan tersebut.

Beberapa saat kemudian Umar bin Khattab juga masuk. Begitu Umar memasuki rumah, Aisyah langsung terdiam menghentikan bicaranya dan duduk dengan tenang. Melihat perilaku Aisyah yang mendadak terdiam begitu melihat Umar, maka Rasulullah pun tertawa geli.

Karena penasaran, Umar pun bertanya "Wahai Rasulullah, apa yang membuatmu tertawa?"

Rasulullah bukannya langsung menjelaskan alasan tertawanya kepada Umar, beliau malah mengajak Umar keluar dan berbicara tentang hal lain. Umar pun berkata, "Demi Allah, aku tidak akan pergi hingga aku mendengar Rasulullah mengatakan alasannya kepadaku."

Rasulullah pun lalu memerintahkan Aisyah untuk mengatakan alasannya. Dan Aisyah pun menjelaskan alasannya kepada Umar, bahwa diam-diam dia selalu gugup dan ketakutan setiap kali berhadapan dengan sosok Umar.

(Hahahaha cerita ini lucu dan hangat menurutku, karena terus terang mengingatkanku pada seorang kenalannya Mas Iwan, yang juga selalu membuatku gugup. Aduh aku kebayang aja gimana perasaan Aisyah ketika harus menjelaskan alasan kenapa dia yang tadinya lancar bicara tiba-tiba terdiam dan memilih duduk dengan tenang ketika Umar datang. Hehehe)

***

Ingin tahu kenapa Aisyah sampai gugup dan ketakutan dengan sosok Umar bin Khattab? Ternyata ada ceritanya. Berikut ini.

CERITA AISYAH, SAUDAH DAN DAGING KELINCI

Suatu hari Aisyah menghidangkan daging kelinci yang telah dimasak secara khusus untuk Rasulullah. Kemudian Aisyah berkata kepada Saudah (sedang Rasulullah waktu itu sedang berada ditengah-tengah kedua istrinya ini). "Wahai Saudah, makanlah daging ini."

Saudah enggan memakannya.

"​kα♏ŭ mau makan atau aku akan melumurkan makanan ini ke mukamu?!" kata Aisyah agak mengancam. Saudah tetap diam dan enggan untuk makan. Maka Aisyah meletakkan tangannya pada daging kelinci yang telah masak tersebut, lalu melumurkannya pada wajah Saudah.

Rasulullah pun tersenyum melihat tingkah Aisyah sembari mengusapkan tangannya ke wajah Saudah. "Sekarang lumurilah wajah Aisyah." Saudah melakukannya. Lalu beliau tertawa lagi.

Dalam keadaan demikian, tiba-tiba ada suara Umar bin Khattab "Wahai Abdullah... Wahai Abdullah..". Mendengar suara Umar ini, Rasulullah mengira Umar akan masuk kedalam rumah sehingga cepat-cepat beliau berkata kepada kedua istrinya "Berdiri dan basuhlah wajah kalian berdua."

Sejak kejadian itu, Aisyah merasa takut kepada Umar....karena Rasulullah sendiri pun segan kepadanya.

***

KAMU TIDAK AKAN SAKIT PERUT SETELAH MEMINUMNYA

Pada suatu ketika, Rasulullah bangun malam dan segera menuju sebuah kendi di samping rumah, lalu beliau langsung kencing didalamnya. Beberapa saat kemudian, Ummu Aiman bangun malam dan merasa kehausan. Tidak berpikir panjang, maka Ummu Aiman pun meminum air yang ada didalam kendi tersebut. Ummu Aiman sendiri waktu itu tidak merasakan suatu keanehan ketika meminumnya.

Menjelang pagi, Rasulullah bangun dan berkata "Wahai Ummu Aiman, bangun dan ambillah kendi itu, lalu tumpahkan isinya."

"Demi Allah aku telah meminum isinya!" seru Ummu Aiman. Mendengar jawaban itu, maka Rasulullah pun tak mampu membendung tawanya. Lalu beliau berkata "Adapun bagi kamu, maka tidak akan pernah merasakan sakit perut sama sekali."

(Wkwkwkwkwk berjuta rasanya baca cerita terakhir itu *tutup mata pake telapak tangan*)

*****

Rabu, 02 Februari 2011

Cina Or Not Cina

Judulnya "To Be Or Not To Be" banget ya hehe.

Sudah lama sebenarnya aku ingin menulis soal ini, sudah bertahun lalu, tapi entah kenapa baru sekarang moodnya keluar.

Aku ingin cerita. Meskipun lahir dari keluarga Jawa asli, kata Ibukku dari kecil bahkan mungkin sejak dari bayi orang-orang selalu bilang aku kayak Cina. Mungkin perpaduan kulit putih Ibuku dan mata sipit Bapakku yang jadi penyebabnya. Kata Bapak, kulitku bahkan lebih terang daripada anak-anak keluarga Cina yang sesungguhnya.

Seiring aku besar, menempel semua lah panggilan seperti nonik, meme, cik, MeiShin dan lain sebagainya. Seingatku, waktu kanak-kanak aku selalu menangis -entah sedih entah marah, pokoknya nggak suka- dengan panggilan2 itu. Kebetulan Bapak juga pedagang, dan salah satu hal yang membuat aku benci kalau diminta jaga toko (jadi kasir) adalah ketika ada pembeli yang membayar dan mengangsurkan uangnya dengan embel-embel "Ini cik uangnya". Walaupun begitu, aku juga tahu bahwa Bapak banyak berhubungan dagang dengan orang-orang Cina.

Bukan hanya aku yang kena dampaknya. Bulik-bulikku (adik-adiknya Bapak) juga cerita bahwa ketika bermain bersama aku dulu ketika aku masih balita, mereka sering dikira pengasuhku. Tapi yang paling membuat aku menangis di jaman itu adalah bila sudah ada yang meledek bahwa aku mungkin bayi yang tertukar waktu lahir di RS, dan tangisku baru akan berhenti kalau Ibuk sudah bersumpah (lagi dan lagi) bahwa aku lahir dirumah nenek, bukan di RS. Jadi tidak mungkin tertukar.

Cerita yang sama terus berlanjut. Lulus SMA, selain mendaftar UMPTN aku juga mendaftar di sebuah universitas swasta di Surabaya, untuk cadangan bila nanti ternyata aku tidak lulus UMPTN. Sudah menjadi rahasia umum bahwa universitas itu juga menjadi jujugan favorit calon mahasiswa dari kalangan Cina Tionghoa di Surabaya dan sekitarnya. Di meja pendaftaran, ketika menyerahkan berkas-berkas persyaratan aku sempat gontok-gontokan dengan petugas karena dia ngotot bahwa syarat pendaftaranku masih belum lengkap.

"Ijazah sudah, KTP, STTB, raport, lembar kesediaan orangtua sudah lengkap, apa lagi yang kurang, Pak?"

"Masih kurang Ce! Kalo pendaftar WNA kan harus ada surat WNA dan juga Surat Keterangan Nama Asli?? Punya Cece belum ada! Lhoooo belum adaaaa kannn??" sembur si Bapak sambil membeberkan seluruh isi mapku. Gubrak deh.

Kelak, aku baru bisa sedikit terbebas dari anggapan "orang cina" ini setelah aku berjilbab, di semester kedua kuliahku.

Selain sering dikira anak cina, ternyata aku kemudian bertemu banyak kawan yang memang asli Cina. Usia 6-12 tahun aku sempat aktif belajar di sebuah klub bulutangkis bernama PB. Tunas Harapan (TeHa) di Tulungagung. Tentu saja banyak teman-teman tionghoa disana, aku bahkan bersahabat dengan salah satunya, namanya Ay Chin (kelak dia sempat menjadi pemain nasional dengan nama Cindana).

Yang tidak pernah aku perkirakan sebelumnya adalah dua hal ini. Pertama, ketika aku menikah ternyata suamiku adalah seorang penggemar filsafat-filsafat Cina. Sekarang ini sih sudah tak terhitung banyaknya buku-buku filsafat Cina yang tersimpan dirumah. Dari yang bernuansa bisnis sampai ke soal life wisdom. Topik filsafat Cina tampak sama menonjolnya dengan buku-buku Agama Islam dan falsafah Jawa di koleksi pustaka kami.

Kedua, demi Tuhan aku tidak pernah sedikitpun menyadari bahwa didunia ini ada yang namanya diskriminasi anti-Cina dan dulu sempat parah terjadi di Indonesia (mungkin sampai sekarang, aku tak tahu pasti). Tadi pagi, di grup ВВМ seorang sahabat menceritakan bahwa dulu Bapaknya sering jadi korban salah sasaran diskriminan anti-Cina. Padahal bapaknya Jawa asli, cuma penampilannya mirip Cina. Mereka tinggal di Surabaya, ketika gerakan anti-Cina sedang meledak, beliau sempat lama nggak berani keluar rumah karena mobilnya pernah digebrak orang, diludahi dan dihujat pula.

Meskipun sering dibilang kayak Cina dan mengaku punya banyak teman orang Cina, mataku baru terbuka sekitar tahun 2007-2008 yang lalu, ketika aku berkenalan dengan Bang Benny Pangadian di Multiply.com. Awalnya sungguh aku mengira bahwa Bang Ben orangnya sangat penuh dengan negativitas, selalu mengeluhkan apa saja tentang Indonesia, apalagi kalau menyangkut perlakuan kepada orang-orang Tionghoa. Awalnya juga aku selalu menanggapi dengan kenaifan, dan seperti sibuk meyakinkan bahwa "Ohhh kok aku selama ini gak merasakan yang kayak gitu ya? Ohhh aku juga berhubungan dengan banyak orang Cina dalam kehidupan sehari-hari tapi kok gak kayak gitu ya? Semua biasa-biasa aja kok"

Singkat cerita, setelah aku bertemu dan sering sharing cerita dengan Bang Benny yang juga seorang fotografer ini, mataku pun terbuka lebar....bahwa ternyata versi cerita Bang Benny yang lebih dekat kepada realita disekitar kita. Mataku terbuka, dan mulut pikiranku pun seperti ternganga.

Sungguh, aku jadi makin sedih dengan diskriminasi seperti ini. Memang, ketika kecil aku menangis ketika semua orang meneriaki aku mirip anak Cina. Tapi aku tahu itu bukan karena kata-kata "Cina" nya. Toh aku masih balita, waktu itu aku pastilah masih polos lugu dan beringus, tak tahu ada apa dibalik kata Cina. Yang kutahu, waktu itu aku menangis karena aku merasa dianggap NGGAK MATCHING dengan anggota keluargaku yang lain. Bapak, Ibuk, adik-adik, om-tante, paklik-bulik semua berpenampakan Jawa, kenapa aku tidak?

Mau Cina, Jawa atau apapun sukunya, dipandang sebagai orang yang NGGAK MATCHING dengan lingkungan sekitar memang selalu tidak menyenangkan. Dan tahukah Anda, bahwa saat ini kawasan Pecinan selalu ada di hampir setiap kota besar di hampir semua negara di dunia ini? Orang-orang Cina selalu terkenal dengan keuletan dan kemampuannya bertahan hidup "nggak matching" ditengah-tengah bangsa apapun juga. Mau di negara Amerika, India, Indonesia atau daratan Eropa, selalu ada sekelompok orang-orang Cina yang eksis. Maka itu adalah sebuah kualitas.

Kembali kepada cerita Bang Benny. Apa daya, aku memang orang naif, itu sudah tak tertolong lagi. Yang membuat lebih sedih, diskriminasi biasanya berakhir dua arah. Seperti idiom "Mana yang lebih dulu, ayam atau telor?" ceritaku berikut ini membuktikan itu.

Suatu kali, di sebuah mall yang cukup prestisius di Surabaya, aku tertarik dengan sebuah handbag yang terpampang di sebuah butik. Tas itu bentuknya sederhana seperti yang biasa kusuka, dan bahannya terlihat bagus sekali. Sedangkan butiknya sendiri terlihat sangat mewah, ala HongKong sekali pokoknya. Sesuatu yang jarang terjadi, tapi aku memutuskan untuk sekali ini saja menuruti nafsu hati untuk membeli tas itu.

Mengesampingkan fakta bahwa aku berpenampilan "baju+jilbab kaus dan bersendal jepit" akupun memasuki butik itu. Pikirku, bukankah kalau mau membeli barang itu yang penting punya uang kan? Ternyata pelayan butik (yang maaf, walaupun tampak rapi tapi jelas2 sesuku banget dengan aku) seperti tak melihatku. Oh tidak, lebih buruk lagi. Dia melihatku tetapi dengan sebelah matanya, sementara mata yang satunya sibuk tertarik keatas sampai dagunya pun ikut-ikut tertarik keatas.

Menyerah, akupun ganti haluan menuju seseorang yang tampaknya bos disitu. Wanita Tionghoa yang cantik dan duduk anggun dibelakang meja kasir. Aku bertanya tentang tas yang kumaksud, dan tanpa menggeser sesentipun tempat duduknya, tahukah Anda apa jawabnya? "Itu tas mahal mbak"

Detik itu aku langsung keluar dari butik itu, dan bersumpah takkan kembali lagi kesitu atas alasan apapun. Bukan karena amarah, tapi lebih untuk bertekad melindungi diriku sendiri. Self-defence. Aku tak mau pengalamanku dengan orang-orang yang sangat kukasihani itu menjadi energi negatif yang akan menggerogoti prinsip yang selama ini aku yakini dalam hidupku.

Sebagai seorang muslim, aku percaya bahwa Tuhan Allah Sang Maha Pencipta itu SATU. Dan oleh karena itu membuat aku percaya, bahwa makhluk apapun yang hidup diatas bumi ini, diciptakan oleh satu Tuhan yang sama.

Selamat Tahun Baru Cina :-)