Selasa, 15 Juni 2010

"Mama, SEX Itu Apa Sih?"

***

Kalau ada satu hikmah yang kurasakan dari blowing-up pemberitaan video Ariel-Luna Maya yang (menurutku) sudah over-exposed itu, adalah ramai dan serunya pembicaraan di kalangan sesama orangtua. Temanya? Apalagi kalau bukan ini : bagaimana anak-anak kami bereaksi terhadap pemberitaan video porno ArieLuna itu. Dibalik carut marut urusan moral dibelakang tersebarnya video itu, di sisi lain sungguh ini jadi momen yang sangat kondusif sebenarnya, untuk kami para orangtua belajar dan berlatih lagi menghadapi kejutan berupa pertanyaan-pertanyaan anak-anak mengenai hal yang selama ini hampir selalu membuat orangtua-orangtua mules, yaitu soal SEKS.

Barusan di BBM Mb Levie bercerita, bahwa keponakannya yang berumur 8 tahun, sempat membuat mamanya kehabisan kata-kata. Waktu itu ditengah-tengah acara keluarga besar, kebetulan si mama sedang berkutat dengan beberapa saudara membahas sebuah video di BB nya. Tanpa diduga si anak ngeloyor lewat didepannya sambil berseloroh “Video porno lagi....!! Video porno lagi...!!”

Semua orang kaget sementara setelah ditanya lebih lanjut, si anak ternyata nggak ngerti apa itu “video porno” dan dia hanya sering mendengar kata itu banyak disebut di berita TV akhir-akhir ini. Gubrax kan?? Si mama pikirannya udah shock kemana-mana tuh demi mendengar anaknya menyebut kata “Video Porno”.


“MAMA, SEX ITU APA SIH?”

Seorang teman pernah bercerita, saat itu anak cowoknya yang berumur 8 tahun sedang asyik membaca. Di ruangan yang sama, ada mama dan papa disitu. Tiba-tiba saja si anak bertanya.

“Sex itu apa sih?”

Mama dan papa kontan mematung, lalu saling pandang shock satu sama lain. Siap atau tidak, orangtua mana sih yang bisa selamat dari shock (walaupun sebentar) mendapat pertanyaan seperti itu dari anaknya yang masih 8 tahun? Dan didorong kepanikan yang sama, akhirnya tanpa bisa dicegah mereka menjawab bersamaan, tapi dengan jawaban yang sama sekali berbeda.

Mama : “Oh, itu artinya JENIS KELAMIN”

Papa : “Hus, itu kata-kata yang nggak baik nak!”

Selesai menjawab, kontan mama papa berpandangan lagi, tapi kali ini mama sudah melotot mendelik ke arah papa. Dan si anak garuk-garuk bingung. Mama pun buru-buru mengulangi jawabannya. “Itu kata dalam bahasa Inggris, artinya JENIS KELAMIN.” Si anak pun terlihat puas dengan jawaban itu, karena memang ternyata dia sedang membaca-baca form aplikasi sebuah brosur asuransi. Dan si papa harus menerima dengan lapang dada kesimpulan dari si anak “Oh iya sih, aku lupa, mama kan lebih jago bahasa Inggris daripada papa!” Hihihi.

Aku jadi teringat juga dengan cerita lain yang dituturkan seorang teman (Mbak Maya Wardhani) tentang keponakan cowoknya yang baru duduk di kelas 4 SD. Waktu itu sedang heboh berita kasus penolakan kedatangan artis Maria Ozawa alias Miyabi ke Indonesia.

Si mama sudah panik begitu pulang dari acara sekolah si anak lapor bahwa dia “melihat foto Miyabi”. Untunglah, mama sedikit lega ketika kemudian dia memastikan bahwa yang dilihat oleh anaknya adalah foto Miyabi di poster yang tertempel di dinding sebuah museum (yang artinya Miyabi sedang berbaju lengkap). Tetapi si mama terhempas kembali ketika si anak serius meneruskan rasa ingin tahunya.

“Miyabi itu siapa sih Ma? Mama kenal?”

“Miyabi itu bukan orang baik-baik, kamu gak perlu tahu tentang dia, karena gak ada yang bisa dicontoh darinya.” susah payah si mama ini akhirnya menjelaskan. Kita lihat apa kata si anak kemudian.

“Ohhh, pasti karena Miyabi sering nyontek ya ma, kalau ulangan. Makanya dia terkenal karena keburukannya. Aku nggak mau kayak dia, aku mau belajar aja biar pintar..”

“Iya... yaa... Iya, kamu belajar aja, jangan tiru Miyabi yang suka nyontek...” sahut si mama lemas dan langsung mengalihkan perhatian anaknya. “ Sana mandi dulu, abis itu kita makan malam yaaa...”

Habis perkara. Si anak kemudian berangkat mand dan si mama sibuk didapur menyiapkan makan malam sambil menjeduk-jedukkan kepalanya di panci dan sibuk mengunyah cabai merah keriting. Wkwkwk.

Oke. Pelajaran dan teori tentang pendidikan seks untuk anak-anak, udah lumayan banyaklah yang aku dapat selama ini. Katanya, satu kata kunci yang harus diperhatikan dalam pendidikan seks adalah UMUR anak-anak. Beda umur beda pula model dan metode pendidikannya.

Secara kognitif, mungkin anak-anak remaja sudah bisa diajak berdiskusi panjang lebar mengenai apapun itu, termasuk pendidikan seksual mereka. Rata-rata mereka juga sudah mendapat bekal dari sekolah tentang banyak hal seperti : alat reproduksi, reaksi kimia, dan lain-lain itu. Sekolah tertentu bahkan sudah menerapkan pendidikan karakter dan moral menyangkut bagaimana kita berhubungan dengan teman lawan jenis (misalkan menerapkan kelas terpisah antara siswa laki-laki dan perempuan di sekolah-sekolah berbasis Islam). Tetapi yang paling seru dan menegangkan memang kalau berurusan dengan anak-anak yang lebih muda umurnya. Let’s say 10 tahun kebawah. Asli mengejutkan dan bikin deg-degan!

Kenapa??

Karena jarak pengetahuan kognitif antara orangtua dan anaknya memang jauh. Pihak yang satu adalah anak-anak yang dunianya masih sederhana. Jumlah kata-kata yang dia mengerti saja masih sangat terbatas. Walaupun demikian, rasa ingin tahunya besar sekali, dan seringkali mereka sangat kritis dan bersemangat besar mengejar jawaban-jawaban yang diinginkannya. Apalagi kalau dia merasa belum puas dengan jawaban yang diberikan. Sedangkan di sisi lain, orangtua adalah pribadi dewasa yang tentu saja sudah belajar dan paham hal-hal seperti moral, soal mana sesuatu yang bersifat pribadi mana yang tidak, mana yang tabu dibicarakan mana yang tidak (menurut norma keluarga masing-masing tentu saja). Intinya, dunia orangtua adalah dunia yang sudah penuh dengan kerumitan.

Dan ketika anak-anak datang tiba-tiba dengan pertanyaan atau komentar seputar seks, mau tak mau orangtua hanya bisa melongo speechless kehabisan kata-kata. Seorang dosenku di Psikologi dulu mengatakan, bahkan dia yang sudah merasa sangat siap pun, pasti masih sempat mengalami fase “speechless” entah sedetik dua detik sebelum memberikan reaksi yang dirasa tepat. Itu tentu wajar, karena kita hidup dan dibesarkan di lingkungan yang sedikit banyak masih menganggap tabu urusan seks.



“AKU MAU SESENDOK SAJA MA, BUKAN SEBAKUL!”

Pengalaman dengan pendidikan seks untuk kedua anakku, Abe (8 tahun) dan Bea (6 tahun) sebenarnya cenderung lurus-lurus saja, tak banyak cerita heboh. Lima tahun pertama paling ya mengajak anak-anak memahami perbedaan laki-laki dan perempuan.

Ketika usia 4-5 tahun Abe pernah bertanya bagaimana proses dia lahir ke dunia ini. Aku santai saja menjelaskan bahwa dia lahir setelah dokter mengoperasi, mengiris dan membuka perut Ibuk, lalu menariknya keluar. Setelah itu dijahit kembali.

Waktu itu, jawaban itu memang masih cukup membuat Abe puas sambil kuperlihatkan saja bekas luka operasi diperut. “Waktu Bea lahir, bekas luka ini dibuka kembali untuk mengambil Bea.” Selebihnya, dia hanya tanya masalah “Apakah itu sakit” dan lain-lain.

Baru beberapa waktu kemudian ketika adik iparku melahirkan dengan cara normal (bukan caesar), dan Abe ngotot ingin melihat bekas luka (yang tentu tidak ada) di perut adik iparku, aku merasa jawaban yang dulu itu sudah tidak mencukupi lagi. Barulah aku menjelaskan tentang adanya “Lubang ajaib ciptaan Allah, yang tempatnya dekat dengan lubang pipis para perempuan, yang ketika wanita itu melahirkan maka Allah akan membuatnya melebar, cukup lebar sehingga bisa dilewati bayi di perut yang akan dilahirkannya dan lubang itu kemudian menutup kembali setelah adik bayi lahir.” (Note, kata-kata yang kugunakan memang persis seperti itu adanya, dan kuucapkan dengan intonasi yang biasa saja).

Aku ingat, kebetulan waktu itu Abe sedang belajar juga tentang kebesaran Allah dan ciptaanNya dan penjelasan pun dengan sukses kubelokkan tentang macam-macam kebesaran kebesaran Allah lainnya, seperti misalnya dia yang bisa sembuh dari pilek tanpa minum obat (aku memang sangat jarang memberikan obat2an kepada anak-anak kecuali memang sangat diperlukan). “Iya, itu karena memang Allah yang memberikan kesembuhan kepada kita.”

Berikan penjelasan secukupnya sesuai dengan yang mereka tanyakan. Dan tak perlu menjawab berlebihan (baik kata-kata maupun sikap). Selalu tips itu yang kuingat dari artikel-atikel yang kubaca.

Dan memang kalau dipikir-pikir, anak-anak kan memang masih sederhana ya dunianya? Jadi seiring waktu, aku hanya belajar dan berlatih untuk tidak over-reactive. Untuk memastikan apa sebenarnya yang ditanyakan oleh mereka (karena persepsi mereka bisa sangat beda dengan yang kita kira), kemudian memberikan jawaban sesederhana mungkin. Titik.

Memasuki kelas 3 SD setahun terakhir ini, keadaan menjadi jauh lebih rumit untuk Abe. Pulang sekolah, dia sudah mulai membawa oleh-oleh berupa segala macam teka-teki, ungkapan dan sajak-sajak yang agak berbau “pornografi” dari teman-teman sekolahnya. Pendidikan seks untuk Abe memasuki tahap baru, dimana informasi yang dia dapat bukan hanya berasal dari rumah dan orangtua. Tetapi juga dari pergaulan dengann teman-teman sebaya yang tentu saja bermacam-macam modelnya. Aku makin waspada, tentu. Tapi masih dengan usaha untuk tetap tidak over-reacting tentu saja.

Dirumah ini, penjelasan soal seks kebetulan kami sampaikan dengan intonasi yang sama biasanya dengan penjelasan hal-hal umum yang lain. Sebisa mungkin kami usahakan tak ada seruan “iiihhh!!” ataupun “husss!!” ataupun “masyaAllah!!!” ataupun “astaghfirullah!!” yang berlebihan.

Betapa leganya aku ketika suatu kali Abe datang dengan cerita ini.

Abe : “Heran, si A tadi itu (*menyebutkan nama temannya*) kok cekikikan ya Buk waktu pelajaran tentang tubuh manusia?? Trus gambar di buku paketnya dicoret-coret!”

Ibuk : “Lah, Abe kan juga suka gitu? Coret-coretin gambar di buku paket kan??” gambar2 manusia di buku paket Abe memang penuh ‘gambar tambahan’, dari kacamata, topi, roket, robot, pesawat, banyak!

Abe : “Lha tapi lho Buk, sama si A masak di tititnya dikasih gambar rambut-rambut gitu?? Pake spidol lagi! Titit kan aurat?!?!?”

Ibuk : *speechless sambil diam2 bersyukur bahwa Abe menganggap itu bukan sesuatu yang lucu*




“AKU TAK MUNGKIN TINGGAL DI CANGKANG YANG TERTUTUP MA!!”

Suatu kali, Abe bercerita bahwa seorang temannya mengajarkan pantun yang (setelah kudengar) agak-agak nyerempet. Bahasa Jawa, mulanya dia anggap itu lucu karena bunyinya yang berirama, dan didalamnya mulai terkandung kata-kata yang porno seperti penyebutan bagian-bagian tubuh wanita tertentu secara vulgar. (Eeerrgghhhhh it makes me angry betapa hal-hal macam ini tak bisa kita cegah untuk terjadi). Akhirnya aku jelaskan saja satu per satu apa arti kata-kata itu (yang ternyata sebagian besar Abe nggak ngerti apa artinya loh!) dan bahwa itu adalah aurat perempuan yang harus ditutupi, dan tidak sopan untuk dipakai becandaan seperti itu. Ternyata penjelasan itu pun cukup untuk Abe, dan dia pun segera melupakan pantun yang dimaksud.

Seiring mereka tumbuh, mereka memang sudah tidak sesederhana dulu lagi ya. Lingkup pergaulan anak-anak akan makin luas, sehingga informasi yang mereka terima pun makin banyak dan bermacam-macam. Apalagi dengan terjangan teknologi informasi jaman sekarang ini, rasanya mustahil kalau kita berharap bisa melindungi anak-anak dengan cara “MENCEGAH informasi tetentu sampai kepada anak kita”. Harapan ini menurutku terlalu naif karena prakteknya, di negara kita tercinta ini informasi apapun itu, sangat mudahnya diakses dari mana saja di sekitar kita. Tidak menonton TV tapi mungkin mereka akan tahu dari internet. Tak ada akses internet mungkin mereka akan dengar dari radio atau baca di koran. Tak baca koran, tapi lihat saja baliho dan billboard iklan-iklan di jalanan yang terkadang juga mengandung unsur pornografi. Didepan mata dan ditengah jalanan yang biasa kita lewati! Bayangkan! Belum lagi dari bisik-bisik dan obrolan diantara teman sebaya. Duh...

Mungkin akan lebih realistis untuk sedini mungkin mengajak anak-anak kita berlatih MENYARING informasi, sambil sekuat mungkin membentuk KARAKTER mereka sehingga anak-anak akan bisa bertahan menghadapi informasi-informasi yang seringkali sudah tidak pandang moral dan kesopanan ini.

Seminggu terakhir ini, sejak berita video ArieLuna tersebar, aku sebenarnya harap-harap cemas. Setengah bertanya akankah Abe akan bertanya tentang berita itu. Aku memutuskan untuk diam saja dan tidak proaktif tanya duluan karena takutnya Abe yang sebelumnya nggak tahu malah jadi tahu gara-gara aku bertanya. InsyaAllah aku tahu Abe, kalau dia tahu maka dia akan menanyakan ke aku.
Dan tadi siang, sepulang sekolah, (ditengah-tengah minggu UAS lagi!) meluncurlah pertanyaan itu...


“Buk, Ariel Peterpan katanya ditangkap polisi ya Buk?”

Ibuk yang sedang menyiapkan makan siang sempat berhenti mengaduk saus spaghettinya. “Iya, kata berita sih gitu... Abe tahu darimana?”

“Kemarin ada temen yang bilang di sekolah. Trus ini tadi lihat yahoo kok ada judul beritanya, Abe jadi inget deh.”

Temen di sekolah?? Ibuk aduk lagi saus di panci, kali ini agak terlalu kencang ngaduknya. Ya Allah!! Anak kelas 3 SD jaman sekarang, kok yaaaa sudah ada yang bergosip artis sihhh??

“Emang kenapa sih dia ditangkap polisi Buk?”
Ingat Ibuk, jawab secukupnya, berikan dia sesendok demi sesendok, jangan sebakul yaaa.... (*Ibuk wanti2 ke dirinya sendiri*)

“Orang kalo sampai ditangkap polisi ya berarti dia diduga melakukan sesuatu yang melanggar hukum, Be...”

“Trus Ariel diduganya ngapain??”....oh, dia minta sesendok lagi...didukung dengan tatapan mata yang menuntut menanti jawaban lagi...

“Polisi menduga dia membikin video yang melanggar peraturan gitu!”

Kulirik wajahnya dengan ekor mata (sambil terus mengaduk saus di panci)....

“Ohhh.... Videooooo toh....” katanya lalu ngeloyor teriak-teriak panggil Bea untuk diajak maen badminton.

Pfuihh....leganya! Untungnyaaaa temannya Abe cuma menyebut “Ariel Peterpan” dan “Polisi” yah?? (kalo kata mb IYa, dasar orang Jawa, masih ajaaaaaa bilang untungnyaaaaa hihihihi) :-D


==============

37 komentar:

  1. Alaaa, begitu saja orang repot.

    BalasHapus
  2. Rosalina Zulkarnain15 Juni 2010 pukul 10.00

    Pheew..lega deh ibu.

    Aku suka quote "sesendok demi sesendok, bukan sebakul" itu Da! Really inspiring!

    Thanks!

    BalasHapus
  3. iya disini juga ngertinya jenis kelamin ant, kalau mulai lebih jelas thib &Na biasanya buka buku anatomie untuk anak. bener gag bu ?

    BalasHapus
  4. lia indra andriana15 Juni 2010 pukul 11.22

    thx mba sudah sharing tentang pengalamannya :)

    BalasHapus
  5. dian mardi safitri15 Juni 2010 pukul 12.40

    ya ya ya... sesendok...

    untung aku gak punya tipi... jadi anak2ku gak kenal ariel... hihihi

    BalasHapus
  6. hehehe...giliran mb wahida..sekarang dihadang dengan pertanyaan2 seputar sex oleh abe dan bea.. Si bungsu saya mulai bertanya serius sejak umur 9 tahun..

    BalasHapus
  7. JB...kok gw dibawaaa2 seeehh??!

    woong gw ajaa kalo gak karena pada heboh di twit juga gak ngerti tuuuh..soal pidioh...

    BalasHapus
  8. tfs...jadi sebakul nih tahunya keadaan di Indonesia...:)

    BalasHapus
  9. wahida ariffianti15 Juni 2010 pukul 17.15

    waah saya pasti salut kalo ada orang yang nggak repot pak, tipsnya apa ya kira2???
    karena kalo suami saya, dia juga gak pernah repot2, tipsnya cuma satu kalo ada anak2 yang tanya2 ini itu

    "Tanya Ibuk saja sana gih" :-D

    BalasHapus
  10. wahida ariffianti15 Juni 2010 pukul 17.15

    lega mba, karena sempat bertanya-tanya juga apakah dia tahu atau tidak soal berita itu :-D

    BalasHapus
  11. wahida ariffianti15 Juni 2010 pukul 17.16

    yup, buku! yang bergambar, dan memang untuk anak2
    that's one of greaaattt idea!! untunglah sekarang udah banyak buku2 yang bisa membantu kita dalam pendidikan seks ya Liaaa.... :-)

    BalasHapus
  12. wahida ariffianti15 Juni 2010 pukul 17.17

    sama-sama mb Lia :-)

    BalasHapus
  13. wahida ariffianti15 Juni 2010 pukul 17.20

    aku ada tivi dirumah sih mbak, tapi kenyataannya Abe tidak mengetahui soal berita itu dari tivi loh :-D

    BalasHapus
  14. wahida ariffianti15 Juni 2010 pukul 17.21

    aku ada tivi dirumah sih mbak, tapi kenyataannya Abe tidak mengetahui soal berita itu dari tivi loh :-D
    dan Abe kenal Ariel karena bapak emaknya punya CD Peterpan *nyengir*

    BalasHapus
  15. wahida ariffianti15 Juni 2010 pukul 17.22

    ahhhh pasti menarik baca cerita Ilman dan Irham, karena aku fans berat ibuk mereka :-D
    kapan2 mau aduk2 postingan kak Lili ahh siapa tau ada yang membahas soal ini hehe

    BalasHapus
  16. wahida ariffianti15 Juni 2010 pukul 17.24

    nggak mungkin aku nggak bawa2 kamu mpookkk wkwkwkkwkw *uyek2*
    aku sih gak keberatan kamu tahu soal video *cek KTP dan profesi mpok IYa*

    PROFESI mu means : ISTRI DOKTER KANDUNGAN YANG JUGA DOKTER TAPI NGGAK PRAKTEK :-p

    BalasHapus
  17. wahida ariffianti15 Juni 2010 pukul 17.24

    sama-sama...
    iya....keadaan di Indonesia...?? *mendadak jadi sedih lagi* :-(

    BalasHapus
  18. arum barmadisatrio15 Juni 2010 pukul 18.06

    buk buk....viedo porno tuh apa sih buk????

    BalasHapus
  19. arum barmadisatrio15 Juni 2010 pukul 18.15

    mbak...............kau harus tulis mirip ariel luna......nanti dikira nuduh lho............

    BalasHapus
  20. oowwh mirip yaa?

    mirip itu = serupa gak?
    serupa = sama?

    *bingung*

    BalasHapus
  21. wahida ariffianti15 Juni 2010 pukul 18.40

    itu video yang berisi demo masak2 itu loohhh bu dokteeerrrrr *jadi lapar* :p

    BalasHapus
  22. wahida ariffianti15 Juni 2010 pukul 18.40

    oiya sih lupa *keplak sirah*

    BalasHapus
  23. wahida ariffianti15 Juni 2010 pukul 18.41

    jadi artinya MIRIP itu sama dengan BINGUNG?? *garuk2*

    BalasHapus
  24. entah sampai kapan berita si tato kupu² dan wanita berbaju biru itu punah.. *keluh*

    BalasHapus
  25. Anti, makasih sudah share.. persiapan buat pertanyaan dari ponakan hehehe :)

    BalasHapus
  26. Hal itu kan bukan tabu, bukan pemali tidak lain adalah hal lumrah bagi manusia siapapun, dan mahluk manapun, kalau seorang anak bertanya, peranan orang tua yang penting menjelaskan.

    BalasHapus
  27. mbaaaaaaaaak.. mbaak . mbaaaaaaaaakkk..
    I LuV u very much... alhamdulillah I know you ^__*
    *hihihih tampak gak nyambung sama postingannya ya? :D

    tapi beneran, rela selalu belajar banyak dari postingannya Mbak wahida..
    keep writing and sharing ya Mbak, ajarin adikmu ini okeh..
    jazakillah khairan katsira .. :)

    BalasHapus
  28. wahida ariffianti16 Juni 2010 pukul 02.54

    iya nih.... *ikut keluh*

    BalasHapus
  29. wahida ariffianti16 Juni 2010 pukul 02.54

    sama2, kita sama2 masih perlu persiapan dan belajar ya Viin ;-)

    BalasHapus
  30. wahida ariffianti16 Juni 2010 pukul 02.56

    well, that exactly my point is... ;-)

    BalasHapus
  31. wahida ariffianti16 Juni 2010 pukul 02.57

    Relaaaaaa I Love You too.... *muach*
    kamu juga guruku Rela, repot nih kalo kita main sekolah2an, semua ngaku murid dong...wakakakak

    *pelukk*

    BalasHapus
  32. Ibu Ranger Harley16 Juni 2010 pukul 07.37

    klo abe balik lagi dan nanya
    "buk... sebenernya ariel peterpan atau ariel peterporn sih?"
    gimana? :P

    BalasHapus
  33. mommy inga yudiansyah16 Juni 2010 pukul 08.17

    sesendok.. inget inget. thanks for sharing ya

    BalasHapus
  34. Wah, kok kita barengan posting soal seks... Tapi yang ini seger banget, ilang sudah kantukku *masih ngikik*
    Yup, setuju semua isinya. Sesendok aja... aku juga sering mengingatkan diri untuk begini. Harus siap2 juga, soalnya anakku yang tengah bisa sewaktu2 mulai nanya2 tuh, dan dia tipe yang gak ragu2/malu2 untuk bertanya. Jadi inget cerita lucu tentang dia dan celotehnya... Mau kuposting juga ah...

    BalasHapus
  35. wahida ariffianti30 Juni 2010 pukul 19.33

    *getok Harlia yang sok ngetes*

    Har, untungnya Abe sangat suka dan sangat sering main plesetan yang didalamnya juga termasuk plesetan yang garing, nggak matching, dan tak juga bermakna, jadi nggak akan susah njelasinnya :-P

    nah, kalo kemudian yang balik dan tanya adalah bang Ardi, gimana?? :P

    BalasHapus
  36. wahida ariffianti30 Juni 2010 pukul 19.34

    ingaaaa, seneng liat Inga komen disini hihihi
    sesendok karena ukuran mulut mereka sementara ini masih bisa mengunyah segitu ya Nga... :-D

    BalasHapus
  37. wahida ariffianti30 Juni 2010 pukul 19.35

    ahahahahaha thanks,
    ayok diposting, pasti jadi dokumentasi yang berharga dan segar sepanjang masa mbaaaa hihihi :-D

    BalasHapus