Jumat, 04 Maret 2011

Akhirnya... Kulihat Mbak Sishiel Pun Menangis

Kemarin itu, di sekolah Abe ada acara Jalasah Ruhiyah. Hari itu semua anak kelas 4 diinstruksikan untuk melaksanakan puasa Kamis. Jam pulang merekapun tidak seperti biasanya jam 4 sore, tapi sekolah menginstruksikan para walimurid untuk menjemput anak-anak ba'da Isya'.

Selain instruksi untuk menjemput jam 19.30 malam itu, kami walimurid juga mendapat pesan tertutup dari sekolah. Isinya, kami diharap kedatangannya jam 18.50 untuk acara "sungkeman" gitu. Tertutup, karena kehadiran kami direncanakan akan menjadi kejutan buat anak-anak.

Tahun demi tahun, acara ini terkenal karena kemampuannya selalu sukses membuat orang-orang mewek, bukan saja para walimurid tetapi juga anak-anak bahkan yang sehari-hari biasanya cool dan cuek bebek sekalipun.

Oke. Bahwa aku tukang mewek, semua sudah tahu itu, jadi nggak perlu dibahas lagi. Kali ini aku dan Wawa di twitter memilih untuk bertaruh : akankah preman kesayangan kita si Mbak Sishiel nanti bakalan mewek?? Sepertinya, Wawa pegang TIDAK YAKIN, dan aku pegang TIDAK TAHU. Wahahahaha taruhan macam apa ya itu?? *bogem Wawa*

Malam itu, disekolah ketika kami walimurid berkumpul, kita sibuk menerka-nerka apakah anak-anak kita nanti bakal mewek apa enggak. Suasana renyah dan penuh tawa karena belum-belum sudah geli aja membayangkan bagaimana kira-kira nanti jadinya.

Kemudian tibalah saatnya kami memasuki aula sekolah. Ketika pintu besar aula dibuka, keadaan didalam mencekam banget. Didalam aula gelap gulita, kami tidak bisa melihat apa-apa, tetapi masya Allah....sekujur tubuhku sudah merinding karena satu-satunya suasana yang terekam adalah suara anak-anak kami yang didalam. Ratusan macam isak tangis anak-anak kami bercampur menjadi satu. Ada yang menyayat hati, ada yang menggerung-gerung, ada juga yang tertahan-tahan suaranya. Bahkan sekarang ketika menuliskan ini, detik ini badanku masih merinding dan dadaku terasa sesak kembali.

Airmataku sudah jebol ketika pelan-pelan dalam gelap kami diarahkan ke barisan sesuai kelas anak-anak. Dengan senter kecil beberapa ustadzah menunjukkan papan kelas kami masing-masing. Aku pun terpisah dari mbak Shiel dan Bunda Agustin karena mereka menuju kelas Adel dan Shafa di kelas putri sementara aku ke kelas putra, kelasnya Abe.

Isak tangis anak-anak makin jelas terdengar dan membuat hatiku semakin bertalu-talu. Airmataku semakin tumpah ruah. Sekarang ketika kami sudah diam menunggu seperti ini, makin terasa lah isakan mereka menjelma nyata menjadi nyanyian kerinduan yang amat dalam.

Dengan berlatar suara tangisan anak-anak, masih terdengar suara ustad keras-keras membahanakan doa "Ya Allah....ampunilaaahhhh dosa-dosa Ibu dan Bapak kamiii.... Sayangilah mereka Ya Allahh...seperti halnya mereka menyayangi kami sejak kami kecil...."

Lalu BYAAR...!! Tiba-tiba semua lampu dinyalakan.

Serta-merta anak-anak mulai sadar bahwa ada barisan orangtua didalam aula itu. Sontak berlarianlah mereka menuju barisan kami. Ada yang dengan cepat menemukan dan menubruk ibunya, menyatu dalam peluk tangis. Ada yang celingukan dengan wajah merah dan mata berbalur airmata mencari-cari dimana sang ibu berada.

Yang ada di pikiranku hanya satu, Abe. Beberapa saat kemudian kutemukan wajah bulat kesayanganku itu...dengan muka merah berbalur airmata, dia sontak berlari menerobos kawan-kawannya begitu melihatku. "Maafin Abe ya Ibuuuukk.... Huhuuuuu" Dan kamipun bersatu dalam sebuah pelukan indah penuh cinta dan keharuan yang tentu tak bisa kutuliskan disini. "Ibuk sayaaanngg sama Abe" cuma itu yang bisa kuucapkan berkali-kali sambil menghujaninya dengan ciuman di sekujur wajah dan kepalanya.

Subhanallah... Kuatkanlah aku dalam mengemban tugas titipanMu ini Yaa Allah...

*ngetik sambil mewek*

Selesai acara, anak-anak kembali dipanggil untuk penutupan. Kamipun kembali keluar dari aula, dan aku bergabung kembali dengan ♏ba Shiel dan Bunda Agustin.

"Naaaaaaa!!!!" telunjukku sontak tertuju ke ♏ba Shiel ketika kulihat matanya merah berair. Dan Bunda Ag juga! "Mewek juga akhirnya kaannn???"

Keluarlah pembelaan mereka. Sebuah pembelaan yang membuat aku tak bisa apa-apa lagi. ♏ba Shiel pun cerita....

"Adel mewek Be....tapi aku enggak koook! ♏ba Agustin juga tadi nggak mewek tuh waktu ama Shafa, kita kan tegaarrr! Gak kayak ​kα♏ŭ mewekan!"

"Laaahhh lalu??" kutunjuk lagi mata premannya yang berair.

"Pas aku selesai peluk Adel, tiba-tiba Fitry muncul didepanku.....apa yang harus aku lakukan coba??"

Aku tercekat. Mendengar nama Fitry, sudah cukup menjelaskan semuanya... Tanpa bisa kubendung, dadaku pun langsung sesak.

Aku pernah menulis tentang Fitry, mungkin ada yang masih ingat. Dulu ketika duduk di bangku TK A, Fitry kehilangan papanya yang meninggal karena leukemia. Kami yang kebetulan mengenal dengan baik mamanya, semua ikut berduka. Kira-kira setahun kemudian, kami juga ikut berbahagia ketika sang mama menikah kembali. Dan tak terbayangkan perasaan kami semua ketika hanya dua tahun kemudian kami mendapat kabar bahwa sang mama juga menderita kanker getah bening, dan beberapa bulan kemudian ketika Fitry duduk di kelas 2, sang mamapun juga dipanggil Allah menyusul papanya.

Bagaimana tidak tercekat aku membayangkan cerita mbak Shiel....?

"Tiba-tiba saja Fitry ada didepanku Be, sambil mewek celingukan dan seperti kebingungan melihat teman-temannya pada berpelukan dengan orangtua masing-masing??"

:'(

"Aku trus tanya... Fitry dijemput siapa Nak??...Dijemput nenek jawabnya... Tapi si Nenek rupanya belum datang..." lanjut ♏ba Shiel. Hari itu jam itu memang kabarnya jalanan pada macet. Beberapa teman walimurid juga agak telat datangnya karena alasan yang sama.

"Sini peluk Tante dulu aja sini Naaakkk" lanjut ♏ba Shiel sambil mengulurkan tangannya. Kata ♏ba Shiel, Fitry langsung memeluknya, dan menangis sesenggukan didadanya.

Akhirnya pertahanan ♏ba Shiel pun pecah. Ya Allah, siapa yang enggak?? Adel kembali berpelukan bersama ibunya dan Fitry. Bunda Ag yang berada disamping ikut pecah menangis. "Kalo sama yang ini aku gak kuaattt, huhuuuuu" diciuminya tangan Fitry bertubi-tubi sambil mereka berpelukan.

"Aku nyari-nyari ​kamu Be, tapi untung juga ​kamu nggak deket-deket kita, bisa pingsan kamu liatnyaaaaaaa!!"

Huhuuuuuu, iya mbak. Ini saja sekarang aku menulis note dengan berurai airmata. Ya Allah, doaku sesak untuk anak itu. Dan sejak semalam, aku jadi sangat amat berjuta lipat merindukan ibuku sendiri. Betapa dalam nikmat yang Allah berikan karena masih mengijinkan aku melihat kedua orangtuaku sampai detik ini.

Tadi pagi akhirnya kita mewek online bersama lagi karena cerita Fitry. Wawa mewek...Meri ikut mewek...Kak Mia meninggalkan tuna didapur dan ikut mewek juga... Pokoknya acara taruhan batal, karena ♏ba Shiel sekalian bandar-bandarnya mewek semua.

Temans, ada yang mewek juga? Kalau iya, baca deh pesan Mbak Shiel tadi. Mbak Sishiel yang juga sudah ditinggal ayah dan ibunya sempat menulis "Bersyukur banget buat yang masih punya ortu. Sering-sering meminta maaf yaa..."

Iya mbak.... Insya Allah...
Makin sayang deh sama Mbak Sishiel...
Huhuuuuuuuu.... *peluk*

Alhamdulillah Ya Allah... Robbigfirli wali walidayya warhamhuma kamaa robbayani soghiro..

*Mensyukuri detik ini dengan amat sangat karena sekarang ini ketika aku menulis ini, Ibuku tercinta sedang dalam perjalanan dari Tulungagung ke Surabaya untuk menghabiskan weekend bersama kami disini. Ya Allah mudahkan perjalanan beliau, aamiinn*

26 komentar:

  1. Semoga Allah memberkahi antunna semua. Rasulullah Saw mengisyaratkan posisi antara beliau dg penyayang anak yatim di surga adalah laksana jari telunjuk dan jari tengah, subhanallah. Baarakallahu lakum.

    BalasHapus
  2. Sedikit kebahagiaan yg antunna sharing kepada mereka anak yatim semoga akan membahagiakan antunna di akhirat nanti, aaamiiin

    BalasHapus
  3. *mbrebes mili....eh nggak deng...nangis total sih sebenernya*

    hiks.....terharu....sik sik sik...tak selesaikan dulu meweknya..

    BalasHapus
  4. *ngelirik ibuk yg lagi bobo kecapekan abis ngantor tapi nyempet2in naik ke kamarku buat nengokin aku, ngelus2 aku...tapi abis itu malah ibuk tertidur di kasurku hihihi*

    Semoga ALLAH memuliakan orang tua kita yg selalu melimpahkan cinta dengan cara dan kemampuan terbaik mereka...Amin...
    Titip salam hormatku buat ibuk yg ku rasa skrg udah sampai di Surabaya ya?

    BalasHapus
  5. Aku jugaaaa......^_^

    Membayangkan mbak Shiel nangis aku jadi nggak bisa mbayangin gimana mbak Ag yg lovely dan (terlebih lagi) keadaan tangisanmu Be..

    BalasHapus
  6. SUBHAANALLOH ...

    *ikut nangis tapi sambil senyum ... cerita mbak wahida mengharukan, tapi agak lucu... huhuhu...*

    BalasHapus
  7. Oktaviani Ratu Menrosa4 Maret 2011 pukul 04.06

    Nangis lagi.....Peluuuuk semuanya

    BalasHapus
  8. huhuhuhu, dari hati nyampe ke hati, mbak.... jadi inget juga anaknya temen2 yang barusan jadi yatim/piatu....

    BalasHapus
  9. mba,ijin share ya

    BalasHapus
  10. "Ya Allah, kami tahu engkaulah yang akan selalu menjaga Fitri sang putri kecil pilihanmu, kami tahu kau akan menguatkan hatinya hingga kelak menjadikannya insan sholihah yg menebar banyak kebaikan terutama buat (alm) ayah bundanya, amin, amin, ya robbal 'alamin"

    BalasHapus
  11. Syanti Dewi Erawati6 Maret 2011 pukul 00.41

    Makasih dah berbagi cerita ini ya Mba , hik jadi inget sepuh di Bandung :((

    BalasHapus
  12. Arie - Bunda Icha Anakku Sayang6 Maret 2011 pukul 21.13

    hiks haru biru jeng...tfs

    BalasHapus
  13. ikut mewek yo mb...

    BalasHapus
  14. sy jd ikut nangis beneran....

    BalasHapus
  15. wahida ariffianti1 Mei 2011 pukul 23.47

    subhanallah :)

    BalasHapus
  16. wahida ariffianti1 Mei 2011 pukul 23.48

    *kasih Lessy kanebo buat lap* kangeeennnn!!

    BalasHapus
  17. wahida ariffianti1 Mei 2011 pukul 23.49

    aaminnnn aaminnn ya rabbal alamiiinnnn *hyongalah, aku baru buka MP lagi, jadi nggak tau deh ibuk lagi di surabaya pas itu hikss*

    BalasHapus
  18. wahida ariffianti1 Mei 2011 pukul 23.49

    huehehehehe waduh jadi geli baca komennya mb Sovi :)

    BalasHapus
  19. wahida ariffianti1 Mei 2011 pukul 23.50

    Vani, peluk disana sini ya kita?? *peluk kenceng*

    BalasHapus
  20. wahida ariffianti1 Mei 2011 pukul 23.53

    Rinda, duh gimana ceritanya?? they are OUR chiildren Rind... :(

    BalasHapus
  21. wahida ariffianti1 Mei 2011 pukul 23.53

    monggo mbaa :)

    BalasHapus
  22. wahida ariffianti1 Mei 2011 pukul 23.54

    Aaminn....Aaminnn Yaa Rabbal Alaminnnn

    BalasHapus
  23. wahida ariffianti1 Mei 2011 pukul 23.55

    Teh, sepuh itu apa ya? *maklum gak ngarti sunda hiks* iya sama2 teh Syanti *hugs*

    BalasHapus
  24. wahida ariffianti1 Mei 2011 pukul 23.55

    iyo mbak, aku yo mbrabak2 :(

    BalasHapus
  25. wahida ariffianti1 Mei 2011 pukul 23.56

    silahkan...*dengan nada yang tak biasa*

    BalasHapus
  26. wahida ariffianti1 Mei 2011 pukul 23.56

    owwhh.... :(

    BalasHapus