Tampilkan postingan dengan label acupuncture. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label acupuncture. Tampilkan semua postingan

Senin, 18 Mei 2009

Kebetulan Yang Menyenangkan

 

:::::.....

Selasa, 19 Mei 2009. Hari ini seharusnya aku ada tugas mengawal acara Pertemuan Majelis Silaturahim ibu-ibu sesama walimurid Sekolah Al Hikmah. Tapi karena Bea masih anget badannya, belum pulih dari gabagen (yang sudah berlangsung 4 hari), maka terpaksa tugas MC acara kuwakilkan ke seorang teman. 

Pagi-pagi, Mas Iwan yang sedang baca koran menemukan surprise yang menyenangkan. Profil dr. Fang dimuat di JawaPos Evergreen hari ini. Hampir satu halaman penuh!



Waaa...dr. Fang terlihat cantik disitu! Jadi inget, kemarin (Senin) waktu terapi kesana memang aku kebetulan menemukan dia bersama seseorang yang kemudian memperkenalkan diri sebagai salah satu wartawan Jawa Pos. Mungkin pas itu wawancaranya kali ya. Dan nggak heran kalau kemudian Jawa Pos tertarik memuat profil dr. Fang karena beberapa waktu yang lalu dokter sempat cerita padaku kalau dia sedang melakukan terapi untuk Ibu Dahlan Iskan (istrinya Pak Dahlan Iskan, bos Jawa Pos).

Profil dr. Fang dimuat dalam 3 artikel di halaman Evergreen. Ketika kemudian aku membaca salah satu artikelnya, disitu disebutkan bahwa salah satu pasiennya sampai ada yang menulis pengalaman terapi ke dr. Fang di blog prbadinya. Eleuh euleh...penyakit GR ku langsung hinggap!! **mengutuk dan jijik dengan diri sendiri hahaha**

Tapi di artikel yang lain, mendadak ada yang lain kurasakan. Aku kok merasa mengalami de ja vu gitu... Sepertinya aku kok nggak asing ya dengan rentetan kalimat yang ada di artikel ini...?? Seperti pernah kubaca....tidak, sepertinya pernah kutulis deh kalimat itu. Hmm...Mas Iwan bilang mungkin aku saja yang katrok bin ndeso bin ke-GR-an...tapi mending langsung aku kutip saja ya cuplikan kalimat dari 2 tempat ini... Baca baik-baik dan silakan nanti Anda yang membandingkannya sendiri, hihihi.

:::::.....

Yang berikut ini kalimat yang ku copas dari postinganku di blog ini juga, yang ini http://cikicikicik.multiply.com/journal/item/192 :

Dr. Fang pun menjelaskan 3 kata Tiongkok (jgn harap aku ingat kata2nya) yang menjadi pedoman para akupungturis dan chikung, untuk mendiagnosa gangguan kesehatan pasiennya. Tiga kata itu kira2 intinya "saya melihat, saya mendengar, dan saya merasakan".


Saya melihat : begitu seorang pasien datang, sesungguhnya seseorang yang menguasai ilmu chikung sudah bisa sedikit memperkirakan gangguan apa yang diderita pasien itu. Misalnya: daerah sekitar hidung memucat menandakan gangguan di organ A. Sekitar mata memerah menandakan organ B terganggu, dlsb. Apalagi kalau ada penampakan yang lebih jelas, misalkan wajah menghitam (tanda liver sudah parah) atau bibir menghitam (tanda pasokan oksigen kurang, itulah kenapa para perokok berbibir hitam, karena pasokan oksigen ke otak kurang, dan ini menjelaskan keherananku selama ini kenapa walaupun sama sekali tidak merokok tapi bibir Mas Iwan agak hitam, tentu karena asma nya kalau begitu).


Saya mendengar : ternyata suara seseorang juga bisa dipakai untuk mendeteksi gangguan kesehatan. Mau contoh yang gampang, ya aku sekarang ini, suaraku serak karena batuk, bindeng karena pilek. Konon, ada banyak model "serak" yang mengindikasikan banyak gangguan, dari yang sederhana (flu) sampai serak model pengidap kencing manis yang sudah berada dalam level keparahan tertentu.
Saya merasakan : akhirnya, memeriksa dan merasakan nadi pasien lah yang menjadi senjata diagnosa. Cara ini juga yang selalu kulihat dipakai Master Saeho dalam memeriksa pasiennya.

So, inti dari tipsnya, ketika Anda baru pertama kali datang ke seorang akupungturis atau ahli chikung, jangan katakan apa-apa tentang keluhan Anda. Mestinya, dia akan bisa tahu dengan sendirinya, kira2 gangguan kesehatan apa yang Anda derita. Kira2 organ tubuh mana dari Anda yang sedang mengalami gangguan. Bukan magic bukan sihir, tetapi dalam ilmu chikung Cina, hal-hal ini memang sudah ribuan tahun diajarkan.

Dan kalau ketika Anda datang ternyata yang Anda hadapi adalah pertanyaan "Gimana Pak/Bu, apa keluhannya?", maka mungkin lebih baik kalau Anda tidak usah datang lagi ke tempat prakteknya itu.

 

:::::.....

Sedangkan yang berikut ini kalimat dari artikel di JawaPos nya (versi aslinya bisa dilihat disini http://jawapos.co.id/ dan versi lengkapnya berupa pdf bisa dilihat disini http://versipdf.jawapos.co.id/index.php?detail=mt_det&file_det=00721260 )

Xie Fang menjelaskan, di Indonesia saat ini memang bermunculan banyak akupunkturis. Dia memberikan tip untuk mengetahui seorang akupunkturis telah mendalami ilmu tusuk jarum dengan benar. Menurut dia, ada tiga hal yang menjadi pedoman diagnosis pasien. Ketiganya kurang lebih berarti saya melihat, mendengar, dan merasakan.

Melalui penglihatan, seorang akupunkturis, papar dia, dapat memperkirakan gangguan yang diderita pasien. Misalnya, bibir menghitam merupakan tanda pasokan oksigen kurang. "Itulah sebab para perokok berbibir hitam. Pasokan oksigen ke otak perokok kurang," jelasnya.

Cara kedua melalui pendengaran. Suara seseorang, misalnya, juga bisa dipakai untuk mendeteksi gangguan kesehatan. Contoh, suara serak disebabkan batuk, sedangkan sengau akibat pilek. "Ada banyak model serak yang mengindikasikan banyak gangguan, dari yang sederhana, yakni flu, sampai model pengidap kencing manis yang sudah berada dalam level keparahan tertentu," terang dia.

Selanjutnya adalah metode merasakan. Dia mengatakan, memeriksa dan merasakan nadi pasien menjadi senjata diagnosis. Karena itu, ketika baru kali pertama datang ke seorang akupunkturis, jangan katakan apa-apa tentang keluhan. Akupunkturis bisa tahu sendiri gangguan kesehatan yang diderita pasien. "Itu bukan magic atau sihir. Di Tiongkok, hal-hal tersebut memang sudah ribuan tahun diajarkan," tegasnya.

 

:::::.....

Dan memang, barusan tadi aku sempat usil, googling dengan Goggle Indonesia, dengan kata kunci “dr. Fang akupungtur” , tebak alamat blog siapa yang keluar... ;-)

Ahhh...bener-bener kebetulan yang sangat menyenangkan... :-D

:::::.....

Sabtu, 28 Maret 2009

Kenalan Dengan dr. Fang Yuukk!! (1)

Kenalan dengan dr. Fang yuk...

Yang kebetulan sering baca status Facebook ku pasti sudah nggak asing lagi dengan nama ini. Dua kali dalam seminggu aku nyaris selalu pasang status "kencan dengan dr. Fang".

Cerita perkenalanku dengan dokter satu ini nggak lepas dari sejarah diabetes ku sejak 8 th yang lalu. Aku memang beresiko besar mengidap diabetes karena keturunan (dr ayah). Siapa bilang warisan dari orangtua itu hanya bisa berupa harta? Ternyata diabetes pun sekarang menjadi warisan bapakku yang sangat aku syukuri.

Walaupun aku berharap warisan ini tidak berlanjut kepada anak-anakku (apalagi anak pertamaku laki-laki, konon secara hereditas Abe lebih beresiko daripada Bea yang anak kedua dan berjenis kelamin sama denganku), dan walaupun ketika pertamakali divonis dulu aku sempat down, tetapi alhamdulillah penyakit ini telah membuat aku merasa lebih dekat dengan Allah pada akhirnya. Bukankah itu yang terpenting? Apalagi seorang teman meyakinkan bahwa penyakit adalah penghapus dosa-dosa kita. Subhanallah.

Waktu itu, pencetusnya adalah kehamilan Abe. Dan sampai sekarang aku mencoba mengontrolnya dengan berusaha hidup disiplin terutama soal olahraga dan makanan. Apakah kadang-kadang aku dudul bosan atau lepas kontrol? Tentu saja. Tetapi overall aku bisa hidup mesra dengan kadar gulaku. Aku juga nggak mau tergantung obat2an, karena udah ngeri duluan dengan efek sampingnya.

Anyway..
Sekitar 7 bulan lalu, datang sebuah musibah berupa sebuah kabar buruk. Memang sudah waktunya, karena selama ini Allah sudah terlalu banyak mengujiku dengan nikmat. Jadi rupanya memang sudah waktunya musibah itu datang.

Nggak perlu diceritakan disini karena tentu saja nggak relevan, tetapi rupanya musibah itu telah membawa perubahan pada tubuhku. Sejak itu, nggak tau kenapa aku jadi gampang sekali berdebar-debar. Waktu yoga, sering sekali tiba2 napas tersengal, bahkan ketika sekedar jalan sekeliling Masjid Al Akbar.

Keringat dingin juga kadang-kadang menyertai, dan aku merasa kualitas tidurku menurun. Kadang-kadang, di saat-saat tertentu napas terasa agak berat dan sesak. Aku langsung merasa badanku sangat tidak beres. Menyikapi musibah dengan hati ikhlas tentu memang yang harus dilakukan, tetapi urusan badan rupanya tak sesederhana itu. Untuk waktu 1-2 bulan aku benar-benar merasa sangat tidak sehat. Kuputuskan, sudah waktunya mencari cara dan bantuan untuk kembali sehat.

Urusan kesehatan, nggak tahu kenapa sudah sejak lama aku sangat menyukai cara-cara Cina. Mungkin karena cara yang dimiliki salah satu peradaban tertua di dunia itu selalu terkesan ALAMI buatku. Mungkin juga karena aku terlalu banyak tumbuh ditemani film-film kungfu yang berseri-seri itu. Atau mungkin karena aku menghabiskan sebagian besar masa kanak-kanakku di klub bulutangkis dan bergaul dengan banyak teman beretnis Cina. Di klub, dulu kami selalu dikawal seorang sinshei kalau ada masalah kesehatan. Dari situlah aku mengenal cara-cara seperti chikung, totok, tusuk jarum sampai dengan ramuan2 herbal segala rupa warna dan bau. Menarik benar buatku waktu itu, karena mirip dengan di film-film kungfu yang kutonton, hehe.

Kata orang, kunci keberhasilan suatu pengobatan adalah keyakinan pasien itu sendiri. Itulah kenapa sudah beberapa tahun ini setiap ke Jakarta aku selalu menyempatkan mengunjungi Master Saeho, seorang terapis chikung di Jakarta yang sempat belajar langsung di kuil shaolin sana selama hampir 10 tahun. Tiap kali keluar dari rumah master di bintaro itu, badanku selalu terasa lebih segar. Tapi disaat begini, rasanya aku perlu terapi yang lebih intensif, dan jarak Surabaya-Jakarta tentu saja jadi terasa merepotkan. Nggak terbayang kalo sampai harus kerumah master seminggu sekali aja, harus ninggalin anak-anak, juga konsumsi waktu dan biaya pasti luar biasa.

Disaat yang tepat itulah, oleh seorang teman kami diberitahu dan dikenalkan kepada dokter Xie Fang. Teman ini dulu kebetulan memang pernah 2 tahun tinggal di Tiongkok, dan disanalah dia mengenal dokter yang kisah kepindahannya ke Indonesia tahun 2000 lalu, juga kisah kemualafannya, sangat unik dan menarik ini.

Tapi kok tulisan ini belum-belum sudah panjang duluan ya...
Bersambung aja kali ya, biar nggak capek bacanya, hehe. Next, aku akan cerita bagaimana hebatnya sih dokter ini menurutku, sampai aku menyerah dalam tusukan jarum-jarum akupungturnya...? :D

(Bersambung)