
Lumayan hobi nonton, biasanya aku pergi berdua dengan suami. Tapi tadi siang adalah waktu nonton yang istimewa.
Pertama, karena filmnya adalah “Ayat-Ayat Cinta” (dan karenanya, Mas Iwan tentu tak akan bersedia ikut), sebuah filem yang belum-belum sudah menjadi besar, thanx to novelnya Kang Abik. Berdasarkan pengalamanku nonton filem2 yang diangkat dari novel, aku sudah tak banyak berharap. Bagiku, belum-belum aku sudah setengah yakin bahwa membaca novelnya pasti akan tetap lebih mengasyikkan daripada nonton filemnya.
Kedua, siang ini bener-bener Mommies Day Out buat kita bertujuh. Eh, kliru ternyata ber-8 karena ada satu yang mengajak si kecilnya ikut. Udah lama nggak ngumpul di sekolah (kebetulan kita bertemu dan berteman karena anak2 kita bersekolah di sekolah yang sama), sekalinya ini kita berkesempatan nonton bareng (well, paling nggak buat aku hehe).
Ketiga, kita nontonnya di mall baru, Surabaya Town Square (Sutos) sehingga tak bisa dicegah, ada dua faktor dudul disini. Faktor “kita ngumpul” dan faktor “tempat baru”. Maka keluarlah semua katrok dan ndeso (hahahaha) apalagi mall dengan konsep innercourt baru kali ini ada di Surabaya. Padahal beberapa sudah melihat Cilandak Town Square Jakarta yang menjadi pilot project mall konsep begini, tapi tetep...karena kali ini ada faktor “ngumpul” itu tadi, semua jadi dudul bertingkah lebih kekanak-kanakan daripada anak-anak. Yang pasti, kebanyakan pada nyerah melawan hasrat “poto-poto” ku yang sudah dalam taraf memalukan itu. Hihihihi...


Khusus di Cinema XXI suasana sangat ramai! Penuh dengan ibu-ibu, remaja2 putri yang jelas sekali penggemar berat novel Kang Abik. Dari salah satu teman yang ketemu disitu, kabarnya sore ini akan ada juga berpuluh penggiat ESQ yang mau nonton bareng, wah bisa-bisa menyewa seluruh ruangan sendiri tuh! Ah, aku kok jadi inget Mas April, salah satu dari sedikit kaum adam yang kukenal yang sangat tersentuh dengan novel AAC dan dengan gentlemen mengakui berapa box tisu yang dihabiskannya setelah baca itu novel. Kapan itu sempat terpikir untuk kopdar sekalian nonton bersama filem AAC, karena aku juga sudah kepingin kenal istrinya. Maaf ya Mas, karena penentuan tempat nonton yang mendadak, aku jadi nggak bisa punya kesempatan untuk menghubungi sampeyan. :-(
Filmnya sendiri, sangat sesuai dengan yang kuharapkan sebelumnya, yaitu TIDAK SEASYIK NOVELNYA. Namun begitu, tak urung ada beberapa scene yang cukup memancing airmata haru, memperlihatkan dengan jelas selera romantisme yang menghujam hati ala Hanung Bram. Tapi tak ada separuh novelnya, bahkan kuingat hanya dua kali air mataku sempat mengambang, itupun nggak sampai jatuh (salah satu kerugian nonton bareng2, jadi pada cekikikan dan kurang menghayati drama :-D). Itu adalah ketika melihat tokoh Aisa hancur hatinya demi menyaksikan Fahri menikahi Maria atas desakannya sendiri. Satu lagi adalah ketika Maria yang sekarat mengambil tayamum dan mengajak Fahri dan Aisa sholat bersama-sama, kemudian meninggal.
Akting Rianti Cartwright dan Fedi Nuril juga biasa saja, aku malah lebih kepincut dengan Carissa Puteri (pemeran Maria) yang menurutku sangat natural dan menggemaskan. Dia jelas-jelas mampu menghidupkan karakter Maria di novel, berbeda dengan Rianti (pemeran Aisa) yang kelihatan agak lebih tegas dan kurang ikhlas dibandingkan dengan karakter Aisa di novelnya. Ending yang sempat di twist juga cukup memberi kejutan tetapi tidak mengecewakan juga, karena cerita jadi lebih hidup dan mengurangi kadar ‘klise’ novelnya.
Film ini juga jelas-jelas hanya menyorot sisi romantisme dari keseluruhan isi novelnya. Ayat-ayat Al Qur’an yang membangun iman, puisi-puisi sarat makna yang menghujam dalam, suasana urat nadi kehidupan di Mesir, intinya semua hal yang menjadi kekuatan dan membuat novelnya ISTIMEWA, tak banyak ditemukan disini. Aku paling kehilangan ketika tak menemukan puisi yang diberikan Fahri kepada Aisa di malam pengantin mereka didalam novel. Prinsip-prinsip pergaulan dalam Islam pun hanya terasa sebagai background saja. Tak heran si penulis novelnya sendiri mencatat beberapa ketidakpuasan terhadap film ini.
But, terlepas dari filemnya sendiri, nonton bersama keenam teman-teman (dan si kecil Amel yang manissss sekali) ini, sangat menyenangkan. Apalagi sekarang aku sedang getol-getolnya “memaksa-maksa” mereka untuk ngeblog di Multiply (hahahaha heran kok kalian pada belum ada yang cari surat perintah pengadilan supaya bisa menghindari bertemu denganku ya?? :-D).
Mbak Agustin, Mbak Itok, Mbak Novi, Mbak Olif, Mbak Sisil (plus the sweetie Amel) dan Mbak Lucky... Thx a lot for today, girls...I really9x had a great time there... :-)


