Sudah seminggu ini semua orang dirumah dibikin pusing oleh Zing dan Abe.
Zing, kucing kesayangan dan pertama yang dimiliki anak-anak ini, sekarang memang sudah menginjak remaja (kalau nggak boleh dibilang dewasa). Selama ini kami memeliharanya dengan kasih sayang yang natural. Maksudnya natural, ya sealami mungkin. Tidak kekurangan kasih sayang, tapi juga tidak berlebihan. Tidak sampai menyiapkan kandang apalagi membawanya ke salon. Makanan pun tidak wajib beli yang khusus, menunya berselang-seling antara whizkas dan kepala ikan dari pasar, itupun dengan perbandingan yang jauh lebih sedikit untuk whiskaz.
Daripada membiarkan Zing dalam kurungan (dan menjadi kucing malas yang hanya rajin tidur), kami semua juga lebih suka membiarkannya lepas 24 jam, mengajaknya bermain, berlarian berloncatan di semua sudut rumah (kecuali kamar tidur tentu), halaman depan, samping bahkan ke taman kompleks. Karena itu Zing tumbuh dengan insting kekucingannya **hihi** yang masih terpelihara dengan baik.
Anyway, rupanya Zing sudah mulai puber. Seminggu lalu dia sempat menghilang, 3 hari nggak pulang. Sebelumnya beberapa kali Zing nggak pulang. Tetapi maksimal 2 hari kemudian berhasil pulang lagi, jadinya kami sudah nggak se khawatir dulu. Cuma, ada yang beda kali ini.
Kalau dulu-dulu, ketika Zing menghilang 2 hari trus kemudian pulang, kondisinya pasti dudul. Badan kotor semua, dengan tubuh kurus dan bulu yang acakadul. Terkadang, badannya luka dan bocel di beberapa tempat. Tanda dia baru mengalami “petualangan yang seru dan sedikit menakutkan” diluar
Nah, kali ini beda banget keadaannya. Malam itu, setelah 3 hari 3 malam Zing nggak pulang (rekor terlama hilang nih) dan Abe sudah mulai senewen, tiba-tiba Zing pulang. Disambut bahagia dong sama seisi rumah. Disiapkanlah makanan khusus dan lezat, dan kami semua mencelos melihat Zing makan seperti kesetanan. Duhh nih ‘anak’ pasti kelaparan diluar
Dan kemudian, hati kami mencelos lagi ketika sehabis makan, Zing menunjukkan tanda-tanda MAU PERGI LAGI!! Caranya ingin pergi, sama kesetanannya dengan cara dia makan tadi. Abe-Bea sampai teriak-teriak mencegah dia untuk pergi, maklum mereka mungkin masih kangen dengan Zing. Tapi Zing tetap ngeyel mau pergi. Seperti mencium suatu firasat, akhirnya Abe pun memutuskan mengambil tindakan drastis.
“Tutup semua pintu rumah!! Jangan biarkan Zing pergi!!”.... MasyaAllah, Abe memutuskan untuk mengurung Zing didalam rumah!!
Akhirnya Zing menghabiskan semalaman itu mengeluarkan raungan yang menyayat hati, seperti memohon semua orang untuk membukakan pintu dan memperbolehkannya keluar. Zing seperti melolongkan jeritan hatinya “Tolong...aku HARUS pergi lagi”
Abe menangis pilu...persis seperti tangisannya ketika menonton Lintang berhenti sekolah di film Laskar Pelangi. “Ibuukkkk gimana kalau diluar
Anakku... Aku tahu persis apa yang ada dipikirannya. Abe jelas-jelas patah hati melihat Zing yang sepertinya tidak mau berada dirumah ini. Padahal jelas-jelas seisi rumah masih kangen sama dia. Dengan tangisan panik Abe pun menelepon Abah (bapaknya Mas Iwan) meminta dibikinkan kandang untuk Zing. Dia juga memutuskan daripada diculik orang, mending Zing dikandang saja!
Wah, sudah mulai serius nih...
Besok paginya Abe wanti2 supaya mbak tetap mengurung Zing DIDALAM rumah selama dia sekolah. Begitu pulang, langsung Abe meminta laporan, dan sontak dia menangis lagi demi mendengar bahwa Zing masih melolong-lolong terus didepan pintu, minta dibukakan dan diperbolehkan keluar. Malam itu suasana dirumah tegang. Abe-Bea sibuk menebak-nebak apa yang terjadi sehingga Zing seperti itu.
Aku, sibuk menenangkan Abe (yang terus-terusan menangis) dan Bea dengan cerita-cerita masa kecilku ketika kehilangan kucing yang mulai dewasa. “Mungkin dia menemukan kucing betina diluar
Eleuh eleuh si Ibuk....
“Nggak boleh! Pokoknya Zing harus tetap dikurung dirumah!”
“Biarkanlah dia pergi Abe... Sudah berkali-kali dia membuktikan bahwa dia bisa pulang lagi kerumah kita setelah menghilang, maka percayalah bahwa besok-besok dia akan pulang lagi dengan baik-baik saja...”
“Nggak boleh Buukkk....Darimana Ibuk tahu kalo dia akan baik-baik saja??”
“Lihatlah dia! Biasanya sehabis menghilang, dia selalu menikmati berada dirumah. Makan, tidur, makan lagi, tidur lagi. Tapi lihat sekarang! Dia kelihatan sangat pingin pergi ke suatu tempat diluar
“Tapi bagaimana kalau dia diculik orang jahat Buuukkk???” Abe berkali-kali mengungkapkan ketakutannya bahwa mungkin kalau dia melepaskan Zing kali ini, maka itulah kepergian terakhirnya dari rumah ini, alias mungkin Zing tidak akan kembali lagi kerumah ini untuk selamanya.
Aku mulai mengerti.... Sikap Zing yang bukannya “senang” pulang kerumah, tapi malah pingin segera “pergi” lagi ternyata membuat Abe sangat takut kehilangan Zing...
:::::.....
Besoknya, selepas shubuh sehabis mengaji pagi, Abe dipanggil dan diajak ngomong sama Bapak. Kalo Ibuk sudah mentok gini, biasanya memang Bapak yang action.
“Abe suka nggak main dirumah Abah?” tanya Bapak.
“Suka!” jawab Abe.
“Kenapa Abe suka main dirumah Abah?”
“Karena bisa main macam2, berenang, sepedaan...”
“Nah, kira-kira Abe mau nggak kalau Abe main kerumah Abah, trus sama Abah DIKURUNG di kamar, nggak boleh kemana-mana??”
Abe diam..... Kemudian tiba-tiba dia menggeleng pelan. Matanya perlahan beralih kepada Zing (yang masih setiap njogrok depan pintu depan nunggu dibukain, sampe ketiduran disitu). Kemudian, air muka Abe mendadak berubah, ada suatu pencerahan dan rasa ikhlas yang menyeruak disitu.
Abe lalu berjalan kearah Zing, kali ini memeluknya dengan hangat. Mulutnya terlihat komat-kamit (belakangan dia mengaku bahwa dia berdoa memohon kepada Allah untuk keselamatan Zing). Kemudian Abe memutar kunci pintu depan, membangunkan Zing yang kelihatan takjub melihat pintu terbuka. Dengan serta-merta, Zing pun berlari keluar seperti kesetanan.
Abe terpekur agak lama di depan pintu. Aku tahu. Detik itu, Abe belajar banyak tentang satu hal yang amat penting, ikhlas melepaskan Zing pergi... dan aku hanya bisa memeluknya...
(Bersambung)