
Aku punya 2 adik sepupu laki-laki yang relatif sebaya, sebut saja A dan B.
Si A lahir dan tumbuh besar di
Si B lahir dan tumbuh besar di
Pada dasarnya, kami memang keluarga besar pedagang, dari ke-9 bersaudara Bapakku, hanya dua yang tidak berdagang. Well, intinya B sudah akrab dengan dunia kerja dari kecil, seperti juga banyak dari kami bersepupu yang rata-rata terbiasa membantu orangtua2 kami di toko masing-masing. Dan mungkin karena itulah, si A lebih banyak menguasai topik perbincangan saudara-saudara di reuni keluarga. Bagi kami, seorang remaja yang piawai menjual dagangan dipasar adalah suatu hal yang biasa, hampir semua dari kami juga begitu. Beda dengan pengalaman menang Olimpiade Sains dimana-mana.
Tapi, suatu hari, semuanya berbeda...
Waktu itu kami sedang berada ditengah pernikahan seorang sepupu juga, di Tulungagung. Seperti biasa, semua orang selalu menjadi panitia sekaligus pelaksana. Khusus bagi A dan B ini pertama kalinya mereka menjadi panitia, karena di pernikahan sepupu sebelumnya, mereka masih terlalu kecil. Disitulah banyak kejadian yang seperti membuka mata, bahwa ada alasan bagus kenapa Allah tidak menciptakan semua manusia jenius dan menjadi juara Olimpiade dimana-mana.
Ditengah riuhnya acara makan-makan si A seperti sedang tersesat di dunia yang sangat tidak dimengertinya. Tugas sesederhana meracik es krim+mutiara di gelas-gelas kecil, menata di baki khusus untuk kemudian diputar diedarkan ke semua orang, dalam hal ini rupanya menjadi tugas yang jauh lebih rumit dan sulit daripada menerapkan rumus-rumus Fisika tingkat tinggi.
Melihat wajahnya, kayaknya si A lebih memilih disuruh menuliskan angka Phi sampai ke 100 desimal (btw, dia bener2 apal angka Phi sampai 100 desimal lebih lho!) daripada diminta untuk menakar seberapa banyak jumlah mutiara yang tepat untuk satu porsi es-krim atau mengatur strategi distribusi yang tepat supaya semua tamu bisa mendapatkan jatah es-krim dalam waktu sesingkat mungkin. Gerakan badannya kikuk, wajahnya terlihat jelas berkeringat dan bingung, tamu mana yang harus didulukan??
Sedang untuk si B, well lets just say, ITU SIH HAL KECIIILLL....!!!! :-D
:::::.....
My point is, ini sama sekali bukan masalah mana dari kedua aspek ini yang lebih penting. Kognitif atau Motorik. Akademis atau Street Wise. Kemampuan Analitis Teoris (Kognitif) dan Ketrampilan Praktis (Life Skill). Karena menurutku keduanya sama-sama penting. Dan karenanya, tak ada salah satu yang berhak mendapat sorotan lebih daripada yang lain.
Kata teori Yin-Yang, kuncinya adalah keseimbangan. Bagaimana kita bisa mencapai keduanya dalam takaran yang seimbang, akan lebih membawa kita untuk sukses dalam hidup ini. Menurutku, ekstrim pada salah satu disini bukanlah suatu pilihan yang terbaik. Misalkan, ada orang yang kemampuan analisa teorisnya sangat tinggi tetapi kemampuan praktisnya nol, akan sulit bertahan dalam kehidupan. Sebaliknya juga, kemampuan praktis bagus yang tidak didukung dengan kemampuan analisa teori yang baik, seseorang tidak akan bisa kreatif dan berkembang dalam decision making dan menemukan langkah yang lebih baik lagi dari apapun yang dia kerjakan.
:::::.....
Just wanna share, semoga bermanfaat... :-)