Tampilkan postingan dengan label renovasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label renovasi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 14 Mei 2009

CaRen 1 : Perencanaan dan Catatan Khusus

:::::.....

Bikin Catatan Renovasi ah...

Disingkat CaRen aja ya?? heuheuheu

 

ARSITEK YANG (HARUS) TAK BIASA

Dulu, kami memutuskan untuk menghubungi Mas Awi untuk membuatkan design rumah karena bagi kami dia arsitek yang tak biasa. Tak biasa disini bukan apa-apa, maksudnya dia sudah cukup mengenal karakter kami berdua. Mas Awi adalah teman SMA Mas Iwan. Kuliahpun di universitas dan fakultas yang sama meskipun beda jurusan (MI di Teknik Sipil, sedang Mas Awi di Arsitektur).

 

Dahulu kala, 15 tahun yang lalu ketika MI masih mengira bahwa aku adalah orang yang bisa digombali (hahaha), MI pernah menghadiahkan aku sebuah kaset berisi lagu-lagu pilihan rekaman sendiri (jaman SMA dulu kan suka trend tuh rekam-rekam lagu begini). Waktu itu aku terpesona melihat design dan gambar cover kasetnya. Gambar suasana sunset di pantai, tapi bernuansa pink, bagus banget! (Padahal lagi, aku biasanya tak terlalu suka warna pink). Beberapa waktu kemudian ketika kami sudah menikah dan aku sering ikut MI ke kampusnya, baru aku bisa berkenalan dengan orang yang membuat cover itu. Ya Mas Awi ini!

 

So Mas Awi and us, we already got history together. Aku percaya kami akan bisa menjalin komunikasi dengan baik karena memang sudah lama saling mengenal. Dan menurutku, secara pribadi, Mas Awi adalah tipe yang tak mudah berjengit aneh kalau misalnya nanti ada permintaan yang tidak biasa dan personal dari kami (menyangkut design rumah tentu saja).

 

Proses perencanaan pun dimulai. Kami mengkomunikasikan beberapa catatan khusus menyangkut design rumah yang kami inginkan. Berikut catatan yang kami rangkum dari tempat kejadian **sotoy.com** :-D

 

KONSEP RUMAH ALA KAMI

Waktu itu sih sudah booming model-model rumah modern minimalis, maka catatan pertama yang kuberikan adalah, aku sangat menyukai gaya simpel seperti pada rumah-rumah modern, tapi aku tidak begitu suka gaya minimalis. Menurutku terlalu kaku dan dingin. Akhirnya, diputuskan untuk membuat desain rumah yang bergaya simpel, yang modelnya tak lekang oleh waktu maupun trend, agak pop dengan sedikit warna bolehlah, dan yang pasti mudah perawatannya.

 

Untuk pengaturan ruangan, yang pasti kami ingin rumah yang legaaaa....selega-leganya dengan lahan yang terbatas ini. Kenapa? Pertama, karena kami sadar tidak ada anggota keluarga ini yang pendiam. Bahkan, semua cenderung tak bisa diam. Jadi untuk menghindari banyaknya kasus kejedug tembok, saling jedug satu sama lain, kesandung furniture atau terbanting ke pintu, rasanya rumah yang tidak banyak sekat akan lebih sesuai untuk kami sekeluarga. Kedua, memang dasarnya aku tetaplah orang ndeso. Kalo di desa kan rumah biasanya luas tuh, berhalaman lapang, dengan berbagai tumbuhan dan pohon, dlsb. Karena itu jugalah aku menekankan pada Mas Awi untuk menyisakan sebanyak mungkin lahan hijau untuk sekedar menyegarkan suasana rumah.

 

Kemudian yang juga penting untuk dijadikan catatan adalah soal kamar tidurnya si mbak. Selama ini diam-diam aku selalu merasa kepingin protes saja melihat desain-desain rumah yang hanya menyisakan sepetak kecil untuk kamar tidur pembantu. Tak jarang luasnya tak lebih dari kamar mandi, padahal praktiknya, mbak lah yang nantinya lebih banyak terjun untuk merawat rumah kan? Dirumah kami yang lama (yang sudah ambruk itu hiks), walaupun rumahnya sendiri mungil, tapi bersyukur masih ada space yang cukup untuk ruang servis. Kamar tidur mbak Pin dan mbak Prapti dirumah lama berukuran 3x3 meter. Maka secara khusus aku berpesan kepada Mas Awi untuk paling tidak membuatkan desain kamar mbak, minimal sama dengan luas kamar mbak dirumah lama sebelumnya. Ternyata lebih baik lagi, karena ketika desain jadi, kapling untuk kamar tidur si mbak mencapai 3x4 meter. Well that’s even better.

 

RAB...RAB...MEMBLE H2C....

Membuka lembar demi lembar gambar desain dan gambar kerja rumah, selalunya menjadi hal yang menyenangkan. Imajinasi akan bagaimana kelak ketika gambar ini akan terwujud nyata selalu menari-nari indah. Apalagi diam-diam memang sudah sejak lama aku menaruh minat pada bidang arsitektur dan interior. Bidang ini lah yang menjadi pilihan minat sejak dulu setelah Psikologi. Bertahun-tahun aku rajin beli buku dan langganan majalah/tabloid arsitektur (semua numpuk sampai sekarang memenuhi lemari). Jadi memandangi detil demi detil rancangan rumah sendiri pastilah membuat pikiran terbang kemana-mana.

 

Baru aku merasakan terbanting berdebam ketika kemudian yang kubuka adalah lembar demi lembar yang memaparkan soal Rancangan Anggaran Biaya (RAB). Ya Allah, membangun rumah sekarang ternyata segini mahalnya ya... Kontrak dengan Om Kusnadi (tetangga dan geng cangkruk MI yang jadi kontraktor/pemborong proyek rumah kami) menyebutkan angka 1,8 – 2 juta/m2. Memble bener jadinya.... Padahal sudah rahasia umum, bahwa ketika membangun rumah, RAB ini selalunya akan mengalami pembengkakan, bahkan bisa beranak pinak nggak keruan... Duh semoga ini nggak terjadi, kalaupun terjadi semoga nggak banyak-banyak overbudgetnya.

 

But...!

 

Kami harus banyak-banyak bersyukur. Banyak cara menuju penghematan. Thank God, Mas Iwan kerja di bidang perdagangan bahan bangunan. Paling tidak, kalau mengandalkan dagangan sendiri aja, urusan besi beton, paku, tripleks, dan beberapa bahan lain, bisa membuat memble kami agak berkurang. Jauh berkurang malah karena di RAB dimasukkan harga galangan, sedangkan kami hanya perlu membayar harga pabrik saja. Batu bata, kita malah produksi sendiri. Untuk bahan-bahan lain seperti semen, pasir, batu kali dll. ada puluhan kolega dan toko langganan yang alhamdulillah siap membantu dengan diskon harga yang bagus. Harap-harap cemas, minimal kalau 10 persen dari RAB saja, bisalah kita pangkas dari ini.  Lumayan kan? :-)

 

(bersambung)


:::::.....