
Hanya 2 hari berada di Madinah rasanya sungguh terlalu singkat. Paling nggak, kalo berhaji kita punya waktu seminggu lebih di Madinah. Namun begitu, kami sempat juga melakukan city tour ke beberapa tempat. Menu tempatnya seperti biasa lazimnya paket2 city tour ke Madinah.
- Masjid Quba
- Jabal Uhud
- Masjid Kiblatain
- Masjid Sab’ah (Khandaq)
Rasanya tak perlu aku ulas tempat-tempat tersebut, karena pasti sudah banyak yang membaca sejarah dibalik tempat-tempat itu. Kalopun belum, dengan bantuan search engine internet aku yakin pasti semua bisa mendapatkan informasi sebanyak apapun (buktinya kalo kurang puas dengan cerita di buku, Abe juga selalu mendapatkan tambahan cerita peperangan Islam vs Kafir jaman dulu kegemarannya via internet kok hehe). Diluar sejarahnya, di setiap tempat pasti ada suatu sisi lain yang kurasa menarik untuk diamati.
Di Jabal Uhud, aku takjub melihat para pedagang yang ada disitu. Ada hikmahnya kami sampai ke Jabal Uhud pas tengah hari, sekitar jam 11 siang. Pas panas-panasnya. Disitu aku bisa membayangkan (atau justru tidak bisa terbayangkan??) sejauh apa kekuatan manusia bertahan dibawah paparan panas matahari.
Bayangkan saja, waktu itu awal Mei dimana suhu di Saudi belum terlalu panas. Tapi sudah kulihat para tourist dari Indonesia ini (kebanyakan para wanita, termasuk juga aku) sudah pada ribet melindungi diri dengan berbagai alat dari kacamata hitam, payung, kardus bekas tempat air minum dan lain-lain. Itu yang kasat mata, belum lagi perangkat “melekat” yang dipakai untuk mengurangi udara kering yang menyedot kelembaban tubuh dan kulit, dari pelembab ber SPF tinggi sampai pelembab bibir berglycerin tinggi.
Sedangkan para pedagang di kaki Bukit Uhud ini? Mereka harus kuat seharian berjualan disini. Tepat dibawah paparan sinar matahari yang ketika musim panas, tak bisa kubayangkan seperti apa. Disinilah mereka mencari nafkah untuk keluarganya. Subhanalloh...aku pun jadi belajar kepada mereka, dan lebih melecut diri untuk bersyukur kepada Allah.
Di Masjid Quba, kami bahkan punya pengalaman yang unik dan menarik (kaya judul acara TVRI jadul aja ya hehe).
Waktu itu, selesai melakukan sholat sunnah. Akupun keluar masjid dan segera mencari Mas Iwan ditempat yang sudah kami sepakati. Dari jauh aku sudah bertanya-tanya demi melihat suasana di tempat itu ramai dan penuh dengan sorak sorai. Sempat heran karena hanya 15 menit sebelumnya, suasana adem ayem saja disitu, ada apa ya??
Lebih heran lagi ketika aku melihat mas Iwan. Dia kelihatannya sedang sangat sibuk...terlibat dalam pemotretan. Anehnya, kok serasanya dia seperti artis seorang artis yang melayani permintaan foto para penggemarnya?? Jadi gak percaya, benarkah itu suamiku??
“Sini Nduk, ikut foto” katanya menarik tanganku bergabung. Di sekitar kami, kulihat banyak sekali pemuda2 tegap berpotongan rambut cepak. Jumlahnya puluhan, satu kompi! Rata-rata memakai baju gamis ala Arab, tetapi dari tutur katanya, aku tahu mereka adalah pemuda Indonesia. Semua semangat bergantian minta foto-foto dengan kami. Wah aku sampai heran kenapa!
“Sstt...mereka adalah Pasukan Garuda” bisik Mas Iwan pendek, trus sibuk bergaya lagi sambil ngobrol dengan riuhnya with this bunch of fine young men. Ooo...ternyata Pasukan Garuda too...
Ya, mereka ternyata adalah pasukan perdamaian TNI yang sedang bertugas di Lebanon. They’ve been in Lebanon like over 2 years now, dan akhirnya mendapat ijin untuk pergi umroh rame-rame. Wah pantes saja, begitu lihat saudaranya sesama orang Indonesia, walaupun cuma “sekelas” Mas Iwan, mereka antusias sekali, serasa ketemu artis! Hueheheheh
Yang menarik, mereka cerita, perjalanan darat yang harus mereka tempuh dari Lebanon ke Saudi lebih dari 2 hari 2 malam lamanya! **gubrax** nyesel deh kemarin sempat mengeluh bosan dengan penerbangan yang cuma 9-10 jam :-(
Kelak, aku selalu terpesona liat para adik2 belia yang kompak ini. Beberapa hari kedepan, selama di Mekkah kami sering bertemu lagi, entah pada saat thawaf maupun sa’i. Dasar sudah dilatih militer, cara mereka thawaf dan sa’i bersama pun tak ubahnya latihan baris-berbaris. Persis seperti yang kita lihat di jalan2 raya gitu! Bedanya, kali ini mereka berbalut baju ihram dan lagu2 yang biasa mereka teriakkan bersama-sama diganti dengan lafal2 doa. Dan sangat kompak! Kompak yang bertahan dari awal sampai akhir dengan ritme yang konstan. Beda dengan kita yang ketika sa’i biasanya trus terpisah karena harus berdamai dengan kecepatan jalan masing-masing orang.
Ketika jamaah yang lain memakai bedge travel masing-masing, mereka cukup memakai bedge bendera merah putih kecil. Wah, tak urung setiap bertemu lagi dengan mereka, rasanya ikut bangga hati ini! :-)
Setiap bertemu lagi, kemudian berpisah, kami selalu ikut memberi mereka semangat “Selamat bertugas”, just in case it was our goodbye... Lalu, waktu selanjutnya ditempat yang lain, tiba-tiba “Ehhhh ketemu lagiiii!!!!” hehehehe
Yang paling menarik tentu adalah ketika berkunjung ke kebun kurma. Ini yang pertama buatku (11 tahun lalu belum ngetrend deh tour ke kebun kurma hihi), dan masuk kebun kurma untuk pertama kalinya, jadi mirip anak-anak masuk toko mainan deh. Tanya ini itu, gak bisa nahan diri sentuh ini itu (sambil berkali-kali mengaduh karena kecokrok batang kurma :D), sampe mas Iwan bolak-balik mengingatkan kalo disitu ada bapak2 Arab yang senyum2 liatin wong ndeso masuk kebun kurma, huehehehe. :-D