Jumat, 16 November 2007

Anak-Anak vs Baksos


 

Tugas mengisi kolom “Ruang Keluarga” di majalah Sekolah Al Hikmah bulan ini, kupilih topik Reframing dalam tema Neuro Linguistik Programming. Terasa lengkap dan mengena karena ternyata baru saja sehari setelah majalahnya terbit, lha kok ternyata aku mendapat kesempatan merasakan sendiri pengalaman membingkai ulang sudut pandang dan persepsi kita akan sesuatu ini.

 

Sesuai dengan tujuan awal dan skala prioritasnya, kegiatanku aktif baik di MS Al Hikmah maupun di Komite Sekolah memang mengisi slot waktu kosong ketika anak-anak sekolah. Beda dengan Komite Sekolah yang formal, Majelis Silaturahim (MS) Al Hikmah adalah organisasi versi non-formal kami untuk mewadahi walimurid (terutama ibu-ibu seangkatan) di Sekolah Al Hikmah. Bukan hanya bergabung, dulunya aku dengan beberapa teman lah yang awalnya membentuk, karena dilandasi keprihatinan dengan kegiatan sebagian ibu2 yang tidak jauh dari acara arisan klasik plus serba-serbi kedudulan didalamnya.

 

Hemmm, ya...! Mengisi slot waktu anak-anak sekolah. Jadi, semua jadwal memang harus dilakukan ketika anak-anak sibuk belajar di sekolah. Dengan waktu sekolah fullday Abe yang panjang, dan Bea yang sangat tidak merepotkan, tentu banyak yang bisa dilakukan.

 

Sampai kemarin sore, aku ternyata harus sedikit melakukan reframing. Ternyata ada kegiatan yang harus sering dilakukan ketika anak-anak sedang tidak sekolah! Harus sering-sering malah!

 

Pemicunya adalah berita ini. Kamis malam, datang sms dari ustadzah liqo kami bahwa Kampung Seng Gayungan Kebonsari kebakaran. Innalillahi wa inna ilaihi roojiun. Kampung yang terletak tak jauh dari sekolah ini sebenarnya sudah lama menjadi jujugan kegiatan kami di MS dan kelompok liqoah, dari acara bakti sosial, pembinaan keIslaman sampai pengobatan gratis. Namun, sudah lama kita tidak berkegiatan disitu karena waktu itu kita memutuskan untuk mengalihkan ke tempat lain yang jauh lebih membutuhkan. MasyaAllah. Saudara2 yang lama tidak kami kunjungi, ternyata dipertemukan kembali oleh Allah dalam bingkai tragedi kebakaran yang menghabiskan semuanya. Alhamdulillah tidak jatuh korban meninggal tetapi harta rumah petak yang memang dari kayu yang mudah terbakar itu, beserta isinya, HABIS!

 

Karena keterbatasan waktu dan persiapan, akhirnya kunjungan harus kami lakukan sore sepulang anak-anak sekolah. Thus, anak-anak semua akan ikut ibu-ibu mengunjungi lokasi kebakaran. Dengan sedikit kekhawatiran anak-anak yang capek akan rewel, atau anak-anak yang tidak bisa diam akan bikin posko bantuan jadi tempat main yang berantakan.

 

Sedetik setelah tiba disana, lewat tatapan mata satu dengan yang lain pun kami sepakat, bahwa kegiatan semacam ini, mulai sekarang harus sering-sering dilakukan BUKAN pada waktu anak-anak sekolah, tetapi justru seperti sekarang! Anak-anak yang biasanya riuh bising dan susah diatur ketika bermain, ternyata langsung keluar wajah dewasanya!

 

“Ayo, siapa mau bantu tante Wahida mengangkat kardus-kardus ini??”

 

“Aku!!”

“Aku aja!!”

“Aku juga mau!!”

 

“Duh berat tante, tapi Alex kuat kok, Alex kan ranger!” kata Alex agak maksa :-D

“Buk, aku bisa pingsan kalo terlalu berat, buk...” kata Abe dengan wajah memerah karena mengerahkan tenaga untuk mengangkat kardus biskuit yang memang terhitung lumayan berat untuknya :-D

“Ayo kubantu Be, kita angkat sama-sama.” kata Kio tanpa dikomando, duh Kio memang “kepala suku” yang hebat!!

Dan Abid, walaupun tanpa kata-kata (seperti biasanya :D) tetapi dia langsung membuktikan dengan tindakan. Full action! :-D

Subhanallohhh.... :-D

 

Ketika tiba di lokasi, wajah anak-anak sempat berkerut demi melihat suasana di puing-puing kebakaran. Tapi tak lama. Bukankah bakat yang paling ajaib dari anak-anak adalah menjadi ceria dimanapun berada?? Demi melihat sekumpulan anak-anak korban kebakaran yang mengais puing mencari siapa tahu ada barangnya yang masih berbentuk, anak-anak langsung bergabung.

“Kita bantu mencari harta karun dulu yaaa...”

“Heyy liat, ada lembaran Al-Quran terbakar...kita harus selamatkan ini teman-teman!”

Ada komik juga lho...”

 

Ketika pulang, di mobil, Abe yang sebelumnya kebetulan mendengar pembicaraan kami dengan petugas posko PKS yang ada disitu bahwa kita akan kembali lagi beberapa hari lagi, nyeletuk..

“Ibuk, kalo besok kesana, aku ikut lagi ya...sama teman-teman juga...”

 

Duhhh...iya, Be... InsyaAlloh... :-)

 

Foto-foto selengkapnya bisa dilihat disini.

 

15 komentar:

  1. Anak-anak pun punya kepedulian dan empati yang tinggi ya... Turut sedih atas kebakarannya, semoga warga yang terkena musibah dapat segera memulihkan diri secara mental, fisik maupun ekonomi. Hmm, kalau anak-anak antusias begitu kenapa harus 'diversuskan' :).

    BalasHapus
  2. Subhanallah kepedulian anak2 ini patut jadi contoh. Jadi dibalik wajah2 culunnya mereka tetap punya kepedulian yang tinggi terhadap sesama.
    Salut buat Mba Wahidah atas usahanya, jangan pernah lelah yah Mba dalam menolong sesama......

    BalasHapus
  3. nah, itulah...harus ada reframing nih... :-)
    makasih La..

    BalasHapus
  4. hehehehe wajah culun anak-anak memang sering menipu Ven, dan ini udah sering terbukti, sering pemikiran mereka lebih pure dari kita yang udah dewasa dan terkontaminasi dunia gini :-D

    terimakasih, semoga kita semua selalu diberi kekuatan untuk mengemban amanah hidup dimuka bumi ini :-)

    BalasHapus
  5. subhanalah..mbak wahida...acara seperti ini bagus buat anak2 ,..
    salut ama keluarga sekolah Al Hikmah yang meluangkan waktu buat mengunjungi dan memberikan bantuan buat korban kebakaran ini...

    aku jd pengen ketemu ama si "ranger" dan temen2nya mbak..hihihi

    BalasHapus
  6. amin amin amiiiin.....:-)

    BalasHapus
  7. Subhanallah, aku mendukung sekali tuh mbak wahida, bagus bagus banget sudah mengajarkan anak kita untuk ber empati dan bersyukur terhadap apa yang mereka punya yang kadang susah untuk disadari oleh mereka. :D

    BalasHapus
  8. hebat yah anak-anak ini... ceria dan mempunyai kepekaan sosial... salut deh. sepertinya oke juga klo ibu-ibu mempunyai kegiatan positif seperti kunjungan sosial dll... daripada menghabiskan waktu dg hal yang tidak berguna ;)

    BalasHapus
  9. Subhanallah...learning by doing. Semoga kelak jadi manusia2 yg caring. Salut buat Mbak Wahida...mengajak anak2 peduli terhadap sesama. Salam buat Abe... he he...dah selesai belum baca bukunya?

    BalasHapus
  10. iya, makanya kita udah ancang2 kalo kegiatan begini justru dilakukan pas anak2 nggak sekolah aja, hehe...

    mereka juga saudara kita yang setiap hari kita lewati kalo mengantar anak-anak sekolah...ada didepan mata, mana mungkin kita nggak ikut merasa sedih dengan musibah ini

    wah, ditunggu ya, ustadzah Tya...hehehe ;-)

    BalasHapus
  11. terimakasih atas dukungannya mbak Dwina..

    ditengah segala fasilitas yang kita sediakan untuk anak-anak kita, adalah perjuangan tersendiri untuk menjaga agar hal itu justru mereka pakai untuk berbagi dan peduli kepada sesama
    semoga PR ini bisa kita kerjakan dengan baik :-)

    BalasHapus
  12. justru sebenarnya itulah fitrah kita sebagai manusia kali ya Wid, peka..., cuman kadang2 urusan dunia jadi membutakan dan menumpulkan kepekaqan kita

    buktinya, lihat saja anak-anak ini, dan taruhan berapa, semua anak2 di seluruh dunia pasti aslinya begini! :-D

    BalasHapus
  13. amiinnn terima kasih doanya tante Nona...

    semoga tante kelak dianugerahi anak-anak sholih/ah yang ikut menjawab doa tante ya.. *hug*

    tentang buku, Abe udah nurun kebiasaan ibuk, baca buku sebagian, trus beralih alih lagi ke buku2 yang lain, kalo mood baru balik lagi ke buku yang lama *buku berserakan dimana-mana deh* hehe :-D

    BalasHapus
  14. kasihan mbak...
    kayaknya mau dibangun mal mbak ya lokasinya...

    BalasHapus
  15. ........kita juga denger desas desus orang2 pada rasan2 begini lho mas......

    karena kampung itu kebetulan terletak di tengah kota, dikelilingi kompleks2 perumahan elit di kawasan Gayungsari...

    ......duhh...........

    BalasHapus