Senin, 29 Oktober 2007

[Omar Charis Atthabrizi] : Abe's 6th Birthday


Rumah Sakit Darmo Surabaya 30 Oktober 2001 Jam 8.00 pagi.

Our life has surely changed from that moment on...specially for me...

Hari ini bahkan setelah 6 tahun berlalu, kata-kata ini tak henti berdentum-dentum didalam kepala dan hatiku...di pikiran dan nafasku. Subhanalloh....Alhamdulillaah...Alloohuakbar...!!

Happy Birthday Abe...We all love you so much and more each day...

And to see that picture above, I couldn't be more grateful to see what life is like for you, my dear...

May you continue to soar, with lots of Allah's blesses, lots of fun and laughter, lots of love and passion, lots of friends and brothers, and lots of meanings and more in your life. May you be an Omar with your charisma and grace spirit of tabriz... This is "Ibuk", always wishing you all the best for any moment to come thru you life...forever...

lots of love and tears,

Ibuk ^_^

(Surabaya, 30 Oktober 2007)

Sabtu, 27 Oktober 2007

Terjemahan Yang Aneh...

Ini reposting dari blogku yang lain, postingan lama, waktu baca lagi kok jadi pingin posting di MP juga...postingan asli bisa dilihat disini.

 

just tell me what you think...

***********************************

TERJEMAHAN YANG ANEH...

 

Sudah lama aku (mata n kupingku) merasa terganggu about the way they translating english word into bahasa.

Contoh.

Di handphone. Frankly, I prefer the english language in it. Not that I wanna show 'sok inggris' off or something, but I just couldn't stand the bahasa in it!! 'Setting' word is translated into 'setelan' (reminds me of 'setelan jas') instead of 'pengaturan'??.......'option' word is translated into 'opsi' (why they don't use 'pilihan' instead???)

Di mail account juga gitu. Di yahoo.co.id kita bakalan nemu banyak terjemahan yang -sori aja- bikin mata sepet. The word 'account' diterjemahkan jadi 'akun' (aneh kann!???). Jadi kalo ada menu 'My Account', ketika menjadi bahasa, jadilah 'Akunku' (entah siapa yang jadi konsultan bahasa yahoo, atau siapa gerangan yg bikin mesin penterjemah otomatisnya, I don't wanna know..)

Eh, pagi ini buka blogger.com, same thing happens!! Di menu 'customisation' sekarang jadi 'kustomisasi' (terus terang aku jadi inget temenku yg bernama Bastomi). Menu 'preview' sekarang berubah jadi 'pratinjau' (coba hapus huruf 'u' di akhir kata itu, hhh....)

 

Trus, kata “loading” ketika berubah jadi bahasa indonesia, kok jadi “meload...” alamak...

 

Aku mungkin juga gak akan bisa bikin terjemahan yang lebih bagus dari itu semua. Aku bukan ahli bahasa kan? Tapi in this big big world, masak gak ada sih yang bisa bikin terjemahan better than that??


dan masih banyak lagi lho acara terjemah2 yang aneh2 gitu, dimana-mana...perhatiin deh...seriously!!

my poor bahasa... :-S

 

Kamis, 25 Oktober 2007

[Ramadhan Review 1428 H] Bagian 2 : Kejutan Yang Ternyata Tak Habis-Habisnya


Hari pertama Ramadhan kita semua dapat kejutan dengan berhasilnya Abe puasa sampai maghrib. Bahkan, menurutku diapun kayaknya juga amazed sama dirinya sendiri, mengetahui bahwa ternyata dia bisa! Akhirnya kita pun berniat untuk mengulangi prestasi itu. Perjanjiannya, dalam seminggu, minimal akan ada 1 hari Abe puasa maghrib. Syukur-syukur kalo lebih.

 

Beberapa hari kedepan, Abe puasa dhuhur. Setelah buka sekedarnya (dalam waktu 15 menit) diapun puasa lagi sampai maghrib. Sama sekali dia nggak kelihatan berat!! Mungkin karena teringat bahwa sampai maghrib aja dia bisa (walaupun dengan sangat susah payah) hehe... Abe juga sangat menikmati acara buka bersama tiap hari di masjid depan rumah.

 

Belum reda kejutan di hari pertama puasa (Kamis), 3 hari kemudian sudah muncul kejutan baru. Fyi, selama ini Abe belum pernah merasakan potong rambut di salon atau tukang cukur rambut. Bukan karena aku tidak pernah mengajak atau membujuknya, tetapi karena memang dia nggak pernah mau. Selama hidupnya yang hampir 6 tahun itu, praktis satu-satunya orang yang pernah memotong rambutnya adalah aku, ibuknya.

 

Tiba-tiba, ketika Minggu malam sehabis tarawih bapak mau pergi potong rambut lha kok tak disangka Abe bilang “aku juga mau!”. Oh...akhirnya...? Wah si bapak yang memang sudah lama kepingin ajak anak cowonya potong rambut berdua, langsung bersorak! Ibuk, dengan cemas-cemas pesan ini itu ke bapak, yang jangan kependekan lah, yang pesan supaya ajak Abe ngobrol lah (biar dia bisa duduk diam), yah...perasaan kita para ortu gimana sih, mengetahui anaknya mulai berkurang “tingkat kebutuhannya” pada kita, agak2 jeles n merasa ada sesuatu yang hilang gitu pastinya...hikss.

Ketika pulang, Ibuk melongo......lama......pangling banget liat Abe.... :D duhhh sudah bisa diduga, meweklah aku liat dia. Kata si bapak, Abe jadi kelihatan lebih “cowo” dan gedeeee....(ah itu kan kata bapak, kata ibuk sih kependekan dan pantesan hasil potonganku ahhh... :-S)

 

*****

Kejutan berikutnya tidak menunggu waktu lama untuk muncul.

Hari Selasa pagi, setelah mengantar Abe-Bea sekolah, aku sedang disubukkan tugas dari Komite Sekolah Al Hikmah untuk mengkoordinasi bazaar ramadhan di swalayan sekolah. Tiba-tiba, dapet telpon dari UKS SD, melaporkan bahwa Abe...kena cacar air!!!

 

Jreenggg...!!

 

Sudah dari sebulan sebelumnya itu virus memang menyebar di sekolah. Sudah puluhan anak yang terkena, dan sudah menghilang beberapa waktu. Waktu itu aku sudah lega karena Abe sepertinya “selamat”, apalagi anak2 memang sudah diberi vaksin. Lha kok....?

Huhuuuuuu....

 

Ketika pergi ke dokter, yang dudul cemas bukannya si Abe yang sakit. Dia malah tidak kelihatan seperti orang sakit, bahkan cacarnya pun tanpa disertai panas. Yang dudul cemas adalah si bapak yang beberapa hari lagi bernagkat umroh. Gimana kalo ketularan ya? Bisa-bisa ntar di tanah suci malah menulari orang-orang sedunia, ekspor cacar dong?!!? :D Celakanya, dia juga nggak ingat dulu sudah pernah terkena atau belum... Saran dokter buat bapak : ya kalo ketularan ya dibatalin aja umrohnya bapak...daripada menulari banyak orang, di negeri orang lagi! Sedangkan saran dokter buat Bea : tunggu tanggal mainnya ya adik.... (huhuuuu.....)

 

Alhamdulillah sampai waktu berangkat, bapak mulus-mulus saja. Setelah tanya2 ke mertua (yang juga lupa) dan adik (yang mengkonfirmasi bahwa bapak “sudah pernah” kena cacar), akhirnya hilang cemasnya. Tetapi yang jelas, acara latihan puasa Abe jadi dudul deh....

 

Hikss...

 

Untuk membesarkan hatinya, kubilang padanya bahwa dia masih bisa mendapat krincing2 pahala kalau bisa menghadapi sakit dengan sabar...cacar air adalah juga pemberian Allah, dan Allah sayang pada anak2 yang sabar...Sabar minum obat, sabar nggak sekolah (2 minggu boo! Ini warning dari sekolah, dan kalau nekad masuk sebelum 2 minggu, bakalan disuruh pulang lagi), sabar karena nggak bisa dapat hadiah puasa maghrib, sabar karena nggak bisa main diluar rumah...sabar semuanya...

 

 

 

Hikmahnya, sehari-hari Abe jadi punya banyaaaaakkkk waktu luang bermain berdua Bea dirumah ya...

 

 

 

Dan Bea memang terbukti teman bermain yang baik, kompak dan setia. Buktinya, tepat 2 minggu setelahnya (pas Selasa juga), waktu berangkat sekolah kulihat di wajah Bea juga sudah mulai muncul bercak-bercak...hehe...inilah tanggal main buat Bea...Gantian deh yang harus “dikurung” dirumah selama 2 minggu..!! :-S

 

Pola cacar air anak-anak ternyata menarik. Ada persamaan dan perbedaannya. Persamaannya, mereka sama-sama tidak disertai panas, dan bercak-bercak yang muncul pun tidak banyak. Menurut dokter, itu karena anak-anak sudah pernah divaksin. Dokter juga menyangkal pendapat (mitos) yang mengatakan bahwa bercak cacar harus keluar banyak-banyak! Kalau belum banyak, berarti nantinya akan keluar lagi, akan sakit cacar lagi. Kata dokter, kalau memang bisa dibikin keluar sedikit, kenapa harus susah-susah menghadapi bercak banyak sih?? Perbedaannya, bercak-bercak nya Abe lebih banyak muncul di badan, sedangkan Bea lebih banyak di wajah! Duh...anak cewekku jadi menik-menik deh... :D 

 

 

Duuhh.... Ramadhan kali ini benar-benar "seru" ya..orang Jawa bilang, istilahnya bittersweet....... :D

 

(selesai)

Rabu, 24 Oktober 2007

North Country (2005)

Rating:★★★★★
Category:Movies
Genre: Drama
Semalam nonton film “North Country (2005)” yang dibintangi Charlize Theron di HBO, dan aku berakhir banjir air mata. Big time!!

So, I know this supposed to be a movie review. But I just cannot do anything else other than to provoke you…yes! PROVOKE all of you to see this damn movie!! And for the ladies, make it even double!!

Yang udah nonton, please, please, please…share your thought here with me… (I just wished that I can put more than 5 stars for it, thats all...)

Senin, 22 Oktober 2007

[Ramadhan Review 1428 H] Bagian 1 : Kejutan Di Hari Pertama Ramadhan

Selama Ramadhan, out of question, pasti waktu untuk online jadi sangat minim. Ngurusin blog jadi prioritas kesekian dong, mumpung Ramadhan kan? Nah berikut ini beberapa catatan yang baru sempat kutulis, tentang Ramadhan kami sekeluarga. Kayaknya lagi mood banget nulis cerita bersambung, jadi mohon kesabaran dari yang membaca kalo ini akan jadi postingan yang panjang ya...hehehe

 

*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~

Hari pertama Ramadhan, kita dapet kejutan yang sangat mencengangkan. Awalnya aku tidak berharap banyak Abe akan bisa puasa sampai maghrib tahun ini. Selain karena dia masih belum genap 6 tahun, tapi juga tahun lalu puasanya masih dudul banget, nggak karuan dan tidak bisa disebut latihan. Jadi tahun inilah yang ditargetkan jadi “latihan sesungguhnya” yang pertama. Puasa Abe pun dicanangkan hanya sampe dhuhur, setelah buka sekedarnya baru disambung lagi puasa sampai maghrib.

 

Hari pertama sampai siang lancar, walaupun dengan sedikit keluh kesah haus dan lapar tapi masih bisa dilewati, sampai kemudian menjelang dhuhur (jam 11 siang-an)  lha kok secara mengejutkan Abe ikut tertidur ketika aku ngeloni Bea tidur siang. Padahal Abe sudah tak pernah lagi tidur siang. Tidurnya lamaaaaa lagi, sampai menjelang ashar...nah lo...

 

Dengan bismillah setengah nekad kuputuskan untuk memotivasinya berbuka maghrib. Soalnya tanggung, 3 jam lagi maghrib. Bermunculanlah beberapa rencana mendadak dalam rangka membujuknya, dari hadiah yang menanti sampai cerita berbusa-busa tentang betapa paling hebatnya dia kalo bisa melewati hari pertama itu sampe maghrib (karena dulu ibuknya baru berhasil puasa maghrib waktu umur 7 tahun dan bapaknya malah 10 tahunan :D). Berhasil, diapun nurut ketika dipengaruhi untuk tidak menyentuh makanan/minuman. Tapi dia betah berlama-lama buka2 lemari dapur untuk mengumpulkan banyak2 makanan yang nanti akan dimakannya ketika maghrib di perjalanan. Kebetulan sore itu kita harus menempuh perjalanan untuk weekend ke Tulungagung. Berangkat sore, rencananya nanti kita ingin berbuka puasa di salah satu depot rawon langganan di daerah Mojokerto.

 

 

 

Duh...rasanya hati ini bercampur baur jadi satu. Geli, lihat dia repot menyiapkan buanyaakkk makanan dan biskuit. “Semua ini buat Abe ya buukk..Bubur Mie nya Bea juga buat aku, Bea kan nggak puasa, ya? ya?” katanya sambil repot memegangi banyak makanan. Akupun mengiyakan sambil dalam hati bertaruh paling perutnya bakalan cuma mampu menampung sedikit dari sebanyak itu makanan. Kasihan juga tiap kali dia break-down dan memohon-mohon untuk minum, sementara si bapak malah bukannya membantu, tetapi malah ikut memohon supaya aku membiarkan Abe minum (“aku dulu lho umur 10 tahun baru kuat puasa maghrib” katanya...dudul ya, untungnya kata2nya itu diungkapkan dibelakang Abe, sementara didepan Abe dia ikut memberikan semangat). Walaupun rewel sampai nyaris histeris, tetapi hanya itu yang dilakukan Abe. Dia sama sekali tidak bergerak ataupun lepas kendali memasukkan air minum atau makanan ke mulutnya.

 

Keadaan lebih dramatis lagi ketika kita sudah di perjalanan. Kakung, Uti, Mbah Sul dan Abah (all of his grandparents) bergantian telpon untuk memberi semangat dan dukungan buat Abe. Duh terharunya...aku rasanya sudah siap2 nangis aja waktu itu mendengar suara  Mbah Sul yang bergetar ketika beliau bilang “Abe kan cucu mbah yang paling kuat, kapten power ranger buat semua kan..?? Abe pasti bisa!!”

 

Selama di mobil, Abe sudah lemas dan tak mampu banyak berkata-kata lagi, padahal biasanya mulutnya nggak pernah berhenti bicara. Juga tak mau beranjak dari pangkuan Ibuk (untung Bea sangat kooperatif dan nggak sampai terjadi rebutan pangku, Bea pinter ya...). Berkali-kali dia jatuh tertidur (atas saranku untuk melupakan rasa haus dan laparnya). Duhhh kasihan juga aku lihatnya, tapi harus kuatkan hati...instingku mengatakan Abe akan mampu melewati hari ini. Dan ketika dia nanti sadar bahwa dia ternyata bisa puasa maghrib, maka itu akan jadi prestasi yang luar biasa bagi dirinya. Itu akan jadi motivasi yang sangat berharga buat dia nantinya. Itu yang kukejar! Sudah tak terhitung berapa kali kusuntikkan semangat ala Umar bin Khattab, tokoh favoritnya Abe. Suami sempat dengan wajah ngeri berbisik “kok Abe mendadak jadi tampak kurus ya say? Padahal baru sehari puasa, besok biar dia puasa dhuhur aja ya...” –halah masih juga nih hihihi-

 

Alhasil, ketika adzan maghrib menggema dari radio mobil, Abe dalam keadaan tertidur dan harus kita bangunkan untuk berbuka. Aku sudah mewek dengan parahnya karena terharu dan bangga yang tak terkira. Dia bangun dengan linglung, dan serta merta dia memandangku dengan tersenyum surprised demi mendengar suara adzan, duh....mewekku tambah parah deh... :-((

 

Beramai-ramai kita peluk dia bergantian sambil penuh puji-pujian betapa hebatnya dia. Tak bisa kuceritakan bagaimana wajahnya ketika meneguk air minum untuk pertama kalinya. Atau cemotnya ketika dengan lahap mengunyah oreo-nya. Aku hanya bisa mewek kalau mengingatnya hiks... :-)(

 

Hari itu Abe panen banyak buat dirinya. Hadiah (dia minta tas spiderman3), kebanggaan (karena ternyata dia bisa!), kebanggan lagi (dari ibuk, bapak, dan semua), pahala yang luar biasa (krincing2 ya Be :D), dan yang penting, Abe akhirnya mengerti hikmah dan pelajaran dibalik puasa (“ternyata susah ya buk kelaparan...kasihan anak2 miskin yang tiap hari harus kelaparan ya buk...” katanya ketika akhirnya sudah kekenyangan nasi rawon). Iya sayang...ibuk selalu berdoa semoga kamu menjadi orang yang pengasih dan penyayang kepada sesama ya nak....amin yaa robbal aalamin...

 

 

 

*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~

Sedangkan Ibuk yang hari pertama itu terpaksa nggak puasa (biasalah rutinitas bulanan wanita), dengan mendampingi Abe berjuang puasa maghrib, semoga juga masih bisa dapat krincing-krincing pahala ya Be...amiinn... :-D

 

(Bersambung)

Sabtu, 20 Oktober 2007

Album Lebaran 2007 : Surabaya-Gresik-Lamongan dan Tambak Garam


Jalan menuju Lamongan sekarang sudah baguusss sekali, semenjak ada WBL. Kabarnya, ini juga atas prestasi Bpk. Masfuk walikotanya yang sekarang. WBL, Tanjung Kodok dan beberapa tempat wisata disana menjadi the rising star didunia pariwisata (khususnya lokal). Mas Iwan cerita kalo masyarakat Lamongan banyak yang nyeletuk "seandainya walikota bisa dipilih lebih dari 2 periode, maka mereka akan memilih lagi Bpk. Masfuk ini untuk jadi walikota lagi.

Lamongan sungguh sudah banyak berbeda sejak aku pernah berkunjung kesana 6-7 tahun yang lalu. Coba deh search aja di internet, Wisata Bahari Lamongan atau Tanjung Kodok Resort, you will find many about them :-)

Aku dan suami sama2 berasal dari keluarga besar. Alhasil, sampe detik ini pun seminggu setelah lebaran, jadwal kunjungan silaturahmi ke saudara2 pun belum kelar lho!! MasyaAlloh....The heck of a week...!!! :-D

Album kali ini berisi kumpulan foto waktu kita pergi ke rumah salah satu saudara di Gresik hari Kamis, 18 Oktober 2007 lalu. Rencana awal, mumpung Abe masih libur sekolah, sepulang dari situ, kita langsung meneruskan liburan ke Wisata Bahari Lamongan yang hanya berjarak 1 jam dari Gresik. Selain karena anak-anak belum pernah jalan ke WBL, juga bapak sudah berkali-kali ngebet ngajak kita menginap di Tanjung Kodok Resort yang pernah dia kunjungi bersama teman bisnisnya dalam rangka survei pasar ke daerah situ. Tak perlu panjang lebar mempromosikan resortnya, kata-kata "pantai" sudah berhasil bikin Abe kepincut berat!! :D

Tapiiii........

Begitu sampai disana, feelingku yang kupendam sebelumnya terbukti!! Musim liburan gini sebenarnya aku malah males pergi ke tempat wisata gini. Rameeenyaaaaaa...!!!! Parkiran WBL berjubel, dan kamar resort-nya full booked!!! Aku sempat nyeletuk, kayaknya di WBL waktu itu, orang2 akan bernafas pun harus rebutan oksigen, saking ramenyaaa!!!

Tak ada pilihan lain, kalo nggak mau konyol benjut badan, kitapun balik kucing pulang ke surabaya :-(

Untungnya, disepanjang perjalanan kita disuguhi pemandangan yang sangat menarik, yaitu hamparan tambak garam yang sedang banyak panen...waahhh serunyaaaa....gunungan garam putih ada dimana-mana bagus sekali..!! Didukung dengan kaca mobil yang gelap dan AC mobil yang disetel kenceng (krn cuaca diluar sby panaassss bgt minggu itu), rasanya jadi kaya bukan di indonesia, tapi di suatu tempat di eropa gitu deh.....hueheheh (imajinasinya dudul ya? maklum pada belum pernah liat eropa hihihi :D)

Tak tahan hanya melihat, Abe minta turun untuk sekedar menyentuh gunungan garam hasil panen di tambak. Ibuk kebagian jeprat-jepret dari dalam mobil sambil pangku Bea yang -kasihannya- sepanjang perjalanan malah lelap tertidur :-D

Seru juga ya Be, lumayan untuk mengobati kekecewaan karena batal ke pantai
:-)

Album Lebaran 2007 : Sungai Mbah Bolu di Tulungagung


hehe...jarang sekali kesempatan berempat bisa foto bersama seperti ini :D (thx to Om Agyl for the shoot)

Abe dan Bea beruntung karena masih memiliki satu "harta karun" dalam keluarga. Ada nenek canggah (ibunya nenek buyut) yang sampai sekarang masih hidup. Beliau berumur hampir 115 tahun, dan walaupun sudah tidak bisa bangun dari tempat tidur, tetapi selalu semangat menyambut segudang cucu setiap lebaran. Duhhh sayang ya kita nggak sempat foto Mbah Bolu,ada sih foto beliau tapi masih ketinggalan di kameranya Uti di Tulungagung...kapan2 kita copy n upload yah... :-)

(Mbah Bolu itu panggilan beliau karena rumah beliau ada di Desa Bolu).

Berlebaran di saudara2 di Bolu merupakan petualangan tersendiri khususnya bagi anak-anak. Aku sendiri masih ingat betapa sungai di belakang rumah Mbah Bolu menjadi magnet tersendiri untuk dikunjungi. Waktu berumur 2 tahun, aku malah pernah nyaris celaka karena tenggelam dan hanyut setelah terlepas dari pegangan bapakku karena arus yang deras. Walaupun begitu, nggak bikin kapok sama sekali :D.

Sayangnya sekarang sungainya semakin kering dan airnya pun keruh (dulu waktu aku kecil jernih sekali)....duhhh Abe dan Bea semangat sekali main di sungainya..!!! Tapi kalo liat fotonya, agak2 jadi salah kostum yah, main di sungai kok rapi jali gitu hueheheheh :-D

Selain sungai, rumah Mbah Bolu menawarkan paket petualangan alam yang lengkap! Dari sapi sampai sawah, jerami semua ada!! :D

Album Lebaran 2007 : Sholat Ied 1428 H


suasana masih segar dan semua semangat

Sholat Ied 1428 H Jumat, 12 Oktober 2007 di Tulungagung. Waktu sedih2nya karena hari pertama puasa kemarin lolos gara2 tamu bulanan, aku sudah mengira kalo sholat Ied bakalan lolos juga hiks... :-((

Hikmahnya, jadi bisa bantuin adik ipar jagain ponakan, si Dede yang masih bayi sementara ibunya harus berkutat dengan 2 kakak (Sena dan Aaliyah). Dengan asumsi Bea yang semangat sejak berangkat, aku optimis, it's gonna be easy...

Eeehhh...ternyata disaat para jamaah sedang khusyu' sholat, si Bea bikin heboh karena rebutan dipangku sama bayi Dede...oalah...sehabis salam selesai sholat, kontan deh aku dihujani tatapan dari semua jamaah...tatapan maklum sih, tapi campur prihatin...oalah.. :-S

Lamaaaaa Bea nangis nggak mau diam, walaupun dibujuk semuanya, termasuk Abe yang berusaha ikut membujuk dari seberang pagar tempat jamaah laki-laki. Yang ternyata berhasil bikin Bea diam ternyata adalah KOTAK INFAK...hahaha. Ya, setelah ada kotak infak beredar, tiba-tiba aku ada ide untuk memberi Bea tugas (karena Bea ini memang selalu semangat tiap kali disuruh melakukan sesuatu)...

"Bea, ayo Bea keliling anterin kotak infak ke semuanya...!! Tuh, ibu2, tante2 sudah pada nungguin kotaknya..." Semangat '45 deh, walau dengan sisa2 air mata dipipi...hehehe

Wah, berkesan juga ya sholat ied nya...sehabis sholat kita sungkeman dan berlebaran dirumah kakung... :-)

Enjoy the pictures... :-)

Senin, 08 Oktober 2007

Menikah Muda Part 7 : Cerita Roller-Coaster Yang Kuharap Tak Akan Pernah Berakhir

 


Cerita sebelumnya bisa dibaca di Menikah Muda Part 1, Part 2, Part 3, Part 4,  Part 5 , dan Part 6

 

Hemm...seperti juga –aku yakin- semua penulis skenario cerita2 bersambung atau filem2 bersekuel yang lain, episode terakhir selalu membawa beban tersendiri ya...hehe. Untungnya, aku tidak harus bersusah payah mendorong imajinasiku untuk menciptakan sebuah cerita, karena untuk cerita yang satu ini, ALLAH Yang Maha Kuasa sendiri yang ternyata telah menentukan alurnya untukku...memanduku dengan keajaiban-keajaiban yang bahkan semakin ajaib karena kurasakan sendiri dengan segenap hati dan jiwaku...seluruh hidupku hingga saat ini...dalam setiap detik dan setiap detil-nya. Subhanalloh...

 

*****

Semenjak kelahiran Abe hampir 6 tahun yang lalu, roller coaster kehidupan pernikahan kami praktis agak “melandai”. Meminjam istilah orang (bukan istilah saya lho), kami bisa dibilang sudah mapan. Aku sebenarnya kurang prefer dengan istilah “mapan” ini karena memang rupanya banyak orang hanya mengukur kemapanan seseorang dari kondisi ekonomi saja.

 

Bagiku, kata-kata “mapan” seharusnya bermakna jauuuh lebih dalam daripada itu. Dan kami, jelas-jelas aku pribadi setengah menolak disebut mapan, karena jujur, aku tidak mau kehilangan desiran si roller-coaster itu. Aku masih sangat menginginkan insting, kepekaan dan kebutuhanku untuk merasakan liuk-liukan hikmah dalam hidup ini. Nggak tahu ya, rumah tangga yang mapan?? Adakah itu?? Kesannya bagiku kok statis dan membosankan ya??

 

Atau mungkin benar juga kata seorang sepupuku yang selalu komentar bahwa aku selalu lebih suka memilih jalan yang sulit dan berliku daripada jalan yang lempeng dan gampang. Sepupuku ini sering sekali berkomentar begini ketika dari kecil dia melihat –misalnya- aku akan lebih memilih memanjat pohon jambu daripada mengambil buahnya dengan tongkat. Atau ketika ada acara selamatan di rumah nenek dulu, aku akan selalu tiba di dapur dan kemudian terlihat malah asyik melakukan pekerjaan yang justru tidak disukai banyak orang (banyak teman yang sampai sekarang heran ketika mengetahui aku suka sekali memarut kelapa, atau menyetrika, atau cuci2 piring kotor, pokoknya pekerjaan yang kebanyakan orang tidak menyukainya :D). Atau, memilih untuk menikah sehabis lulus SMA, bukannya fokus saja mikir kuliah sembari senang-senangnya bergaul dengan teman sebaya, khas dunia remaja...(sehabis akad nikahku, tanpa bicara sepatah katapun, sepupuku ini hanya memelukku dengan tangis haru dan pandangan matanya menyiratkan “AKU SAMA SEKALI TIDAK HERAN DENGAN KEPUTUSANMU MENIKAH SEKARANG!!!”

 

Entahlah, apa ada hubungannya ya? Hehe... Yang jelas, label “mapan” yang diberikan banyak orang untuk keluarga kami sekarang, bagiku it’s just another challenge, roller-coaster dalam bentuk yang lain...!!

 

BERSYUKUR, JELAS-JELAS SAMA SULITNYA DENGAN BERSABAR...!!!

 

*****

“Ngomong-ngomong, kenapa suamimu menolak untuk mempunyai anak lagi? Padahal kamu mengaku masih ingin hamil dan mempunyai anak lagi?” ini juga pertanyaan yang sering kudapat.

Nah, inilah salah satu bukti bahwa Allah SWT masih menyayangiku. Tanpa diberi ujian, apalah arti sebuah hamba bagi penciptaNya kan? :-)

So it’s all about another roller-coaster in my life.

 

Ketika hamil Abe, itu merupakan saat yang sangat menggembirakan. Selain itu, dari tes awal kehamilan, ternyata ditemukan juga bahwa kadar gula darahku juga merangkak naik tak terkendali. Diabetes Gestasional. Itu vonis dokter untukku. Diabetes kehamilan. Yang katanya hanya akan berlaku selama kehamilan saja dan memang tak mengherankan karena aku memang punya keturunan diabetes dari pihak bapakku. Kata dokter, setelah melahirkan biasanya akan menghilang (walaupun dengan mengalami diabetes kehamilan, maka praktis si ibu akan meningkat resikonya mengidap diabetes mellitus yang menetap).

 

Tetapi rupanya, yang terekam dalam di benak suamiku adalah bagian ini :

Setiap hari selama 9 bulan aku harus menyuntik diriku sendiri dengan insulin. Obat secara oral jelas out of question karena akan membahayakan si janin. Kadang-kadang di waktu tertentu aku harus menyuntik 2 kali sehari. Layaknya seorang junkies, aku harus menenteng alat suntik kemanapun aku pergi, termasuk ke kampus waktu itu. Resiko pecah ketuban dini yang kemudian benar-benar terjadi pada Abe, memaksaku untuk melahirkan secara caesar karena jalan lahir yang sama sekali tidak membuka walaupun air ketuban sudah habis. Resiko si bayi lahir besar (karena terlalu banyak menyerap gula dari darah si ibu) juga terjadi ketika 2,5 tahun kemudian Bea lahir dengan berat badan 4,7 kilogram!! Caesar lagi?? Ya jelaslah!! :D

 

Ketika aku masih teler di ruang operasi pun, suami juga sudah harus menerima kabarn dokter bahwa –sesuai resiko bayi2 yang lahir dari ibu diabetesi- anak-anak lahir kuning dan parah!! Bea malah nyaris harus menerima tranfusi darah karena kadar bilirubinnya yang sangat tinggi!! Anak-anak juga mengalami hipoglikemik begitu lahir. Pankreas mereka yang terbiasa mengeluarkan insulin dalam jumlah banyak untuk menormalkan kadar gula yang tinggi selama dalam kandungan, menjadikan kadar gula mereka drop begitu lahir dan lepas dari si ibu. Bukan rahasia lagi kalau hipoglikemik sangat beresiko untuk menyebabkan koma. Mas Iwan, ternyata cukup trauma.

 

Setelah melahirkan Abe, rupanya si roller-coaster yang bernama “diabetes” ini menghilang dari tubuhku. Tetapi tidak setelah melahirkan Bea. So, aku pun akan naik roller-coaster yang ini untuk seumur hidupku. SubhanAlloh...

 

Tentu, ada masa-masa menghujam ketika di malam-malam insomniaku, aku menangis tersedu-sedu sambil memandangi anak-anakku yang masih balita lelap tertidur. Aku manusia biasa yang sadar tidak punya kendali atas umur, dan menderita penyakit ini membuatku tak urung bertanya-tanya akankah aku bisa mendampingi anak-anak sampai mereka dewasa nanti?? Dan tentu saja, ada masa-masa menggetarkan ketika selesai menghujam, ada semacam perasaan trance dihatiku, kepasrahan yang begitu dalam pada Sang Pengatur Hidup, setelah lebih dalam aku bisa menyadari apa makna sebuah penyakit bagi manusia. Penyakit adalah ujian dari Allah SWT tanda Sang Pencipta masih menyayangi kita. Penyakit akan membuat kita lebih sulit untuk meninggalkanNya. Penyakit yang diterima dengan ikhlas akan meluruhkan dosa-dosa kita....Subhanalloooohh Ya Allah...

 

Singkat cerita, walaupun sekarang kondisi tubuhku kurasa fit sekalipun, suami dengan tanpa kompromi menolak untuk memberiku ijin hamil kembali. Keputusannya ini didukung tak kurang oleh barisan dokter kandungan, dokter anak, mertua, dan –paling tak bisa kubantah- Ibukku sendiri... Ibarat orang negosiasi, posisiku untuk ingin hamil kembali sangat lemah.. :D

 

Tapi bahkan Abe dan Bea pun sudah lebih dari cukup bagi kami. Sepasang laki-laki dan perempuan pula. Apalagi mengingat penantian untuk Abe yang panjang, rasanya akan terdengar sedikit “serakah” dan kurang bersyukur kalau aku harus selalu meneteskan air liur tiap kali melihat teman yang mempunyai anak lebih dari 2 kan? Inilah takdir Allah...

Yang agak dudul, suami percaya pasti ada alasan kenapa dulu si bapak misterius dari Mekkah hanya meminta 2 nama untuk dipakai sebagai nama anak-anak kami (baca kisah si bapak misterius ini disini). Hehehe...

 

*****

 

Seiring waktu, banyak yang bertanya padaku, akankah aku merekomendasikan seseorang untuk menikah muda? Setelah semua yang telah aku lalui?

Jujur, sampai detik inipun, aku masih terjebak diantara jawaban “Tidak” dan “Ya”

 

“TIDAK”, karena sungguh, mau tidak mau, ini adalah sebuah keputusan yang membawa kepada perjuangan yang tidak mudah dan resiko yang besar (walaupun semua pernikahan pasti juga begitu ya).

 

Aku juga tidak akan bisa merumuskan “formula rahasia” pernikahan kami sampai saat ini. Kurasa karena kita berduapun masih terus mencari, dan bahan komposisi formulanya akan terlalu banyak : Takdir Allah (tentu saja!), keberuntunganku menemukan orang yang tepat (takdir Allah juga ya?), doa2 lirih nan tulus dari Ibundaku dan dari benakku sendiri yang tanpa terasa terucap tiap detik ketika dari kecil lagi aku memimpikan untuk menikah muda (yang karena takdir Allah juga terkabulkan), dan masih buanyakkk lagi!! Jadi menyarankan seseorang untuk menikah muda begitu saja, menurutku kurang bijaksana juga (walaupun sekali lagi aku juga paham bahwa secara syariat agama Islam, memang disarankan untuk menyegerakan menikah).

 

“YA”, karena demi Allah, ini adalah sebuah petualangan yang sangat menggetarkan hati yang aku yakin, setelah merasakan sendiri, tak akan ada seorangpun yang akan menolaknya! Seperti ada bagian dalam diriku yang seakan-akan ingin mengajak semua orang yang kutemui untuk bisa mendapatkan kesempatan merasakan petualangan ajaib dan penemuan banyak hal luar biasa didalamnya. Resiko besar yang menyertainya, secara mengejutkan ternyata membawaku kepada petualangan yang lebih seru dan menggetarkan hati lagi! Kebesaran Allah ada dimana-mana!! Di setiap waktu!!

Dan hikmahnya dalam hidup...masyaAllah...hikmah yang bisa kuambil selama ini tidak pernah terbayangkan olehku sebelumnya! Bergulung-gulung ombak hikmah berupa pelajaran hidup... Bergunung-gunung tumpukan hikmah berupa kenikmatan hidup...

 

Maha Suci Allah..!!

 

*****

Ini mungkin akhir dari postinganku tentang pengalamanku menikah di usia muda. Tetapi, cerita kami “Menikah Muda” ini, kuharap tidak akan pernah berakhir. Kami berdua ingin “Menikah Tua” juga bersama...naik roller-coaster  selama mungkin berdua... :D

 

Dalam keremangan doa malam kami, hanya ada satu ending yang akan sanggup kami terima...

 

Kami bisa tetap menjadi jodoh didunia.....dan juga di akhirat nanti..... ^_^

(Aminn Ya Allahumma Amiinnn...)

 

*****

Untuk pembaca, teman-teman dan sahabat-sahabatku, baik di dunia nyata maupun di dunia maya (kalian sama-sama nyata-nya buatku), yang telah banyak memberikan dukungan, komentar, apapun itu...terimakasih!!

 

Hatiku kini sudah menjadi milik kalian juga, dan cerita ini jelas-jelas telah kita tulis bersama-sama.... ^_^

 

(Tidak Bersambung Lagi) :-D

 

 

 

Rabu, 03 Oktober 2007

Menikah Muda Part 6 : Dibalik Kesulitan PASTI Ada Kemudahan!

 


Hemm...postingan yang ini kayaknya lebih kental nuansa business-nya ya... Sarat dengan cerita seluk beluk dan dinamika strategi bisnis. Tapi tentu saja dari sisi saya sebagai istri dan pendamping, bukan pelaku :D

 

Ini sekalian menjawab pertanyaan yang banyak muncul juga dari teman-teman selama ini...

“Apa rahasia suamimu? Di umur yang masih sangat muda sekarang ini, tetapi sudah bisa begitu mapan secara ekonomi?” biasanya begini nada pertanyaannya.

Kerja keras, SUDAH PASTI! Yang ini memang tidak bisa ditawar lagi. Akulah saksi yang paling tahu betapa kerasnya mas Iwan bekerja, sifat yang buatku jatuh cinta –ehm- :-). Dan jangan lupa, karena dia menikah muda, kerja kerasnya itu sudah dimulai jauuuhhh lebih awal dari teman-teman sebayanya. Disaat yang lain masih menghabiskan waktu jalan-jalan di mall, nonton dan gaul, mas Iwan sudah menghabiskan waktunya dijalanan untuk mengejar target penjualan, membayar tagihan dan membiayai istri dan dia sendiri kuliah.

 

“Rahasia lainnya? Pasti ada doong...”

Ada! Rahasia lainnya ini adalah yang selalu kita sebut RAHASIA ALLAH! DIA-lah yang telah berulangkali menunjukkan kepada kami selama ini, bahwa ketika manusia bekerja keras dalam berikhtiar, maka akan muncullah banyak kemudahan dan “keajaiban” dari-Nya.

 

*****

Oke, yang berikut ini agak konyol.

 

Aku orang yang tidak terlalu gampang terkesan dengan pujian. Bahkan, seringkali aku takut bila dipuji orang (ada yang bilang pujian adalah racun, dan aku percaya itu). Tetapi ada satu pujian yang sangat sering keluar dari mulut suami, bahkan dari awal kita pacaran sampai sekarang. Yang agak memalukan, bukan hanya ketika berdua, dia juga sering mengungkapkan didepan orang lain (dan dia bukan model laki-laki yang suka memuji wanita didepan orang banyak lho! :D). Celakanya, pujian yang satu ini sampai detik ini pun ternyata masih berhasil membuatku tersipu (mungkin tersipu ini adalah salah satu tanda-tanda orang yang keracunan ya? :D).

 

“Siapapun laki-laki yang kaudampingi, dia akan gampang sekali menjadi laki-laki yang sukses!!”

 

Duuhh......

 

Bagaimana tidak? (ini masih mengutip kata suami lho :D).

Katanya, “Kamu tidak pernah sekalipun protes walaupun selalu ditinggal bekerja dalam waktu yang lama.”

Jawabku: habis bagaimana lagi? Konsepku tentang laki-laki adalah menurutku mereka akan terlihat dan terasa sangat seksi ketika sedang serius bekerja keras untuk mencari nafkah keluarganya (apapun itu jenis pekerjaannya) :D

 

Katanya, “Kamu juga tidak pernah mengekang suami untuk pergi kemanapun dia mau. Mau nongkrong dengan teman-teman cowonya, mau pergi main sepakbola atau badminton sesering yang dia mau, semua hanya perlu pemberitahuan, tidak usah pake memelas minta ijin istri seperti beberapa teman”

Jawabku : Pertama, berapa kali sih mas yang workoholic ini punya waktu nongkrong sama temen2 cowonya? Aku tahu pasti bahwa hobinya ya kerja! Dan kedua, bagiku suami yang masih menyimpan rasa takut sampai harus minta2 ijin untuk pergi sama istrinya, sama sekali juga tidak seksi! Baik sang istri maupun sang suaminya sama2 tidak seksi!! :D

 

Katanya : “Kamu selalu siap diajak berbagi cerita apa saja, dari soal keluarga, anak-anak, pekerjaan, manajemen, marketing, sampai konyolnya teman-temanku ketika kami main futsal”

Jawabku : Aku juga tak punya pilihan lain karena bagiku, ceritanya, caranya bercerita, his passion, semua memang dimataku begitu mengagumkan, tak bosan-bosan rasanya. Selalu ada hal menarik yang dia bawa pulang setiap harinya. Dunianya adalah duniaku, duniaku adalah dunianya. :D

 

“Suami yang punya istri pengertian dan mendukung kaya kamu, akan gampang sekali menjadi laki-laki yang sukses.”

Tahukah kamu mas, ini dia rahasiaku, akan sangat mudah bagi wanita mana saja untuk menjadi istri yang pengertian dan mendukung, kalau suaminya adalah laki-laki yang mengagumkan seperti kamu... :-)

 

(sudah kubilang tadi kan, yang barusan tadi ini memang konyol :D)

 

*****

Dengan sifat mas Iwan yang pekerja keras, tentu tidak mengherankan kalau usahanya pelan-pelan berkembang. Sedikit demi sedikit dagangan yang bisa dijualnya bertambah. Dengan catatan, biaya hidup kami tidak boleh bertambah, karena yang utama sekarang tentu saja menambah modal untuk usaha. Waktu itu pun tak terasa kami sudah bisa kredit mobil pick-up untuk mendukung usaha.

 

Baru saja usaha jalan, waktu itu tahun 1997, kita semua pasti tahu apa yang terjadi. Krisis moneter melanda, ekonomi kolaps dan dunia usaha kacau! Banyak perusahaan, pabrik bahkan bank yang jatuh dalam kebangkrutan dan kolaps.

 

Kalau usaha yang besar saja banyak yang tumbang, apalagi yang kecil seperti yang baru kami mulai? Sempat mas tidak bisa berjualan selama beberapa minggu, karena hasil penjualan tidak akan cukup untuk membeli barang lagi yang harganya sudah melangit. Jujur, saat itu kami berdua sempat sangat ketakutan dengan masa depan keluarga kecil kita ini. Didepan mata kami, banyak sekali orang-orang bertumbangan di dunia usaha.

 

Termasuk salah satunya adalah sebuah pabrik paku yang tanpa sengaja mas Iwan lewati suatu hari di daerah Gresik. Lewat seorang tukang becak dia dapat informasi bahwa pabrik itu baru saja menghentikan produksinya karena imbas krisis moneter. Terlalu banyak membaca buku2 filsafat perang Cina, serta merta mas pun melihatnya sebagai salah satu “korban perang yang ditinggalkan musuhnya” (ha ha kelak sampai sekarangpun, aku sering dibuatnya ampun2 kalo dia sudah menjlentrehkan filsafat2 bisnisnya ini, duhhh).

 

Singkat cerita, mas pun berhasil negosiasi dengan manajemen pabrik itu untuk menjadi distributornya. Sebagai catatan saja, untuk menjadi seorang distributor pabrik barang2 besi, dalam kondisi normal akan sangat sulit! Selain jaringan marketing yang sudah luas dan mantap, biasanya mereka juga mensyaratkan kapital (modal) yang besar, dan harus ada batasan penjualan minimum (bisa2 ratusan ton sebulan!).

 

Tapi mas Iwan, dengan membawa banyak rencana kedepan (yang saat itu, di masa krisis tentu saja kelihatan agak mustahil dijalankan), dia pun berhasil membuat pemilik pabriknya menyetujui MoU dari “Mission Imposible” itu. Mungkin pihak pabriknya waktu itu heran juga, kok ada ya orang yang mau-maunya jadi distributor pabrik paku yang sudah berhenti produksi. Dan yang pasti, tak ada syarat penjualan minimum yang ditetapkan pabrik, wong pabriknya memang berhenti produksi!.

 

Dengan kenekatan yang sama dengan ketika dia memutuskan menikahiku, diapun menjanjikan bahwa selama waktu tertentu dia akan menjualkan semua produk pabriknya, berapapun jumlahnya (tentu setelah dia menghitung2 bahwa dengan kondisi pegawai pabrik, harga bijih besi yang melangit dan harus diimpor dalam dollar, produksi mereka tidak akan banyak).

 

Setelah penandatanganan MoU-nya, ketika pulang mendapatiku, si mas dengan antusias menyalamiku, “Kenalkan Bu, saya distributor pabrik paku!” Senyum lebar yang menghias wajahnya waktu itu benar2 tak terlupakan dan membanggakanku dengan cara yang sangat seksi! ;-)

 

Besoknya, kugodain dia. “Hm...pabrik paku yang kauceritakan ini, terkenalkah? Besarkah? Berapa produksinya perbulan? Karyawannya pasti banyak ya?”

Wis embuh! Pokoke aku distributor! (Nggak peduli! Yang penting aku distributor-red). Bayangkan, di seluruh Indonesia (bahkan dunia), saat ini hanya aku yang boleh menjual Paku Merk Super-Q!”

 

Saat itu memang benar-benar menjadi his moment...tak perduli bahwa merk yang dia jual itu sedang menghilang dari pasaran karena pabriknya kolaps, caranya mengatakan “Merk Super-Q” seolah-olah seperti itulah merk paku paling top dan laris diseluruh dunia! Hihihi...oh I love him for his big dream...!! Umurnya baru 22 tahun waktu itu.

 

Sekarang masalahnya, bagaimana dia akan menjual pakunya? Karena ternyata beberapa minggu setelahnya, si pabrik pun sudah memulai produksi. Lagi-lagi dia ambil langkah nekad, melamar Bapakku untuk jadi partner. Ini supaya mas diijinkan jual pakunya di pasaran tempat Bapakku berdagang, yaitu di daerah-daerah (diluar perkotaan Surabaya). Sebagai gantinya, mas Iwan berjanji akan menjualkan barang Bapak yang waktu itu paling susah laku!!

 

Aku sempat memprotes keputusan gila ini (juga ke Bapakku yang sama2 nekat malah menantang si menantunya! Dasar tumbu ketemu tutup – klop!), karena berarti bukan hanya dia harus mengejar target jual paku beberapa ton sebulan, dia juga harus memenuhi target Bapakku harus menjual sejumlah beberapa ton lagi besi beton setiap bulannya!! All over the province!! Aku tak membayangkan akan sesibuk dan sekeras apa dia bekerja !!

 

(Makanya suka gemes juga kalo ada yang komentar begini : “Pantes aja Iwan cepat sukses, wong kerja di mertua yang sudah besar usahanya, enak sekali!” .....mereka tidak tahu bahwa sebenarnya waktu itu, mas Iwan sudah menjadi partner yang setara dan saling membutuhkan bagi bisnis orangtuaku)

*****

 

Singkat cerita, pabrik itupun dalam waktu yang singkat ternyata berhasil bangkit kembali. Pemiliknya sampai sekarang menjadi partner dan teman yang sangat dekat dengan mas Iwan (walaupun dia tentu saja sudah seumuran orangtua kami). Secara mengejutkan, keputusan kapan-jual dan kapan-beli yang diputuskan mereka berdua bersama justru menghasilkan keuntungan yang luar biasa di masa krisis itu.

 

Harga barang yang melonjak tidak menentu disaat krisis itu, ternyata justru adalah jalan Allah untuk kami akhirnya malah bisa membeli rumah sendiri...Subhanalloh, alhamdulillah...siapa yang bisa mengira?? Bahkan kami pun rasanya sulit percaya...Tidak akan ada yang punya kuasa dibalik semua ini kecuali Allah azza wa jalla... (Semoga tak ada yang kami lakukan untuk menghadapi semua ini kecuali memperdalam sujud dan syukur kami..amin)

 

Dibalik Kesulitan, Allah berjanji PASTI ada Kemudahan...!!

*****

 

 

Sekarang ini, setelah hampir 10 tahun usaha, selain di pabrik paku itu, mas Iwan sudah juga menjadi distributor untuk beberapa barang/pabrik lain. Cukup sering buat kolega melongo begitu tahu umurnya, tapi yang paling membuatku bangga, dengan sistem yang sudah tertata di kantornya sekarang, mas tidak lagi menemui kesulitan untuk menghabiskan "waktu yang berkuantitas dan berkualitas" dengan anak-anak dan isterinya dirumah... Subhanalloh...Semoga inilah tanda bahwa rezeki yang kami terima dari Allah SWT, berkah adanya...Amin..!!

 

Tahukah apa cita-cita kami berdua sekarang? Tak ingin menjadi danau, kami hanya ingin menjadi sungai... ;-) mohon doanya... :-)

 

*****

(bersambung ke bagian terakhir...)