[Sambungan] Sekolah Sayang, Sekolah Ma...hal..
Masih malam2 sepi di RS. Bea tidur sudah tanpa selang infus dan aku sangat rindu ngobrol berdua dengan Mas Iwan.. ^_^
Dari postingan http://cikicikicik.multiply.com/journal/item/89 sebelumnya, ternyata topik berkembang lebih lanjut. Ada beberapa komentar yang rasanya menarik juga untuk dibahas ya. Masih dengan keprihatinan tentang biaya pendidikan Indonesia bila dihubungkan dengan HAK setiap anak Indonesia untuk mendapat pendidikan yang layak, dan juga masih dengan semangat memeluk impian tentang suatu masa ketika semua anak2 Indonesia bisa bersekolah dengan sebaik-baiknya!
Semoga sedikit banyak bermanfaat untuk menambah sedikit wawasan kita dalam soal pendidikan ini. Komentar dan diskusi lebih lanjut? Wahhh justru itu yang sangat kuharapkan, karena ini semua adalah demi kepentingan anak2 kita semua juga.
Mamal http://bulatpenuh.multiply.com muncul berkomentar tentang ide SUBSIDI SILANG. Semua orang (aku juga!! aku juga!!:-D) pasti setuju bahwa cara inilah yang memang ampuh dalam rangka menjadi jembatan kesenjangan dan dalam rangka pemerataan. Dalam bidang apa saja! Pelayanan kesehatan, sosial, apa saja!
Nah, khusus dalam hal sekolah, permasalahannya ternyata musti ditelaah lebih jauh lagi dan dilihat dari banyak sisi. Di Sekolah Al Hikmah sendiri, program ini sudah lama dilakukan. Hanya mekanismenya yang mungkin agak panjang. Pertama, anak-anak dari semua guru/karyawan sekolah mendapat beasiswa dari Yayasan untuk bersekolah di Al Hikmah (kalau nggak salah, mereka hanya perlu membayar SPP sejumlah 10 % saja). Sebagai tambahan, para guru/karyawan dengan jangka waktu kerja tertentu mendapat tunjangan perumahan, melakukan penelitian bahkan umroh dan naik haji secara gratis dari yayasan.
Kemudian, kalau menyangkut anak-anak asuh yang kurang mampu, mereka tidak kemudian langsung mendapat beasiswa untuk sekolah gratis di Al Hikmah. Tidak. Kenapa? Banyak pertimbangan, terutama untuk mengantisipasi aspek kesenjangan pergaulan antar siswa. Dengan latar belakang ekonomi yang jauh berbeda, mencampur mereka dalam satu sekolah (dan pergaulan) sama saja dengan memberi hadiah pasang AC gratis kepada orang yang rumahnya hanya punya daya listrik 900 watt saja. Kelihatannya menolong, tetapi dibelakang malah akan memunculkan masalah-masalah baru. Malah kasihan.
Al Hikmah dalam hal ini mempunyai program Mitra Sekolah. Sekarang ini sudah banyak sekolah didaerah sekitar yang menjadi mitra, mereka umumnya adalah sekolah2 yang kurang mampu dan minim fasilitas. Dari TK sampai SMA. Maka kesinilah semua “subsidi silang” tadi disalurkan. Dana2 subsidi pemerintah (seperti Bantuan Operasional Sekolah atau BOS) dan infak harian para siswa Al Hikmah (percayalah, kalau melihat jumlahnya perbulan, pasti akan banyak yang terkejut dan merasa bangga dengan anak-anak :-D), secara rutin dan berkala semua diprogramkan untuk memberi bantuan pengadaan/perbaikan fasilitas dan juga biaya SPP bagi siswa2 tak mampu di sekolah-sekolah mitra tersebut. Kita juga sering mengadakan acara (misalnya ketika peringatan hari besar Islam) dengan mengundang siswa-siswa dari sekolah tersebut, sehingga mereka mempunyai kesempatan beraktivitas bersama siswa2 Al Hikmah, untuk menjalin hubungan pertemanan, untuk –misalnya- melakukan pertandingan sepakbola, basket atau lomba-lomba kesenian. Atau sekedar buka puasa bersama dikala Ramadhan.
:::::.....
Harlia http://harlia.multiply.com malah muncul dengan cerita yang sangat inspiratif.
“waktu itu baca dimana ya...majalah apa gitu...ada ustad.. (payah deh gw.. lupa.. ^^;; )
dia mau masukin anaknya ke sekolah islam terkenal dan tentunya, mahal...
tapi setelah bolak-balik menghitung...uang yang tadinya mau dipakai buat menyekolahkan anak malah dijadikan modal buat bikin sekolah di rumah mereka.
walhasil, anak mereka bisa sekolah di tempat yang sesuai..beserta anak-anak di sekeliling mereka... ^_^
Hebat ya. Aku pribadi sangat jauh dari sanggup punya pemikiran ini. Salut sama ustad itu (duh kamu kok ya pake lupa nama to Har..:-D) semoga Allah selalu melimpahi perjuangannya dengan semangat dan kemudahan, amin. Kita sangat perlu orang2 seperti ini, dan sejuta saja ada orang kaya gini, makmur deh dunia pendidikan anak-anak Indonesia.
Oya, menyangkut hal ini, ada sambutan salah satu Bapak Ketua Yayasan Al Hikmah yang menarik untuk disimak. Intinya begini. Selalu ada banyak jenis medan pertempuran dalam berjihad. Tentu saja adalah satu hal yang luar biasa bila kita –misalnya- bisa membangun banyak sekolah gratis untuk anak-anak yang kurang mampu. Tetapi dalam rangka kepentingan syiar agama, keberadaan sekolah berbasis Islam yang dikelola dengan bagus, maju, modern, bahkan kalau perlu megah, adalah sesuatu yang juga penting. Ibaratnya, inilah salah satu panji Islam yang harus dikibarkan.
Ketika dalam rapat tiga jalur ada seorang walimurid mengungkapkan kekhawatirannya bahwa jangan2 Al Hikmah menjadi sekolah yang –bhs jawanya- “puo puo” (berlebihan), Pak Ketua Yayasan mengungkapkan, bahwa justru dia merasa bahwa apa yang dicapai Al Hikmah sekarang ini belumlah apa-apa. Semakin banyak dia survey ke sekolah lain (misalnya sekolah2 kristen atau sekolah2 Islam favorit di negara2 maju macam Mesir dan Arab Saudi), semakin dia merasa bahwa “Untuk syiar agama Allah, ini semua belum apa-apa!”
Lebih lanjut beliau mengungkapkan, bahwa ternyata diluar sana banyak sekali orangtua2 muslim yang lebih dari mampu untuk membiayai anaknya sekolah dengan biaya yang tinggi. Ini artinya apa? Bahwa tersedia potensi umat yang amat besar dan harus digarap! Ada alasan kenapa Rasulullah menyerukan bahwa umat muslim tidak boleh menjadi umat yang miskin. Umat muslim harus bekerja keras, dan menjadi kaya raya supaya bisa mendukung jihad dijalan Allah dengan harta mereka. Nah, sekolah-sekolah ini lah salah satu wadahnya. Anak-anak dan generasi yang dihasilkan dari sekolah seperti Sekolah Al Hikmah, harus menjadi generasi kuat yang terpelihara iman dan jihadnya di jalan Allah. Lewat sekolah semacam ini, jangan sampai mereka hanya akan menjadi penghuni menara gading anak-anak yang hidup dengan bergelimang harta orangtua, tanpa tahu dan terbiasa menyadari bahwa harta itu adalah jalan dan sarana yang harus dan wajib mereka dedikasikan kepada jihad, menuju Allah.
(Duhhh suasananya kok jadi patriotik gini sih? Hihihi...memang waktu rapat itu, mendengar uraian Bpk. Ketua Yayasan seperti diatas itu, tak urung dadaku juga mengembang dengan sesak, dan sampai sekarangpun aku tak bisa lupa kata2nya yang (entah kenapa) menyesakkan dada. Sungguh, ternyata harta dan anak yang dititipkan kepada kita adalah amanah yang sangat amat besar pertanggungjawabannya dihadapan Allah SWT ya...hikss)
:::::.....
Ya Allah yang Maha Memiliki, aku mohon, tetapkanlah selalu hatiku hanya kepadaMu... ^_^