Tampilkan postingan dengan label emi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label emi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 26 September 2008

[Seri 3 Wanita] Aku dan Emi : Kesalahpahaman Yang Berkelanjutan




Perkenalkan, ini Emi. Dia adik iparku (sementara ini satu-satunya), istrinya Asnan aka Uwa, adikku.

 

Sebagai seorang ibu, boleh dibilang Emi sangat produktif. Di usianya yang 26 tahun sekarang ini, dan usia perkawinannya yang baru 6 tahun, Emi adalah ibu dari 3 orang putri. Sena (5,5 tahun), Aaliyah (3 tahun) dan Dede (1,5 tahun). Itupun, akhir tahun ini dia sudah berencana untuk hamil lagi, berhubung pasangan ini memang merencanakan untuk mempunyai 4 orang anak. Beda dengan aku, proses Emi hamil dan melahirkan memang selalu berjalan mulus. Bukan hanya mulus, tapi selalu cepat dan mudah. Alhamdulillah ya, jadi rencana punya 4 anak bisa berjalan lancar. Oya, Emi juga berharap-harap iseng, siapa tahu anak keempatnya nanti, laki-laki. Hehe.


Dalam hal sifat, kami sama-sama ramenya. Sama-sama suka anak-anak, dan sama-sama pelaku pernikahan di usia muda. Postur tubuh? Sama gedenya juga. Badan Emi bahkan lebih tegap lagi, maklumlah dia mantan anggota Paskibraka Jatim, go figure. :-)


Sama persis dengan cerita aku dan ibuku di "Seri 3 Wanita" sebelumnya,  hubunganku dengan Emi juga diwarnai banyak sekali kesalahpahaman. Tetapi dengan versi kesalahpahaman yang lain. Emi seringkali mengadu ke aku seperti ini...


“Mbak, aku kemarin ketemu ibuknya temenmu SMA waktu di alun-alun. Dia nyapa aku dan langsung ngobrol banyak, crita-crita. Aku bingung, tapi trus aku sadar karena dia panggil aku ‘mbak wahida’... DIA PASTI NGIRA KALO AKU ITU KAMU MBAK!!”

Hehehe. Sekarang ini aku sudah nggak kaget lagi mendengar cerita ini karena sangat sering terjadi.

 

Kali lain, tiba-tiba ada teman SMP atau SMA yang tinggal di Tulungagung, ngirim sms. “Kamu lagi pulkam?? Aku dolan kerumahmu ya??”

“Lho, aku ini lagi di Surabaya, weekend ini nggak pulang ke Tulungagung kok” jawabku.

“Lha wong aku lihat kamu kemarin itu, di Golden Swalayan??”

“Lha wong aku jelas-jelas di Surabaya kok??” eyelku.

“Iya! Aku lihat kamu! Aku gak sapa soalnya aku ribet sama anakku. Tapi aku lihat kamu! Kalo gak salah kamu sama adikmu, si Asnan! Ya kan??”

Halah...jelaslah sekarang masalahnya.

 

Mungkin cerita diatas masih bisa dimaklumi karena ketika bertemu orang-orang itu, Emi sendirian. Dudulnya, cerita yang sama terulang bahkan ketika kami berada di tempat yang sama.

Suatu acara, ketika teman-teman Uti-Kakung lagi ngumpul dirumah. Aku dan Emi sedang bantu-bantu melayani para tamu. Aku dan Emi. Di tempat yang sama dalam waktu yang bersamaan.

Salah seorang teman Uti menyapa Emi dengan ramahnya.

“Loh, Mbak Wahida? Lagi disini tho? Kapan datang dari Surabaya?”

“Nngggg...” jawab Emi dengan senyum garing sambil celingukan, mencari aku.

“Anak-anak ikut semua kan?? Semua sehat-sehat??” si Ibu melanjutkan, pake adegan merangkul dan memeluk bahu Emi, dengan akrabnya.

Dan begitu aku lewat disitu...

“Ini Mbak Wahida nya Buk, saya Emi, istrinya Mas Asnan...”

Kasian si Ibu itu... :-D

 

Kasian juga banyak orang lain lagi yang mengalami hal yang sama. Entah kenapa, aku dan Emi sebenarnya sama-sama merasa bahwa kami itu tidak semirip itu. Tapi nggak tahu juga ya, orang lain yang melihat kan? hehehe.

Jujur, yang paling keberatan dengan kejadian2 ini adalah Asnan, adikku. Pasalnya dia itu musuhku ledek2an sejak dari kecil. Sangat susah mengalahkan dia dan membuatnya mati gaya. Tapi cara ini selalu berhasil. Setiap ada yang mengira Emi adalah aku, dengan senyum kemenangan yang tanpa hanti, aku selalu bilang sama dia,

“Nggak nyangka, ternyata kamu ngefans juga sama mbakmu ini ya?? Buktinya, cari istripun, nyari yang mirip sama akuuu!!”

HUHAUHAUAHUAHAH  <====== ketawa raksasa menguasai dunia

Dan Asnan pun hanya bisa ngeloyor pergi....


:::::.....