Temen lain bilang, kampanyenya salah sasaran. Harusnya pemerintah bikin “Kampanye Dampingi Anak Nonton TV” bagi orangtua.
Well, they’re completely fine to me... :D
As for my kids, sebenarnya kalo dilihat dari aktivitas sehari-hari, kampanye ini sih tidak memberikan banyak perbedaan yang berarti. My kids have been already on TV diet since forever. They’re not one of those TV freak (since I am not either). This campaigne, practically “is just another outdoor-fun day” for them.
Meski begitu, tak kusia-siakan moment ini untuk menanamkan awareness ke Abe tentang bagaimana sebenarnya lingkungan tempat dia tinggal.
Abe : “Kenapa sih Buk, harus ada “Sehari Tanpa TV?”
Ibu : (bercerita panjang lebar kalau diluar sana banyak sekali anak-anak yang jadi dudul gara-gara kalo nonton TV nggak aturan, misalnya nonton acara remaja atau dewasa, atau terlalu banyak nonton sehingga lupa bermain diluar, atau menirukan tingkah laku orang-orang di acara TV padahal itu bukan perilaku yang baik, dll dll –sampe berbusa, yah...mumpung anak lagi tanya kan? Harus sebanyak mungkin memasukkan informasi ke dia, mumpung dia bisa diam mendengarkan denga ingin tahu hueheheheh)
Abe : “Iya, kaya yang di koran dulu itu ya, yang main2 smackdown sama temennya ya Buk?”
Ibu : “Iya, makanya Pak Presiden SBY minta anak2
Jujur, daripada memusingkan apakah kampanye ini akan efektif atau tidak, aku lebih memilih menggunakan moment seperti ini untuk memasukkan sebanyak mungkin info yang hikmah kepada anak-anak. Apa saja yang bisa diambil, I’ll just take it. Sekecil apapun itu.
This campaigne must be made for a reason, a good one for sure. I believe that. When my kids -at least- succeed to absorb the idea behind the campaigne (know that the idea maybe is NOT only for themselves, but meant to be for all kids in their society), then this campaigne is already effective for me. Period.
Speaking of “outdoor-fun”, that day began early in the morning...
Siangnya, sehabis sarapan Abe dan Bea menghabiskan waktu bermain di masjid depan rumah. Kebetulan (diluar dugaanku) apresiasi tetangga sekitar terhadap kampanye “Sehari Tanpa TV” ini ternyata lumayan bagus, jadinya siang itu banyak sekali yang pada main diluar dengan alasan puasa TV.
Sorenya, seperti sudah direncanakan, kita pergi piknik di Taman Bungkul
Sekarang, Taman Bungkul secara umum terbagi jadi 3 bagian. Di samping kanan ada tempat bermain anak2, yang sebagian besar berlantai pasir putih. Di bagian ini juga ada taman labirin kecil, and happened to be one of Abe’s favorite. Lucunya, Dilla menyebut tempat ini sebagai “taman sesat”, Abe jadi ngakak dengernya he he.
Di bagian tengah, menempati area yang paling besar ada semacam atrium lingkaran untuk tempat acara-acara dan pertunjukan outdoor. Kabarnya, dari pementasan teater sampai lomba melukis anak-anak sekarang kerap diadakan di tempat ini. Waktu kita datang sore itu, baru saja selesai diadakan acara peringatan Hari Anak Nasional oleh Sanggar Alang-Alang (wah, too bad kita ketinggalan acaranya ya).
Di bagian samping kiri Taman Bungkul, ada lapangan untuk olahraga extreem. Wah ternyata Abe paling kerasan disini. Selama ini dia memang selalu tertarik sama skateboard. Dan sore itu ternyata penyuka skateboard sedang rame ngumpul di Taman Bungkul. Klop deh.. Bea malah ikut2an suka (hemm...mas Abe ngapain aja, Bea memang selalu ikut, lama2 jadi lebih tahu boy stuff deh daripada girl stuff :D...)
Ketika beranjak malam, Taman Bungkulnya malah semakin rame... Alhasil, karena kerasan anak-anak susah diajak pulang. “
Sebelum pulang, pada nitip ikutan mandi dirumah Dilla yang kebetulan dekat dengan Taman Bungkul, trus eh... baru aja sampe A. Yani, kok sudah pada ketiduran di mobil... ha ha ha pada kecapean ya...
Alhamdulillah...What a lovely day...
Foto-foto seharian itu, indahnya pemandangan dari rooftop dipagi hari sampe acara piknik di Taman Bungkul, semua bisa dilihat di Photo Album deh.. :D