
diajak foto malah mbanyol
"ini pose sakit" :-)))
Catatan : dua minggu sebelum Bea opname, Raka, sepupunya opname juga karena diare. Dan selama itu juga Bea sangat iri melihat “tangan robot” (infus) milik Raka.
Pagi itu, Minggu 17 Februari 2008, ketika Bea pergi ke UGD, dalam rangka menuruti kata-kata dokter lab untuk opname...
Walau badan masih panas, Bea masuk UGD dengan ceria (aku mungkin udah pernah cerita kalo selama sakit, Bea sama sekali nggak mirip orang sakit). Ketika bertemu seorang perawat laki-laki, diapun seperti biasa ketika sok akrabnya keluar, menyapa itu suster. Dengan nada ceria, cerewet dan semangat 45...
“Haiiii.....aku mau pasang immmpuuuusss lhoooo...”.
**gubraxx**
Om Perawat masih terkaget-kaget ketika seisi UGD meledak oleh tawa, mendengar sapaan Bea. Anak ini kalo nggak aneh, pasti belum tahu rasanya dipasangin infus, mungkin begitu pikir mereka.
Setelah registrasi dan wawancara kecil2an dengan dokter jaga (kebanyakan yang menjawab pertanyaan juga Bea, dengan ngawur tentu), kitapun diminta menunggu. Nggak tahan berbaring ditempat tidur, Bea langsung turun. Kita menunggu sambil Bea nyanyi2 dan menari di lantai UGD. Main timbang-timbang badan, cuci-cuci tangan, dan mengeja semua hurup yang dilihatnya. Para perawat senyum-senyum, beberapa pengantar pasien cubit-cubit gemas pipi Bea.
Agak lama, waktunya batas kebosanan datang...
“Aduuhhhh kok lama siiihhhh...??? Katanya aku mau dipasangi immpuuussss...???”
**gubraaxx lagi deh**
Tibalah waktunya Bea ditangani perawat. Si Om yang pertama disapa tadi yang nyamperin. “Ayoooo yang mau dipasangi infus yang manaaa???”
“Sayaaaa!!” jawab Bea mengacungkan tangan.
“Ayo sini coba, cocok nggak ya sama awalnya tadi, Om mau lihaaat...” kata si Om dengan geli. “Lihat saja nanti, selama ini belum ada anak yang selamat ditanganku, hah hah hah,” mungkin begitu batin si Om.
Dengan nurut Bea ambil posisi berbaring. Tangan dan badan dipelukan Ibuk sementara kaki udah erat dipegang Bapak yang merem. Dengan rela Bea menyerahkan lengan kirinya. Dengan senyum Bea menikmati pijitan perawat yang mencari pembuluh darah yang tepat ditangannya. Tiba waktunya mencoblos...
Ughhh. Bea meringis. Tapi cuma itu. Meringis yang cuma bertahan beberapa detik. Karena kemudian wajah Bea jadi tambah aneh, perpaduan antara kesakitan dan ekpresi menguat-nguatkan dirinya sendiri.
“Sakit ya, Bea?” tanya Ibuk hati-hati.
“Nggaaaakkkk, nggak sakiiitt...” jawab Bea agak terlalu cepat dan dengan suara yang bergetar hebat. Matanya tegang memandang jarum (nggak mau pindah walaupun berkali-kali dilarang melihat). Tegang tapi sekaligus menerawang. Wah, teknik penyangkalannya sudah tingkat tinggi nih!
Beberapa detik penuh puji-puji dari Om Perawat. Wajah Bea tambah aneh, udah mulai berubah warna. Bapaknya pun akhirnya datang dengan kalimat penyelamatan.
“Kalo sakit, nggak papa kok nangis Bea, dipasang infus memang sakit.”
“Iya, sayang...” lanjut Ibuk setuju.
Wajah tegang sekonyong-konyong mencair dengan kecepatan tinggi.
“Hikss....hiksss....Ibuk...sakit.....” pertamanya menyayat dan pelan.
“Huwaaaaa...!!!!!! Huwaaaaaaaaa!!!!! Sakiiittttt”.... masuk reffrain deh akhirnya... :-D
Dan aku pun tak menyalahkan seisi UGD yang malah mentertawakan...
Apalagi 10 menit kemudian ketika selang infus sudah lengkap terpasang, Bea kembali lagi menyanyi-nyanyi dan –tanpa malu- memamer-mamerkankan selang infusnya.
“Nanti aku mau kasih liat tangan robotku ke Raka sama Mas Abe, Buk....”
Ealah Bea...Bea...
:::::.....
Ssttt...ngomong2 sifat ceria yang agak keterlaluan dan nggak kenal tempat ini, konon diwarisi Bea dari ibuknya lhooooo...**hayo siapa mo protesss??? ngancam.com hahahaahah** :-b
Terimakasih banyak buat perhatian yang diberikan kepada kami selama Bea sakit. Teman-teman MP sangat membuat terharu dengan sms, telp dan doanya yang bertubi-tubi. Hanya Allah lah yang akan membalas kebaikan semuanya....matur sembah nuwun.... ^_^
:::::.....