First of all, happy new year everyone. As I tweet on my @cikicikicik on new year morning yesterday:
Being able to LOVE others -whoever it is- is the most positive way to start the year, so let's express it. That way, you'll never feel any alone.
Biasanya, aku nggak bikin resolusi-resolusi khusus setiap tahun baru. Tapi tadi pagi tiba-tiba ada keinginan kuat tentang satu hal. Its all about expressing my love too, specially for my little dear family.
Aku rindu rajin menulis jurnal di blog lagi. Menulis keseharian kami. Sayang rasanya mengingat betapa setahun dua tahun ini banyak hal yang terjadi (specially with the kids) dan tidak terdokumentasikan dalam tulisan di jurnalku. Apalagi tadi sempat melihat postingan-postingan lama, duhhhh baru terasa bahwa tulisan tentang anak-anak bisa jadi harta karun buat aku ketika membacanya nanti kelak.
So God speed.... (⌣́_⌣̀)
*deuh sok serius deh*
Sabtu, 01 Januari 2011
Jumat, 08 Oktober 2010
Ketika Bola Indonesia Versus Uruguay
Wow! Tidak pernah terbayang aku bakal nulis soal BOLA. Tidak tidak, jangan salah faham, sampai detik ini aku tetap tidak paham dengan sepakbola. Bukan hanya tidak paham, tapi aku tidak habis pikir dimana letak bagus dan seninya. That thing just become my ignorant, period.
Tetapi semalam, Jumat 8 Oktober 2010, pas berbarengan dengan ultahnya Agyl (adikku yang gila bola), bareng juga dengan laga kesebelasan Indonesia menjamu tim kesebelasan Uruguay yang peringkat 4 dunia itu.....akhirnya aku bisa menikmati sepakbola!!
Jadi, begini ceritanya...
Mas Iwan, memang hobi bola. Setiap Jumat sore, selama dia sempat dia akan ikut bermain futsal bersama karyawan-karyawan. Karyawan disini tentu beragam dong, ada karyawan kantor (sales, admin dll) ada juga karyawan gudang atau bagian pengiriman (sopir, kenek, kuli dll).
Nah, sudah seminggu ini Mas Iwan umek. Asik merencanakan sebuah pertandingan bola ternyata. Kebetulan, ada seorang teman dekat yang juga dokter. Hobi bola juga, dan suka bermain futsal juga, bareng dengan teman-teman dokternya tentu. Sebut saja mas H.
Mas H dan MI, seminggu ini umek berdua jadi promotor. Asik merencanakan sebuah tanding futsal persahabatan. Antara kedua tim yang mereka ada didalamnya tentu saja. Akhirnya, pertandingan dilakukan kemarin sore. Jumat 8 Oktober 2010. Rencananya, setelah pertandingan mereka semua akan nonton bareng Indonesia vs Uruguay di tempat futsal. Pasti akan seru!
Yang sangat ingin aku tulis, bukan pertandingan INA vs URU. Bukan! Gila apa?? Tapi pertandingan Tim mas H vs Tim MI.
Dari awal, begitu mengetahui siapa yang menjadi lawan mereka, tim yang satu sudah keder duluan. Dan akhirnya sibuk protes menyalahkan promotornya. Kalau dibayangkan, mungkin seperti ini bunyi protes mereka.
"Yang bener saja! Masak kita disuruh lawan mereka?"
"Iya! Mana bisa kita menang? Ini tidak adil!"
"Promotornya minta didugang nih"
Hahahaha mungkin seperti itu lah kira-kira.
Akhirnya, kemarin itu terpampanglah sebuah pertandingan futsal yang lucu sekali. Satu tim, terdiri dari pemain-pemain diatas 30 tahunan, beberapa sudah menyimpan "bola empuk" didalam perutnya.
Tim lain, rata-rata cukup langsing, beberapa malah berotot. Walaupun ada yang berumur 30an, tapi secara umum masih kelihatan pantas berada di lapangan futsal. Didalam tim ini, mungkin hanya MI yang menyimpang bola lunak di perut, yang lain menyimpan bola-bola di lengan dan betis, itupun terbuat dari otot.
"Ingat, JANGAN bikin gol dulu, kita ajak dokter-dokter itu main oper-operan bola sampai PUAS dulu" pesan MI kepada timnya dengan mata berkilat. Sedangkan tim mas H mungkin masih sibuk ngomelin mas H, dan ini pasti bakal membuat mereka makin cepat PUAS main oper2an bolanya. Wkwkwkwk. Pada gak sopan ya, sama pak Dokter loh!
Aku, walaupun tidak menonton pertandingannya, mules ngikik geli duluan membayangkan kayak apa suasana lapangan futsalnya waktu itu. Walhasil, kata MI, pertengahan babak kedua, mereka sudah berhenti menghitung skornya. Percuma, katanya...
"Dapet goal tiga karung kita!" seru Pakde Choiri, kepala gudang MI. Bangga loh, bisa menang lawan dokter-dokter! Kapan lagi coba kalau bukan di lapangan futsal???
Perkiraan MI, ketika timnya sudah giat kembali bekerja di gudang dan kantor mengangkuti kiriman paku pagi ini, para dokter di tim yang satunya bisa jadi masih meringis menahan rasa "njarem" dan linu tegang di otot kaki mereka. Khusus mas H, mungkin linunya sampai ke telinga dan hati, karena diomelin juga sama anggota timnya. Hihihihi sekali lagi, ini kata MI loh yaaaa *pissss mas H* hihihihi.
:D
Tapi, kata MI juga, adalah pemandangan yang luar biasa melihat karyawan-karyawannya bisa nobar bola Indonesia vs Uruguay setelah pertandingan itu. It's just Lovely....!
:)
Tetapi semalam, Jumat 8 Oktober 2010, pas berbarengan dengan ultahnya Agyl (adikku yang gila bola), bareng juga dengan laga kesebelasan Indonesia menjamu tim kesebelasan Uruguay yang peringkat 4 dunia itu.....akhirnya aku bisa menikmati sepakbola!!
Jadi, begini ceritanya...
Mas Iwan, memang hobi bola. Setiap Jumat sore, selama dia sempat dia akan ikut bermain futsal bersama karyawan-karyawan. Karyawan disini tentu beragam dong, ada karyawan kantor (sales, admin dll) ada juga karyawan gudang atau bagian pengiriman (sopir, kenek, kuli dll).
Nah, sudah seminggu ini Mas Iwan umek. Asik merencanakan sebuah pertandingan bola ternyata. Kebetulan, ada seorang teman dekat yang juga dokter. Hobi bola juga, dan suka bermain futsal juga, bareng dengan teman-teman dokternya tentu. Sebut saja mas H.
Mas H dan MI, seminggu ini umek berdua jadi promotor. Asik merencanakan sebuah tanding futsal persahabatan. Antara kedua tim yang mereka ada didalamnya tentu saja. Akhirnya, pertandingan dilakukan kemarin sore. Jumat 8 Oktober 2010. Rencananya, setelah pertandingan mereka semua akan nonton bareng Indonesia vs Uruguay di tempat futsal. Pasti akan seru!
Yang sangat ingin aku tulis, bukan pertandingan INA vs URU. Bukan! Gila apa?? Tapi pertandingan Tim mas H vs Tim MI.
Dari awal, begitu mengetahui siapa yang menjadi lawan mereka, tim yang satu sudah keder duluan. Dan akhirnya sibuk protes menyalahkan promotornya. Kalau dibayangkan, mungkin seperti ini bunyi protes mereka.
"Yang bener saja! Masak kita disuruh lawan mereka?"
"Iya! Mana bisa kita menang? Ini tidak adil!"
"Promotornya minta didugang nih"
Hahahaha mungkin seperti itu lah kira-kira.
Akhirnya, kemarin itu terpampanglah sebuah pertandingan futsal yang lucu sekali. Satu tim, terdiri dari pemain-pemain diatas 30 tahunan, beberapa sudah menyimpan "bola empuk" didalam perutnya.
Tim lain, rata-rata cukup langsing, beberapa malah berotot. Walaupun ada yang berumur 30an, tapi secara umum masih kelihatan pantas berada di lapangan futsal. Didalam tim ini, mungkin hanya MI yang menyimpang bola lunak di perut, yang lain menyimpan bola-bola di lengan dan betis, itupun terbuat dari otot.
"Ingat, JANGAN bikin gol dulu, kita ajak dokter-dokter itu main oper-operan bola sampai PUAS dulu" pesan MI kepada timnya dengan mata berkilat. Sedangkan tim mas H mungkin masih sibuk ngomelin mas H, dan ini pasti bakal membuat mereka makin cepat PUAS main oper2an bolanya. Wkwkwkwk. Pada gak sopan ya, sama pak Dokter loh!
Aku, walaupun tidak menonton pertandingannya, mules ngikik geli duluan membayangkan kayak apa suasana lapangan futsalnya waktu itu. Walhasil, kata MI, pertengahan babak kedua, mereka sudah berhenti menghitung skornya. Percuma, katanya...
"Dapet goal tiga karung kita!" seru Pakde Choiri, kepala gudang MI. Bangga loh, bisa menang lawan dokter-dokter! Kapan lagi coba kalau bukan di lapangan futsal???
Perkiraan MI, ketika timnya sudah giat kembali bekerja di gudang dan kantor mengangkuti kiriman paku pagi ini, para dokter di tim yang satunya bisa jadi masih meringis menahan rasa "njarem" dan linu tegang di otot kaki mereka. Khusus mas H, mungkin linunya sampai ke telinga dan hati, karena diomelin juga sama anggota timnya. Hihihihi sekali lagi, ini kata MI loh yaaaa *pissss mas H* hihihihi.
:D
Tapi, kata MI juga, adalah pemandangan yang luar biasa melihat karyawan-karyawannya bisa nobar bola Indonesia vs Uruguay setelah pertandingan itu. It's just Lovely....!
:)
Rabu, 29 September 2010
(Inspirational Story) Menjadi Manusia Yang Lebih Bahagia
Cerita ini barusan aku dengar di radio, waktu nyetir sendirian sehabis drop anak-anak sekolah. Topiknya adalah kenapa di jaman sekarang ini, dimana manusia sudah sangat maju dan kehidupan bisa sedemikian sophisticated, tapi justru di sisi lain angka kejadian bunuh diri meningkat dimana-mana. Ternyata semua kemajuan didunia masa kini yang sudah dicapai umat manusia tidak memberikan kebahagiaan buat manusia. Manusia memang makin maju, tetapi mereka dinilai makin tidak bahagia dengan kehidupannya.
Jadi konon, tersebutlah seorang laki-laki tua yang sudah menduda. Dia mempunyai 2 orang anak laki-laki yang keduanya sudah berkeluarga. Anak pertama adalah seorang penjual es kelapa muda, dan anak keduanya penjual bajigur.
Setiap saat, hidup si kakek ini dipenuhi dengan kekhawatiran. Ketika musim panas, dia selalu sedih memikirkan nasib anak keduanya yang hidup dari menjual bajigur. “Panas-panas begini, mana ada yang akan beli bajigur ya??” Begitu selalu hatinya bertanya-tanya dengan perasaan khawatir. “Lalu bagaimana anak keduaku akan mendapat uang nafkah kalau dagangannya sepi tak ada yang beli?? Mana kemarin anaknya baru sakit pula, kasihan anakku...”
Pun ketika musim dingin tiba, si kakek kembali dipenuhi kekhawatiran akan nasib anak pertamanya yang menjual es kelapa muda. “Dingin-dingin hujan begini, mana ada orang yang beli es kelapa muda ya? Lalu bagaimana anak pertamaku akan mendapatkan nafkah untuk keluarganya?? Padahal ini musim tahun ajaran baru untuk sekolah anak-anaknya. Kasihan sekali anakku itu...”
Demikianlah, hidup si kakek dipenuhi dengan kekhawatiran dan ketakutan akan nasib anaknya. Lama-lama, si kakekpun gampang sekali sakit, dan makin lama makin parah, dan menjadi beban tersendiri untuk anak-anaknya. Sampai kemudian dia berobat kepada orang pintar. Si orang pintar ini bertanya pengobatan apa saja yang sudah ditempuh oleh si kakek.
“Sudah segala macam, dari jamu-jamu yang murah sampai obat-obatan mahal. Ada yang menyarankan saya merubah posisi tidur, sudah saya coba, tapi tetap tidak membantu” kata kakek tersebut.
“Yang harus Bapak rubah sebenarnya bukanlah posisi tidur Bapak.” kata si orang pintar. “Yang harus Bapak rubah adalah arah pikiran Bapak!”
“Nah, sekarang saja mengajak Bapak untuk berpikir seperti ini. Di musim panas, pikirkanlah anak Bapak yang menjual es kelapa muda. Betapa akan laris dagangannya. Betapa banyak keuntungan yang dia dapat dari penjualannya di musim panas itu, sehingga mungkin saja dia akan bisa menabung, sehingga mempunyai simpanan yang bisa dipakai disaat musim dingin dan dagangannya menjadi lebih sepi. Betapa menyenangkannya musim panas buat anak bapak dan keluarganya.”
“Sedangkan di musim dingin, cobalah Bapak memikirkan betapa larisnya dagangan bajigur anak kedua Bapak. Betapa akan larisnya usaha jualannya, dan betapa musim dingin adalah musim yang menyenangkan buat bapak, anak bapak dan kelularganya.”
Si kakek kemudian mencoba menerapkan saran orang pintar itu, dan berangsur-angsur si Bapak menjadi orang yang bersyukur dan selalu berbahagia di musim apapun sepanjang tahun. Diapun kemudian menjadi jauh lebih sehat dan senantiasa bahagia.
Moral cerita jelas. Sebenarnya, ada banyak sekali sumber-sumber kebahagiaan yang bisa kita syukuri dari keseharian kita. Menjadikan kita manusia yang lebih bahagia, dan karenanya bisa berpikir lebih positif.
Tadi pagi, saat sarapan dirumahku sempat ribut karena urusan telur. Bikin puyeng karena urusan sesepele itu, anak-anak ribut eyel2an. Kebetulan mereka sarapan dengan menu nasi telur-keju. Si Bea mempertengkarkan kenapa kuning-telur di piring Abe lebih banyak daripada kuning-telur di piringnya. Padahal Bea suka kuning telur! Rame deh jadinya, karena Abe tidak mau mengalah dan menukar piringnya. Dan rasanya Ibuk pengen ngomelin si ayam, kenapa mereka tidak bertelur dengan kadar kuning-telur yang sama dan konsisten saja sich!?!?
Pertengkaran anak-anak selalu bikin pusing, Tapi ketika mereka semua berangkat sekolah dan aku kembali kerumah yang terasa sepi kosong begini, pertengkaran itu menjadi terasa manis sekarang. Bikin aku senyum-senyum sendiri mengingatnya, punya dua anak yang keduanya hobi ngeyel dan pintar mempertahankan pendapatnya sendiri-sendiri begitu. Dan kalo dipikir-pikir, suasana rumah yang sepi begini memang nggak enak, nggak rame, tapi bagaimanapun, suasana ini membuatku bisa menyediakan waktu ekstra untuk menulis lagi. Bukankah begitu?
Jadi, bagaimanapun keadaan Anda hari ini, betapa beratnya Anda rasakan kehidupan Anda sekarang, cari yuk, apa sumber kebahagiaan Anda pagi ini?? Jangan temukan satu, tapi temukan 2, 3 atau lebih dari itu, insyaAllah mudah-mudahan Anda akan menjadi orang yang lebih berbahagia hari ini.
Jadi konon, tersebutlah seorang laki-laki tua yang sudah menduda. Dia mempunyai 2 orang anak laki-laki yang keduanya sudah berkeluarga. Anak pertama adalah seorang penjual es kelapa muda, dan anak keduanya penjual bajigur.
Setiap saat, hidup si kakek ini dipenuhi dengan kekhawatiran. Ketika musim panas, dia selalu sedih memikirkan nasib anak keduanya yang hidup dari menjual bajigur. “Panas-panas begini, mana ada yang akan beli bajigur ya??” Begitu selalu hatinya bertanya-tanya dengan perasaan khawatir. “Lalu bagaimana anak keduaku akan mendapat uang nafkah kalau dagangannya sepi tak ada yang beli?? Mana kemarin anaknya baru sakit pula, kasihan anakku...”
Pun ketika musim dingin tiba, si kakek kembali dipenuhi kekhawatiran akan nasib anak pertamanya yang menjual es kelapa muda. “Dingin-dingin hujan begini, mana ada orang yang beli es kelapa muda ya? Lalu bagaimana anak pertamaku akan mendapatkan nafkah untuk keluarganya?? Padahal ini musim tahun ajaran baru untuk sekolah anak-anaknya. Kasihan sekali anakku itu...”
Demikianlah, hidup si kakek dipenuhi dengan kekhawatiran dan ketakutan akan nasib anaknya. Lama-lama, si kakekpun gampang sekali sakit, dan makin lama makin parah, dan menjadi beban tersendiri untuk anak-anaknya. Sampai kemudian dia berobat kepada orang pintar. Si orang pintar ini bertanya pengobatan apa saja yang sudah ditempuh oleh si kakek.
“Sudah segala macam, dari jamu-jamu yang murah sampai obat-obatan mahal. Ada yang menyarankan saya merubah posisi tidur, sudah saya coba, tapi tetap tidak membantu” kata kakek tersebut.
“Yang harus Bapak rubah sebenarnya bukanlah posisi tidur Bapak.” kata si orang pintar. “Yang harus Bapak rubah adalah arah pikiran Bapak!”
“Nah, sekarang saja mengajak Bapak untuk berpikir seperti ini. Di musim panas, pikirkanlah anak Bapak yang menjual es kelapa muda. Betapa akan laris dagangannya. Betapa banyak keuntungan yang dia dapat dari penjualannya di musim panas itu, sehingga mungkin saja dia akan bisa menabung, sehingga mempunyai simpanan yang bisa dipakai disaat musim dingin dan dagangannya menjadi lebih sepi. Betapa menyenangkannya musim panas buat anak bapak dan keluarganya.”
“Sedangkan di musim dingin, cobalah Bapak memikirkan betapa larisnya dagangan bajigur anak kedua Bapak. Betapa akan larisnya usaha jualannya, dan betapa musim dingin adalah musim yang menyenangkan buat bapak, anak bapak dan kelularganya.”
Si kakek kemudian mencoba menerapkan saran orang pintar itu, dan berangsur-angsur si Bapak menjadi orang yang bersyukur dan selalu berbahagia di musim apapun sepanjang tahun. Diapun kemudian menjadi jauh lebih sehat dan senantiasa bahagia.
Moral cerita jelas. Sebenarnya, ada banyak sekali sumber-sumber kebahagiaan yang bisa kita syukuri dari keseharian kita. Menjadikan kita manusia yang lebih bahagia, dan karenanya bisa berpikir lebih positif.
Tadi pagi, saat sarapan dirumahku sempat ribut karena urusan telur. Bikin puyeng karena urusan sesepele itu, anak-anak ribut eyel2an. Kebetulan mereka sarapan dengan menu nasi telur-keju. Si Bea mempertengkarkan kenapa kuning-telur di piring Abe lebih banyak daripada kuning-telur di piringnya. Padahal Bea suka kuning telur! Rame deh jadinya, karena Abe tidak mau mengalah dan menukar piringnya. Dan rasanya Ibuk pengen ngomelin si ayam, kenapa mereka tidak bertelur dengan kadar kuning-telur yang sama dan konsisten saja sich!?!?
Pertengkaran anak-anak selalu bikin pusing, Tapi ketika mereka semua berangkat sekolah dan aku kembali kerumah yang terasa sepi kosong begini, pertengkaran itu menjadi terasa manis sekarang. Bikin aku senyum-senyum sendiri mengingatnya, punya dua anak yang keduanya hobi ngeyel dan pintar mempertahankan pendapatnya sendiri-sendiri begitu. Dan kalo dipikir-pikir, suasana rumah yang sepi begini memang nggak enak, nggak rame, tapi bagaimanapun, suasana ini membuatku bisa menyediakan waktu ekstra untuk menulis lagi. Bukankah begitu?
Jadi, bagaimanapun keadaan Anda hari ini, betapa beratnya Anda rasakan kehidupan Anda sekarang, cari yuk, apa sumber kebahagiaan Anda pagi ini?? Jangan temukan satu, tapi temukan 2, 3 atau lebih dari itu, insyaAllah mudah-mudahan Anda akan menjadi orang yang lebih berbahagia hari ini.
Rabu, 22 September 2010
Hukuman Ataukah Petualangan? (Kisah Anak Jaman Sekarang)
Hemm... Lama juga nggak ngeNOTE ya, mumpung lagi manyun di parkiran nunggu Carrefour buka, ketik bentar ahh...
Barusan, geli juga baca status FB nya Mbak Niar soal Ubay putra bungsunya.
"Ubay cs TK B kmrn disetrap ustadzah krn bercanda melulu wkt doa n sholat,di rmh dia cerita sambil ketawa2...katanya lucu,seru disuruh berdiri lama gayanya macem2 kyk patung. Masyaallah trnyata dia g ngeh kl itu sanksi...efektif g sih...?"
Hihihihi.... Anak-anak jaman sekarang... Kenapa aku geli, karena hal yang sama juga sering terjadi sama anak-anakku sendiri.
Bu Ina, guru Abe di TK bercerita setelah Abe membuat kehebohan. Suatu hari Abe tidak tertib ketika berdoa menjelang pulang sekolahd. Bukannya ikut melafalkan doa, dia malah sibuk ngobrol sendiri. Bukan mengajak ngobrol temannya loh, tapi benar-benar ngobrol sama dirinya sendiri. Abe memang suka sekali melakukannya, bahkan sampai sekarang walaupun sudah kelas 4 SD. Setelah berkali-kali diingatkan dan tidak jua kunjung tertib berdoa, akhirnya Bu Ina mendekati Abe.
"Abe, ada gak ya caranya supaya Abe bisa berhenti ngobrol sebentaaaaaar saja, lalu ikut berdoa? Kan sekarang bukan waktrunya mengobrol sendiri?", tanya Bu Ina dengan sabar.
"Ada! Mulutnya Abe ditutup pake selotip saja Bu Ina!", jawab Abe (herannya) dengan antusias! Bu Ina sempat kaget dong, tapi Abe meyakinkan bahwa itu ide bagus dan kemudian dengan berat hati campur khawatir campur entah perasaan apalagi, Bu Ina pun akhirnya menemani Abe ke tempat peralatan.
Tebak apa yang Abe lakukan? Bukannya memilih selotip, Abe malah memilih LAKBAN warna hitam untuk menutup mulut mungilnya.
Aku yang sedang mengobrol dengan ibu-ibu walimurid lain di teras sambil nunggu anak-anak pulang, tiba-tiba saja sudah mendengar kehebohan yang diciptakan semua ibu-ibu, embak dan suster pengasuh, juga guru-guru dan anak-anak lain yang ada disitu. Semua mata terarah ke depan kelas Abe, dan banyak reaksi terdengar demi melihat Abe berdiri disitu, dengan LAKBAN HITAM tertempel di mulutnya! Mulut yang walaupun tertutup lakban sampai pipi, tapi masih kelihatan TERSENYUM.
"Abe kenapa itu mbaakkkk??", orang-orang terutama teman-teman walimurid pada memekik.
Bu Ina, yang berdiri disamping Abe buru-buru menghampiriku dan menjelaskan semuanya. Bahwa ini semua ide Abe sendiri. Bahwa dia juga nggak yakin waktu memutuskan menuruti Abe tadi. Dan aku segera menyadari bahwa pekikan orang-orang tadi berubah menjadi ketawa apalagi begitu melihat ekspresi Abe.
Senyum-senyum sendiri dibalik lakban...loncat2 kegirangan....sorot mata antusias dan bahasa tubuh yang seolah meneriakkan "Ibuuuukkk! Ideku bagus kan??seru kan??wowww ada lakban di mulutku Buukkk!! Ibuk Lihat dehhh!!"
Acara berdoa yang diharapkan tenang setelah Abe berhenti mengobrol di kelas tadi, nggak tau deh gimana nasibnya kemudian... *ngikik campur hela napas*
Kelas 1SD, lebih seru lagi. Gedung sekolah SD jauh lebih besar dari TK dong. Banyak yang bisa dilakukan dan dieksplorasi disana. Minggu-minggu pertama sekolah, Ust. Bambang dan Ust. Imam kudu ikut bereksplorasi kesana-kesini karena di banyak jam pelajaran, Abe menghilang dari kelas. Atau tidak kembali ke kelas tepat pada waktunya. Telat 10 menit, 15 menit.....20 menit sih sudah lebih dari cukup.
Ustad pun terpaksa safari keliling sekolah untuk mencari Abe yang kemudian diketemukan di tempat-tempat yang "seru dan biasanya di bagian pojok lingkungan sekolah" bersama beberapa temannya. Di parkiran. motor, kebun sekolah, tapi kebanyakan biasanya mereka ditemukan diatas rumah pohon.
Hebatnya rumah pohon yang berada tepat dibelakang barisan ruang kelas 1 SD Al Hikmah itu, adalah dari situ anak-anak bisa melihat banyak pemandangan. Suatu kali, si Pasya (salah satu teman Abe) menemukan bahwa dari situ ternyata bisa sedikit melihat kamar mandi siswa perempuan. Hebohlah anak-anak itu!
Dan ketika Ustad menemukan mereka, dari lima atau enam anak yang ada dirumah pohon, kebetulan yang dua orang sudah turun, termasuk Abe, sedang yang lain masih asyik cekikikan sambil perhatiannya terarah ke kamar mandi cewek (yang notabene katanya juga lagi kosong, tapi anak-anak cowo ini nggak tau kenapa kok ya cekikikan).
Anak-anak yang ketika tertangkap basah masih ada diatas, kemudian diajak ustad untuk masuk ruang "time-out". Sebenarnya tak ada yang istimewa dari ruangan ini, kecuali tertutup (aku lupa apakah memang tidak ada jendela atau jendelanya tak pernah dibuka). Yang jelas itu memang ruang "time-out", jadi memang didesain membosankan pastinya. Cuma ada meja dan bangku disitu, biasanya juga tidak dipakai wakaupun selalu terlkihat bersih.
Yang membuat ruangan itu istimewa adalah ekspresi teman-temannya Abe ketika kemudian diijinkan keluar dan kembali ke kelas masing-masing. Sesampai di kelas, heboh mereka bercerita kepada teman yang lain. Heboh layaknya orang yang baru pulang dari sebuah petualangan yang seru.
"Kita tadi masuk di ruangan keren lohh!", dengan mata dan ekspresi antusias.
"Iya, mirip penjara rekk!" Gambaran yang lebay tentunya dari anak-anak itu, karena aku tahu persis ruangan yang dimaksud dan tak sedikitpun mengandung unsur "penjara".
Dan ketika dirumah Abe selesai bercerita betapa teman-temannya sangat seru bermain tawan-tawanan di ruangan itu, dia pun bertanya.
"Buk, kenapa tadi aku nggak ikut dimasukkan ke ruangan penjara itu ya Buk?".....ahh nada irinya kelihatan banget...
"Mungkin karena tadi Abe kan tidak ikut mengintip kamar mandi perempuan kan?"
Abe yang masih kelas 1 SD berpikir sejenak....
"Jadi kalau Abe kepingin masuk ke ruang penjara, Abe kudu ikut mengintip kamar mandi anak perempuan ya...?"
Sumpah, sekarang aku sudah bener-bener lupa waktu itu menjawab apa ke dia!
Dan jangan mengira itu hanya terjadi di sekolah saja. Dirumah pun tak jauh beda. Intinya, ketika aku terpaksa memberikan konsekuensi tertentu atas perilaku yang kurang baik, maka konsekuensi itu bukan hanya diterima dengan 'besar hati' tetapi malah dengan 'senang hati'. Aku hanya bisa tertawa dalam hati melihatnya, sambil menahan berjuta rasa, hihihi.
***
Itulah...
Bahasa anak-anak memang beda dengan orang dewasa. Semua pasti menyadari itu. Yang mungkin jarang disadari oleh kita para orang dewasa yang mengaku sudah mengerti asam garam kehidupan ini adalah, bahwa justru kitalah yang harus belajar banyak dari anak-anak.
Kita yang dewasa justru sudah banyak terkotori dan tertipu banyak hal yang ada di dunia ini. Dan idola kita seorang manusia secerdas Ali bin Abi Thalib pun mengatakan bahwa segala sesuatu yang didunia adalah palsu dan menipu. Jadi kalau kita ingin belajar dari jenis manusia yang masih belum banyak "terlena dan tertipu", salah satunya adalah anak-anak ini. Mereka berhati lebih bening, tak ada prasangka, bahkan ketika orang dewasa berniat memberikan sanksi pun, mereka malah menyambutnya sebagai tawaran atas sebuah petualangan yang seru dan menyenangkan! Wkwkwkwk.
Tul nggak sih? :D
Oya, bicara soal beda bahasa, selama ini dirumah kami ada satu bahasa yang sama sih. Yang sama-sama dipahami dan dimengerti baik oleh orangtua (aku-suami) maupun anak-anak (Abe-Bea). Bahasa itu adalah : Kalau sampai Ibuk sudah DIAM tak bicara, maka itu berarti Ibuk memang benar-benar sedang MARAH. Dan itu adalah konsekuensi dan sanksi yang paling MENYIKSA buat Abe dan Bea, dan karenanya menjadi EFEKTIF.
:D
Tapi yah... Semoga saja konsekuensi itu tetap jarang kuterapkan ya, karena kalau terlalu sering diterapkan takutnya tidak akan efektif lagi. Dan kalau sudah begitu, pasti akan sangat SULIT menemukan bentuk2 sanksi yang efektif buat anak-anak jaman sekarang yang gemar "berpetualang" ini. Huehehehe...
***
Barusan, geli juga baca status FB nya Mbak Niar soal Ubay putra bungsunya.
"Ubay cs TK B kmrn disetrap ustadzah krn bercanda melulu wkt doa n sholat,di rmh dia cerita sambil ketawa2...katanya lucu,seru disuruh berdiri lama gayanya macem2 kyk patung. Masyaallah trnyata dia g ngeh kl itu sanksi...efektif g sih...?"
Hihihihi.... Anak-anak jaman sekarang... Kenapa aku geli, karena hal yang sama juga sering terjadi sama anak-anakku sendiri.
Bu Ina, guru Abe di TK bercerita setelah Abe membuat kehebohan. Suatu hari Abe tidak tertib ketika berdoa menjelang pulang sekolahd. Bukannya ikut melafalkan doa, dia malah sibuk ngobrol sendiri. Bukan mengajak ngobrol temannya loh, tapi benar-benar ngobrol sama dirinya sendiri. Abe memang suka sekali melakukannya, bahkan sampai sekarang walaupun sudah kelas 4 SD. Setelah berkali-kali diingatkan dan tidak jua kunjung tertib berdoa, akhirnya Bu Ina mendekati Abe.
"Abe, ada gak ya caranya supaya Abe bisa berhenti ngobrol sebentaaaaaar saja, lalu ikut berdoa? Kan sekarang bukan waktrunya mengobrol sendiri?", tanya Bu Ina dengan sabar.
"Ada! Mulutnya Abe ditutup pake selotip saja Bu Ina!", jawab Abe (herannya) dengan antusias! Bu Ina sempat kaget dong, tapi Abe meyakinkan bahwa itu ide bagus dan kemudian dengan berat hati campur khawatir campur entah perasaan apalagi, Bu Ina pun akhirnya menemani Abe ke tempat peralatan.
Tebak apa yang Abe lakukan? Bukannya memilih selotip, Abe malah memilih LAKBAN warna hitam untuk menutup mulut mungilnya.
Aku yang sedang mengobrol dengan ibu-ibu walimurid lain di teras sambil nunggu anak-anak pulang, tiba-tiba saja sudah mendengar kehebohan yang diciptakan semua ibu-ibu, embak dan suster pengasuh, juga guru-guru dan anak-anak lain yang ada disitu. Semua mata terarah ke depan kelas Abe, dan banyak reaksi terdengar demi melihat Abe berdiri disitu, dengan LAKBAN HITAM tertempel di mulutnya! Mulut yang walaupun tertutup lakban sampai pipi, tapi masih kelihatan TERSENYUM.
"Abe kenapa itu mbaakkkk??", orang-orang terutama teman-teman walimurid pada memekik.
Bu Ina, yang berdiri disamping Abe buru-buru menghampiriku dan menjelaskan semuanya. Bahwa ini semua ide Abe sendiri. Bahwa dia juga nggak yakin waktu memutuskan menuruti Abe tadi. Dan aku segera menyadari bahwa pekikan orang-orang tadi berubah menjadi ketawa apalagi begitu melihat ekspresi Abe.
Senyum-senyum sendiri dibalik lakban...loncat2 kegirangan....sorot mata antusias dan bahasa tubuh yang seolah meneriakkan "Ibuuuukkk! Ideku bagus kan??seru kan??wowww ada lakban di mulutku Buukkk!! Ibuk Lihat dehhh!!"
Acara berdoa yang diharapkan tenang setelah Abe berhenti mengobrol di kelas tadi, nggak tau deh gimana nasibnya kemudian... *ngikik campur hela napas*
Kelas 1SD, lebih seru lagi. Gedung sekolah SD jauh lebih besar dari TK dong. Banyak yang bisa dilakukan dan dieksplorasi disana. Minggu-minggu pertama sekolah, Ust. Bambang dan Ust. Imam kudu ikut bereksplorasi kesana-kesini karena di banyak jam pelajaran, Abe menghilang dari kelas. Atau tidak kembali ke kelas tepat pada waktunya. Telat 10 menit, 15 menit.....20 menit sih sudah lebih dari cukup.
Ustad pun terpaksa safari keliling sekolah untuk mencari Abe yang kemudian diketemukan di tempat-tempat yang "seru dan biasanya di bagian pojok lingkungan sekolah" bersama beberapa temannya. Di parkiran. motor, kebun sekolah, tapi kebanyakan biasanya mereka ditemukan diatas rumah pohon.
Hebatnya rumah pohon yang berada tepat dibelakang barisan ruang kelas 1 SD Al Hikmah itu, adalah dari situ anak-anak bisa melihat banyak pemandangan. Suatu kali, si Pasya (salah satu teman Abe) menemukan bahwa dari situ ternyata bisa sedikit melihat kamar mandi siswa perempuan. Hebohlah anak-anak itu!
Dan ketika Ustad menemukan mereka, dari lima atau enam anak yang ada dirumah pohon, kebetulan yang dua orang sudah turun, termasuk Abe, sedang yang lain masih asyik cekikikan sambil perhatiannya terarah ke kamar mandi cewek (yang notabene katanya juga lagi kosong, tapi anak-anak cowo ini nggak tau kenapa kok ya cekikikan).
Anak-anak yang ketika tertangkap basah masih ada diatas, kemudian diajak ustad untuk masuk ruang "time-out". Sebenarnya tak ada yang istimewa dari ruangan ini, kecuali tertutup (aku lupa apakah memang tidak ada jendela atau jendelanya tak pernah dibuka). Yang jelas itu memang ruang "time-out", jadi memang didesain membosankan pastinya. Cuma ada meja dan bangku disitu, biasanya juga tidak dipakai wakaupun selalu terlkihat bersih.
Yang membuat ruangan itu istimewa adalah ekspresi teman-temannya Abe ketika kemudian diijinkan keluar dan kembali ke kelas masing-masing. Sesampai di kelas, heboh mereka bercerita kepada teman yang lain. Heboh layaknya orang yang baru pulang dari sebuah petualangan yang seru.
"Kita tadi masuk di ruangan keren lohh!", dengan mata dan ekspresi antusias.
"Iya, mirip penjara rekk!" Gambaran yang lebay tentunya dari anak-anak itu, karena aku tahu persis ruangan yang dimaksud dan tak sedikitpun mengandung unsur "penjara".
Dan ketika dirumah Abe selesai bercerita betapa teman-temannya sangat seru bermain tawan-tawanan di ruangan itu, dia pun bertanya.
"Buk, kenapa tadi aku nggak ikut dimasukkan ke ruangan penjara itu ya Buk?".....ahh nada irinya kelihatan banget...
"Mungkin karena tadi Abe kan tidak ikut mengintip kamar mandi perempuan kan?"
Abe yang masih kelas 1 SD berpikir sejenak....
"Jadi kalau Abe kepingin masuk ke ruang penjara, Abe kudu ikut mengintip kamar mandi anak perempuan ya...?"
Sumpah, sekarang aku sudah bener-bener lupa waktu itu menjawab apa ke dia!
Dan jangan mengira itu hanya terjadi di sekolah saja. Dirumah pun tak jauh beda. Intinya, ketika aku terpaksa memberikan konsekuensi tertentu atas perilaku yang kurang baik, maka konsekuensi itu bukan hanya diterima dengan 'besar hati' tetapi malah dengan 'senang hati'. Aku hanya bisa tertawa dalam hati melihatnya, sambil menahan berjuta rasa, hihihi.
***
Itulah...
Bahasa anak-anak memang beda dengan orang dewasa. Semua pasti menyadari itu. Yang mungkin jarang disadari oleh kita para orang dewasa yang mengaku sudah mengerti asam garam kehidupan ini adalah, bahwa justru kitalah yang harus belajar banyak dari anak-anak.
Kita yang dewasa justru sudah banyak terkotori dan tertipu banyak hal yang ada di dunia ini. Dan idola kita seorang manusia secerdas Ali bin Abi Thalib pun mengatakan bahwa segala sesuatu yang didunia adalah palsu dan menipu. Jadi kalau kita ingin belajar dari jenis manusia yang masih belum banyak "terlena dan tertipu", salah satunya adalah anak-anak ini. Mereka berhati lebih bening, tak ada prasangka, bahkan ketika orang dewasa berniat memberikan sanksi pun, mereka malah menyambutnya sebagai tawaran atas sebuah petualangan yang seru dan menyenangkan! Wkwkwkwk.
Tul nggak sih? :D
Oya, bicara soal beda bahasa, selama ini dirumah kami ada satu bahasa yang sama sih. Yang sama-sama dipahami dan dimengerti baik oleh orangtua (aku-suami) maupun anak-anak (Abe-Bea). Bahasa itu adalah : Kalau sampai Ibuk sudah DIAM tak bicara, maka itu berarti Ibuk memang benar-benar sedang MARAH. Dan itu adalah konsekuensi dan sanksi yang paling MENYIKSA buat Abe dan Bea, dan karenanya menjadi EFEKTIF.
:D
Tapi yah... Semoga saja konsekuensi itu tetap jarang kuterapkan ya, karena kalau terlalu sering diterapkan takutnya tidak akan efektif lagi. Dan kalau sudah begitu, pasti akan sangat SULIT menemukan bentuk2 sanksi yang efektif buat anak-anak jaman sekarang yang gemar "berpetualang" ini. Huehehehe...
***
Senin, 09 Agustus 2010
Si Mona, Bunda Agustin dan Kejutan Tulang Segede Gajah (Part 1)
***
Sabtu lalu, di sela-sela sinyal wifi yang putus nyambung di Causeway Bay, masuklah pesan BBM dari mbak Jacq. “Bee...besok ternyata aku nginep di Surabaya. Kamu lagi gak ada di SUB ya?”
Baru saja aku mengetikkan beberapa huruf balasan, wifi pun meredup, dan baru malamnya aku bisa balas, ketika aku sudah kembali ke tanah air. “Hai, asyikk! Di SUB sampai kapan?? Kerjain Mb Mona aja yuk, kalian belum pernah ketemu kan??”
Mb Jacq : “Minggu malam aku landing SUB. Senin siang jam 12 kudu terbang lagi ampe malam. Kamu atur yaa, tapi jangan yang susah-susah peranku.”
Lalu, datang juga BBM dari Mb Shiel. “Be, Jacq Senin pagi ngajak ketemuan.... Yuuk ngerjain Mona! Kamu ama Cindul ajak dia sarapan, nanti aku ama Mb Agustin yang jemput Jacq di Marriot...piye??”
Kompak deh. Ngerjain Mb Mona?? Ojreeeett!! Sejak beberapa bulan ini mb Mona memang jadi target utama kalo ada temen2 dudulers luar kota yang datang ke Surabaya, karena banyak yang belum pernah ketemu langsung (kodpar) sama dia **senyum nakal**
Aku dan Mb Shiel pun atur-atur rencana, BBM an sampe tengah malam dan mb Shiel semangat sekali. “Si Jacq kok ya datang pas bunda Ag ulangtahun yo. Kebeneran nih Be. Kamu bilang aja ke Mona kalo kita mau kasih surprise ke mb Ag. Aku juga akan bilang ke mb Ag kalo kita mau kasih surprise ke Mona (karena Mona belum pernah ketemu Jacq). Kita beli kue aja ntar, Jacq kan nggak tahu kalo mb Ag ultah, mb Ag juga nggak tahu kalo bakal ada kue ultah, dia taunya kita mau kerjain Mona. Sedang Mona juga gaktau kalo dia dikerjain, taunya dia kita ngerjain mb Ag dengan kue ultah itu. Asyik, korbannya banyak!! Huahahaha”
Hayyaaahhh wakakakak *ikut lunjak-lunjak*. Karena masih berkutat dengan ABEA yang kangen setelah 3 hari kutinggal pergi, tanpa direncanakan akupun ternyata mengikuti langkah mb Maya di Jakarta. Aku mulai pensiun jadi sutradara dan penyusun skenario. Aku ikuti saja semangat dan adrenalin mb Shiel yang mulai bergejolak. Pingin tahu apa yang dia lakukan untuk mendapatkan skenario? Watch this!
Mb Shiel : “Be, aku udah suruh Mb Agustin jadi sutradara...tapi dia malah tanya ‘Aku disuruh apa??’...DWENGG!!! Kujawab aja ‘Woooi! Sutradara itu yang NYURUH-NYURUH mbuaakkkk!!’ Wkwkwkwkwk!!”
Aku ikut “DWENGG!!” melihat cara usahanya mendapat skenario itu *sigh*
Akupun hubungi mb Cindy dan mb Mona. Mb Mona tentu saja langsung semangat mendengar rencana “kasih bunda Ag surprise di ultahnya”. Gampang banget deh kalo mencari semangat dari diri si bedul satu itu wkwkwk. Sedang mb Cindy, ternyata perjalanan pulangnya dari Ambon ke SUB tidak semulus yang direncanakan. Minggu sore pesawatnya delay selama 5 jam di Ambon (padahal keempat bidadarinya ikut semua tuh, rombongan sirkus), dan ketika transit di Makassar ternyata kena disconnect, dan akhirnya kudu nginep di Makassar sampe Senin. Terpaksa mb Cindy gak bisa ikut rencana Senin pagi itu.
Ya, pagi karena Senin jam 10 nya, aku dan mb Mona ada undangan pengajian sama-sama. Mb Jacq pun, jam 11 siang kudu balik siap-siap untuk terbang lagi. Jadi kita janjian ngumpul jam 8.30 di sate klopo Ondomohen. Mb Shiel n Mb Ag datang bersama mb Jacq, dan aku akan datang bersama mb Mona. Malam itu juga, karena mb Mona sedang berada diluar sementara aku sudah ngandang dirumah, maka aku minta dia sekalian beliin kue ultah buat mb Agustin.
Aku BBM lagi mb Mona “Besok kamu berangkat bareng anak2 sekolah aja ya, siapatau ada perubahan jam dan bisa lebih pagi kan enak, kita bisa nggak-telat datang ke pengajian”. Karena kukirim ketika aku terbangun tengah malam, aku nggak heran kalau pesannya cuma “delivered” dan belum terbaca.
Senin pagi, pesan itu ternyata tetap belum terbaca. Sehabis drop kids aku telpon mb Mona. Gak bisa! Telpon lagi, gak bisa lagi! Nomornya nggak bisa dihubungi, sedang nomor satunya nggak diangkat. Aku mulai mules. Teringat bahwa kue ultah mb Agustin ada di dia. Di chat aku curhat ke mb Cindy, dan mb Cindy pun ikut nggetu hubungi nomor mb Mona dari Makassar. Nggak bisa!! Huwaaaa what the heck happen with her phone??? BBM apalagi, dianggurin dan pesanku semalam tetap belum terbaca.
Emak... Padahal aku sudah nggak dapuk sutradara, tapi kenapa plintiran ini tetap ada?? Perutku makin mulas ketika mb Shiel mengabarkan dia dan mb Agustin sudah on the way Marriot. Akhirnya kuputuskan untuk ninggal mb Mona, dan berangkat ke Marriot sendiri. Sepanjang perjalanan terus kuhubungi dia, dan terus saja si telepon tidak terangkat atau failed sampai aku tiba di Marriot. Kriting deh...
Ketemu mb Jacq, aahhh it’s always sooo nice seeing her again! *smooch*
Kita bertiga pun akhirnya pergi ke Ondomohen, niat sarapan sate klopo. Di perjalanan kita semua khawatir demi melihat bunda Agustin yang pucat dan terlihat sangat lesu. Dia memang sedang puasa, tapi asli wajahnya tidak seperti biasa ketika dia puasa. Akhirnya bisa ditebak. Kamipun malah bujuk-bujuk bunda untuk mokel alias mbatalin puasa. Dudul, tapi asli gak tega liat wajah bunda.
Sate Ondomohen ternyata tutup, kalo Senin mereka baru buka jam 11 siang. Kamipun putar haluan menuju Bubur Ayam Inkos. Eh tutup juga! Wakakakak! Naseeb! “Makanya jangan ajak orang yang berpuasa cari sarapan doonngg, begini akibatnya” seloroh mb Jacq. Akhirnya kita sarapan di Soto Gubeng. Di tempat yang sama aku pernah ajak Meri sarapan ketika dia berkunjung ke Surabaya beberapa bulan lalu, jadi tempat ini menyimpan memori bagiku bersama teman dudulers. Dan ternyata, kunjunganku hari ini juga sama, membawa memori. ME-MO-RI...!!
Oya, Mb Mona akhirnya telpon! Dia cengengesan dan say sorry karena dia masih dirumah, baru bangun tidur. Hayaahhh!! “Ya udah, sate Ondomohen tutup kita batal kesana. Kamu ke Marriot aja ya mbak, habis nyoto kita ke Marriot karena bunda ada janji dengan temennya disana. Tunggu kami disana. Karena kalo kamu kesini pasti nggak keburu.”
Oke, kitapun pesen-pesen. Mb Jacq pesen Soto Buntut setelah ngiler lihat di meja sebelah ada buntut sebesar gajah yang menggoda didalam mangkok. Padahal itu buntut sapi loh, kok bisa sebesar gajah ya? Wkwkwkwkw. Dan kami (terutama mb Shiel hahaha) makin gencar membujuk bunda untuk mokel (membatalkan puasanya). Wajahnya asli kuyu, pucet dan lesu. “Daripada nanti jam 3 siang kamu telpon aku mbak, ngabari kalo kamu mokel juga akhirnya?? Kan mending sekarang masih pagi” kata mb Shiel setengah ngomel, wkwkwk.
Wajah lesu bunda kelihatan (berusaha) tegar walau dia menggeleng dengan lemas ketika kami menawari dia pesen soto. Akhirnya kita bertiga pun makan, sementara bunda berusaha mencari kesibukan dengan bebenya dengan lemas. Dia mengambil foto kami bertiga, dan buru-buru mb Shiel memperingatkan lagi, kali ini bukan tentang puasa.
“Awas lo mbak, jangan upload-upload foto dulu, apalagi ke grup BBM. Ada Mona disitu, jangan sampai dia tahu kalo ada Jacq!”
“Iyo yo...” jawab bunda sambil ngikik lirih (masih dengan wajah lemas). Sambil meneruskan makan, kitapun ngobrol ngalor ngidul. Well, kita bertiga tepatnya yang ngobrol, karena bunda banyak diam mendengarkan saja karena lemas. Sambil cek-cek bebe nya. Tak lama kemudian, mb Mona mengabarkan kalau dia sudah duduk manis di lobby Marriot menunggu kita.
Kami meneruskan makan, ngobrol-ngobrol sambil rencana nanti gimana caranya membuat surprise buat mb Mona. Bunda yang sebelumnya diharapkan jadi sutradara, ternyata lagi lemes lesu dan puasa, mana kami tega mendorongnya lebih jauh lagi?? Tetap dalam rangka mencoba mengalihkan perhatian dari makanan, sebentar-sebentar bunda melongok ke bebenya. Juga ke piring mb Jacq yang berisi buntut gajah dan berada tepat didepannya. Foto-foto juga. Tiba-tiba...
Mendadak ketika melihat layar bebenya, wajah bunda jadi horror, seperti shock begitu. Seperti menyadari sesuatu yang mengerikan, lalu refleks dia lirik mb Shiel disebelahnya, dengan takut-takut. Aku yang sudah mengenal mereka berdua, nggak perlu waktu lama untuk menyadari ada yang nggak beres baru saja terjadi. Mb Shiel pun begitu...
“Lhoo....aku sudah upload....” kata bunda lirih...suaranya sangat memilukan...
“Upload apa mbak??” Mb Shiel sudah mendelik tuh...lalu kami semua ikut melongok ke layar bebe bunda.
Di grup BBM (dimana didalamnya ada mb Mona tentu saja!), sudah terpampang sebuah foto mangkok berisi tulang belulang segede gajah. Bunda yang upload. Sebenarnya foto itu tidak menjadi masalah, karena hanya berisi mangkok berisi tulang, hanya itu! Tapi kami semua lemas (kecuali mb Shiel, dia njeplak!) demi membaca caption yang diketikkan bunda dibawah foto itu.
“Jacq sadis euy”
“Looohhhh gimana siihhh???” seru mb Shiel galak. Kami saling berpandangan, wajah kami ikut horror (kecuali mb Shiel, dia mendelik!) terutama bunda. Darah seperti sudah menghilang dari wajahnya yang sudah pucat. “Engg...Nggak bisa dihapus ya....??” tanya bunda lemas, dengan mata mematung di layar bebe. Mata kami semua juga mematung ke bebe bunda (kecuali mb Shiel, matanya masih mendelik!).
“Mudah-mudahan Mona gak lihat grup ya...” masih suara pilu bunda. Kami semua sudah meledak dengan tawa pilu saking speechlessnya (kecuali mb Shiel, dia mendelik mematung dan memandang bunda dengan galak sekarang!)
Mb Shiel sambil menyendok soto dengan suara sendok berdentang terlalu keras, “Mona itu sekarang lagi duduk manis di hotel nunggu kita! Coba kalo kita jadi dia, gak ada kerjaan gitu, kita ngapain?? Pasti buka-buka bebe!! Buka grup!!”
Terlepas dari suara sendok itu, Mb Shiel benar, karena komen pertama yang datang ke foto yang diupload bunda itu, adalah mb Mona.... “Loohh, mba Jacq lagi di Surabaya yahh??”
Whuakakakakakakakakakak! Kami udah meledak dalam tawa semua, tawa yang bercampur gemes, pilu, gregetan, speechless, dan berjuta emosi lainnya yang susaahhh dijelaskan. Susahhhh apalagi kalo lihat wajah bunda sekarang!! Dan wajah mb Shiel yang plerak-plerok mendeliki bunda! Balik ke wajah bunda lagi yang makin melas menghiba! Mbak Shiel mlerok ke dia! Huwahahahahahah.
Bunda belum menyerah, masih berniat ngeles, dia komen juga di foto itu... “Sadis jek! Maksudnya...”
“Percuma mbaakkkk, percumaaaa!” kata kita semua sambil ngakak gila. Benar saja, mb Mona menjawab komen lagi “Aaaahhh bo’ooonnngggg.... Hayo bunda, ngakuuuuuu”
Untunglah nun jauh disana, ada seseorang yang cerdas dan berniat baik untuk membantu. Seseorang yang memang sudah tahu adanya skenario ini, dan diapun ikut komenin fotonya.
Mb Maya : “Iiiihhhh, maksudnya ini tulang kaya tulang Jacq? Mentang2 Jacq kuruuusssss.... Giliran tulang buntut berlemak, dibilang tulangku nantiiiii...”
Mona : “Eeh, ini lagi pada ekting yaaa, ayo ngakuuu.. Mb Jaacq, dimana dirimu mbaakk? Yuhuuuuu *celingukan di Marriot*
Mb Maya : “Kamu di Marriot Mon? aku gak diundang? Merayakan bunda birthday yaaa *iri dan dengki*”
Di BBM japriku, diatas ada mb Mona yang teriak2 histeris merasa lunjak-lunjak diatas angin karena dia udah merasa kalau surprised buat dirinya sudah terbuka lebar-lebar didepan mata, semantara di bawahnya mb Maya BBM ke aku dengan panik “Itu kenapa bunda upload fotooo????”
Huwakakakakkakakak!! Buyaarrr!! Buyaarrrr!! Buyaaaaarrrrrr!!!! *ikut banting sendok dengan gemas*
***
Begitulah....
Masih ada banyak cerita seru dan lucu dibalik note, besok saja kutulis ya....
Hihihihi... *makin jatuh cinta deh ama bunda Ag*
Sabtu lalu, di sela-sela sinyal wifi yang putus nyambung di Causeway Bay, masuklah pesan BBM dari mbak Jacq. “Bee...besok ternyata aku nginep di Surabaya. Kamu lagi gak ada di SUB ya?”
Baru saja aku mengetikkan beberapa huruf balasan, wifi pun meredup, dan baru malamnya aku bisa balas, ketika aku sudah kembali ke tanah air. “Hai, asyikk! Di SUB sampai kapan?? Kerjain Mb Mona aja yuk, kalian belum pernah ketemu kan??”
Mb Jacq : “Minggu malam aku landing SUB. Senin siang jam 12 kudu terbang lagi ampe malam. Kamu atur yaa, tapi jangan yang susah-susah peranku.”
Lalu, datang juga BBM dari Mb Shiel. “Be, Jacq Senin pagi ngajak ketemuan.... Yuuk ngerjain Mona! Kamu ama Cindul ajak dia sarapan, nanti aku ama Mb Agustin yang jemput Jacq di Marriot...piye??”
Kompak deh. Ngerjain Mb Mona?? Ojreeeett!! Sejak beberapa bulan ini mb Mona memang jadi target utama kalo ada temen2 dudulers luar kota yang datang ke Surabaya, karena banyak yang belum pernah ketemu langsung (kodpar) sama dia **senyum nakal**
Aku dan Mb Shiel pun atur-atur rencana, BBM an sampe tengah malam dan mb Shiel semangat sekali. “Si Jacq kok ya datang pas bunda Ag ulangtahun yo. Kebeneran nih Be. Kamu bilang aja ke Mona kalo kita mau kasih surprise ke mb Ag. Aku juga akan bilang ke mb Ag kalo kita mau kasih surprise ke Mona (karena Mona belum pernah ketemu Jacq). Kita beli kue aja ntar, Jacq kan nggak tahu kalo mb Ag ultah, mb Ag juga nggak tahu kalo bakal ada kue ultah, dia taunya kita mau kerjain Mona. Sedang Mona juga gaktau kalo dia dikerjain, taunya dia kita ngerjain mb Ag dengan kue ultah itu. Asyik, korbannya banyak!! Huahahaha”
Hayyaaahhh wakakakak *ikut lunjak-lunjak*. Karena masih berkutat dengan ABEA yang kangen setelah 3 hari kutinggal pergi, tanpa direncanakan akupun ternyata mengikuti langkah mb Maya di Jakarta. Aku mulai pensiun jadi sutradara dan penyusun skenario. Aku ikuti saja semangat dan adrenalin mb Shiel yang mulai bergejolak. Pingin tahu apa yang dia lakukan untuk mendapatkan skenario? Watch this!
Mb Shiel : “Be, aku udah suruh Mb Agustin jadi sutradara...tapi dia malah tanya ‘Aku disuruh apa??’...DWENGG!!! Kujawab aja ‘Woooi! Sutradara itu yang NYURUH-NYURUH mbuaakkkk!!’ Wkwkwkwkwk!!”
Aku ikut “DWENGG!!” melihat cara usahanya mendapat skenario itu *sigh*
Akupun hubungi mb Cindy dan mb Mona. Mb Mona tentu saja langsung semangat mendengar rencana “kasih bunda Ag surprise di ultahnya”. Gampang banget deh kalo mencari semangat dari diri si bedul satu itu wkwkwk. Sedang mb Cindy, ternyata perjalanan pulangnya dari Ambon ke SUB tidak semulus yang direncanakan. Minggu sore pesawatnya delay selama 5 jam di Ambon (padahal keempat bidadarinya ikut semua tuh, rombongan sirkus), dan ketika transit di Makassar ternyata kena disconnect, dan akhirnya kudu nginep di Makassar sampe Senin. Terpaksa mb Cindy gak bisa ikut rencana Senin pagi itu.
Ya, pagi karena Senin jam 10 nya, aku dan mb Mona ada undangan pengajian sama-sama. Mb Jacq pun, jam 11 siang kudu balik siap-siap untuk terbang lagi. Jadi kita janjian ngumpul jam 8.30 di sate klopo Ondomohen. Mb Shiel n Mb Ag datang bersama mb Jacq, dan aku akan datang bersama mb Mona. Malam itu juga, karena mb Mona sedang berada diluar sementara aku sudah ngandang dirumah, maka aku minta dia sekalian beliin kue ultah buat mb Agustin.
Aku BBM lagi mb Mona “Besok kamu berangkat bareng anak2 sekolah aja ya, siapatau ada perubahan jam dan bisa lebih pagi kan enak, kita bisa nggak-telat datang ke pengajian”. Karena kukirim ketika aku terbangun tengah malam, aku nggak heran kalau pesannya cuma “delivered” dan belum terbaca.
Senin pagi, pesan itu ternyata tetap belum terbaca. Sehabis drop kids aku telpon mb Mona. Gak bisa! Telpon lagi, gak bisa lagi! Nomornya nggak bisa dihubungi, sedang nomor satunya nggak diangkat. Aku mulai mules. Teringat bahwa kue ultah mb Agustin ada di dia. Di chat aku curhat ke mb Cindy, dan mb Cindy pun ikut nggetu hubungi nomor mb Mona dari Makassar. Nggak bisa!! Huwaaaa what the heck happen with her phone??? BBM apalagi, dianggurin dan pesanku semalam tetap belum terbaca.
Emak... Padahal aku sudah nggak dapuk sutradara, tapi kenapa plintiran ini tetap ada?? Perutku makin mulas ketika mb Shiel mengabarkan dia dan mb Agustin sudah on the way Marriot. Akhirnya kuputuskan untuk ninggal mb Mona, dan berangkat ke Marriot sendiri. Sepanjang perjalanan terus kuhubungi dia, dan terus saja si telepon tidak terangkat atau failed sampai aku tiba di Marriot. Kriting deh...
Ketemu mb Jacq, aahhh it’s always sooo nice seeing her again! *smooch*
Kita bertiga pun akhirnya pergi ke Ondomohen, niat sarapan sate klopo. Di perjalanan kita semua khawatir demi melihat bunda Agustin yang pucat dan terlihat sangat lesu. Dia memang sedang puasa, tapi asli wajahnya tidak seperti biasa ketika dia puasa. Akhirnya bisa ditebak. Kamipun malah bujuk-bujuk bunda untuk mokel alias mbatalin puasa. Dudul, tapi asli gak tega liat wajah bunda.
Sate Ondomohen ternyata tutup, kalo Senin mereka baru buka jam 11 siang. Kamipun putar haluan menuju Bubur Ayam Inkos. Eh tutup juga! Wakakakak! Naseeb! “Makanya jangan ajak orang yang berpuasa cari sarapan doonngg, begini akibatnya” seloroh mb Jacq. Akhirnya kita sarapan di Soto Gubeng. Di tempat yang sama aku pernah ajak Meri sarapan ketika dia berkunjung ke Surabaya beberapa bulan lalu, jadi tempat ini menyimpan memori bagiku bersama teman dudulers. Dan ternyata, kunjunganku hari ini juga sama, membawa memori. ME-MO-RI...!!
Oya, Mb Mona akhirnya telpon! Dia cengengesan dan say sorry karena dia masih dirumah, baru bangun tidur. Hayaahhh!! “Ya udah, sate Ondomohen tutup kita batal kesana. Kamu ke Marriot aja ya mbak, habis nyoto kita ke Marriot karena bunda ada janji dengan temennya disana. Tunggu kami disana. Karena kalo kamu kesini pasti nggak keburu.”
Oke, kitapun pesen-pesen. Mb Jacq pesen Soto Buntut setelah ngiler lihat di meja sebelah ada buntut sebesar gajah yang menggoda didalam mangkok. Padahal itu buntut sapi loh, kok bisa sebesar gajah ya? Wkwkwkwkw. Dan kami (terutama mb Shiel hahaha) makin gencar membujuk bunda untuk mokel (membatalkan puasanya). Wajahnya asli kuyu, pucet dan lesu. “Daripada nanti jam 3 siang kamu telpon aku mbak, ngabari kalo kamu mokel juga akhirnya?? Kan mending sekarang masih pagi” kata mb Shiel setengah ngomel, wkwkwk.
Wajah lesu bunda kelihatan (berusaha) tegar walau dia menggeleng dengan lemas ketika kami menawari dia pesen soto. Akhirnya kita bertiga pun makan, sementara bunda berusaha mencari kesibukan dengan bebenya dengan lemas. Dia mengambil foto kami bertiga, dan buru-buru mb Shiel memperingatkan lagi, kali ini bukan tentang puasa.
“Awas lo mbak, jangan upload-upload foto dulu, apalagi ke grup BBM. Ada Mona disitu, jangan sampai dia tahu kalo ada Jacq!”
“Iyo yo...” jawab bunda sambil ngikik lirih (masih dengan wajah lemas). Sambil meneruskan makan, kitapun ngobrol ngalor ngidul. Well, kita bertiga tepatnya yang ngobrol, karena bunda banyak diam mendengarkan saja karena lemas. Sambil cek-cek bebe nya. Tak lama kemudian, mb Mona mengabarkan kalau dia sudah duduk manis di lobby Marriot menunggu kita.
Kami meneruskan makan, ngobrol-ngobrol sambil rencana nanti gimana caranya membuat surprise buat mb Mona. Bunda yang sebelumnya diharapkan jadi sutradara, ternyata lagi lemes lesu dan puasa, mana kami tega mendorongnya lebih jauh lagi?? Tetap dalam rangka mencoba mengalihkan perhatian dari makanan, sebentar-sebentar bunda melongok ke bebenya. Juga ke piring mb Jacq yang berisi buntut gajah dan berada tepat didepannya. Foto-foto juga. Tiba-tiba...
Mendadak ketika melihat layar bebenya, wajah bunda jadi horror, seperti shock begitu. Seperti menyadari sesuatu yang mengerikan, lalu refleks dia lirik mb Shiel disebelahnya, dengan takut-takut. Aku yang sudah mengenal mereka berdua, nggak perlu waktu lama untuk menyadari ada yang nggak beres baru saja terjadi. Mb Shiel pun begitu...
“Lhoo....aku sudah upload....” kata bunda lirih...suaranya sangat memilukan...
“Upload apa mbak??” Mb Shiel sudah mendelik tuh...lalu kami semua ikut melongok ke layar bebe bunda.
Di grup BBM (dimana didalamnya ada mb Mona tentu saja!), sudah terpampang sebuah foto mangkok berisi tulang belulang segede gajah. Bunda yang upload. Sebenarnya foto itu tidak menjadi masalah, karena hanya berisi mangkok berisi tulang, hanya itu! Tapi kami semua lemas (kecuali mb Shiel, dia njeplak!) demi membaca caption yang diketikkan bunda dibawah foto itu.
“Jacq sadis euy”
“Looohhhh gimana siihhh???” seru mb Shiel galak. Kami saling berpandangan, wajah kami ikut horror (kecuali mb Shiel, dia mendelik!) terutama bunda. Darah seperti sudah menghilang dari wajahnya yang sudah pucat. “Engg...Nggak bisa dihapus ya....??” tanya bunda lemas, dengan mata mematung di layar bebe. Mata kami semua juga mematung ke bebe bunda (kecuali mb Shiel, matanya masih mendelik!).
“Mudah-mudahan Mona gak lihat grup ya...” masih suara pilu bunda. Kami semua sudah meledak dengan tawa pilu saking speechlessnya (kecuali mb Shiel, dia mendelik mematung dan memandang bunda dengan galak sekarang!)
Mb Shiel sambil menyendok soto dengan suara sendok berdentang terlalu keras, “Mona itu sekarang lagi duduk manis di hotel nunggu kita! Coba kalo kita jadi dia, gak ada kerjaan gitu, kita ngapain?? Pasti buka-buka bebe!! Buka grup!!”
Terlepas dari suara sendok itu, Mb Shiel benar, karena komen pertama yang datang ke foto yang diupload bunda itu, adalah mb Mona.... “Loohh, mba Jacq lagi di Surabaya yahh??”
Whuakakakakakakakakakak! Kami udah meledak dalam tawa semua, tawa yang bercampur gemes, pilu, gregetan, speechless, dan berjuta emosi lainnya yang susaahhh dijelaskan. Susahhhh apalagi kalo lihat wajah bunda sekarang!! Dan wajah mb Shiel yang plerak-plerok mendeliki bunda! Balik ke wajah bunda lagi yang makin melas menghiba! Mbak Shiel mlerok ke dia! Huwahahahahahah.
Bunda belum menyerah, masih berniat ngeles, dia komen juga di foto itu... “Sadis jek! Maksudnya...”
“Percuma mbaakkkk, percumaaaa!” kata kita semua sambil ngakak gila. Benar saja, mb Mona menjawab komen lagi “Aaaahhh bo’ooonnngggg.... Hayo bunda, ngakuuuuuu”
Untunglah nun jauh disana, ada seseorang yang cerdas dan berniat baik untuk membantu. Seseorang yang memang sudah tahu adanya skenario ini, dan diapun ikut komenin fotonya.
Mb Maya : “Iiiihhhh, maksudnya ini tulang kaya tulang Jacq? Mentang2 Jacq kuruuusssss.... Giliran tulang buntut berlemak, dibilang tulangku nantiiiii...”
Mona : “Eeh, ini lagi pada ekting yaaa, ayo ngakuuu.. Mb Jaacq, dimana dirimu mbaakk? Yuhuuuuu *celingukan di Marriot*
Mb Maya : “Kamu di Marriot Mon? aku gak diundang? Merayakan bunda birthday yaaa *iri dan dengki*”
Di BBM japriku, diatas ada mb Mona yang teriak2 histeris merasa lunjak-lunjak diatas angin karena dia udah merasa kalau surprised buat dirinya sudah terbuka lebar-lebar didepan mata, semantara di bawahnya mb Maya BBM ke aku dengan panik “Itu kenapa bunda upload fotooo????”
Huwakakakakkakakak!! Buyaarrr!! Buyaarrrr!! Buyaaaaarrrrrr!!!! *ikut banting sendok dengan gemas*
***
Begitulah....
Masih ada banyak cerita seru dan lucu dibalik note, besok saja kutulis ya....
Hihihihi... *makin jatuh cinta deh ama bunda Ag*
Senin, 26 Juli 2010
Hari Yang Linglung
***
Sudah 2 minggu Bea resmi menjadi murid SD. Semua keharuan itu, ketika menjahitkan badge di seragamnya, ketika menyampuli buku-bukunya, ngeprint fotonya untuk dijadiin sticker, melihatnya pertama berangkat dengan seragam merah hatinya, tentu saja semua itu sangat klise tapi tetap sangat menyentuh. Bulan ini aku asli banyak meweknya. Ya Allah, rahmatMu Ya Allah...
Tetapi baru Senin (26Juli'10) kemarinlah kurasakan efek sebenarnya. Selama dua minggu pertama Bea masih MOS, dan pulang siang jam 12, sama seperti sebelumnya waktu dia masih di TK. Hari masih terasa 'normal'. Sepulang sekolah kita masih pergi berdua, main dakon atau nonton dvd dirumah, atau masak berdua makanan buat dibawain nanti sorenya waktu jemput mas Abe.
Senin kemarin, akhirnya Bea mulai fullday pulang jam 4 sore. Bea sendiri sudah mulai kemarin-kemarinnya bersemangat. Bangga bener dia karena sudah sekolah pulang sore, sama kaya Mas Abe. Dan dia lunjak-lunjak tiap kali ingat "horeee, akan ada mata pelajarannn!!". Aku geli karena latihan soal di buku paket Bhs. Indonesia dan Bhs. Inggris kelas 1 itu sudah habis dilalap Bea sampai bab tiga. Abe sampai keheranan "Bea itu kenapa sih Buk kok suka sekali pelajaran sekolah?? Heran deh! Enakan maen game!"
Hayaahhh
Kemarin, sehabis ngedrop kids pagi, jam 7.30 aku sudah balik kerumah. Sarapan, lalu berniat gelar yoga mat, tapi urung. Akhirnya pegang BB chat sana-sini terutama dengan MI yang dari kemarin luar kota. Buka-buka buku sebentar baca apapun yang bisa dibaca (karena nisfu sya'ban ini kok yaaa pas mens hiks), sekitar jam 10 baru aku sadar sesuatu.
Aku linglung....
Rumah dan hati ini, entah bagaimana tiba-tiba terasa sangat sepi. Huhuuuu. Sentimentil ya. Semacam terlalu dini untuk syndrom Empty Nest. Dua puluh tahun terlalu dini. Tapi ah, biarin aja. Habis mau gimana lagi, ini yang kurasakan. Mungkin juga karena MI pernah janji akan menemani jika hari ini tiba, tapi ternyata dia malah harus keluar kota. Hiks.
Jam 12.00 siang. Beaaaaaa, Ibuk rinduuuuu! Huhuuuu :'(
Pengen curhat, telpon ibukku tapi jam segitu pasti Uti umek makan siang, dhuhur, tutup toko waktunya istirahat.
Linglung bingung mau ngapain dirumah. Ya Allah, bukannya sekali ini sendirian sepi dirumah. Tapi kenyataan bahwa ini hari pertama Bea sekolah sampai sore kenapa membuatnya jadi beda ya. TV kabel kok yaa nggak membantu. HBO dudul semua filmnya, Discovery lagi bahas atom (gak ngerti!), bahkan AFC pun tak ada yang lezat.
Spontan bin impulsive, aku bergegas ganti baju dan ambil kunci mobil. Ngemall aja lah (padahal gak hobi ngemall tuh wkwkwk).
So, sepuluh menit kemudian aku sudah luntang lantung di Cito deket rumah. Akhirnya (masih dengan impulsive ikut kemana kaki melangkah tanpa dikomando hati) akupun pergi nonton, dan merasa sangat aneh. Karena ini pertama kalinya aku nonton SENDIRIAN. Huhuuuu. Nggak enakkk!! Padahal kalo ada ibu-ibu nonton sendirian, dulu suka komentar "Mas, aku gak pingin begitu, luntang-lantung nonton sendirian kaya Ibu itu." Hayaahhhh kena karma kan...? :'(
Kelar nonton, liat jam, masih jam 2 siang. Jadi masih dua jam lagi anak-anak baru pulang?? Yahhh luntang-lantung lagi. Jadi biasanya kan kalo ke mall suka jelas tuh mau kemananya, atau mau beli atau hunting apa. Aku nggak suka window-window shopping gitu. Tapi kali ini aku yang bener-bener keluyuran di mall gak ada juntrungannya. Wkwkwkwk. Tapi lumayan masih dapet beli beberapa DVD di toko depan bioskop.
Selesai bungkus makanan dari foodcourt untuk anak-anak, aku langsung menuju sekolah. Otakku linglung beneran karena nggak bisa mencerna bahwa jam pulang masih satu jam lima belas menit lagi.
Tentu saja parkiran sekolah masih sepi. Hikmahnya, aku bisa dapat spot parkir yang paling diidamkan semua orang, hihihi. Tumben-tumbenan loh ini! Buka bebe sebentar, habis itu linglung lagi. Ah, andai nggak mens pasti bisa ngendon di masjid, sambil ngadem *nyengir*.
Impulsive lagi (karena GR merasa jadi perhatian bapak2 sopir antar jemput) akhirnya aku keluar dari mobil, dan berjalan menuju arah yang terserah.
Eh, dengan dudulnya aku malah menuju ke gerbang sekolah yang sepi dan tergembok rapat. Dengan wajah memelas kugenggamkan kedua telapak tanganku ke jeruji besinya, sambil mata celingukan mencari-cari "Bea mana ya...?"
"Dudul, Bea ya masih di kelas dong!"
"Ah siapa tahu dia lewat depan gerbang, mungkin mau beli-beli ke kantin atau apa"
"Ealah, ini kan bukan jam istirahat?? Lihat, halaman dan lorong sekolah sepi!"
"Siapa tau Bea mau pipis ke kamar mandi yang dideket kantin?? Kan berarti lewat sini?"
"Ngapain?? Kalo kebelet pipis kan mending di toilet siswa deket kelas???"
"Namanya juga usaha.... Siapa tau..."
Tega bener tuh alter ego, apa dia nggak sadar mukaku makin melas begini?? Huhuuuu Beaaaaa, Ibuk rinduuuuuuuu :'(
Bener ya ini masih sejam lagi?? Oh no...
Akhirnya aku balik kedalam mobil, menghibur diri dengan bebe, ngendem disitu sambil nyalain AC (maap ya MI, aku tau gak boleh begini lama-lama, tapi gimana lagi? Diluar masih panas karena masih jam 3, dan sepi pula hiks).
Dan akhirnya terdengar lagu "Bintang" tapi tanpa lirik itu. Tanda pelajaran berakhir dan gerbang pun dibuka. Aku berhambur masuk dan berdiri di tiang lorong tempat biasanya janjian kalau jemput anak-anak.
Rasanya asli deg2an, kayak sedang nunggu waktu ketemu pacar saja rasanya. Hihihihi. Dan begitu kulihat wajah mungil yang kusayang itu, dia sedang termenung ditengah lapangan, wajahnya terlihat ngowoh sendiri di lautan siswa berseragam. Tangan kanannya terangkat kedepan dada, dan diatas telapak tangannya yang terbuka keatas, ada sesuatu. Benda kecil keunguan.
"Beaaaaaa" semburku lalu kupeluk dia. Huwaaaaaa senengnya bisa memeluk Beaaaa.
Aku berlutut demi melihat dia nggak seheboh biasanya. Wajahnya masih termenung, kelihatan capek. (Fyi, aku sudah mengira dia akan begini, karena hari Minggu sebelumnya itu kita pergi dari pagi sampai malam. Dia ujian piano, lalu ada 3 undangan yang harus kami datangi, hari Minggu yang capek pokoknya).
"Ini apa sayang?" Tanyaku sambil menunjuk benda kecil ungu yang bertengger diatas kertas, di telapak tangannya.
Barulah kulihat binar matanya, "Ini burung lho Buuk, dari playdough, untuk Ibuukk!" Ahhh senangnyaaa, terimakasih sayang.... *peluk-peluk berlanjut* "Ibuk rinduuuu sama Beaaa..." kataku, dan Bea pun terkekeh riang.
***
Sepulang kerumah, kentara sekali Bea memang capek hari itu. Sisa-sisa gempor hari Minggu harus ditambah dengan hari pertama pulang sore kan. Akhirnya konsumsi peluk meningkat tajam, bahkan mas Abe juga ikut-ikutan. Dan kubiarkan Bea puas-puas melakukan kegiatan pemberi rasa amannya, yaitu owok2 (elus2 sambil colek2) perutku. Dari kecil Bea memang suka melakukan itu.
Sayang Bapak sedang luar kota, tapi alhamdulillah Ya Allah. Rumah terasa hangat kembali. Mata Bea sudah berbinar ceria kembali, bahkan ketika dia cerita "Aku tadi siang-siang pas di sekolah tiba-tiba pingin peluk Ibuk, tapi Ibuk nggak adaaa" katanya dengan suara merajuk tapi sambil terkekeh.
Ah, apa karena aku ling-lung ya, si Bea akhirnya ikut kebawa resah di sekolah?
Dan demi kerinduan yang tak kunjung reda, akhirnya Ibuk punya ide. Jam 9.30 pagi, waktu istirahat, Ibuk akan ke sekolah, dan kencan sebentar dengan anak-anak di cakeshop sekolah Akhirnya tadi itu yang kami lakukan. Bea masih memerlukan banyak pelukan dari Ibuk, dan kalau itu berarti Ibuk harus bolak-balik ke sekolah pas jam istirajat, sama sekali bukan masalah. Sampai kapan?? Selama diperlukan tentu saja ;)
Yang paling senang adalah mas Abe dong, karena selain dapat peluk juga, dia bisa minta traktir Ibuk beli snack di swalayan dan cakeshop. Serasa dapat ekstra uang saku lebih ya masss???? *jendul Abe dengan sayang* :-P
***
Sudah 2 minggu Bea resmi menjadi murid SD. Semua keharuan itu, ketika menjahitkan badge di seragamnya, ketika menyampuli buku-bukunya, ngeprint fotonya untuk dijadiin sticker, melihatnya pertama berangkat dengan seragam merah hatinya, tentu saja semua itu sangat klise tapi tetap sangat menyentuh. Bulan ini aku asli banyak meweknya. Ya Allah, rahmatMu Ya Allah...
Tetapi baru Senin (26Juli'10) kemarinlah kurasakan efek sebenarnya. Selama dua minggu pertama Bea masih MOS, dan pulang siang jam 12, sama seperti sebelumnya waktu dia masih di TK. Hari masih terasa 'normal'. Sepulang sekolah kita masih pergi berdua, main dakon atau nonton dvd dirumah, atau masak berdua makanan buat dibawain nanti sorenya waktu jemput mas Abe.
Senin kemarin, akhirnya Bea mulai fullday pulang jam 4 sore. Bea sendiri sudah mulai kemarin-kemarinnya bersemangat. Bangga bener dia karena sudah sekolah pulang sore, sama kaya Mas Abe. Dan dia lunjak-lunjak tiap kali ingat "horeee, akan ada mata pelajarannn!!". Aku geli karena latihan soal di buku paket Bhs. Indonesia dan Bhs. Inggris kelas 1 itu sudah habis dilalap Bea sampai bab tiga. Abe sampai keheranan "Bea itu kenapa sih Buk kok suka sekali pelajaran sekolah?? Heran deh! Enakan maen game!"
Hayaahhh
Kemarin, sehabis ngedrop kids pagi, jam 7.30 aku sudah balik kerumah. Sarapan, lalu berniat gelar yoga mat, tapi urung. Akhirnya pegang BB chat sana-sini terutama dengan MI yang dari kemarin luar kota. Buka-buka buku sebentar baca apapun yang bisa dibaca (karena nisfu sya'ban ini kok yaaa pas mens hiks), sekitar jam 10 baru aku sadar sesuatu.
Aku linglung....
Rumah dan hati ini, entah bagaimana tiba-tiba terasa sangat sepi. Huhuuuu. Sentimentil ya. Semacam terlalu dini untuk syndrom Empty Nest. Dua puluh tahun terlalu dini. Tapi ah, biarin aja. Habis mau gimana lagi, ini yang kurasakan. Mungkin juga karena MI pernah janji akan menemani jika hari ini tiba, tapi ternyata dia malah harus keluar kota. Hiks.
Jam 12.00 siang. Beaaaaaa, Ibuk rinduuuuu! Huhuuuu :'(
Pengen curhat, telpon ibukku tapi jam segitu pasti Uti umek makan siang, dhuhur, tutup toko waktunya istirahat.
Linglung bingung mau ngapain dirumah. Ya Allah, bukannya sekali ini sendirian sepi dirumah. Tapi kenyataan bahwa ini hari pertama Bea sekolah sampai sore kenapa membuatnya jadi beda ya. TV kabel kok yaa nggak membantu. HBO dudul semua filmnya, Discovery lagi bahas atom (gak ngerti!), bahkan AFC pun tak ada yang lezat.
Spontan bin impulsive, aku bergegas ganti baju dan ambil kunci mobil. Ngemall aja lah (padahal gak hobi ngemall tuh wkwkwk).
So, sepuluh menit kemudian aku sudah luntang lantung di Cito deket rumah. Akhirnya (masih dengan impulsive ikut kemana kaki melangkah tanpa dikomando hati) akupun pergi nonton, dan merasa sangat aneh. Karena ini pertama kalinya aku nonton SENDIRIAN. Huhuuuu. Nggak enakkk!! Padahal kalo ada ibu-ibu nonton sendirian, dulu suka komentar "Mas, aku gak pingin begitu, luntang-lantung nonton sendirian kaya Ibu itu." Hayaahhhh kena karma kan...? :'(
Kelar nonton, liat jam, masih jam 2 siang. Jadi masih dua jam lagi anak-anak baru pulang?? Yahhh luntang-lantung lagi. Jadi biasanya kan kalo ke mall suka jelas tuh mau kemananya, atau mau beli atau hunting apa. Aku nggak suka window-window shopping gitu. Tapi kali ini aku yang bener-bener keluyuran di mall gak ada juntrungannya. Wkwkwkwk. Tapi lumayan masih dapet beli beberapa DVD di toko depan bioskop.
Selesai bungkus makanan dari foodcourt untuk anak-anak, aku langsung menuju sekolah. Otakku linglung beneran karena nggak bisa mencerna bahwa jam pulang masih satu jam lima belas menit lagi.
Tentu saja parkiran sekolah masih sepi. Hikmahnya, aku bisa dapat spot parkir yang paling diidamkan semua orang, hihihi. Tumben-tumbenan loh ini! Buka bebe sebentar, habis itu linglung lagi. Ah, andai nggak mens pasti bisa ngendon di masjid, sambil ngadem *nyengir*.
Impulsive lagi (karena GR merasa jadi perhatian bapak2 sopir antar jemput) akhirnya aku keluar dari mobil, dan berjalan menuju arah yang terserah.
Eh, dengan dudulnya aku malah menuju ke gerbang sekolah yang sepi dan tergembok rapat. Dengan wajah memelas kugenggamkan kedua telapak tanganku ke jeruji besinya, sambil mata celingukan mencari-cari "Bea mana ya...?"
"Dudul, Bea ya masih di kelas dong!"
"Ah siapa tahu dia lewat depan gerbang, mungkin mau beli-beli ke kantin atau apa"
"Ealah, ini kan bukan jam istirahat?? Lihat, halaman dan lorong sekolah sepi!"
"Siapa tau Bea mau pipis ke kamar mandi yang dideket kantin?? Kan berarti lewat sini?"
"Ngapain?? Kalo kebelet pipis kan mending di toilet siswa deket kelas???"
"Namanya juga usaha.... Siapa tau..."
Tega bener tuh alter ego, apa dia nggak sadar mukaku makin melas begini?? Huhuuuu Beaaaaa, Ibuk rinduuuuuuuu :'(
Bener ya ini masih sejam lagi?? Oh no...
Akhirnya aku balik kedalam mobil, menghibur diri dengan bebe, ngendem disitu sambil nyalain AC (maap ya MI, aku tau gak boleh begini lama-lama, tapi gimana lagi? Diluar masih panas karena masih jam 3, dan sepi pula hiks).
Dan akhirnya terdengar lagu "Bintang" tapi tanpa lirik itu. Tanda pelajaran berakhir dan gerbang pun dibuka. Aku berhambur masuk dan berdiri di tiang lorong tempat biasanya janjian kalau jemput anak-anak.
Rasanya asli deg2an, kayak sedang nunggu waktu ketemu pacar saja rasanya. Hihihihi. Dan begitu kulihat wajah mungil yang kusayang itu, dia sedang termenung ditengah lapangan, wajahnya terlihat ngowoh sendiri di lautan siswa berseragam. Tangan kanannya terangkat kedepan dada, dan diatas telapak tangannya yang terbuka keatas, ada sesuatu. Benda kecil keunguan.
"Beaaaaaa" semburku lalu kupeluk dia. Huwaaaaaa senengnya bisa memeluk Beaaaa.
Aku berlutut demi melihat dia nggak seheboh biasanya. Wajahnya masih termenung, kelihatan capek. (Fyi, aku sudah mengira dia akan begini, karena hari Minggu sebelumnya itu kita pergi dari pagi sampai malam. Dia ujian piano, lalu ada 3 undangan yang harus kami datangi, hari Minggu yang capek pokoknya).
"Ini apa sayang?" Tanyaku sambil menunjuk benda kecil ungu yang bertengger diatas kertas, di telapak tangannya.
Barulah kulihat binar matanya, "Ini burung lho Buuk, dari playdough, untuk Ibuukk!" Ahhh senangnyaaa, terimakasih sayang.... *peluk-peluk berlanjut* "Ibuk rinduuuu sama Beaaa..." kataku, dan Bea pun terkekeh riang.
***
Sepulang kerumah, kentara sekali Bea memang capek hari itu. Sisa-sisa gempor hari Minggu harus ditambah dengan hari pertama pulang sore kan. Akhirnya konsumsi peluk meningkat tajam, bahkan mas Abe juga ikut-ikutan. Dan kubiarkan Bea puas-puas melakukan kegiatan pemberi rasa amannya, yaitu owok2 (elus2 sambil colek2) perutku. Dari kecil Bea memang suka melakukan itu.
Sayang Bapak sedang luar kota, tapi alhamdulillah Ya Allah. Rumah terasa hangat kembali. Mata Bea sudah berbinar ceria kembali, bahkan ketika dia cerita "Aku tadi siang-siang pas di sekolah tiba-tiba pingin peluk Ibuk, tapi Ibuk nggak adaaa" katanya dengan suara merajuk tapi sambil terkekeh.
Ah, apa karena aku ling-lung ya, si Bea akhirnya ikut kebawa resah di sekolah?
Dan demi kerinduan yang tak kunjung reda, akhirnya Ibuk punya ide. Jam 9.30 pagi, waktu istirahat, Ibuk akan ke sekolah, dan kencan sebentar dengan anak-anak di cakeshop sekolah Akhirnya tadi itu yang kami lakukan. Bea masih memerlukan banyak pelukan dari Ibuk, dan kalau itu berarti Ibuk harus bolak-balik ke sekolah pas jam istirajat, sama sekali bukan masalah. Sampai kapan?? Selama diperlukan tentu saja ;)
Yang paling senang adalah mas Abe dong, karena selain dapat peluk juga, dia bisa minta traktir Ibuk beli snack di swalayan dan cakeshop. Serasa dapat ekstra uang saku lebih ya masss???? *jendul Abe dengan sayang* :-P
***
Sabtu, 17 Juli 2010
Ketika Si Jeki Puber
Sabtu, 17 Juli 2010. Sekarang jam 8 pagi dan baru saja kami (aku dan anak-anak) tiba di Coban Rondo - Batu untuk ikut menyaksikan kegiatan outbond para karyawan. Mas Iwan sudah dari kemarinnya datang.
Entah karena di perjalanan sama AbeA tadi sempat ngobrolin soal MONYET atau karena sekarang ini aku duduk beralas rumput di hutan yang udaranya sangat menyenangkan sementara AbeA seperti tak ada capek dan bosannya berlarian dengan gembira, aku jadi teringat JEKI.
*sungkem dulu sama ♏ba Jacqueline Rieza yang sangat kusayangi*
JEKI adalah nama MONYET yang pernah kami pelihara dirumah ibukku di Tulungagung. Jeki kami pungut semenjak dia masih bayi, sekitar tahun 2000, dan aku lupa bagaimana awalnya dia kami beri nama JEKI. Yang pasti Jeki jadi kesayangan semua orang dirumah ibukku.
Jeki diikat dengan rantai yang panjang di pohon mangga samping rumah ibuk. Dengan rantai sepanjang itu dia jadi leluasa bergerak, mengitari pohon atau memanjatnya. Kebetulan rumah ibukku jadi satu dengan toko, gudang dan kantor Bapak, jadilah si Jeki punya banyak teman main, dari para sopir yang akhirnya suka membawakannya aneka makanan sepulang kirim barang, sampai karyawan yang suka duduk bersama Jeki sambil sekedar menikmati mangga mateng yang jatuh dari pohon.
Ibukku terutama, paling dekat dengan Jeki, saban hari dia yang kasih makan si Jeki, mengajaknya bermain dan menggoda si Jeki dengan sayang. Setiap kami mudik ke Tulungagung (waktu itu Abe masih bayi) ibuk selalu mengajak Abe bermain-main juga dengan si Jeki.
Pokoknya Jeki jadi kesayangan semua orang. Dia monyet yang lincah, suka mengeluarkan suara riuh yang (paling tidak kami artikan) sangat ceria.
Kira-kira 2tahun setelah kami pelihara, suatu hari ibukku memergoki tiba-tiba Jeki "mengeluarkan darah". Perkiraan kami, Jeki sudah menstruasi, alias sudah puber. Dan sebagai sesama mamalia, harusnya kami tidak terkejut dengan perubahan sikap Jeki kemudian.
Suara-suara yang biasanya terkesan ceria ketika disamperin bermacam orang, berubah semakin bervariasi. Kadang terdengar nyolot, kadang mencicit dan agak menakutkan. Yang dudul, lama kelamaan semua orang setuju bahwa suara mencicit dan lain-lain yang kurang ceria itu cenderung Jeki lakukan kepada kami yang berjenis kelamin perempuan.
Lama-lama banyak yang merasa tidak nyaman lagi dengan Jeki karena bahkan sekarang tangan Jeki suka merayuk dengan sikap menyerang kepada orang yang mendekat atau sekedar lewat. Agresif, kadang siap mencakar dan ketika sekali dua dia berhasil mendaratkan telapak tangannya ke baju dan rambut (kerudung) seseorang, dia langsung tarik-tarik seakan tak mau melepas lagi.
Lama-lama, bahkan ibukku pun sudah menjadi korban keagresifan si Jeki. Padahal selama ini ibukku yang paling merawatnya. Yang lebih dudul lagi, si Jeki justru makin mesra kalau sama bapakku. Lembut, nurut, gak pernah tuh sampe nyolot apalagi mencakar. Heran kan??
Setiap kali ibukku curhat soal Jeki, aku sampai nggak bisa menahan tawa dan godain ibukku. Kubilang "Jangan-jangan Jeki sudah bikin Ibuk cemburu yaaa". Biasanya godaan itu manjur, karena tergantung moodnya ibuk akan selalu bereaksi, kalo nggak ngakak ya makin ngedumel hahaha.
Begitulah, makin lama makin parah kelakuan si Jeki. Aku pun lama-lama sudah tidak berani membiarkan Abe terlalu dekat dengan Jeki. Hal yang sulit karena Abe sangat menyukai binatang dan dia sangat tidak bisa diam. Dan bukan saja kami, korban keganasan Jeki sudah mencakup para tamu yang datang kerumah kita. Sudah nggak lucu lagi dan memang sangat mengganggu.
Akhirnya, seorang sopir menawarkan diri untuk membantu. "Biar saya lepas Jeki di hutan saja Bu"
"Dibuang maksudnya??" tanyaku dari seberang telepon di Surabaya, waktu Ibuk cerita soal ide pak sopir.
"Bukan dibuang, tapi dilepas di hutan, biar dia bisa menemukan pasangan hidupnya. Jeki kayaknya udah kebelet kawin banget itu. Dan aku sudah merasa cukup sama tingkahnya dia."
Sebenarnya aku masih ingin menyarankan ke Ibuk untuk memelihara monyet jantan saja. Tapi akhirnya kusimpan ide itu. Mungkin memang benar Uti sudah merasa cukup dengan tingkah Jeki yang sudah berubah sejak pubernya itu.
So, suatu hari ketika pak sopir tersebut berangkat kirim, dia membawa serta Jeki, dan menurunkannya di sebuah hutan diluar kota yang terkenal banyak monyetnya.
Ah, si Jeki.... :D
::::.....
Pengen deh posting kisah ini bersama foto Jeki, tapi apa boleh buat aku masih diatas gunung di alas Coban Rondo :D
Entah karena di perjalanan sama AbeA tadi sempat ngobrolin soal MONYET atau karena sekarang ini aku duduk beralas rumput di hutan yang udaranya sangat menyenangkan sementara AbeA seperti tak ada capek dan bosannya berlarian dengan gembira, aku jadi teringat JEKI.
*sungkem dulu sama ♏ba Jacqueline Rieza yang sangat kusayangi*
JEKI adalah nama MONYET yang pernah kami pelihara dirumah ibukku di Tulungagung. Jeki kami pungut semenjak dia masih bayi, sekitar tahun 2000, dan aku lupa bagaimana awalnya dia kami beri nama JEKI. Yang pasti Jeki jadi kesayangan semua orang dirumah ibukku.
Jeki diikat dengan rantai yang panjang di pohon mangga samping rumah ibuk. Dengan rantai sepanjang itu dia jadi leluasa bergerak, mengitari pohon atau memanjatnya. Kebetulan rumah ibukku jadi satu dengan toko, gudang dan kantor Bapak, jadilah si Jeki punya banyak teman main, dari para sopir yang akhirnya suka membawakannya aneka makanan sepulang kirim barang, sampai karyawan yang suka duduk bersama Jeki sambil sekedar menikmati mangga mateng yang jatuh dari pohon.
Ibukku terutama, paling dekat dengan Jeki, saban hari dia yang kasih makan si Jeki, mengajaknya bermain dan menggoda si Jeki dengan sayang. Setiap kami mudik ke Tulungagung (waktu itu Abe masih bayi) ibuk selalu mengajak Abe bermain-main juga dengan si Jeki.
Pokoknya Jeki jadi kesayangan semua orang. Dia monyet yang lincah, suka mengeluarkan suara riuh yang (paling tidak kami artikan) sangat ceria.
Kira-kira 2tahun setelah kami pelihara, suatu hari ibukku memergoki tiba-tiba Jeki "mengeluarkan darah". Perkiraan kami, Jeki sudah menstruasi, alias sudah puber. Dan sebagai sesama mamalia, harusnya kami tidak terkejut dengan perubahan sikap Jeki kemudian.
Suara-suara yang biasanya terkesan ceria ketika disamperin bermacam orang, berubah semakin bervariasi. Kadang terdengar nyolot, kadang mencicit dan agak menakutkan. Yang dudul, lama kelamaan semua orang setuju bahwa suara mencicit dan lain-lain yang kurang ceria itu cenderung Jeki lakukan kepada kami yang berjenis kelamin perempuan.
Lama-lama banyak yang merasa tidak nyaman lagi dengan Jeki karena bahkan sekarang tangan Jeki suka merayuk dengan sikap menyerang kepada orang yang mendekat atau sekedar lewat. Agresif, kadang siap mencakar dan ketika sekali dua dia berhasil mendaratkan telapak tangannya ke baju dan rambut (kerudung) seseorang, dia langsung tarik-tarik seakan tak mau melepas lagi.
Lama-lama, bahkan ibukku pun sudah menjadi korban keagresifan si Jeki. Padahal selama ini ibukku yang paling merawatnya. Yang lebih dudul lagi, si Jeki justru makin mesra kalau sama bapakku. Lembut, nurut, gak pernah tuh sampe nyolot apalagi mencakar. Heran kan??
Setiap kali ibukku curhat soal Jeki, aku sampai nggak bisa menahan tawa dan godain ibukku. Kubilang "Jangan-jangan Jeki sudah bikin Ibuk cemburu yaaa". Biasanya godaan itu manjur, karena tergantung moodnya ibuk akan selalu bereaksi, kalo nggak ngakak ya makin ngedumel hahaha.
Begitulah, makin lama makin parah kelakuan si Jeki. Aku pun lama-lama sudah tidak berani membiarkan Abe terlalu dekat dengan Jeki. Hal yang sulit karena Abe sangat menyukai binatang dan dia sangat tidak bisa diam. Dan bukan saja kami, korban keganasan Jeki sudah mencakup para tamu yang datang kerumah kita. Sudah nggak lucu lagi dan memang sangat mengganggu.
Akhirnya, seorang sopir menawarkan diri untuk membantu. "Biar saya lepas Jeki di hutan saja Bu"
"Dibuang maksudnya??" tanyaku dari seberang telepon di Surabaya, waktu Ibuk cerita soal ide pak sopir.
"Bukan dibuang, tapi dilepas di hutan, biar dia bisa menemukan pasangan hidupnya. Jeki kayaknya udah kebelet kawin banget itu. Dan aku sudah merasa cukup sama tingkahnya dia."
Sebenarnya aku masih ingin menyarankan ke Ibuk untuk memelihara monyet jantan saja. Tapi akhirnya kusimpan ide itu. Mungkin memang benar Uti sudah merasa cukup dengan tingkah Jeki yang sudah berubah sejak pubernya itu.
So, suatu hari ketika pak sopir tersebut berangkat kirim, dia membawa serta Jeki, dan menurunkannya di sebuah hutan diluar kota yang terkenal banyak monyetnya.
Ah, si Jeki.... :D
::::.....
Pengen deh posting kisah ini bersama foto Jeki, tapi apa boleh buat aku masih diatas gunung di alas Coban Rondo :D
Langganan:
Postingan (Atom)