Sabtu, 27 Maret 2010

Tempat-Tempat Mustajabah [Part 1]

Sesuai hukum ‘supply and demand’, tempat-tempat yang mustajabah untuk berdoa di Tanah Suci (entah di Madinah maupun di Makkah) selalu padat disesaki jamaah dari seluruh dunia, setiap waktu. Sekedar satu menit berdoa di tempat itu pun akhirnya menjadi sesuatu yang penuh perjuangan baik mental, emosional maupun fisik. Bahkan pada waktu-waktu yang kita kira akan sepi sekalipun, jamaah tetap sesak (mungkin karena mereka semua mempunyai pikiran yang sama dengan kita, bahwa saat itu mungkin sedang sepi).

Entah apakah ini hanya perasaan kita saja, atau memang nasib para jamaah Indonesia  (atau mungkin Asia Tenggara, terutama yang wanita) selalu agak memilukan ketika harus berjuang memasuki tempat-tempat mustajabah ini. Yang sudah pernah berhaji atau berumroh pasti mafhum bahwa jamaah-jamaah dari bagian Asia yang lain atau benua lain selalu ‘unggul’ kalau sudah berurusan dengan acara ‘berdesakan’. Aku juga nggak tahu sebabnya apa, tetapi seorang wanita Turki yang ukuran tubuhnya jauh lebih kecil daripada akupun, bisa loh berjalan santai, lalu gak sengaja menyenggol aku dari belakang samping ( hanya menyenggol!)  lalu yang terjadi tanpa bisa kucegah adalah : aku terhuyung lumayan keras kedepan. Nggak tahu kenapa, tapi seakan didalam tubuh mereka ada semacam bandul pemberat dari besi yang ikut mengayun kemanapun tubuh mereka bergerak. Itu baru orang-orang yang berpostur lebih kecil dariku, belum yang ukurannya lebih besar, padahal yang lebih besar inilah yang paling banyak jumlahnya. Masha Allah... :-D
Itu masih secara fisik. Secara mental dan emosional, mereka ini (yang sering kulihat sih terutama orang-orang Timur Tengah dan Afrika) mempunyai -mmm...apa ya namanya....?- mempunyai kadar ‘kecuekan’ tersendiri  akan sekitarnya. Mungkin karena faktor perbedaan kebudayaan.
Sebagai contoh saja, ketika berjalan di kerumunan yang padat lalu tanpa sengaja kita menyikut seseorang, maka kita pasti akan sibuk meminta maaf kepada orang yang kita sikut kan? Atau ketika kita terpaksa harus melewati space yang sempit diantara dua orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat, maka kita akan sibuk ‘excuse me excuse me’ kepada mereka sambil menundukkan tubuh dan memelankan langkah. Tetapi memang itu mungkin kebudayaan khas negara kita kali ya. Atau paling tidak Asia. Asia tenggara persisnya. Sekali lagi mungkin, ini hanya perkiraanku saja. Buktinya, yang kulihat di masjidil Haram atau Nabawi, orang-orang dari negara lain bisa tuh cuek saja. Mereka bisa tuh berjalan dengan kecepatan biasa, seolah-olah kita semua tidak ada disitu, dan tidak tersenggol. Kalaupun ada disitu, kita mungkin selaksa pagar besi yang bisa jadi pegangan sewaktu-waktu tangan mereka membutuhkan. Sudah nggak terhitung kali kepalaku ini jadi semacam ‘bola pegangan’ orang-orang yang ‘menerombol’ melangkahiku ketika aku sedang duduk tenang, bahkan pernah beberapa kali pas aku sedang dalam keadaan duduk didalam sholat. Atau tersikut, kesenggol dengkul, dan si pelaku lempeng aja berlalu seakan tak terjadi apa-apa.

Dulu sekali, waktu pertamakali aku berkunjung ke Makkah (musim haji 1997) dan mengalami ini semua, waktu itu aku begitu sibuk introspeksi, Ya Allah...dosa apa yang telah kuperbuat sehingga aku harus menerima semua ini. Apa karena aku memang orang yang goyor suka gedubrakan alias biyayakan sering menyenggol sesuatu kalau bergerak sehingga disini akhirnya harus diperlakukan seperti barang-barang yang sering kujatuhkan dan kutumpahkan selama ini?? Hahaha. Lama-kelamaan ketika aku melihat bahwa nyaris semua jemaah mengalami hal ini, akhirnya aku pun berhenti bersuudzon pada Allah... Oh, yaa...ternyata ini bukanlah hukuman untukku. Ini pasti hanyalah perbedaan cara dan kebudayaan. Pantas saja orang-orang luar negeri selalu bilang bahwa orang Indonesia itu ramah-ramah dan sopan-sopan. Disini baru terbukti deh bahwa itu mungkin benar. Hehehe...

Dengan kadar ‘kecuekan’ tingkat tinggi, dan  ‘kekuatan’ badan besi mereka, sekarang bayangkanlah ketika kita, dalam jumlah ratusan bercampur di suatu tempat yang mustajabah tadi....yang luasnya tak akan lebih daripada beberapa puluh meter persegi...

Kalau ada kasus terdesak, maka yang paling banyak merasakan mungkin adalah jamaah-jamaah Indonesia. Terjepit? Itu juga... Suatu kali waktu merangsek kedekat hajar aswad, aku pernah melihat seorang ibu-ibu Indonesia pucat nyaris kehabisan napas, karena terjebak dibawah lengan beberapa jamaah wanita ras Arab. Benar-benar dibawah ketiak mereka karena perbedaan tinggi badan yang lumayan banyak, dan ‘kengototan’ orang-orang itu yang nggak mau sedikitpun mengorbankan jarak ke hajar aswad yang sudah mereka tempuh demi menyelamatkan sang ibu Indonesia yang wajahnya sudah pucat itu. Mereka tetap ngotot walaupun aku dan beberapa orang disitu sudah berteriak-teriak dalam berbagai bahasa (yang kubisa ya mulai dari bahasa isyarat sekenanya, Inggris, Indonesia, bahkan Suroboyoan saking ngerinya aku waktu itu hahaha) untuk menyuruh mereka untuk mundur sedikiiit saja supaya ibu yang sudah selesai mencium hajar aswad ini bisa mendapat jalan keluar. Toh kalau si ibu keluar dari area desak2an, mereka akan mendapat space ekstra kan? Tapi mereka tetap ngotot. Tetap meringsek dengan kepala si ibu makin terjepit diantara ketek mereka. Si Ibu itu akhirnya bisa keluar setelah askar (petugas keamanan) yang berjaga diatas hajar aswad turun tangan.

Banyak contoh lain, dan yang sudah pernah melakukan perjalanan ke tempat-tempat mustajabah seperti roudloh, makam Rasulullah (dulu di Nabawi jamaah wanita bisa mendekat ke makam Rasulullah, tapi sekarang tidak lagi), multazam, mencium hajar aswad, Hijir Ismail pasti paham apa yang kumaksudkan. Apalagi di masa-masa padat jamaah seperti musim haji. Jangankan untuk shalat yang otomatis memerlukan space untuk melakukan sujud, untuk sekedar bersimpuh duduk berdoa beberapa menit pun, kadang memerlukan perjuangan berat baik secara mental, emosional dan (terutama) secara fisik.

Dengan kondisi seperti diatas, itulah kenapa Mas Iwan tidak akan pernah membiarkan kami pergi tanpa bekal sebuah STRATEGI. Apalagi di tempat-tempat yang aku harus pergi sendiri karena adanya pemisahan jenis kelamin ditempat itu. Aku mungkin boleh merasa mempunyai banyak keuntungan karena punya suami yang sudah sejak dulu menggemari teknik-teknik Sun Tzu **hihihi** dan itu memang banyak membantu. Plus, dia sudah lebih sering pergi berhaji dan umrah sebelumnya, dan itu membuat dia semakin kesini semakin banyak pengalamannya. Tetapi ternyata, pengalaman terkadang juga tidak membantu, karena selain peraturan dari pengurus tempat mustajabah itu berubah-ubah tiap tahunnya, juga kondisi di lapangan sendiri terkadang jauh berbeda dari yang kita selalu perkirakan.

Dari tahun ke tahun... Haji ke umrah.... Umrah ke umrah berikutnya... Bahkan sampai ke umrah terakhirku minggu lalu itu... Dalam prakteknya, strategi-strategi yang sudah masak-masak disusun ini, selalu berakhir dengan kisah yang sangat berbeda untukku..... Sama sekali berbeda...

(Bersambung)

Sabtu, 13 Maret 2010

Hari Pembalasan

Pagi tadi sehabis Subuh, sambil melakukan sedikit gerak badan kudengar pengajian Ahad pagi oleh Ustad. Cholil  di masjid depan. Memang nikmat ya tinggal didepan masjid, dengerin pengajian pagi tuh bisa sambil ngapa2in dirumah.

Ada satu poin yang menarik perhatianku tadi. Ustad Cholil menyebutkan sesuatu tentang balasan dari Allah atas perbuatan kita di dunia ini. Semua perbuatan baik akan diganjar dengan pahala dan kebaikan pula dari Allah, itu pasti semua sudah tahu dong. Tetapi, kata Ustad, balasan itu tidak akan kita rasakan di dunia ini.

Kalaupun ada seseorang yang dalam hidupnya selalu berbuat kebaikan (kepada dirinya sendiri maupun orang lain), lalu ternyata hidupnya sendiri penuh dengan kenikmatan (misalnya rezeki cukup bahkan lebih, selalu sehat dan mendapat kedudukan yang mulia dimata manusia lain), maka boleh dibilang itu adalah semacam HADIAH dari Allah saja. Balasan yang sesungguhnya atas semua kebaikan yang dia lakukan itu, akan dia terima nanti ketika di akhirat. Ketika hidup sesudah mati. Ketika hari pembalasan mulai terjadi.

Aku jadi berpikir, bahwa ini masuk akal juga.  Coba lihat di sekitar kita. Terkadang, ada orang-orang yang dalam hidupnya seringkali berbuat kejahatan dan kemaksiatan, tetapi kemudian hidupnya penuh dengan kenikmatan. Dia bukan hanya selalu sehat, tetapi juga kuat. Dia bukan hanya dicukupkan rezekinya tetapi juga berlebih. Dia bukan hanya hidup dengan tenang tapi juga bahagia dan terpandang di masyarakat.

Sementara di sisi lain, banyak orang yang berhati baik dan mulia tetapi hidup dengan perjuangan yang berat. Dia mungkin fakir dan miskin, dia mungkin diterpa penyakit yang tak berkesudahan, hubungannya dengan keluarga dan orang-orang di sekitar mungkin berantakan, dan sebagainya.  Makanya kemudian sering terlontar istilah “DUNIA INI MEMANG TIDAK ADIL”

Bukan hanya berpikir bahwa ini masuk akal, terkadang hal ini juga kurasakan memang terjadi.  Kita memang percaya bahwa kalau kita berbuat kebaikan, maka suatu saat kebaikan itu akan kembali kepada kita. Tetapi yang jelas, itu tidak selalu terjadi di dunia ini. Karena seringkali kebaikan-kebaikan yang kita lakukan kepada orang lain, kembali kepada kita dalam bentuk yang buruk. Kita sudah berniat ingin memperlakukan karyawan dengan sebaik-baiknya misalnya, eh mereka malah mencuri dari kita. Kita sudah bertahun-tahun membina hubungan baik dengan seseorang (entah teman, tetangga, suami, istri, guru, murid, relasi kerja, dan lain-lain), eh mereka ternyata mengkhianati dan mendzolimi kita. Banyak contoh lainnya, dan siapapun pasti pernah merasakan hal ini. Betul nggak?

Yang paling baik memang ketika kita melakukan apapun yang kita niatkan sebagai sebuah kebaikan,  kita lakukan dengan IKHLAS. Tanpa mengharap balasan apalagi balasan di dunia. Dan ini memang sulit sekali, itulah kenapa ilmu ikhlas itu dinilai sebagai salah satu ilmu tertinggi yang sangat sulit untuk dikuasai manusia.  Pasti karena ego kemanusiaan kita yang duduL. Terkadang, kita mungkin merasa sudah berbuat sesuatu kebaikan kepada orang lain tanpa mengharap balasan. Kebaikan itu memang terlupakan oleh kita sedetik kemudian. Tetapi kemudian ketika suatu saat balasan justru datang dari orang tersebut dalam bentuk yang buruk, kita tidak bisa menghentikan datangnya perasaan nelangsa (atau sedih, atau bahkan marah) yang hadir di hati kita. Akhirnya tanpa kita sadari, kebaikan yang tadi sudah kita lupakan, eh hadir lagi di pelupuk mata dan ingatan kita. “Padahah aku dulu sudah seperti itu loh sama dia….tapi kenapa balasannya dia kok seperti ini ya?”

Nahhh….
*nyengir sedih membayangkan malaikat2 yang sudah mencatat amal kebaikan kita, lalu sibuk mencari setip untuk mengkoreksinya kembali*

Hati manusia memang ternyata teramat lemah ya… Padahal Allah sudah menjanjikan adanya hari pembalasan untuk semua kebaikan yang kita lakukan nanti di akhirat, pasti dengan kondisi yang jauh lebih nikmat dan kekal. Tetapi kenapa kita masih saja sibuk mengharapkan balasan atas kebaikan yang kita lakukan ini, di dunia yang fana dan menipu ini…??

Astaghfirullah…

Minggu, 07 Maret 2010

Tentang BULU KETEK

Dari statur facebook ku pagi ini :


Tadi iseng melempar pertanyaan ke anak2...

"Semua yang diciptakan Allah nggak akan sia-sia. Kira-kira untuk apa Allah menciptakan BULU KETEK ya?"

Dan Abe pun menjawab...

"Supaya bulunya bisa dicukur, dikumpulkan, trus dipake untuk bikin kumis palsu!"

*mendadak mual*


Jumat, 26 Februari 2010

Cewe Pintar

Status Facebookku pagi ini :

Tadi ngobrolin berita soal cewe2 lugu yg mau aja 'diculik' cowo2 yg cuma kenal di facebook.

"Beaaa, pokoknya Bea harus jadi cewe yang pintar dan bisa berpikir, jangan pernah mau diboongin dan dikibulin cowo2...okay??"

"Okay Buk!!".....toss!!

Tapi kemudian Bea mengerutkan wajah dan bertanya lagi dengan ironis "Kalo ya...ng ngibulin Mas Abe?? Gimana Buk??"...

**Ibuk speechless 2 menit karena faktanya Abe sering sekali ngusilin dan ngibulin adeknya, sementara Bapak ngakak karena faktanya sering ngibulin dan ngusilin Ibuk juga**

Akhirnya, kujawab saja "Cowo yang boleh usil ngibulin Bea cuma Mas Abe dan Bapak saja, kalo yang ngibulin yang lain, jangan mau ya Beaa!!"

Jawaban yang aneh...



 

:::...

Rabu, 24 Februari 2010

[Kopdar DuduL] Part 3 : Behind The Note

Tahu kan apa yang khas dari film-film Jacky Chen?? Yup, tiap film selesai, selalu ada cuplikan adegan-adegan salah yang lucu dan tidak masuk kedalam film. Anggep aja NOTE ini begitu, berisi sempalan beberapa adegan yang bikin njeplak selama kopdaran weekend kemarin di SUB yang belum ketulis di note-note terdahulu.

***
Sabtu malam, waktu ngumpul di House of Wok, kita berdelapan foto bersama. Supaya frame cukup, maka kami harus duduk berjejer dan berdempetan. Ceklak-ceklik beberapa menit, kemudian mas2 pelayan yang kita maintain tolongpun menyerahkan kamera kepada kami yang masih duduk berjejer panjang.

Lamaaaaa berlalu… Nggak ada yang berdiri. Tampaknya semua kompak nggak ingin melepaskan rasa hangat yang timbul dari acara duduk berdesakan berdempetan itu. Hampir semua diam sepanjang waktu yang lumayan lama itu. Sampai kemudian lama-lama mulai muncul celetukan "Kok panas ya??" disusul teriakan “Wooii kok panas yaaa…sumuukk sumuukk!!” disusul yang lainnya “Gerah rekk…panaasss!! Agak kesanaan doong!!”

“Panaassss disini panaasss!!”

Hahahahaha emang enak ya ndusel-ndusel begitu… Hahahaha!


***

Malam itu, kami semua mengajak anak-anak. Dan House of Wok kupilih karena tempatnya deket banget sama Timezone. Akibatnya, kami semua tanpa terasa diporotin habis-habisan tanpa ampun malam itu, oleh siapa lagi kalau bukan anak-anak kami.

Semua berangkat ke Timezone dengan kartu dan uang untuk mengisinya. Kami para ibu, sedang seru-serunya tuh kopdaran. Beberapa saat kemudian, Abe kembali mencariku “Ibuukk, minta uangnya lagi.”

Okelah, aku kasih lagi… Emang idenya anak-anak biar nggak “terbengkalai” selama nungguin emak-emaknya kopdar.

Beberapa detik kemudian Shafa juga kembali menemui Mb Agustin, dengan alasan yang sama. Mbak Agustin, seperti juga aku, nggak punya pilihan lain selain memberikan begitu saja apa yang diminta anak-anak..

Lalu AmeL datang… “Kartunya Kak Khanza sudah habis bukkk” sambil tangannya tarik-tarik baju mb Sishiel. Nasib mb Shiel pun sama dengan aku dan bunda… Begitu juga yang terjadi dengan mb Cindy, mb Olive…

Tak lama kemudian, Bea datang diikuti AmeL… “Ibuukk….kata AmeL aku harus minta uang lagi Bukk…”……**kasih uang ke mereka dengan puyeng** …lalu ada lagi yang datang…lagi…si anu…si itu… lagi dan lagi…

Lamaaaa, ketika kita akan pulang, baru kemudian bunda AG nyeletuk. “Kayaknya selain kita yang bergembira disini, anak-anak yang disana tuh gembira bukan main juga deh… Aku udah habis buanyak loh tadi itu..”

“Aku juga!!”

“Hahahahaha iyaaa emang dasar nih anak-anak”

“Ya Allah ho’oh!! Aji mumpung bener ya mereka! Biasanya 25 ribu udah pada puas loh maen. Lebih dari itu kita udah tereak2 ‘Nggak boleh, udah berlebihannn!!’ Ini tadi berapa kali coba kita keluarin duit??”

Oalaahh… Sungguh mereka ternyata adalah anak-anak yang pintar membaca peluang… *keluh*


***

Ini cerita dari mb Shiel. Malam Minggu itu, Mb Maya dan Mb Levie kan menginap dirumah Mb Shiel. Tengah malam, ketika semua dirumah itu sudah tertidur, hanya tinggal mereka bertiga yang masih melek. Muncullah ide cemerlang untuk upload foto pake piyama masing-masing. Karena ada yang tidurnya bercelana pendek dan bersinglet saja, dan juga ingin fotonya berkesan “mendalang semalam suntuk” maka dipakailah 3 helai kain batik sebagai wardrobe.

Mulailah ketiga beduL itu umek, sibuk mengatur dan melilitkan kain-kain batik itu dalam berbagai model. Ujung ini diikatkan ke ujung itu melingkar ke leher. Yang situ disilangkan ke bahu. Yang satunya dilingkarkan ke kepala. Umeeeekkkk lamaaa sampai akhirnya mereka sudah duduk berjejer rapi, memegangi setiap ujung kain dengan kedua tangan mereka, dan bibir sudah senyum siap pose menghadap kamera. Kemudian, mendadak mereka sadar…

“Lahhhh….TRUS SIAPA YANG MOTRET KITA???”

Hahahahahah! DuduL!!!

Mau bangunin siapa juga kasihan kan, masak bangunin tengah malam hanya untuk motretin??

"Kan bisa tuh, kamera disetting motret sendiri??"

"Bisa! Tapi aku gak bisa caranya!!"

"YM IYa aja yok, tanya..."

"Apa sih namanya itu?? AUTO JEPRET ya??" Wakakakakaakakak hadoh Gustiiii istilah macam mana pula ituu??? AUTO JEPRET???? *njepret mb Maya pake karet gelang*

Akhirnya, seperti yang sudah kita lihat, foto mereka bertiga diambil dengan metode self-shoot dan segala model lilitan kain batik yang dibuat dengan ketelitian dan keumekan yang tinggi tadi, tinggallah kenangan karena tangan yang tadi dipakai untuk memegangi kainnya, terpaksa harus dipakai untuk memotret. Cape dehh….. :-D


***


Waktu paling seru dari acara wiskul seharian di Hari Minggu itu tentu saja pas di mobil. Didalam mobil meriah pol, ngobrol apa aja bahkan saking banyaknya bahan obrolan, seringkali satu topik blum tuntas dibahas, eh sudah ganti topik lainnya.

Mba Itho, yang merasa banyak ketinggalan berita2 penting, ngobrol sambil pantengin BBnya, loncat FB sana-sini, sampai kemudian tiba-tiba dia tanya :

“ Kalo yang namanya IYa itu laki-laki apa perempuan sehhh???”

**glodhak**

Nggak ada yang mampu menjawabnya, kita hanya bisa saling pandang dengan tatapan tak percaya. Sementara orang lain masih saling pandang, Mb Itho meneruskan pertanyaannya. “Itu yang namanya Hari Hari itu kan??”

Mb Maya ternyata cukup sabar dan cukup cepat kembali kealam nyata untuk menjawab. Emang ada yang namanya Hari, tapi Hari Mawardi. Kalo IYa itu emang namanya IYa Harry, Harry itu nama suaminya.

“Jadi IYa itu perempuan ya??” semua masih membisu tak percaya, hanya cekikikan mb Itho sendirian yang terdengar.


***

Masih soal Mb Itho. Waktu dia datang menemui kita, dia bawa tiga pak oleh-oleh berupa singkong manis. Oleh-oleh itu katanya dia bawa dari Malang kemarinnya, padahal waktu itu kan dia belum tahu kalo ada 3 beduL ini yang datang ke SUB?? Dasar mb Itho, dengan lugu bin inosen diapun menjelaskan dengan gamblang…

“Sebenarnya ini oleh-oleh buat mertuaku sihh… Malah aku sudah bilang ke mertuaku semalam, kalau aku bawa oleh-oleh singkong manis dua pak, dan sudah aku masukkan di kulkas dirumah beliau, gitu. Tapi trus tadi KUAMBIL AJA LAGI dan kubawa buat kalian. Hihihihi. Aku udah bilang kok sama ibu mertuaku, Maaaaa singkongnya kuambil lagi ya Maa… Hihihihi”

Semua gubrax, dan hanya cekikikannya mb Itho yang terdengar… Trus aku lupa siapa, tapi ada yang tanya “Lah, ini kok kamu bawa 3 pak?? Yang satu pak punya siapa?”

“Sebenarnya buat bapakku sih, tapi nggak papa kok…Hihihihi..”

Semua : **melongo**


***

Soal oleh-oleh, ada yang duduL lagi…

Saking sempitnya waktu, dan terlalu banyak tempat makan yang ingin didatangi, kita-kita tuan rumah sampai nggak sempat mikirin dan diskusiin masalah oleh-oleh buat 3 tamu ini. Padahal biasanya itu seperti wajib kami lakukan kalau ada yang datang. Mba Maya dan Mba Levie kan pengen banget tuh bawa lontong kikil dari SUB, nah akhirnya kita antarlah mereka berdua kesana untuk beli bungkus. Meri waktu itu masih sibuk ikut yang lainnya makan sate klopo yang tempatnya memang berdekatan. Pulang dari situ, Meri sempat membungkus beberapa tusuk sate, buat dimakan di kereta katanya.

Waktu kita sampai di Stasiun Gubeng, aku jadi teringat waktu Meri datang kemarinnya. Dia itu bawa banyak oleh-oleh buat kamu semua. Bener-bener segambreng karena ada kripik balado dan serba-serbi makanan dan souvenir dari Padang, ada juga bakpia yang dia beli di Jogja.

Hatiku langsung kecut nggak rela melihat dia hanya bawa seporsi sate klopo ditangannya. “Ya Allah Merrr…kita bener2 nggak siapin oleh-oleh buat kamu nih ternyata… Gimana dong???” raungku panik.

“Ahh gak papa Mbaa…lagian aku anak kost juga, nanti malah repot kalo bawa2 banyak makanan” jawab Meri. Yahh pastilah kalo kami di posisinya akan jawab gitu.

“Iya ya Mer, aduh kamu mau apa?? Mumpung disini nih..” Mb Sishiel ikut bingung sambil elus2 bahu Meri.
“Bener mbaaa gak papa, gak usahhhh”

Mb Sishiel, kemudian datang dengan ide paling duduL yang pernah kudengar…

“Atau kamu mau mentahan uang aja Mer?? Nanti kamu bisa beli apa aja yang kamu mau di Jogja pake uang itu. Mau Mer??”

Ampun Gusti… **tutup muka dengan kedua telapak tangan**


***

Oya, dalam perjalanan ke Stasiun Gubeng untuk mengantar Meri pulang itu, ada yang duduL juga… *hahahaha baru inget aja aku udah pengen ngakak*

Hari Minggu pagi itu kan kita rame-rame telepon Mb Mita di SEATTLE. Satu per satu kita ngobrol sama Mb Mita, tentu dengan gaya kita sendiri-sendiri. Paling mules tuh dengerin Mb Shiel ngobrol sama Mb Mita, pake bahasa Sakerahan, dan sudah seperti kami semua duga, dua orang itu paling betah ngobrolnya. Setelah semua mendapat giliran ngobrol, mb Shiel sekali lagi minta ngobrol lagi sampai lumayan lama.

Nah, semalam sebelumnya kan Mb Shiel emang nyaris nggak tidur kan?? Waktu kita semua di Juanda mengantar mb Maya dan Mb Levi, aku suka banget motret2 wajah mb Shiel yang udah sendu dan kucel minta disetrika itu. Hahahahah kalo kurang tidur ternyata dia itu lucu banget!!

Selesai di Juanda dadagh2 sama Mb Maya dan Mb Levie, kita pun langsung menuju ke stasiun Gubeng, mengantar Meri. Di perjalanan dari Juanda ke Gubeng, Mb Shiel ijin untuk tidur sebentar di mobil. Semua kompak menyuruh dia tidur, karena perjalanan Juanda-Gubeng cukup jauh juga, sekitar sejam. Maka Mb Shiel-pun sandaran, dan langsung tertidur.

Beberapa puluh menit kemudian dia kriyip-kriyip bangun… “Ahhh lumayann sempat hilang tidur…” dengan wajah yang masih error diapun kembali ikut ngobrol dengan kita.

Tiba-tiba, sekonyong-konyong dia menegakkan badannya dari sandaran, trus dengan mata menyala-nyala dan ekspresi bersemangat tinggi, dia mengabarkan sebuah berita penting kepada kami (semua yang di mobil itu). Sebuah berita yang (dari ekspresi mb Shiel) tampaknya harus segera dia sampaikan, karena kita semua belum mendengarnya, dan harus mendengarnya karena berita ini sangat penting!

“Ehhhh tau nggakk!?!??!? …..TADI PAGI KITA SEMPAT TELPON MITA JUGA LOOHHH!!!!”

Kami : **pingsan**

Mb Sishiel shock sebentar melihat wajah pingsan kami semua, lamaaaa baru dia sadar setelah nyawanya sudah ngumpul kembali. Keinginan kami saat itu cuma satu : melempari dia dengan apa saja yang ada disitu.


***

:-D

***

[Kopdar DuduL] Part 2 : Kisah mb Levie, si Poni dan Suamiku (lagi) :::..

***

Senang rasanya berdua bersama Meri disini, didalam toilet (pilihan tempat yang aneh). Kami cekikikan mengingat bagaimana dulu dia pernah pake mukena dan ngendon didalam toilet, dalam rangka ekting jadi HANTU TOILET dalam rangka member surprise ke Mb Irmaes, tapi berakhir duduL karena yang lari ketakutan dengan busa masih diwajah (krn belum selesai cuci muka)adalah mbak-mbak karyawan mall yang kebetulan masuk situ. 
Akhirnya jadi ngobrolin mb Ulik juga yang waktu itu jadi Partner-In-Crime Meri. Dan kalo sudah mendengar kata-kata mb Ulik, nggak ada itu critanya aku nggak ketawa. Duh, kangen banget deh sama mba beduL satu itu…..hihihihhii…..
  Keluar dari toilet di Sutos kitapun kembali ke House of Wok, tempat semuanya berkumpul. Barusan mb Itho mengabarkan kalau dia nggak jadi bisa datang karena jalanan banjir. Sore itu memang hujan lebat. Ya udahlah Mer, besok siang kan kita masih ngumpul lagi, nanti surprise buat mb Itho dikasihkan besok aja…belum ada yang upload foto kopdaran kita juga kan…

Sesampai di HoW, mataku menangkap seseorang yang membelakangiku, sedang ngobrol dengan Mb Shiel. Wait, aku rasanya kenal pinggang itu….dan potongan rambut itu sepertinya baru kulihat beberapa waktu yang lalu….?? Dan ada poni!

Kesadaran menghantam kepalaku bahkan sebelum aku melihat wajah wanita itu. Kalau ada pelajaran yang kudapat dari acara surprise2an yang selama ini terjadi, itu adalah bahwa tak ada yang tak mungkin untuk terjadi. Itu jelas-jelas Mb Maya!! Aku berteriak2 dalam hati, tapi mulutku gak bisa bersuara, hanya bola mataku yang berputar-putar tak percaya sambil liat dia. Aku hanya bisa melipir kesamping untuk menunjukkan kecuekanku, angkat Rayya (si kecilnya mb Olive) yang kemudian meronta minta diturunkan. Setelah Rayya turun, aku berdiri berbalik untuk memeluk (atau mencekik??) tetapi yang kuhadapi bukan wajah berponi mb Maya…
Tapi Mb Levie!!!!!

Ya ALLAHHHH!!! Mb Levie langsung nguyek2 peluk aku yang masih melongo…. Dan sejurus kemudian dia melihat Mb Sishiel…. Tahu sendiri kan mereka ini belum pernah ketemu “didarat” padahal udah kayak gitu modelnya kalo di udara??? Mereka memang ‘dendam kesumat’ pengen ketemu sudah sejak lama.

Rusuuhhhhh!!!!! Restoran pun jadi gegap gempita dan rusuhhhhh!!!!! Semua nggamblok berhambur ke pelukan ke Mb Levie tanpa ada yang ditahan-tahan.

Belum reda kerusuhan, tiba-tiba Meri memekik lagi, berteriak….. “Mbak MAYAAAAA!!!!!!!!!!! Ya Allah Mbak Mayaaaaaaa!!!!!”….*kerusuh
an ter pause sejenak karena glodhak pingsan dulu demi liat Meri yang baru tau kalau ada mb Maya disitu*

Asli restorannya rusuh berat. Mb Olive nyolek aku, trus dengan isyarat matanya nunjuk ke meja di samping meja panjang kami. Disitu ada oma-oma yang wajahnya horror, seperti mau terkena serangan jantung gitu. Takut-takut ngeri, aduhhh kasihan sekali pokoknya. Dengan mata nanar dia melihat kearah meja kami yang masih pada gablok2an, dan kemudian memutuskan untuk PINDAH MEJA ke tempat yang agak jauh dari kita. (Duh kasihan bener loh oma2 itu). 
Didepan meja, ada dua pasangan muda yang juga jadi korban. Jadi mb Levie kan pake tas ransel di punggungnya tuh. Waktu dia berdiri berputar-putar digabloki orang-orang, beberapa kali tasnya sempat menyenggol kepala pasangan itu. Ya ampuunnn…. Mb Shiel kemudian nyamperin mas-mas itu untuk meminta maaf… “Kena ya mas? Maaf ya mas…maaf…” (tuh kan? kalo oma2 aja nggak disamperin, giliran mas-mas langsung jadi sopan deh mb Shiel....duduL)

Setelah agak reda, alarm di otakku langsung berbunyi lagi dengan keras. “Mbakkkk!! Mbak May!! Mbak Leevvv!!!” panggilku dengan suara keras (soalnya masih rusuh rame tuh). Setelah semuanya memandangku, aku langsung menggerung…

“SEKARANG DIMANA SUAMIKU ITU???? DIMANA DIAA???” 
Ketawa mb Maya dan mb Lev sudah cukup membuktikan bahwa otakku makin pintar sekarang. Pantesan dari tadi MI tuh umekkk aja bolak-balik telp. Katanya mau nyusul habis maghrib, tapi kejebak macet (which is memang SUB sore itu diguyur hujan lebat), trus bentar-bentar Tanya “apa sudah ngumpul semua??”….”sudah mulai makan blum?”….kukira itu karena dia kesepian ditengah kemacetan (dia memang biasa gitu kalau kena macet dihari libur, nggak bisa nyambi kerja dan akhirnya suka gangguin kita yang dirumah dengan telpon2 gak penting)…..pake nawarin pergi karaoke lagi!!!....telpon2 itu….sms-sms itu….TERNYATAAAA…!!!
Pembaca sekalian, gimana critanya sampai Mb Maya dan Mb Levie ada disitu malam itu, aku nggak akan cerita. Biar Mb Maya saja bikin NOTE sendirim (sana, pada didemo gih, jangan wall ku aja :p).  Innilah dia…aku, sekali lagi adalah seorang istri yang dikhianati suami sendiri, dengan sahabat sendiri pula!! Jadi aku nggak mau nulis tentang itu, NGGAK MAU!!! …*pilu *… Yang jelas, sekali lagi MI akan menerima akibatnya!! Huh!! *nggak pake icon marah tapinya… tapi malah pake icon blushing* 
***

Begitulah…malam itu akhirnya jadi beberapa puluh derajad lebih hangat di Surabaya yang hujan. Lebih hangat dan lebih menyenangkan…. Dengan bekal kemampuan premanita nya, Mb Shiel kemudian berhasil menyandera tiket pesawat pulang dan tiket hotel mb Maya dan mb Levie. Malam itu Meri memang akan menginap dirumahku, jadi mereka berdua nggak boleh menginap di hotel!
  “Udah! Nginep dirumahku aja! Aku lho lagi nggak ada suami!” kata mb Shiel tak bisa dibantah sambil nelpon travel untuk membatalkan hotel. Sebelumnya Mb Shiel memang sempat pasang status wiken melas karena tiap wiken selalu ditinggal pergi offroad sama Mas Ridho. Hahahaha senang juga liat wajah mb Levie dan mb Maya yang bengong sambil liatin mb Shiel menelepon “Mbak Sonya” dari travel. Mbak Sonya??? Siapa yang beli bakso??? *wakakakakak*

Kami rame disitu sampe anak-anak udah mulai rewel karena mengantuk. Meri pun ikut bersamaku dan nginep dirumah. Sedangkan mb Maya dan mb Levie masih kepingin makan Rawon Setan dulu, baru ikut nginap kerumah mb Shiel.

Besoknya, pagi-pagi kami udah ngumpul dirumah mb Shiel dan melihat bahwa ternyata semalam mb Cindy udah upload foto dan mb Itho melihatnya. Jadilah dia ngomel-ngomel sendiri, bilang kalo tahu begini tadi malam dia bakalan menerjang banjir naik getek ke Sutos, hahahahah! Tak lama kemudian mb Itho nyusul kerumah mb Shiel. Oya, kita juga sempat TELPON MB MITA di Seattle pagi itu. Hahahahaha seruuu!!! Bergantian semuanya membulatkan tekad untuk membujuk nya pulang ke Indonesia!! (dengan bahasa masing-masing tentu saja… *lirik mb Shiel yang nelpon pake bahasa Sakerahan*)

Kita berdelapan seharian keliling kuliner. Pagi-pagi makan SEMANGGI SUROBOYO…trus lanjut LONTONG KUPANG…siang mantengin SATE KLOPO dan LONTONG KIKIL di Ondomohen. Semua menyenangkan karena disambi ngobrol gak keruan dengan hangatnya. Kami cerita tentang apa saja sambil ditingkahi kekonyolan-kekonyolan (paling banyak Bunda Agustin kan yang konyol?? Bukan aku kok. Hihihihi)

Inget nggak kebiasaan anak kecil, kalau suatu waktu dia terlalu banyak tertawa, maka malamnya dia bakalan rewel nangis??? Well, siapa bilang itu berlaku hanya untuk anak-anak?? Menjelang sore ketika kami satu persatu melepas tamu-tamu istimewa kembali pulang, semua mewek!! Di Juanda, aku nggak akan pernah lupa bagaimana sendunya wajah Mb Levie ketika pamit. Air mata yang menggenang itu, ASLI terasa hangat dan manis dihatiku. Rame-rame kami berpelukan bertangisan persis kayak anak kecil. Juga ketika melepas Meri di stasiun Gubeng sesudahnya. Ohh Meri… nggak akan ada kata-kata yang akan bisa melukiskannya, Mer.
  SEMUA INI TERJADI GARA-GARA KAMU MERR!!. Gara-gara kamu adalah mahasiswi duduL yang selalu bikin status ngantuk kalo harus belajar menjelang ujian, tapi paling rajin kalo disuruh jalan-jalan sendiri keluar kota dan mengunjungi kami teman-temanmu ini. Apa yang lebih mengharukan dari hal itu coba?? Mb Ulik dan semua yang pernah ketemu Meri di Jakarta pasti mengerti apa yang kumaksud.

Silaturahim memang selalu terasa indah dan hangat di hati. Kita bergaul setiap waktu lewat internet, dan menemukan bahwa semua itu NYATA karena ketika bertemu muka, kami pun menemukan cinta yang sama yang bahkan terasa jauh lebih hangat karena kami bertemu muka. Pagi tadi waktu aku nyetir sendiri sehabis ngedrop anak-anak, yang terpampang di kaca jendela depan adalah bayangan wajah Meri, Mb Maya dan Mb Levie. Kehangatan kembali menyelimuti hati ketika mengingat kebersamaan kami seharian kemarin. Dan aku yakin, ini juga yang masih dirasakan Mb Shiel, Mb Cindy, bunda Ag, Mb Itho dan Mb Olive.

Kata pepatah, “Kita mungkin akan lupa seperti apa wajah dan suara seseorang, tetapi kita tidak akan pernah lupa KESAN yang kita rasakan ketika kita ada bersama mereka.”

Terimakasih atas kedatangan semuanya kesini. Semua sangat-sangat berkesan!! Kopdaran memang bikin kecanduan (MI buktinya!), jadi aku akan makin rajin berdoa semoga Allah memudahkan kita segera bertemu kembali. Dan semoga persaudaraan kita abadi dalam perkenan Allah SWT. Aminnn Yaa Rabb….. Aku (makin) sayang kalian semuaaa *peluukkk massal*
***




[Kopdar DuduL] Part 1: Kisah Meri, Mimi dan Dua Adnan:::...

***
Kenangan kopdar “gunting pita” di apato Wawa pada 31 Januari 2010 lalu masih sangat amat terasa berkesannya, ketika kemudian dari Yogyakarta Meri datang di inboxku dengan kabar gembira.

“Mba, aku mau ke Surabaya!!”

Maka dibuatlah inbox berempat. Aku, Mb Maya, Mb IYa dan Meri. Sibuk deh kita bikin rencana kedatangan dan skenario. Targetnya tentu saja sebanyak mungkin yang ada di Surabaya. Aku yang kebagian tugas mengumpulkan mereka, dan sempat bingung juga musti pake alasan apa, akhirnya menemukan juga….

Mb Shisiel, bunda Agustin, Mb Olive dan beberapa teman lain udah beberapa tahun ini kan bikin arisan. Biasanya tempatnya di restoran, sekalian lunch. Kebetulan aku nggak ikut. Tetapi dudulnya, kalo pas salah satu dari mereka itu dapet arisan, aku selalu diundang. Wecks, ini DILEMA. Mau nggak datang itu diundang, tapi mau datang tapi aku nggak pernah ikut bayar makannnya. Sungkan kan?? Akhirnya, aku datang sebisa mungkin tetapi dengan acara ledek2an yang tanpa daya kubuat sendiri untuk diriku.

Suatu kali….”Aku duduk di pojokan ini aja deh, hikss”

Di lain kali…. “Aku jadi tukang potonya aja deh..hikss”

Melas kann??? Nah akhirnya kebetulan, pas Meri datang sekalian aku undang saja mereka untuk ngumpul dan makan. Itung-itung menebus yang dulu-dulu itu kan, hehe. Semua sudah oke, kitapun sepakat untuk ngumpul makan Sabtu sore jam 5 di House of Wok, di Sutos.

***

Sabtu, 20 Februari 2010, Jam 13.00 WIB

Akhirnya aku dan MI jemput Meri di Stasiun Gubeng, dan akhirnya….setelah semua yang kita lalui itu, akhirnya aku KETEMU Meri!!! Senangnyaa….akhirnya ya Merr??? Kamu ternyata lebih menggemaskan dari yang kukira *sekarang udah kangen nih*. Seperti yang sudah direncanakan, habis dari stasiun (dan makan siang soto Madura) kita langsung meluncur kerumah Mb Cindy. Berharap bisa surprise in dia sebelum sore itu.

Sesuai skenario, sekitar jam 2, waktu masih dijalan Meri meminjam salah satu telpon MI yang nggak bakalan dikenali oleh hp mb Cindy. Meri pun menjelma menjadi Mimi. Mimi pun mengirim sms….
“Selamat siang Bu Cindy, sy Mimi reporter tabloid “Rumahku” ingin datang meliput rumah ibu untuk dimuat di tabloid kami. Bisakah saya telpon sekarang?”

Sms dicuekin…. Si Mimi pun gak sabar dan memilih untuk telpon saja. Apalagi tadi selama di kereta sudah berlatih logat medok Jawa. Mimi pemberani loh, wajahnya bertekad bulat akan berakting sebaik mungkin, beda dengan yang selama ini di inbox yang maunya “ditemenin mb Wahida tapinya yaaa”.
Singkat cerita, ternyata dengan mudah Bu Cindy mengijinkan Mimi datang kerumahnya siang itu. Sempat ada pertanyaan “darimana mbak dapet no hp saya?” dan ini sudah kuantisipasi. “Dari temen Bu Cindy, namanya Bu Jenny”

*Mb Jenny, dirimu aku tag di cerita ini yaa, maaf aku sudah seenaknya mencatut namamu, dan siapa yang menyangka ternyata ketika mb Cindy konfirmasi ke mb Jenny, ternyata rumah mb jenny MEMANG pernah diliput tabloid “Rumahku”!! hahahaha sungguh kebetulan yang menakjubkan*

Singkat kata, Mimi pun kami turunkan di ujung jalan rumah Mb Cindy, jalan yang berhiaskan foto ayah itu hehe. Mas Iwan kemudian memarkir mobil agak jauh, di tempat teduh yang disitu kita masih bisa melihat rumah mb Cindy. Menunggu dan berdoa untuk Meri, eh Mimi.

Mimi pun dipersilahkan masuk kerumah Bu Cindy. Waktu itu Ayah sedang ada beberapa orang tamu yang ditemui di ruangan kantor dirumahnya. Ruangan kantor ini terhubung langsung dengan ruang tamu, dan waktu itu pintu ruang kantor dibuka. Mimi kemudian duduk di sofa, menunggu Bu Cindy keluar.

Apa yang terjadi kemudian ketika Bu Cindy keluar untuk menemui Mimi?? Belum sempat Mimi mengucapkan sepatah katapun, Bu Cindy sudah keburu berteriak “MERIIIII!!!!!!!!!” trus lari2 peluk2 Meri dengan rusuh. Saking rusuh dan hebohnya, Ayah pelan2 tapi pasti harus menutup pintu ruang kerjanya.

Hahahahaha!! Bubar skenario!!

Akupun akhirnya menyusul kerumah setelah mb Cindy sms in aku yang masih di mobil sama MI “Bee…nanti sore aku nggak jadi datang ke Sutos… Ada tamu…”

Hahahahahah!! Aduhhh padahal asli wajah Meri sudah pemberani loh…ternyata ohh ternyata…

***

Dirumah mb Cindy, kitapun mendiskusikan skenario untuk nanti sore. Akhirnya Meri tetep jadi Mimi, tapi kali ini Mimi The Nanny alias jadi pengasuhnya Dhilla (anak mb Cindy yang bungsu). Itu gara-gara dari awal ketemu Dhilla bikin kita gubrax dengan memanggil Meri dengan sebutan “embak”.

Oke, rencananya nanti begitu tiba di House of Wok (HoW), mbak Mimi ajak anak2 main di Timezone yang memang berdekatan. Kemudian ketika mb Shiel datang, aku akan cerita betapa mb Cindy stress dengan pengasuh barunya, yang di hari pertama kerja aja udah berani ngobrol dengan Ayah (Meri emang sempay ngobrol soal Padang sama Ayah hehehe). Trus habis itu Mimi datang bawa Dhilla, trus bikin mb Shiel gondok dengan ini itu…yang mau merebut kursi lah, segala macam.

Akhirnya Mb Shiel datang… Ngobrol bertiga dengan aku dan mb Cindy (ngobrolin soal mbak Mimi yang bikin mb Cin stress itu), kemudian datanglah Mimi menggandeng Dhilla…

Mb Shiel menyambut Dhila, salim-salim, kemudian sempat melirik mb Mimi… Sedetik kelihatan bengong sambil mikir (ada ya bengong sambil mikir??) telunjuknya terangkat kearah wajah mba Mimi.

“INI MERI KANNN???? IYA KAN??? IYAAAAAAA INI MERIII KANNN??”

Hahahahahah heboh lagi deh!!! Ternyata wajahmu memang gampang dikenali Meeerrr!!! Wakakakakak

Meri sempat lemes karena dari tadi skenarionya kok terlalu cepat berakhir. Akhirnya kita dapat kabar, Mb Agustin bentar lagi datang. Kita semua langsung optimis kembali.

“Tenang Mer, kalo sama Mb Agustin, kamu nggak akan ketauan, percaya deh!!!” kataku.

“Ho’oh, kamu diem aja duduk disitu, nggak usah ekting ngapa2in, dijamin Mb Ag nggak bakalan sadar kalo itu kamu!!” sahut mb Shishiel

Mb Cindy sudah ngikik2 menyetujui sambil mengingatkan kembali track record bunda Agustin…hahaha!

***

Ssstt…bunda Agustin datang!! Atur2 Shafa dan Daffa dulu, nyangoni mereka nyusul main sama anak2 lain ke Timezone, kemudian menyalami kami satu persatu. Nyalami mb Shiel, mb Cindy, kemudian ketika masih cium pipiku bunda sudah melirik Meri yang duduk disebelahku.

“Ini siapa…??” tanya bunda sambil ngeliatin Meri…trus jabat tangannya Meri..

“Itu mbak e Cindyyyy” jawab Mb Shiel…

“Ohh…” kata bunda “percaya”, trus duduk….

Kita berempat sudah pandang2an sambil menyamarkan cekikikan…

“Stt…mb Cin, ayo mulai itung waktunya…” kataku memberi aba-aba….pengen tahu berapa lama sebelum nanti akhirnya bunda sadar bahwa ada Meri disitu.

Kitapun ngobroool….ngalor ngidul…bunda tetep nggak tau kalo yang duduk disebelahku itu adalah Meri. Lima menit…sepuluh menit… eh tiba-tiba ada yang nyamperin meja kita. Bunda Agustin menghambur ke mereka, ternyata itu temen SMP nya.

Bunda minta ijin “Aku naik dulu nemuin mereka ya, sebentaarr aja, sapa2 thok habis itu balik lagim kesini…”

Bunda Agustin kemudian ngeloyor ikut mereka. Pecahlah tawa kita. Hahahah tuh kan Mer??? Gak perlu khawatir kalo sama bunda Agustin….nggak perlulah itu ekting2 yang macam2, cuma diemmm aja dia nggak bakalan ngenalin, apalagi sore itu kacamatanya (seperti biasa) tidak dia pake….

“Mer, ternyata ada yang lebih menyedihkan daripada diremove tanpa penjelasan oleh temen FB ya….yaitu TIDAK DIKENALI sama temen FB!!” kataku santai disambut tawa yang lain..

“Udah nggak dikenalin, ditinggal pergi lagi!” lanjut mb Shiel….Hahahahaha!! *mules liat wajah bunda yang inosen ituuu*

Tak lama kemudian bunda kembali duduk di meja kita. Ambil piring, ambil makanan, dan tetep nggak ngeh kalo ada Meri disitu. Lima belas menit pasti sudah berlalu…bahkan dua puluh menit. Mungkin karena gemas, Meri kemudian beraksi. Dari obrolan singkat ketahuan kalau bunda nggak suka makan salah satu makanan yang ada disitu. Meri kemudian malah menyendokkan makanan itu ke piring bunda..

“Jangan! Jangan ini! Nggak suka ini saya!” tolak bunda… “Sik-sik, ini kok ada yang aneh ya, kalian kenapa cekikikan?? Ini sebenarnya siapa sihh??” tanyanya sambil kembali menunjuki Meri.

THEETTT!!!! Lima belas menit baru dia sadar kalo yang duduk di sebelahku itu adalah SESEORANG!! Itupun belum tahu siapa dia!!

Mb Shiel udah nggak tahan lagi “Adnan…dia Adnan mbaa!!”

“Adnan??.......sik-sik…kay
ak pernah baca nama itu dimana ya…??” GUBRAAAKKK!!! BUNDAAA!!!
Apa yang dilakukannya?? Diambilnya BB, dan dengan mata mencureng kesukaannya diperhatikan sebentar layar BBnya

“Adnan ya?? Sebentar! Dulu pernah ada dua Adnan kan??? Adnan ‘siapa’ sama Adnan ‘siapa’ gitu lohh” BUNDAAA!!!!!!!!! Kita semua cuma bisa menjerit dalam hati.

“Meri ya..eh Meri Adnan sama Meri Azmi…???” kata bunda lagi seperempat yakin…

“IYAAAAAAA!!!!!!” sahut kita serempak!!

“OOHHHH….MERRIIII!!!!!”……katanya sambil menyerbu Meri lagi. ALLAHUAKBAR!!! AKHIRNYAA…..!!!

Huwakakakakak!! Saat itu jam di arloji mb Cindy mungkin sudah berjalan nyaris setengah jam dari bunda datang tadi.

Wahahahahahahaahah!! Ampun deh…

“Benar kan Cin?? Aku udah curiga ada kejutan… soalnya JB itu nggak pernah undang2 traktir kita makan!!” kata bunda kemudian -----lemes deh aku dengernya-----


***

Kemudian datang Mb Olive bergabung, ngobrol seru soal apa aja, termasuk ngomongin orang Padang *lho?? Wkwkkwk* Sampai kemudian Meri dan aku ijin ke toilet… Di toilet, aku dan Meri sudah santai, normal walaupun rahang sudah mulai kejang kebanyakan tertawa….

Detik itu aku dan Meri, di toilet, sedikitpun tak menyangka bahwa ternyata ketika nanti kita kembali ke meja makan, ada lebih banyak ujian dan cobaan untuk kekuatan otot rahang kita, bahkan kekuatan otot yang lain termasuk otot jantung…jauh lebih banyak daripada mengunyah semua makanan lezat di Resto HoW…jauh lebih banyak daripada yang kami semua kira…

(Bersambung :-D)