Minggu, 30 September 2007

Menikah Muda Part 5 : Dibalik Musibah SELALU Ada Hikmah!

Sekali lagi, ketika barusan membuka MSWord untuk menulis lanjutan postingan blog “Menikah Muda” ku, teringat kembali nasib sinetron2 Indonesia yang selalu berpanjang-panjang, episodenya selalu ditambah-tambah sampai alur ceritanya bikin eneg karena terlalu dipaksa lama sampai-sampai nggak masuk lagi di akal (bahkan akal2 orang kreatif yang imajinatif sekalipun, saking konyolnya).

 

Bulatkan tekad, jangan sampai senasib dengan cerita2 sinetron itu, insyaAlloh postingan ini nggak akan lebih banyak episodenya dari serial Harry Potter deh. Hehe...

 

Selain itu, terus terang ada alasan emosional yang tak bisa kuhindari, sangat menggelitik hatiku. Seorang teman, Mbak Lily, tempo hari dengan “kejam”nya sudah membuat pengakuan dudul “Saya menyimpan banyak komentar untuk mbak Wahida, tapi biarlah saya simpan dulu sampai ceritanya tamat”.

 

Duhhh...terus terang aku bukanlah orang yang begitu terobsesi dengan apa komentar orang terhadap apapun dari diriku. Tentu saja bukan juga lalu aku cuek dengan apa kata orang (apalagi kalau itu berisi pelajaran dan dukungan tentu saja).

 

Tapi please....ini mbak Lily gitu loh..!! :D

Even though we only met online, but ever since, diam-diam she’s been more like a mentor to me. I got so many lessons from her, her personality, her strenght (specially after her Aceh’s tsunami tragedy that swept almost all of her family away), the way he’s doing with the kids (all the way!), her wisdom, everything! She’s practically one of my idol! :D

Jadi maklum kan kalo komentar yang dia simpan itu jadi sangat berharga untuk cepat-cepat kudengar? It will be a precious input for me and my life. And above all that, I just can’t stand being curious!! :D

 

So here we go... Cerita sebelumnya bisa dilihat di Menikah Muda Part 1, Part 2, Part 3 dan Part 4

*****

 

Sehabis keguguran, sebenarnya aku bisa mengatasi perasaanku dengan cukup baik. Umurku masih 20 tahun waktu itu. Mas Iwan juga baru 21 tahun. Akan masih panjang kesempatan untuk kami berdua. Bahkan, setelah beberapa bulan berlalu, aku mulai menemukan hikmah dari semuanya. Rahasia Allah yang ternyata memang untuk kebaikan semua (termasuk PASTI untuk “The First” kami tentunya).

 

Ritme kerja mas semakin menggila. Waktu yang kami habiskan berdua sangatlah sedikit. Waktu itu, dia sudah mulai merintis usaha berdagang paku. Tanpa modal, tentu saja harus dengan sistem “makelar”, membeli barang dengan bayar kredit selama 3 minggu untuk kemudian dijual kontan atau 2 minggu.

 

Dibantu satu orang teman kuliahnya, mas pun melakukan semuanya sendiri. Mengambil dan mengantarkan barang berupa paku, mur, baut, kunci pas, obeng, dll yang cuma beberapa dos sehari (maklum pengirimannya kan masih pake motor). Dia cerita bahwa tak ada pilihan lain, setiap hari dia HARUS berhasil menjual dagangannya, karena ada batas minimum pengambilan barang per bulan yang harus dipenuhinya kalau mau terus bisa membayar 3 minggu. Termasuk Hari Minggu! Kuliahnya di Teknik Sipil sedikit banyak membantunya mendapatkan pembeli, karena praktek tugas lapangan kebanyakan di proyek2 pembangunan. Dosennya pun tak urung akhirnya jadi pelanggan juga. :D

 

Disamping itu, ternyata kuliahku pun memasuki masa-masa sibuk luar biasa dan sangat menyita waktu. Jadwal penuh, tugas dan praktikum yang menumpuk tidak menyisakan banyak waktu lagi untukku. Aku tak membayangkan akan bisa memberikan perhatian penuh untuk keduanya kalau aku juga punya bayi.

 

Dulunya, aku selalu berpikir bahwa dengan tekad kuat dan manajemen waktu yang baik, seorang wanita akan bisa melakukan 2 hal ini sekaligus : kuliah dan menjadi ibu yang penuh perhatian. Ditambah pengetahuan tetek bengek tentang waktu (kualitas vs kuantitas), aku juga melihat banyak contoh wanita bisa menjalankan keduanya. Tetapi justru anak tetangga lah yang kemudian membuatku sadar bahwa ini tidak akan bisa berhasil untukku..Tidak akan pernah !!

 

Tetangga sebelah rumah mertua yang juga masih saudara kebetulan punya anak, usianya waktu itu sekitar 3 tahunan. Karena memang sangat menyukai anak-anak (ditambah baru saja keguguran), tak perlu waktu lama untukku menjadi dekat dengannya. Satu hal yang sangat hebat dari anak-anak adalah mereka tidak pernah mengenal istilah “bertepuk sebelah tangan”. Bagaimana kita mencintai mereka, maka seperti itulah mereka akan balik mencintai kita. Dia pun menjadi semacam “tergantung” padaku. Setiap melihatku berangkat kuliah, dia selalu merengek untuk ikut.

 

Saat itulah pelan-pelan tapi pasti aku menyadari hikmah dari semuanya...

 

Singkatnya, kalau saja waktu itu memang anakku ditakdirkan untuk lahir di dunia ini, maka tidak akan ada harapan SAMA SEKALI untukku bisa menyelesaikan kuliah !! Aku akan jelas-jelas memilih untuk drop-out saja daripada harus menghadapi perasaanku sendiri setiap melihat anakku dengan tidak rela melepasku pergi kuliah. Atau ketika harus terpaksa menyuruhnya bermain dengan orang lain ketika aku harus fokus menyelesaikan tugas-tugas dirumah.

 

Dan figur ayah... Aku saja waktu itu sering merasa nelangsa karena jarangnya bertemu dan menghabiskan waktu berdua dengan mas, masih perlukah anak kami juga merasakan yang sama?

 

No and absolutely NOT! Konsepku tentang sebuah keluarga tentu saja bukan seperti itu. Konsepku tentang keluarga bukanlah soal pertemuan yang “terbatas tetapi berkualitas”. Dengan alasan apapun, kerja atau kuliah! That would be not enough for me! Konsepku tentang keluarga, is all about WAKTU YANG BERKUANTITAS SEKALIGUS BERKUALITAS!!

*****

 

Jadi inikah rahasiaMu untukku, Ya Allah...? Semakin dalam kutemukan hikmahNya, tak terasa semakin sering kulantunkan Al-Fatihah untuk ruh anakku...semakin dalam rasanya sujudku menghujam ke hatiku...dan akupun semakin dalam merindunya, dia yang sedang menungguku di pintu surga... Ya Allah, sampaikanlah aku kesana... kumpulkan kami berdua kembali Ya Allah...

 

*****

Seraya menunggu untuk hamil lagi, maka akupun fokus dengan kuliah. Juga si mas, dengan kerjaannya (dan kuliahnya yang semakin dirasanya membosankan :D). Sampai sekitar pertengahan tahun 1998, Allah Yang Maha Kuasa sekali lagi menunjukkan kuasanya yang luar biasa kepada kami berdua.

 

Setahun sebelumnya, mas Iwan masih berjualan sekadarnya dengan motor. Secara ekonomi, bisa menutupi biaya kuliah kami saja, kami sudah sangat bersyukur dan merasa beruntung. Lantas, siapa yang bisa mengira kalau tahun 1998 itu, kami berdua berhasil membeli rumah sendiri ?!?!?!? Ya! Rumah mungil yang kami beli sendiri dan sampai sekarang kami tinggali ini adalah salah satu bukti betapa kalau Allah menghendaki sesuatu terjadi, maka terjadilah! Masuk akal manusia atau tidak, itu bukan hal yang penting lagi! (cerita tentang hal ini bisa disimak nanti di Part 6, insyaAlloh :D)

 

Tak terkira bahagianya kami berdua ketika pindah kerumah baru. Tanpa menunggu furnitur terbeli, kami pindah saja kesitu. Kamipun tidur di rumah yang masih melompong, beralas selembar karpet pinjaman mertua, berbekal TV kecil yang baru saja kami beli dan kompor gas kecil kado pernikahan dulu.

 

Duh masyaAlloh nikmatnya...it’s like we’re just married for the second time! Hanya tinggal berdua di rumah baru, rasanya kami berada dalam masa bulan madu kembali.

 

Bulan madu kedua ini ternyata juga tidak berlangsung lama, karena mas pun harus cepat-cepat kembali ke ritme kerjanya yang sekarang sudah bertambah parah. Jadilah aku melewatkan sebagian besar waktuku sendirian dirumah kami. Bener-bener sendiri! Terkadang, karena tuntutan pekerjaannya yang sekarang sudah harus melayani pembeli luar kota (bahkan luar provinsi), tiap 2 minggunya mas Iwan harus meninggalkan aku sendirian sampai 3-4 hari.

 

Ibu mertua berkali-kali protes karena mengkhawatirkan keselamatanku. Ibukku hanya bisa telepon sehari sejuta kali untuk memastikan aku baik-baik saja sambil selalu menelan kekecewaan karena tawarannya untuk mencarikan aku pembantu selalu kutolak. Aku tidak akan mengorbankan nikmatnya tinggal berdua dengan mempunyai pembantu! Lagipula, dari kecil aku selalu menikmati pekerjaan2 rumah khas ibu rumah tangga. Lama-lama aku pun menjadi biasa. Sibuk di kampus pagi sampai siang hari, mengurus rumah sore hari, dan dimalam hari, banyak kulewati sendiri (dari membaca, nonton tv sampai mulai berkenalan dan jatuh hati dengan internet).

 

Lama hidup seperti ini kujalani, sampai kemudian kusadari sudah 2 tahun berlalu sejak aku keguguran, dan aku belum juga hamil lagi. Selama itu, tak kurang sudah 6 atau 7 kali aku mengalami gagal hamil. Terlambat mens 2-3 minggu, dites hasilnya positif, tetapi 1-2 minggu kemudian luruh lagi dalam bentuk gumpalan2 besar yang mengerikan. Sangat melelahkan secara emosional, karena berkali-kali harapan kami yang membumbung ketika mengetahui hasil tes positif, harus sirna begitu kemudian luruh lagi. Lama-lama, tanda positif di testpack yang sering kami temui, tidak lagi membuat kami antusias karena takut berharap lebih untuk kemudian merasa kecewa lagi.

 

Aku menjalani bermacam-macam terapi, selama beberapa tahun itu sampe kemudian aku merasa cukup ketika setelah terapi hormon selama beberapa bulan, berat badanku jadi melambung sampai lebih dari 25 kilogram!

 

Aku mohon dengan amat sangat agar mas mengurangi waktu kerja diluarnya dengan mempekerjakan orang untuk membantunya. Alhamdulillah dia setuju, disamping memang waktunya juga dia fokus ke tugas akhir kuliahnya. Tak lama kemudian walaupun dengan susah payah berkubang darah (yang ini sih hiperbolic banget! Hihi), akhirnya tahun 1999 si mas menyelesaikan kuliah sarjananya.

 

Lepas dari perawatan dokter kandungan, aku tenggelam dalam cara alternatif. Dari pijat, terapi herbal sampai semua tips berhubungan ala apa saja kami coba. Nihil, aku tak juga kunjung hamil. 

 

Tahun 2000 kembali aku ada di persimpangan. Ketika baru saja proposal skripsiku diterima, aku sekali lagi termangu melihat tanda positif di test pack. Dengan berdebar kutunggu 2 minggu, 3 minggu, sampai kemudian USG menunjukkan bahwa aku berhasil melalui 3 bulan pertama yang mengkhawatirkan. Kami tenggelam dalam rasa syukur yang dalam, dan aku langsung saja ambil cuti kuliah (lagi?? :D).

 

 

Hari Kamis, 30 Oktober 2001, penantian kami yang panjang terjawab dengan lahirnya Abe... Lucunya, aku keguguran di hari Kamis akhir Oktober juga (1997). Sebuah kebetulan yang sedikit misterius ya? Hehe...

 

Skripsiku? Jangan tanya lagi, sudah pasti terbengkalai! Kini Abe-lah pusat duniaku dan tak kubiarkan terkorbankan sedetikpun walaupun demi menyelesaikan kuliahku yang cuma tinggal skripsi saja. Teman-teman seangkatan sudah pada lulus ketika itu, membuat semangat tambah melemas. Ketika aku hamil lagi 2 tahun kemudian, ancaman drop-out yang didepan mata pun sudah tak membuatku bergeming. Dorongan dan dukungan luar biasa dari suami-lah yang kemudian berhasil menyeretku ke ruang sidang skripsi.

 

Ketika aku resmi diwisuda Januari 2004 itu, aku sedang hamil Bea 6 bulan. Yang lucu ternyata aku sempat wisuda bareng teman seangkatan, bedanya dia S2 sedangkan aku baru S1! Hehe...dan karena aku masuk kuliah tahun 1995, maka berarti masa studiku hanya untuk jenjang S1 saja (termasuk cuti2 itu) adalah sepanjang 9 tahun!

 

Fuuuiiihhh... :D

*****

 

(bersambung...kontraknya tinggal 2 episode lagi nih :D)

 

39 komentar:

  1. walah panjang yah....tapi seru juga....

    BalasHapus
  2. wah, itu juga yang tadi kubilang pada diri sendiri ketika membaca ulang mbak...duh panjangnyaaaa.... :-S
    hiks...

    terimakasih sudah mampir anyway... :-)

    BalasHapus
  3. anak ke 3 annnnnnn ........

    BalasHapus
  4. asyik deh baca cerita nya ^_^

    BalasHapus
  5. Waduh mb Wahida, koq nama saya ikut terbawa ? (he..he..ini serangan balik ya..?) Jangan terlalu percaya dengan cerita saya lho.., ntar kalau kita ketemu mb wahida jangan-jangan kecewa berat. Lagian saya takut sekali dengan pujian ( I take your words as a compliment).., takut kalau jatuh bisa menyakitkan.

    Anyway, saya ikut terbawa suasana cerita mb Wahida. Subhanallah. Rahasia hidup, hanya Allah yang tahu.

    BalasHapus
  6. Terhanyut... Perjuangannya itu lho Mbak... Plus semangat untuk pantang menyerah, selalu bersyukur & yakin bahwa selalu ada hikmah, dan saling kasih dukungan...

    BalasHapus
  7. suykur alhamdulillah mba yah... setelah melalui masa sulit akhirnya terjawab rahasia Illahi yg indah untuk mba dan suami.... ;) terharu bacanya...

    BalasHapus
  8. pasti mbak..semua kejadian yg dianggap sedih atau musibah..dan juga kebahagiaan pasti ada HIKMAH nya !! Dan yg pasti kalo kita mau berlapang dada insya Allah jalannya juga mudah..amien ! Terbukti kan dapat Abe di hari yg tgl saat mbak kehilangan 'the first'. Subhanallah.. Allah pasti akan menggantikan dengan yg lebih baik kalo kita mau bersabar..!! Tetap semangat menulis..mudah2an postingannya bisa menambah wawasan buat yg lain yaaaa...

    BalasHapus
  9. Seru sekali ya, Tapi sungguh beruntung Mbk Wahida dan Suami tidak larut dalam kesedihan, malah bisa mengambil hikmah yang luar biasa di balik peristiwa itu.

    BalasHapus
  10. walaaaahh ternyata ada yg kelima toh?? tya hanyut ni bc ceritanya mbak...
    gak sabar nunggu yg keenam...8->

    BalasHapus
  11. anak ke-3, sebenarnya saya masih kepingin lia, tapi suami bilang sudah cukup, karena 2 kehamilan saya itu menyimpan cerita duka sendiri, dan sangat sulit sampai suami trauma...

    celakanya, keputusan suami didukug penuh oleh dokter kandungan, dokter anak, orangtua dan mertua, komplit semua, jadi posisi negosiasi saya jadi lemah nih hehehehe

    abe dan bea, tak henti hentinya kami syukuri kok...mereka sudah lebih dari cukup buat kita... :-)

    BalasHapus
  12. duh asyik deh kalo Lia menikmatinya...harapan saya dengan berbagi cerita ini semoga hidup saya sedikit berguna untuk diambil hikmah dan pelajarannya...amin :-)

    BalasHapus
  13. hihihi ini bukan serangan balik kok mbak...ini beneran...(beneran serangan balik maksudnya -loh??- hehehehe)

    dari semua orang, saya selalu bisa belajar sesuatu mbak, siapapun dia, tetapi dari orang-orang tertentu (termasuk mbak lily), ilmu yang saya dapat agak lebih banyak diatas rata-rata...so it's not just a compliment, it's a gratitude and my thankful for you, sister... *hug* :-)

    BalasHapus
  14. terimakasih La, komentarmu ini jangan dikira juga bukan dukungan bagi rumah tanggaku lho..this absolutely it! :-)

    BalasHapus
  15. iya ya mbak Tie, yang kadang sulit disadari adalah karena manusia mempunyai rencana sendiri dalam hidupnya, terkadang lupa bahwa Allah yang menentukan segalanya.. :-) terimakasih dukungannya mbak...

    BalasHapus
  16. terimakasih mbak lussy...saya juga belajar banyak dari hidup mbak lussy yang ditulis di blog mu itu... :-) mbak lussy lah salah satu bukti hidup bahwa kalau manusia mampu menemukan hikmah, sesulit apapun hidup, PASTI ada yang bisa kita petik hikmahnya...

    BalasHapus
  17. kalo kata suami, waktu itu kita sudah terlalu sibuk untuk merasa sedih, hihihihi thx ya Sita syang.. :-)

    BalasHapus
  18. kamu ini memang gampang terhanyut kok...jadi bukan salahku yeee :b hihihih makacih adik cantik..

    BalasHapus
  19. mbok yao kontraknya diperpanjang mbak..
    udah ga pa pa dibertele telekan dikit
    jangan ditamatin dulu dong...

    BalasHapus
  20. Saking penasarannya aku langsung baca ceritanya...pdhal biasanya kalo lg di luar rmh aku cm cek sekilas aja nanti baru dibaca bener di rmh he he he...Selalu ada hikmah dibalik musibah ya...Tp salut jg berani tinggal di rmh sendirian kalo suami pas gak ada...salut jg bs nyelesaiin skripsinya....Yg jelas aku tggu episode berikutnya...

    BalasHapus
  21. Saking penasarannya aku langsung baca ceritanya...pdhal biasanya kalo lg di luar rmh aku cm cek sekilas aja nanti baru dibaca bener di rmh he he he...Selalu ada hikmah dibalik musibah ya...Tp salut jg berani tinggal di rmh sendirian kalo suami pas gak ada...salut jg bs nyelesaiin skripsinya....Yg jelas aku tggu episode berikutnya...

    BalasHapus
  22. weleh-weleh mas Yudi...
    ini kok ada bapak-bapak penggemar sinetron ini gimana tooo??? :b

    BalasHapus
  23. duhhh mbak Irma..ada-ada saja nih hueheheheh... Nah kalo ditunggu begini jadi sinetron kejar tayang nih :D

    terimakasih banyak dukungannya ya mbakne... :-) *hug* (sstt...salam buat dimmy ya :D hihihi)

    BalasHapus
  24. kalo masih episode awal pengennya cepet cepet liat episode akhir
    tapi begitu mendekati episode akhir..
    jadi ga pengen berakhir (piye iki bosone mbulet)

    BalasHapus
  25. ngga nyangka kamu ternyata pemberani lho mbak. aku, kalo ditinggal suami 3 hari 3 malem sendirian dirumah baru, belum punya anak, paling udah yasinaan tiap malem, sambil mewek2... habis aku jerih poll! :D hihhiih...

    BalasHapus
  26. yah...memang bener-bener demam ala sinetron ki mas...heheheheh :b

    BalasHapus
  27. heh, jangan salah...selama itu ada beberapa kali kejadian "uji nyali" terjadi juga kikikikikik sekarang rumah kan udah rame, kalo ingat diri sendiri jaman itu aja aku juga heran..how did i sleep at night then??? :-S

    BalasHapus
  28. wah yg ini aja aku br smpt baca, eee wis keluar episode sambungane. Wah mbak wahida iki bnr2 deh, wanita pemberani. Wis tgl dirmh baru dewe'an, srg ditinggal suami bbrp hr, duuhhh kuat skali dirimu mbak...salut. Tp alhamdulillah ya akhirnya skr ada Abe n Bea, terasa bgt perjuangan untuk pny anak. Aku yakin, bhw Allah tahu kpn kita siap untuk menjaga titipanNYA, krn ksh sayangNYA,dtglah waktu yg tepat itu....bravo bravo. Saiki aku mau baca yg lanjutane yo mbak.

    BalasHapus
  29. eee tambahan dikit, liat foto Abe n Bea, yg Abe mirip bgt bpknya dan Bea mirip bgt ibunya, apa foto kecil mas Iwan n mbak wahida jg sprti mrk? ayo pasang donk mbak...pasti lucu,,,hehhee

    BalasHapus
  30. iya ya mbak Luki, manusia kalo punya rencana sukanya "ngeyel" tanpa tahu sebenarnya apa yang "terbaik" baginya menurut Sang Pemilik Hidup :-) terimakasih ya udah baca sampe ngrapel dobel2 rek...hueheheeh *hug*

    BalasHapus
  31. kata orang2 malah sebaliknya mbak, abe mirip aku sdgkan si bea mirip bapaknya...tapi yang jelas kalopun ada foto masa kecil kita berdua, posenya nggak akan seperti abe-bea ini mbak hahahahaha :D

    BalasHapus
  32. Subhanallah............9 Tahun mbak????
    mbak gigih sekali yah. :)

    BalasHapus
  33. gigih mbak??? :o apa nggak kebalik tuh..? 9 tahun bukannya berarti males2an kuliahe?? :D hehe...

    BalasHapus
  34. 9 tahun?.. wisuda dan 2 buah hati... kata iklan ini sih Kwerennnnnnnnnnn

    BalasHapus
  35. *gubrax* astaganaga.....baru kali ini aku dengar ada orang lulus S1 9 tahun tapi dibilang keren....

    *dada langsung diluruskan dengan bangga saking berbesar hatinya* i guess it's a thx, Bli... :-D

    BalasHapus
  36. biarkan saja jalan mencari ilmu di bangku kuliah itu panjang..
    karena ilmu kehidupan sudah kau dapat lebih banyak dengan pengalaman yang menguras jiwa raga.
    lebih bermakna dan berkahnya lebih terasa di masa mendatang.

    salut dengan perjuangan si Ibuk.
    ditempa banyak ujian sungguh mendewasakan hati dan pikiran ya..?

    BalasHapus
  37. ahhhh aminnnn Vienna....
    hanya bisa mengucapkan terimakasih, dan ini **hugs**

    :-)

    BalasHapus
  38. setuju..Rahasia Allah tak bisa diduga, tapi selalu sangat sangat indah :-)

    da, novelin ae tulisanmu!! aku sama ngebutnya dgn baca laskar pelangi lho :D

    BalasHapus
  39. walah hehehe
    kalo memang beneran jadi novel trus novelnya keluar, mbak henny beli ya?
    jangan lupa, anak buah mafia dan preman suruh baca semua
    siapa tau bisa jadi agak sentimentil hihi

    ahhhhhhhhh mbak henny ternyata beneran aluuuuuuuuussssssssss
    iku preman mung topeng wae ternyata hehehe

    BalasHapus