Minggu, 09 Desember 2007

Kharisma Ustadz Cholil, Waktu dan Rezeki Kita

Ada yang menarik terjadi di pengajian majelis ta’lim yang rutin dilakukan tiap minggu di kompleks kemarin. Ibu-ibu pada serius, beberapa ada yang menitikkan air mata (termasuk akulah jelas, hihihi bukan apa-apa lho, tapi hanya karena terbawa suasana saja kok *beladiri.com* :-D).

Sudah lama sebenarnya kami (aku dan suami) diam-diam mengagumi ustadz yang satu ini. Drs. Cholil Umam. Dia kebetulan salah satu tetangga di kompleks. Walalupun dari segi umur sudah agak jauh lebih senior dari kita, tetapi beliau ini teman diskusi favorit suami dan jujugan curhat dan konsultasinya setiap kali ada masalah di yayasan, secara beliau memang sangat terlibat dari awal mula kita gulung-gulung merangkak mendirikan yayasan (maaf bahasanya, hiperbola kumat! :-D). 

Lebih dari itu, dia adalah seorang ustadz yang –aku selalu bilang- gaya ceramahnya berkharisma. Nada bicaranya tenang (bahkan cenderung datar) dengan artikulasi jelas dan kecepatan yang pas (pokoknya sesuai deh sama teori public speaking yang 1 detik/kata itu hehe). Anyway, teknik memang bisa dipelajari ya, tapi kharisma ini yang tidak! Kharisma datang dengan dan dari cara yang tidak bisa dijelaskan asal mulanya. Tahu-tahu, kita semua sudah tersentuh langsung ke dalam hati, tertawan dan terbius oleh pesona si empunya kharisma tersebut. Karena hal mengagumkan inilah dulu aku kenceng menambahkan kata “Charis” di namanya Abe (semoga jadi doa buat dia, aminn). Loh kok jadi bahas Abe sih?? hihi

Ceramah Ustd. Cholil selalu begitu. Tiap beliau ceramah, tak ada ibu-ibu yang akan ngomong sendiri atau kusak kusuk antar sesama. Tak ada yang menguap karena bosan ataupun pura2 nulis di buku catatan padahal lagi coret2 ga jelas (ini aku sih, kalo lagi bosan :-D). Semua bakalan dengan syahdu mendengarkan kata-kata beliau dari awal sampai akhir. Walaupun tak bertebaran humor, tapi ceramah beliau selalu sangat menarik untuk disimak. Subhanalloh...Maha Suci Allah yang telah menganugerahi beliau dengan hal yang luar biasa ini...

Anyway...

Malam itu topiknya adalah rezeki. Beliau tanya, “Ibu-Ibu, rezeki datangnya dari mana?”

“Allah....” sahut Ibu-Ibu bareng dan kompak.

“Dari mana lagi?”

“Suami”....”Bos yang bayar kita”....”Tidak ada lagi, semua ya dari Allah”....”Dari tetangga, kiriman kolak maksudnya”.... Jawab ibu-ibu lagi, kali ini bareng tapi sama sekali tidak kompak, berhias cekikikan kecil pula. :-D

Kemudian ustadz pun melanjutkan.

Rezeki jelas datangnya dari Allah. Tetapi kita bisa mendapatkan rezeki lebih dari pihak yang lain lho. Oya? Iya. Pihak ini tak lain adalah diri kita sendiri! 

Contoh! Waktu. Berapapun usia kita, dari bayi sampai manula, semua mendapat jatah waktu yang sama dari Allah, yaitu 24 jam sehari. Tidak ada yang mendapat kurang atau lebih. Semua sama sampe ke jumlah detiknya. Tetapi ternyata, ada orang-orang yang mendapatkan rezeki waktu lebih banyak daripada orang lain. Kenapa begitu? Karena waktunya lebih BERMANFAAT daripada waktu yang dimiliki orang lain. Ketika orang lain memakai waktunya untuk keperluan dan kepentingan diri sendiri, orang ini menghabiskan banyak waktunya untuk membantu keperluan dan kepentingan orang lain (orang banyak). Ketika orang lain boros dan suka membuang-buang waktu, orang ini sangat hemat dan sangat memanfaatkan setiap detik yang dia punya. Ketika orang lain menjadi budak waktu, orang ini adalah pemimpin bagi waktu, manager waktu yang sangat efektif dan efisien. Maka rezeki waktunya lebih banyak, dan extra rezeki ini tentu saja datang dari dirinya sendiri! (MasyaAllah..langsung terpukul bel di otak ini, TENG!!..gitu...)

Contoh lain. Dua orang mendapat rezeki berupa uang nafkah 100 ribu sehari (misalnya). Tetapi ketika seseorang menghabiskan jumlah uang yang sama itu di tempat yang berbeda asas manfaatnya, maka sesungguhnya rezeki mereka pun akan berbeda pula. 

Begitu juga dengan semua hal lain yang kita punya. Dari anggota badan sampai ide dan pemikiran yang dikaruniakan Allah kepada kita. Dari ketrampilan memasak sampai berkah kesehatan yang kita punya. Dari semua hal yang dipandang baik dan hebat oleh kacamata manusia, sampai kepada hal-hal yang tidak penting bahkan dianggap hina dimata manusia. Semua tanpa terkecuali, akan BISA menjadi extra rezeki buat kita kalau dimanfaatkan di jalan Allah!

Kata ustadz, sungguh, inilah sebenarnya inti dari syukur. Dengan memanfaatkan segala yang diberi kepada kita dengan optimal dijalan yang baik dan diridloiNya, maka berarti kita telah mensyukurinya. Dan “Sesungguhnya kalau seseorang mensyukuri apa yang Aku (Allah) beri, maka akan Aku tambah nikmatnya!” La insyakartum, La ajiidannakum! 

Duuhhh...jadi ingat sebuah ungkapan. Time not goes by...it flies!

Waktu bergerak sangat cepat, jauuuh lebih cepat dari yang kita semua kira! Padahal, wa La inkafartum, inna ‘ adzaabi la syadiiid. “Sesungguhnya kalau seseorang kufur atas apa yang Aku (Allah) beri, maka sesungguhnya azabKu amatlah pedih!”

Astaghfirullah...

Tahu nggak? Sebagian besar waktu luangku selama ini, kuhabiskan di depan komputer. Internetan. Ngeblog. Dan sebagainya... Duhhhh semoga hanya manfaat jua yang kudapat dari ini, Ya Allah... Kalopun ada mudharatnya, *dan demi Allah, pasti ada! :-( hikss*.... semoga tidak lebih banyak dari manfaatnya... 

:-(

Ternyata bener juga yang selalu dibilang suami...ternyata, bersyukur jelas-jelas sama sulitnya dengan bersabar...

35 komentar:

  1. keknya pernah denger nama kiainya

    BalasHapus
  2. iya, kayaknya pernah denger namanya. btw, makasih ya sharingnya say. jadi serasa kena yonjok nih. hehehe

    BalasHapus
  3. hemm..dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada beliau..*maaf* namanya kan agak2 pasaran tuh :-D
    jadi bang nursamsu dengernya dimana hayoo...... :-)

    BalasHapus
  4. hihihi Leila juga nih, hayo pada denger dimanaaa??? :-D

    sama2, aku share karena aku juga merasa tertohok nih :-(

    BalasHapus
  5. tfs yah tulisan dan seperti dapat timpukan kesadaran setelah membacanya....

    BalasHapus
  6. ...hmmm...hakekat panjang umur...
    Umur ...berbeda dengan usia...Umur berasal dari akar kata 'a ma ra..yang berarti menekan ke dalam (memeras) untuk menghasilkan keluaran. ...oleh karenanya.. seseorang dikatakan mempunyai umur jika setiap satuan waktu dia telah mencurahkan segala daya untuk menghasilkan sebuah output kebaikan. Btw, ada kalanya seseorang yang telah berusia 40 tahun tetapi sebenarnya berumur tak lebih dari 5 tahun atau 5 bulan atau bahkan 5 hari, karena hanya usaha optimal untuk menghasilkan kebaikan itulah yang membuat umur akan senantiasa bertambah seiring dengan bertambahnya usia. Kebaikan-kebaikan kita, sampai menghasilkan sunnatun hasanah (perbuatan baik yg bisa dicontoh orang lain) akan menghasilkan umur yang semakin panjang pula.
    Akankah kita semua dikaruniai umur yang panjang ????.... waktulah yang akan membuktikan... semoga Allah senantiasa membimbing kita untuk menapaki waktu demi waktu sembari menyemai benih-benih kebaikan...semoga menjadi sunnatun hasanah....dan membuat umur kita semakin panjang.
    Fastabiqul khairoot...mari berpacu dalam kebaikan.

    BalasHapus
  7. amin....
    kurang lebih sama (pd jam kerja, malah!!)
    hiks2......aku jg jd malu nie...

    BalasHapus
  8. Duh tersentil nih... Memang rasanya masih buanyak hal bermanfaat yang bisa dikerjakan, cuma kadang alasan malas dsb itulah...

    BalasHapus
  9. .......pencerahan.........

    BalasHapus
  10. sama-sama mbak yusy...kita sama2 korban timpuk dong :-X

    BalasHapus
  11. aduh aminnnnn....

    sebuah penjelasan yang mengena mas...thanx berat!

    BalasHapus
  12. berbahagialah kita kalo memang masih punya malu Tya...dalam bayanganku, kata lain untuk "malu" adalah sama dengan "peringatan hati nurani" :-)

    BalasHapus
  13. yah...mungkin yang bisa kita lakukan setidaknya adalah meningkatkan asas manfaat dari apapun itu yang bisa kita kerjakan ya La...misalnya online ya gunakanlah sebaik mungkin untuk menimba banyak ilmu yang berguna, ya nggak? :-)

    BalasHapus
  14. Kenapa tiba-tiba nulis nama anak-anak, Mbak?

    BalasHapus
  15. makasih ya Da...kharisma manusia mmg muncul dari hati, itu ngga bisa otomatis dapet
    btw, jazakilLah tausiyahnya, mak nyer...selama ini aku suka melalaikan waktu.
    *kesentil oy, kesentil*

    BalasHapus
  16. makasih buat sharing ceramahnya mbak. Iya ya time flies by..entah kemana. serasa dikeplak nih kalo ngomongin waktu...hehehe emang dasar ibu rmh tangga, yo dirmh wae, internetan,chatting, that's the only way to communicate with my family n friends in Indo and over here.

    TFS

    BalasHapus
  17. tak pikir nyritain honda kharismanya ustadz mbak...
    kok aku jadi inget kharisma kreditan babe

    btw, semoga kita tidak terjebak rutinitas dalam memanfaatkan waktu. Amiin

    BalasHapus
  18. waduh jadi terasa kalo kurang banget bersyukurnya..
    (ampuni daku Tuhan)

    BalasHapus
  19. bel di otakku juga bunyi...TENG...TENG...TEEEEENGGGGGGG
    jazakillah khair untuk sharenya...

    BalasHapus
  20. memang bener mbak susah..

    BalasHapus
  21. Mbak Wahida ...Nona terlambaaaaaaat nich ! Jangan disrap ya...plis.... he he

    Makasih banget Mbak wahida...Emang banyak banget waktuku yg tersiakan...hiks

    BalasHapus
  22. Manusia memang jarang bersyukur bahkan suka lupa mensyukuri segala nikmatNya...bisanya minta terus ke yang di atas...........(lha jadinya ngaku nih.........)

    BalasHapus
  23. masyaAllaaahhhh.....hahahaha aku juga baru baca!!
    *siapa lagi kalo bukan yang empunya nama ini...*

    Abeeee......Beaaaa.....kemarin MP nya ibu kan ditinggal kebuka, diapain ajaaa????
    *wah Bea ternyata juga udah berbakat jadi komentator ini*
    :-D

    BalasHapus
  24. sama2 kak, ini sentilan buat aku juga :-(

    ternyata lama-lama postingan ini temanya jadi "mari kesentil bersama-sama" yaa... hihihi

    BalasHapus
  25. sama mbak, itu juga alasanku online, karena sahabat2ku pada banyak tinggal jauh, dan kalo dibandingin dengan *misalnya* jalan2 ke mall atau rumpi sana sini dengan tetangga, insyaalloh lebih bermanfaat....

    TAPI, kalo kita lihat wanita2 aktivis sosial yang hampir sepenuh waktunya habis untuk berbuat sesuatu untuk orang banyak, orang2 yang kurang beruntung, mereka2 yang sehari-hari jadwalnya padat dengan acara blusukan ke kampung2 miskin atau pedalaman....waahhhh rasanya kita ini kecil sekali dan waktu kita jadi agak2 terbuang gitu ya... :-(

    BalasHapus
  26. wekekekekekek ada-ada aja nih ardi *aku kan jadi sungkan sama babenya, dikirain ngingatin kreditan gitu..hihihi* :-D

    iya, biarpun rutin semoga itu memiliki asas manfaat yang tinggi ya Ar... :-)

    BalasHapus
  27. wah bersyukurlah kalo mas yudi masih merasa kurang bersyukur...itu tandanya di masa datang insyaalloh jadi lebih bersyukur lagi dari sekarang :-)

    BalasHapus
  28. hehe....sama-sama mbak wiwie.. ;-)

    BalasHapus
  29. iya Lia... :-(

    yah...semoga kita bisa berbuat yang terbaik yang kita bisa...Allah Maha Tahu... :-)

    BalasHapus
  30. hihihihi sedih deh mbak, kok sekarang aku jadi merasa jadi guru yang galak gitu ya? habis kasih tugas, sekarang ada yang takut disetrap hahahahaha :-D

    BalasHapus
  31. eh, jangan salah, perlu kematangan emosi dan spiritual tinggi agar seseorang mampu mengaku lho....dan ini sentilan juga nih buat aku mbak, huehehheh

    thx thx *hug* semoga kitsa selalu bisa meningkatkan rasa syukur kita, amiinnnn :-)

    BalasHapus
  32. bakat mbak Wahida menurun tuh......
    ck ck ck.............:D

    BalasHapus
  33. koyoke.... :-S

    BalasHapus