Jumat, 20 Juni 2008

Harap Tenang, Ada Ujian

Ini poster yang seminggu kemarin dipampang di tembok-tembok depan kelas di SD Al Hikmah. Dengan kelegaan yang diam-diam, aku pun mengucap syukur karena ternyata Ujian Kenaikan Kelas (UKK) yang pertama buat Abe, sudah selesai hari Kamis (19/06/08) kemarin.

Kenapa aku sebut kelegaan yang diam-diam??
Karena ketegangan sebelumnya juga setengah mati kubungkus menjadi ketegangan yang “diam-diam”.

Bukan rahasia lagi kalau musim ujian anak-anak menjadi saat yang sangat menegangkan bagi Ibu-Ibu (kalo Bapak2 sih jarang kayaknya ya :-D). Begitu menegangkannya, sampai mengakibatkan segala macam ganggaun kesehatan, dari jerawatan (nggak tahu, ada yang sampe bisulan juga nggak ya?) sampe segala macam gangguan pencernaan tujuh rupa (susah BAB, sama sekali nggak bisa BAB, terlalu lancar BAB, warna BAB berubah dari biasanya, tekstur BAB berbeda dari biasanya..halah banyaknya hehe). 

Sedangkan anak-anak yang menjadi pelaku ujian, seringkali malah bertindak sangat ironis. Mereka..cuek...santai...cool...dunia berputar dengan tenang... Atau lebih parah, mereka malah menunjukkan sikap malas-malasan, cenderung rewel dan susah nurut perintah. Dan mudah ditebak akibatnya, akhirnya kelakuan anak-anak ini dijamin bakalan bikin ketegangan di pihak Ibu2 tambah nyeng-nyeng lagi...hehe...

Ada seorang teman (sesama walimurid di sekolah Abe) yang mengaku bukan hanya gemas pada anak mereka, tapi juga gemas gara-gara melihat aku yang tampak santai-santai saja.

“Kok iso tho? Anake ujian tapi sik santai-santai wae??” (Kok bisa sih? Anak lagi ujian kok santai2 saja?)

Hmm...yang terjadi dirumah ini kebetulan memang agak beda dengan deskripsi diatas. Mungkin karena selama ini, alhamdulillah, urusan pelajaran Abe tidak pernah terlalu merepotkan. Dalam arti, nilai-nilainya selalu memuaskan. Dalam banyak hal, Abe sangat mengingatkanku pada masa kecilku sendiri, termasuk urusan belajar. Dulu aku juga tidak pernah punya waktu khusus belajar dengan cara berkutat dengan buku paket ketika dirumah, kecuali seputar PR (yang justru tidak dialami Abe karena sekolahnya Abe memang tidak memberikan PR buat siswanya, maklum sekolah fullday). 

Mungkin yang perlu aku luruskan disini adalah istilah buku paket >< belajar. Aku percaya bahwa selama aku bisa memberikan kegiatan yang baik dan berguna ketika Abe dirumah, maka intinya ketika itulah dia akan belajar. 

Memperlajari benda langit, tak harus dari buku paket IPA, tapi bisa dengan duduk-duduk bersama di teras samping sambil menikmati bintang dan main kartu kwartet bersama-sama. Belajar tentang matematika tak harus dari buku paket matematika, tetapi bisa dari bermain pasar-pasaran (jual beli) atau langsung membeli snack dan susu kotak di minimarket dekat rumah. Belajar fenomena alam, tinggal stel aja VCD Profesor Mrico trus nonton bareng2. Intinya, belajar tentang apapun dirumah (atau diluar sekolah), syaratnya satu : tidak dari buku paket. Kenapa? Karena toh Abe sudah seharian penuh berkutat dengan buku-buku paket ketika di sekolah. Rasanya kok dia sudah tidak membutuhkannya lagi dirumah ya. Selain itu, aku nggak mau waktu berkumpul kami dirumah yang sangat berharga itu habis justru untuk urusan buku paket. (Sekali lagi ini yang terjadi dirumahku, aku percaya bahwa setiap rumah akan mempunyai cara sendiri-sendiri yang dirasa terbaik sesuai dengan karakter keluarga dan anak-anaknya).

Sehubungan dengan topik diatas, ada satu cerita yang akan sangat relevan aku bagi disini. 

Dalam pertemuan rutin Majelis Silaturahim Walmurid Sekolah Al Hikmah bulan lalu, kami mengundang seorang ustadz yang juga psikolog dan kepala sekolah salah satu SD Islam terkemuka di Sidoarjo. Namanya Ustad Choirus. Tema bulan itu memang kami setting sesuai moment bulan-bulan ini : “Berkelit dari Stress Ketika Menghadapi Anak Ujian”.

Ustad Choirus cerita, ketika pertama kali menjabat kepala sekolah dulu, dia membuat satu kebijakan yang cukup kontroversial. Dia memutuskan untuk TIDAK membagikan jadwal Ulangan Tengah Semester (UTS) kepada walimurid. Jadi walimurid diusahakan tidak sadar, tidak ngeh, kalo minggu itu berlangsung UTS di sekolah. Apa hasilnya? Ternyata menurut cerita beliau, rata-rata nilai UTS anak-anak itu mengalami kenaikan yang cukup signifikan dibanding UTS semester sebelumnya. Tapi yah, karena memang kontroversial, orangtua kemudian melancarkan “protes” dan meminta agar jadwal UTS anak-anak selanjutnya dibagikan saja! 

Bottomline, ada dua poin yang disampaikan Ustad Choirus hari itu.

Pertama, beliau percaya, bahwa ketika orangtua (terutama Ibu) mengalami ketegangan menjelang anaknya ujian, itu akan berdampak sangat luas. Suasana rumah akan berubah (jadi lebih tegang tentunya), dan perubahan ini akan mempengaruhi cara semua orang bersikap. Ini sudah dibuktikan oleh banyak penelitian psikologis, stress mepengaruhi perilaku manusia. Si Ibu mungkin menjadi lebih sensitif, agak lebih mudah ngomel, dll. Si bapak mungkin ikutan tegang (karena liat si Ibu sensitip, hihi), apalagi si anak. Radar anak-anak akan langsung menangkap perubahan suasana ini, dan akhirnya menjadi beban tersendiri buat dia. Kata ustad, beban yang dirasakan anak-anak bisa-bisa sangat besar, jauh lebih besar dari yang kita semua kira. Dan beban berat ini bisa-bisa akan menjadi efek yang unproductive dan menghambat bagi kinerja otak (dan yang paling penting, kemampuan recall memori) ketika hari-H ujian.

Kedua, (yang ini agak-agak pelajaran tasawuf gitu deh hehe) Ustad Choirus percaya bahwa kata-kata adalah doa, dan doa yang paling dahsyat adalah doa seorang ibu untuk anak-anaknya. Jangankan kata-kata yang keluar dari mulut, yang masih ada di dalam hati pun, bisa menggoyang ‘Arsy Allah untuk segera terkabulkan. Percaya atau tidak, ketika hati si ibu penuh dengan kata “jangan-jangan” (jangan2 si eneng nggak akan bisa jawab, jangan2 si otong dapet angka merah, jangan2 si genduk nanti nggak naik kelas, dll dll), maka itu akan menjadi energi yang terkumpul dan tanpa sadar melayang keatas ‘Arsy Allah menjadi sebuah doa.... Nah loh!!

Oya, balik lagi sama poster diatas... 

“Harap Tenang, Ada Ujian”

Jadi mikir. Sebenarnya sekolah pasang poster ini kira-kira untuk siapa ya2?? Anak-anak (biar nggak rame dikelas)??....atau...Ibu2nya...?



56 komentar:

  1. walau tau segudang teori untuk berpikir positif, untuk ngga setress,
    mau ngga mau kriteria nilai MINIMAL batas lulus ujian itu
    yang MENGACAUKAN segalanya Da *curhat colongan*

    kalau anak2 masih periode ulangan (kls 1-5), aku masih tenang, Alhamdulillah,
    tp kemaren hiks *ngelap ingus dan airmata* pas ujian SD, duh senewennya.
    Pengumuman besok niy nte Wahida, insya Allah semua baik2 aja ya

    BalasHapus
  2. Syanti Dewi Erawati20 Juni 2008 pukul 05.55

    xixixiiiii kayanya buat ibunya tuh mba ~_^

    BalasHapus
  3. heheheheehhe jadi inget pas hari terakhir kemarin....waduh aku sampe possssingggg....itu karena beberapa hari sebelumnya ibuuk menampakkan kecuekannya.....dan adel sangat bersemangat ujian karena dia bisa "pulang siang"...coba!!!!....pas hr terakhir aku nyoba inget2in adel ttg bahan matematika ...alamaaaakdia bener bener cuek ....mosok belajar, dia nyanyi "I Be Com Som Tem" sambil kotekan......glek!!!! aku mau marah gak bisa coz liat ekspresi dia nyanyi...jadi malah ngakak....yah udahlah *pasrahhhhh*..beibeh

    BalasHapus
  4. dian mardi safitri20 Juni 2008 pukul 08.00

    ssssttttt.... aku gak brani komen banyak-banyak.... soalnya kan ada ujian... (opo hubungane yooo?)

    BalasHapus
  5. Emang ujian Akhir Semester (dan yg berbau ujian sekolah) bikin puyeng...wong aku jg jdnya baru kemarin malem buka MP setelah sekian lama krn Dimmy ulangan... tegang, sampe2 kalo malem suka kebangun mikirin ujian....gimana lagi..yg penting udah belajar & berdoa...sisanya pasrah..........

    BalasHapus
  6. Muslimah Sholehah20 Juni 2008 pukul 08.20

    Mudah mudahan sukses deh...
    jangan pucing pucing ya mba...
    Ssssstttttt ada ujian jangan brisik.......

    BalasHapus
  7. pingin d kayak gini mbak...
    tapi ibunya kan harus pinter dan kreatif (kayak mbak wahida :D ), mampu & jeli menghubungkan ayat-ayat kauniyah dengan pelajaran di sekolah ...
    biar otak anaknya yang "bergerak" jadi terbiasa berfkir kritis dan sistematis bukan pinter karena hapalan ...

    mmh bisa ga yaaaaaa?......
    *sambil elus- elus perut ... membayangkan masa depan anaku kelak :)

    BalasHapus
  8. Rosalina Zulkarnain20 Juni 2008 pukul 09.56

    Aduuuhhh...giliranku tahun depan nih Mbak..:D

    BalasHapus
  9. wahida ariffianti20 Juni 2008 pukul 15.29

    iya kak Mia, pikiranku juga sama, sekarang saja aku masih bisa santai karena Abe masih kelas 1 dan memang belum menemui kendala berarti dalam pelajaran... tapi nanti nanti, siapa yang bisa menjamin?? **curhat berbalas curhat**

    oyaaaaa pengumumannya besok yaa?? begitu keluar, kabarin aku via sms ya Kak... aminnn insyaAllah apapun hasilnya, itu yang terbaik... **hug buat A dan Ummi**

    BalasHapus
  10. wahida ariffianti20 Juni 2008 pukul 15.29

    hehehe iya nih Teh, habis yang paling senewen memang para ibu...anake biasanya cuman cengar-cengir cuek...

    BalasHapus
  11. wahida ariffianti20 Juni 2008 pukul 15.31

    hahahahahaha dadi ibuke Adel, jurus terampuh koyoke kuwi....pasrah..**hihih** kalo nggak, bisa serangan jantung kita hueheeheh

    eh, tapi akhirnya gimana? konek nggak pas ulangan matematikanya? :-D

    BalasHapus
  12. wahida ariffianti20 Juni 2008 pukul 15.32

    nah..ini dia ibu yang tenang...**wekekekeek**

    mbak dian bu dosen sih, kalo anake ulangan pasti bisa tenang, kan udah biasa menghadapi mhs2 ujian...tul nggak mbak? ;-)

    BalasHapus
  13. wahida ariffianti20 Juni 2008 pukul 15.34

    wah suka terbangun malam2 juga ya Mbak e? hueheheh

    betul mbak...sisanya pasrah... **apalagi mbayangin Dimmy kan cuek juga modelnya??** hehe...

    BalasHapus
  14. wahida ariffianti20 Juni 2008 pukul 15.34

    iya ssssttttttt :-D

    BalasHapus
  15. wahida ariffianti20 Juni 2008 pukul 15.36

    insyaallah semua ibu pasti kreatif La, siapapun itu, kalo nggak gimana harus cari cara nenangin anak ketika rewel, membujuk anak ketika nangis, jadi modal itu semua ibuk sudah punya huehuehheu

    **apalagi ambu sepintar Rela, insyaallah pasti bisa :-)

    BalasHapus
  16. wahida ariffianti20 Juni 2008 pukul 15.37

    hahahahahahha
    tenang mbak, Shafiya kan anake pinter...jadi mamanya boleh tenang deh... :-)

    BalasHapus
  17. Aduh enak bisa santai ...anakku kalo nggak belajar nanti nyalahin aku "mama sich nggak ngajarin" diajarin susah bgt konsentrasinya nyaris membuat aku stroke

    BalasHapus
  18. aku juga membagikan pengalaman pertemuan kemarin ke mb Itho', hasilnya..lumayan ..dia bisa lebih santai menghadapi anak2nyabelajar tanpa tekanan berarti. tapi secara diam-diam dia sms aku dan bilang kalau dia sekalor (pusing). lain dg mbSisil, dia kehabisan suara. aku....hhh...nggak ada dampak apa-apa karena Shafa eneg belajar. jadi kesimpulan dari hasil pertemuan dg ustdz Choirus kemarin adalah...

    secara diam-diam ibu-ibu *santai tegang* berwajah PO berhati TAY LUNG menghadapi UKK anak2nya.

    BalasHapus
  19. wah untungnya dah selesai ulangan semester akhir tuk Zahra ...
    anaknya yg ujian emaknya yang stress ...padahal kalo ditanya setiap abis ulangan ... pasti jawabnya ... ah gampil, tenang aja bu ... lumayan bisa ...
    tinggal nunggu raportnya aja nih ...

    BalasHapus
  20. wahida ariffianti20 Juni 2008 pukul 19.24

    hahahaahahahah **mbayangne wajae Pasya ae aku wis ngakak**

    itu berarti 2 hal : dia pintar dan sangat mengharapkan perhatian hihihihih

    BalasHapus
  21. wahida ariffianti20 Juni 2008 pukul 19.27

    hahahaahahha kita jadi serigala berbulu domba ya???

    eh tapi gpp, kan yang penting anaknya nggak ngerasa kalo ibuknya lagi jadi serigala...kecuali bulu2 dombanya banyak yang bolong alias akting nya banyak yang bocor hihihih

    BalasHapus
  22. wahida ariffianti20 Juni 2008 pukul 19.28

    tuh kan? anak2 kita sebenarnya anak pintar, tapi kenapa kita susah banget percaya sama mereka ya? :-D

    - kata Ust. Choirus

    BalasHapus
  23. gak tau....*tetep pasrah*

    BalasHapus
  24. Kalau aku kemarin jadi saksi gimana tegangnya mama, Mbak. Sementara adikku, yah, jauh lebih cuek dan santai kelihatannya.

    BalasHapus
  25. wahida ariffianti20 Juni 2008 pukul 23.12

    hahahaahahaha

    BalasHapus
  26. wahida ariffianti20 Juni 2008 pukul 23.13

    ternyata tak hanya berlaku untuk yang golongan umur 5-10 tahun ya La, usia remaja juga..?? huehehhe
    tapi syukurlah akhrinya sukses kan?? :-)

    BalasHapus
  27. Ujian semester ini bapaknya kebagian juga mendampingi anak-anak belajar.... (mamanya sedang pisah kota).... tapi sepertinya memang beda.... anak-anak teh sangat cuek dengan konsentrasi belajarnya..... (malahan kebanyakan jeda istirahatnya)..... ya mau bagaimana lagi..... mudah-mudahan saja hasilnya tidak jadi ngedrop.... (takut disalahkan.... ) ....... maaf.... berisik ya? ya udah.... lain waktu saja kalo posternya sudah dicopot.....

    BalasHapus
  28. wahida ariffianti20 Juni 2008 pukul 23.24

    Naahhh Bapak2 yang satu ini memang luar biasa kan??? :-)

    BalasHapus
  29. "Elly Lubis" Elly Lubis" Elly Lubis"21 Juni 2008 pukul 00.16

    Al hikmah teh yang di deket jalan porong bukan sih, mbak?

    BalasHapus
  30. wahida ariffianti21 Juni 2008 pukul 01.16

    bukan Elly, yang deket Jl.Porong itu Al Falah...
    Al Hikmah ada di daerah Gayungsari, lebih dekat dari rumah pakde mu :-)

    tapi kabar sejarahnya, kedua sekolah itu dulu asalnya "sekandung"

    BalasHapus
  31. wahida ariffianti21 Juni 2008 pukul 06.22

    waaaaaahhhhhh kalo venit sih dibawa santai juga...naga2nya nilainya bagus mbak.... :-)
    insyaallah ya... :-)

    BalasHapus
  32. Mungkin baru agak longgar setelah anak-anak kuliah nanti Mbak, buktinya waktu IPku dulu turun ortu ternyata ayem aja :D.

    BalasHapus
  33. Ibu Ranger Harley21 Juni 2008 pukul 17.45

    gw siap2 deh nih... ^^;;

    BalasHapus
  34. wahida ariffianti22 Juni 2008 pukul 01.32

    mungkin ya La...
    yang jelas pola yang diterapkan ortu kita kepada kita, biasanya secara nggak sadar akan kita terapkan juga ke anak-anak kita nantinya **ada penelitiannya dulu, lupa aku**

    dipikir-pikir kejadian juga sama aku, bapak ibukku dulu selalu santai juga tiap aku mau ujian... :-)

    BalasHapus
  35. wahida ariffianti22 Juni 2008 pukul 01.32

    **menepuk-nepuk bahu Harley sampe batuk2**

    gud lak ya mpok...

    BalasHapus
  36. keknya peringatan itu buat ibu2nya deh.. mengingat ibu2 yg lebih heboh hehe.
    kenaikan kelas aja bikin jerawatan yah... gmn anaknya menghadapi UAN? *ngeri2 ngebayangin nanti kl anakku dah SMP*

    btw, salam kenal mbak

    BalasHapus
  37. rakhma prefer ma22 Juni 2008 pukul 09.52

    wah ini betul banget.. adekku sih mbak.. ujian nggak ujian gitu itu nggak pernah belajar.. sedangkan mamiku memang tegang, nyuruh2 belajar, dll..
    tapi ya adekku sama aja gitu itu..
    pernah sih mamiku nggak nyuruh adekku belajar, aku malah negur mamiku,"bu, itu si Aziz (adekku) suruh belajar"
    mamiku dg entengnya bilang,"ra sinau yo bijine apik, kok"
    eh mamiku nyantai jg ya??:-)

    BalasHapus
  38. rakhma prefer ma22 Juni 2008 pukul 09.55

    klw bapak sy santai..hehehehhe. :-)

    BalasHapus
  39. wahida ariffianti22 Juni 2008 pukul 16.28

    halo mimin, salam kenal juga, thx ya invitationnya, senang sekali n udah di accept tuh ;-)

    iya, dalam hati aku juga harap-harap cemas menyongsong tahun-tahun mendatang -cielaahhh bahasanya hihi- yahh semoga sampai nanti bisa mempertahankan diri dari yang menambah beban anak2...amiinn God speed... :-)

    BalasHapus
  40. wahida ariffianti22 Juni 2008 pukul 16.30

    wah kasusnya sama kaya abe berarti Ma..
    hihihi salam buat Om Aziz dari Abe ya :-D

    BalasHapus
  41. wahida ariffianti22 Juni 2008 pukul 16.31

    hahaha saluuutttt...hebat ya..? susah lo ada laki-laki yang bisa menjadi "sungai yang tenang" saat tiap hari digempur "angin badai" gini :-)

    BalasHapus
  42. Siiip. Tambah pinter wae bocah iki Rek !!
    Thx 4 sharing
    Alhamdulillah anak kami yg pertama juga santai-santai aja ketika ikut test :) bahkan mungkin dianggap kayak bermain aja :)

    Dari ayah yg lagi kagum ketika melihat langsung anak PD sekali tampil di pentas akhiru sannah (perpisahan TK) sebagai Raja Sulaiman ..... :)
    Tak kukira si kakak bisa cool kayak gitu :)

    BalasHapus
  43. Agung Dyatmika Eka Nugraha23 Juni 2008 pukul 18.17

    Bisa dicoba nih untuk Reta 3 tahun lg....

    'Jadi mikir (lg) kenapa yah kok ibunya Abe dulu nggak lulus-lulus :-D'

    BalasHapus
  44. wahida ariffianti23 Juni 2008 pukul 19.13

    aduuuhhhh jadi Raja Sulaiman pasti seru sekali itu mas Iik!! :-D semoga Akyas jadi anak sholih ya...
    iya, si kakak cool mungkin iru umminya kali mas :-b
    hihihi

    BalasHapus
  45. wahida ariffianti23 Juni 2008 pukul 19.14

    selamat mencoba :-)

    hahahaahahha
    tanya saja sama Bapaknya Abe! :-b

    BalasHapus
  46. bukan hanya untuk ujian sekolah...bahkan untuk segala hal dalam rumah tangga...kuncinya memang satu...Buat kondisi ibu nya anak anak dalam kondisi senang, nyaman karena hal ini akan berdampak terhadap segala aktifitas di rumah. .... (hmmm denger tuh para suami !!! buat kondisi istri anda merasa senang nyaman dan tentram, pasti akan menebar kecerahannya ke seluruh penjuru rumah !! )
    termasuk di dalamnya menyediakan tenaga yg bisa membantu meringankan pekerjaan ibuk-ibuk
    ...
    ...
    ...



    .........termasuk menyediakan yg 'sekaliber' ibuk yach mas Iwan :) ....kedip-kedip

    BalasHapus
  47. wahida ariffianti24 Juni 2008 pukul 03.43

    iya tuuhhhh **semangat**

    ...
    ...
    ...

    oh ya! si mbak Pin memang berbadan besar juga lho, "sekaliber" ibuk!! huehuehheu asyik kann??? **amazing, apa Om IIk kenal ya sama mbak Pin? kok tau?? hehehe

    BalasHapus
  48. HARAP TENANG ADA UJIAN.

    ini tenang dalam pengertian apa ya mbak, kira2? tenang = tidak bersuara keras. atau tenang = jgn cemas dan gelisah??

    hehehe....

    BalasHapus
  49. wahida ariffianti26 Juni 2008 pukul 03.10

    hehehehe ya itulah maksudku Tik... :-D

    BalasHapus
  50. ha..ha...bener 100 %. Anak-anak ujian, yang juga stress adalah ibunya. Tapi saya setuju dengan apa yang dikatakan Ustad Choirus, stress ibu...justru bisa mempengaruhi emosi anak. Ujung-ujungnya anak juga ikut stress.

    Trims sharingnya ya..mb Wahida. Berbagi pengalaman Insya Allah juga akan meningkatkan ilmu kita menjadi orangtua. Amin. Big hug..

    BalasHapus
  51. wahida ariffianti30 Juni 2008 pukul 18.50

    sama-sama kak Lily...kak Lily juga "buku" bagi saya, tempat belajar banyak hal :-) big hug baack

    BalasHapus
  52. psikologi juga ya mbak?aku juga ni, psikologi undip :)

    BalasHapus
  53. wahida ariffianti17 Juli 2008 pukul 05.07

    really???
    what a nice...iya, aku dari unair, angkatan 95...pantesan kamu ngeh bhs jawa hehehe
    angkatan berapa??

    BalasHapus
  54. iya....angkatan 99 hehee...asli yogya mbak....:P, nice to know you too...

    BalasHapus
  55. wahida ariffianti17 Juli 2008 pukul 15.45

    oooo new yorker tho... hehehe

    BalasHapus
  56. assalamualaikum....
    mampir yuk ke siteku, ada cupcake lucu2 & cantik, cookies hias, tumpeng, dll buat ultah si kecil, perayaan dsb...

    BalasHapus