Kamis, 01 Januari 2009

Berkacamata (Banyak)

Sudah banyak yang tahu kan kalo sudah 2 minggu ini aku berkacamata (lagi). Dari umur 17 tahun sebenarnya aku berkacamata karena mata kananku minus 0,25. Setahun kemudian, ternyata mataku kembali netral dan dengan senang hati aku melepas kacamataku. Beberapa tahun lalu, ternyata minusnya datang lagi, masih dalam level 0,25. Tapi kali ini aku bandel, gak mau pake kacamata. Terakhir ketika periksa lagi 3 minggu lalu, ternyata ada silindris. Akhirnya aku menyerah, dan siapapun yang berkacamata pasti tahu bahwa 2 minggu sampe sebulan pertama adalah bagian adaptasi tersulitnya. Kepala sering banget berat dan pusing kalo beberapa waktu memakai kacamatanya. Belum lagi iritasi di kulit wajah, bikin intensitasku lepas kacamata dan mengusap2 wajahku tak masuk akal seringnya. Ugh...

 

Speaking of which, nggak enak memang berkacamata. Tetapi dalam hidup adalah sebaliknya. Melihat segala sesuatu, harus pake kacamata yang banyak! Nggak boleh hanya pake satu kacamata saja. Hal ini sudah lama kupelajari dan terlintas kembali tadi malam, ketika aku dan Mas Iwan “terpaksa” keluar pada malam tahun baru, untuk membeli sesuatu di supermarket.

 

Malam tahun baru di Surabaya kemarin basah oleh hujan. Seperti biasa, tak pernah ada yang khusus di malam tahun baruku. Hampir seumur hidupku malam tahun baru berarti 2 hal : nonton TV atau tidur dirumah. Oleh karena itu, seringkali keriuhan tahun baru yang terjadi diluar sana sama sekali tak terlihat jelas dari “kacamata”ku, tak kumengerti esensi dan intinya.  

 

“Lihat deh mas, aduhhh hujan-hujan begini lho padahal” seruku gemas ketika kulihat tadi malam, bahkan jalanana depan kompleks perumahan pun macet. Padahal waktu itu masih sekitar jam 20.00 WIB. Disekitar mobil kami, sarat kulihat banyak sekali sepeda motor. Bukan hanya mengangkut penumpang, tapi juga pernak-pernik tahun baru macam terompet. Bukan hanya orang dewasa, tapi juga kulihat banyak keluarga yang nekad membawa anak-anak kecil (kadang 2 anak dan akhirnya 4 orang itu berdesakan di sepeda motor), dibawah guyuran hujan bahkan kulihat beberapa duduk di motor begitu saja, tanpa jas hujan atau sekedar ponco untuk melindungi dari basah. Itu baru di jalanan depan kompleks perumahan lho! Untunglah supermarket yang kami tuju masih jauh dari pusat kota, nggak tahulah seperti apa keadaan di downtown metropolis Surabaya malam itu. Hemm...perayaan malam tahun baru...dalam kacamataku, jelas sangat overrated!

 

Tapi...

Satu kacamata (yaitu kacamataku sendiri) tentu tidak cukup memandang kehidupan. Sekali lagi, sudah lama aku belajar akan hal ini. Sedetik setelah aku berseru gemas, aku langsung teringat kejadian lama, kalo tidak salah sekitar tahun baru 1996 (aku ingat karena waktu itu aku masih kos, belum menikah). Malam tahun baru pertamaku di tempat kos (karena pertengahan 1995 aku mulai kuliah), sekaligus yang terakhir (karena Mei 1996 aku menikah). Adalah Mbak Sri, penjaga kos kami yang waktu itu “memberikan” aku kacamata baru. Mbak Sri orangnya rajin kerja, tetapi banyak omong, lumayan genit dan memang seringkali menjadi sasaran ledek2an kami para anak kos. Malam itu aku geli sendiri demi melihat persiapannya menjelang perayaan malam tahun baru. Setting baju berwarna ngejreng dan make-up full action (pokoknya tergolong dalam usaha yang terlampau keras dan berlebihan, hanya demi untuk tampil cantik), rupanya dia sudah janjian dengan beberapa temannya untuk melihat pawai tahun baru di jalan-jalan protokol di Surabaya naik sepeda. Tak tanggung-tanggung, dari kawasan kost ku waktu itu didaerah Kertajaya, dia dan geng bertekad akan mancal sepeda melihat perayaan dari Kertajaya-Ngagel-Darmo-Wonokromo sampai ke sekitaran Bundaran Waru (baca : jauhnyaaaa!!).

 

“Mbelain banget sih mbakk??” seruku keheranan, setengah protes karena malam itu sekali lagi aku tak habis pikir dengan orang-orang ini, yang pada heboh tiap malam tahun baru. Apalagi itu malam tahun baru pertamaku di Surabaya, terus terang anak udik ini pun sedang keheranan, tapi dengan cara yang lain. Bukan heran takjub atas kemeriahannya, tetapi malah heran betapa banyak yang dibela-belain banyak orang hanya untuk sebuah perayaan. Jawaban Mbak Sri berikutnya, selaksa godam batu raksasa menghantam langsung di kepalaku. Begitu aku sadar, ternyata kacamataku sudah bertambah satu, dalam melihat kehidupan. Kacamata dari Mbak Sri...

 

“Yahhh kalo orang-orang seperti Mbak Wahida gini memang sudah nggak perlu hiburan. Hidupnya sudah enak tak ada kekurangan. Mau beli ini itu bisa, mau punya teman bergaul yang seperti apa juga gampang dan banyak. Lha kalo saya ya lain mbaakkk....Ini mumpung ibu ngasih ijin libur, malam tahun baru begini, saya pingin bergembira!!”

 

Hiburan...

Ya..tiba-tiba ada suatu pencerahan di kepala dan hatiku waktu itu. Sadar atau tidak, semua orang memang perlu hiburan. Sesuatu yang bisa membuat kita senang walaupun harus dibayar dengan badan capek. Yang bisa menyuntikkan sedikit semangat pada hati kita dalam menjalani hidup ini.

 

Bagiku, itu mungkin ketika selesai membaca halaman terakhir sebuah buku. Atau kalau sekarang, mungkin seperti ketika disaat-saat seperti ini, ketika aku nyaris sampai pada akhir sebuah tulisan. Atau ketika aku akhirnya terduduk lemas capai dibelakang panggung, ketika suatu event selesai dengan lancar, di tempat yang sama sekali tak terlihat oleh penonton didepan panggung, tetapi dengan senyuman puas dibibirku. Banyak orang yang sudah mengungkapkan keheranan, buat apa aku menjadi orang paling capek padahal terkadang justru orang lain yang dilihat oleh para penonton. Tapi bagiku, bagi kacamataku, itulah hiburan buatku... Dan seperti Mbak Sri, rasanya aku rela melakukan banyak hal yang banyak orang lain malas melakukannya kan??

 

Kacamata baru...

 

Seiring bertambah umur, rasanya kacamata kita memang harus lebih banyak ya. Dan harus lengkap versinya, dari yang minus sampe yang plus, yang silindris bahkan kalau perlu kacamata kuda! Dengan begitu kita bisa menerapkan salah satu falsafah Jawa untuk tidak gampang “nggumun” pada orang lain. Tidak gampang berkomentar seenak udel kita sendiri ketika melihat ada orang lain yang beda dengan kita, karena sebanyak apapun yang kita tahu tentang sesuatu atau seseorang itu, sesungguhnya jauh lebih sedikit daripada yang kita tidak tahu.

 

Ternyata, berapapun umur kita, kita masih perlu banyak kacamata lagi untuk bisa melihat kehidupan ini seluas yang sesungguhnya...

70 komentar:

  1. *gubrak*
    Aku barusaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan aja kriyip kriyip mencoba membaca huruf kecil2 yg biasanya bisa terbaca....kini....tidak lagi....hwaaaaaaaaaa.....baru saja aku mikir2 untuk makai kaca mataku lagi yg seringnya aku tinggalin di mana mana..literally aku punya banyak kacamata krn ketinggaln di mana mana :P.....ahhhh....memang jeng wahid....udah tua gini..susah jika melihat semuanya dengan mata telanjang...lha pakai kacamata sendiri saja tetep nggak pas kok.....
    :P

    BalasHapus
  2. sejak SMA aku dah pakai kacamata ..minus 0,25 dan 0,5 ...silindris juga ....hihihihi...tapi males pakainya....*sigh*
    makanya kadang aku dikira sombong sama orang....soalnya kl ada org lewat dadah2...suka gak ngeh...lha gak kelihatan kok...hehehe

    BalasHapus
  3. Kacamata sekarang cute2 bgt mbk.ampe pgn ngebeli semua.tp aku lg ngincer lensa uv y berubah warna jd biru kalo panas,he4x.btw mbk,kok keknya
    Kc matanya agak kurang cocok di profile wajahnya mbk wahidah.apa cuma efek aku ngeliat dr hp jd kurang jelas yak..

    BalasHapus
  4. Ternyata ada yg sama hehehe........aku juga sering dikira sombong, mending dadah dadah masih keliatan Les, biasanya aku tuh ngga bisa ngliat orang yg senyum krn lg gak pake kacamata...alhasil aku selalu pura2 nunduk dulu..kalo udah berasa deket baru ngliat.

    Pernah aku dgn sok tau (lg di depan rumah) senyum ama ibu2 yg pake jilbab dan putih, krn di deretan rumahku yg berjilbab dan putih cuman satu orang yaitu ibu X dan aku langsung nyapa : Eh tante dari mana ? (krn dia jalan dr arah yg berlawanan dari rumahnya)...............pas udah deket ...mati aku..ternyata aku menyapa orang yg salah..ternyata beliau ini tetangga juga tp jarang datang ke rumahnya sini dan memang dia berjalan dari arah rumahnya entah mau kemana...dan biasanya dia aku panggil "bu"...** aku cuman nyapa tante ke ibu X, ke ibu2 yg lain yg lebih tua (seumuran ibu I) aku selalu manggil dgn sebutan ibu.................Duh ketauan kan mata ini parah banget.........

    BalasHapus
  5. Kebetulan di kompleks perumahanku ada danau yg seringkali dijadikan tempat nongkrong, foto, ataupun shooting. Aku seringkali bertanya-tanya ngapain sih malem2 duduk-duduk di situ kayak orang ngga ada kerjaan..mending di rumah ...ngga digigit nyamuk hehehe. ternyata memang benar, mungkin orang butuh hiburan. Dan itu adalah hiburan yg murah. Paling murah cukup beli teh botol dan kacang rebus ato bakso...bisa ketemu orang.....ternyata kita memang harus selalu memandang dari kacamata yg berbeda......

    BalasHapus
  6. betul sekali! kita perlu memandang hal dengan banyak kacamata yang berbeda dan menyadari sepenuhnya bahwa isi kepala dan persepsi kita mengenai hiburan tentu berbeda dengan orang lain. tapi tulisanmu ini betul - betul sehati sama apa yang aku pikirkan sekarang, jadi ngak usah nulis lagi deh *alesan*

    BalasHapus
  7. jadi inget kata temenku: kita dibesarkan di lingkungan yang berbeda, punya pengalaman yang berbeda, bertemu dengan orang yang berbeda, jadi nggak akan pernah sama. :)

    btw, dulu aku bertahun2 juga gak pake kacamata mbak, padahal minusnya udah di atas 2 :D

    BalasHapus
  8. mbak.. ko udah beberapa kali nangkringin MP nya mbak wahida... gak ada tulisannya ya?.. harus di blok dulu baru kebaca..
    apakah memang begitu setingannya atau kompiku yang aneh ....:(

    BalasHapus
  9. alhamdulillah dg perjuangan ... memBlok tulisannya .. akhirnya bisa kebaca....

    iya niyyy kacamatanya kadang kurang luas jangkauannya ....kadang pake kacamata kuda...
    kadang...
    aaaaaah.....
    maaf ya sama semua yang sudah dipandang dg tidak (baca : belum) adil sama sayah...
    inshaALloh akan belajar melihat dari sudut kacamata yang berbeda ... *___^

    BalasHapus
  10. filfasafa hidup yg mesti dipegang teguh mbak, agar kita arif dan bijak menyikapi orang lain. Agar hidup tidak semau e dewe dan menvonis orang lain dg apa yang ada di pikiran kita...sudah saatnya kita belajar memahami orang lain dan mencoba menyikapi masalah dari sisi pandang orang lain
    TFS mbak

    BalasHapus
  11. Masih tetep... kiri kanan sama2 minus 1.

    masih mencoba untuk minjem kacamata orang, walo tadi malem aku tertidur nyenyak sampe sebelum jam 00.30 terbangun oleh suara sisa2 kemeriahan.

    BalasHapus
  12. Sik sik..bunderan Waru itu yg dekat arah menuju Bandara Juanda kan ya mbak?? Lha nek dr Kertajaya yo adooohhh tenaaannn rek, mana cuma mancal sepeda...hehehe tp salut jg sih atas kenekatannya.

    Gpp buk, biar skr pake kacamata lagi tp tetep ayu kok believe me *winkwink* meski sbnrnya tambah ketok ibu2 banget...*kabuuuuurrrrrrrrrrr*

    Muach muaaacccchhhhhh
    Happy New Year
    Malem tahun baruku sepiii bgt mbak, ndak iso metu krn gak ono sing iso dititpi anak hiks hiks jdnya aku ngenet wae smpe jam 11, trus nonton TV deh nunggu acara pesta kembang api siaran langsung dr London, yg ada keluar ide dudul, motretin si kembang api dr tipi...hahahahaha

    BalasHapus
  13. dian mardi safitri1 Januari 2009 pukul 11.03

    Sudah 18 thn aku berkacamata... Beli kacamata itu bisa jadi hiburan buatku loh...
    Tapi tahun baruku selalu kuisi dg kegiatan yg sama: tidur setahun... Soalnya aku ndak kuwat nggenjot onthel ke bunderan waru... Iso' mlethrek sikilku mbaaak... Ha3

    BalasHapus
  14. huheuheuheu
    doakan aku tidak seperti ini yooooooo *mengingat betapa pelupanya aku*

    :-D

    BalasHapus
  15. hahaahahah wah aku baru tahu kalo lessy sebenarnya berkacamata (jujur aku yo eman, kalo kamu berkacamata nanti mata cerahmu itu jadi agak tertutupi hihi) yo wis kalo ketemu dijalan aku gak bakalan dadah2, tapi langsung nggablok ae, ben kroso! :-P

    sebenarnya minus (apalagi cuma 0,25) bisa ku ignore Less, tapi giliran ada silindris ini sing aku wedi (katanya kalo gak dipakein kacamata cepet sekali ya nambahnya?)
    :-(

    BalasHapus
  16. nah itu dia Sit, kemarin juga sempat bingung karena sekarang teknologi optik sudah luar biasa ya, aku disodori pilihan lensa buanyakkkk....akhirnya *melihat keadaan dan kebiasaan* kupilihlah yang computer-radiaton friendly :-D buat sangu ngempi rekkk heuheuheue

    wah kurang cocok ya? *buru2 ngaca* kalo begitu, kacamata ini berarti adalah yang paling cocok dari semua yang nggak cocok diwajahku itu hihihihih :-D

    BalasHapus
  17. hihihihih kemarin kopdar, untung aku nggak kamu panggil "om" ya mbak :-D

    BalasHapus
  18. betul mbak, memang seringkali kaya gitu, apalagi di tahun baru ini...street festival memang paling murah dan meriah, makanya banyak yang mbelain ikut...tidak semua orang puas dengan acara nonton tv dirumah pas maltabar, atau tidak semua orang bisa dan mampu ikut2 pesta2 maltabar yang di tempat2 nongkrong

    :-)

    BalasHapus
  19. halaaaaaahhhhhhhhhhhh **nimpuk Dwina pake terompet*
    nah, kamu sendiri kan yang bilang kalo isi kepala orang macam2???
    jadi tulisanmu nanti pasti beda dengan tulisanku..

    jadi, ayo nulis!! *merintah* :-D

    BalasHapus
  20. masak Rind?
    tapi masih betah ngempi ya??
    gak gampang pusing atau gimana?? **heran**

    BalasHapus
  21. masak sih La? tau ya dek, disini baik2 saja ini?
    yang lain gimana ya? *halo pemirsa??*

    BalasHapus
  22. lho?? kapan????

    *wajah bingung*

    BalasHapus
  23. aaaaaaaahhhh bravo untuk usaha kerasnya Rela :-D thx ya for doing such effort just to read my words :-)

    keadilan memang hanya milik Allah ya La, yang kita bisa hanyalah memahami yang ada di sekitar kita saja, itupun sudah sulit dilakukan :-)

    BalasHapus
  24. setuju! :-)
    thx atas comment nya

    BalasHapus
  25. tapi dipake kan kacamatanya??? **sambil minta tips gimana supaya masa adaptasi bisa lebih lancar** hikss

    duhhh kalo sudah bangun dini hari gitu, susah tidur lagi gak Cha?? heuheuhe buat sholat malam aja kali ya, sambil doa minta supaya sepanjang tahun depan selalu dilindungi dan dimudahkan Allah salam setiap langkah kita, aminn

    BalasHapus
  26. makane kuwi mbak! :-D
    aku gak tahu jam berapa Mbak Sri pulang, tapi besoknya, seisi kost2a harus rela bersih2 dapur sendiri, cuci piring/gelas, nyapu2 ruang depan kost, karena kamar Mbak Sri tertutup sampe dhuhurnya, gak bisa diganggu alias moloorrrr :-D

    BalasHapus
  27. hwekekekekekekekek mosok sih kliatan ibu2????
    padahal kata abe malah kayak nenek2???

    :-D

    BalasHapus
  28. met taun baru juga buat the woods

    hahahhahhahah ide bagus! moto dari tipi hahahaha usahakan jangan mantul aja kameranya, biar nggak ketauan hihihihhi :-P

    BalasHapus
  29. hahahaha podo mbak, aku yo mesti tidur setaun.....wah beli kacamata kok blum bisa jadi hiburan ya buatku hiks...mungkin karena masih males sebenernya pake kacamata :-(

    tapi liat komen2 dibawah, aku jadi rodo semangat,
    buktinya banyak yang matanya lebih parah dari aku tapi keukeuh GAK PAKE kacamata
    hahahahaha *bandel mulai keluar lagi*

    :-D

    BalasHapus
  30. udah tak posting tuh hasil foto2 gak penting itu...hehehe btw eman bgt mbak nek kameranya mantul ke tivi, mengko lak rusak kameraku...:-))))

    BalasHapus
  31. Tulisand rodho "abot".
    Secara fisik, Otto g berkacamata, namun tetap membutuhkan "kacamata", secara hidup gak sendiri. Mensikapi apasaja di sekeliling Otto gak bisa dari "kacamata" Otto sendiri.., wah malah bubrah ra karu-karuan.
    Dibutuhkan "kacamata" lain untuk mensikapinya.
    Tulisan yang OKE, bu Lik...
    =))
    Jemuah ki esuk-esuk wis udhan..

    BalasHapus
  32. Arie - Bunda Icha Anakku Sayang1 Januari 2009 pukul 16.39

    Setuju Jeng, uniknya setiap manusia yg membuat kita mesti pakai banyak kacamata..

    BalasHapus
  33. heuheuhueueh nanti aku meluncur kesitu ahhh
    liat tipi london :-P

    BalasHapus
  34. maklum om, sing nulis juga "abot" wekekekekek

    thx om, wah disini malah cuerah rah rah rah!
    heheh have a cool day di malang ya ;-)

    BalasHapus
  35. betul mbak Arie **duh itu cantik bener HS barunyaa rekkk** dalam hal ini, semakin banyak kacamata kita, semakin enak memandang hidup ya mbak :-)

    BalasHapus
  36. Duh yang berkacamata baru hahahahahahaha
    Sepertinya sayapun pengen make kacamata soalnya dah rusak nih mata kelamaan ol tiap hari hehehehehe

    BalasHapus
  37. miopi mbak, buat liat deket ya gak masalah... lagian dulu belum ada MP. lha wong iki yo gak nganggo kacamata mbak :D kalo di rumah males pake kacamata.
    pusing karena silindrisnya paling mbak.. dulu aku pake kacamata penyesuainnya juga gak lama. gak pake pusing2. paling burem2 aja, plus kabur. alias akunya yang cepet2 kabur kalo salah nyapa orang :))

    BalasHapus
  38. mbak, ketoke lek silindris KUDU pake kacamata. beda kasus lho karo aku ;))

    BalasHapus
  39. Kalo aku pake kacamata sejak SMA kelas 2, minus 0,5 kanan & kiri...kompak ya? hehehe...sekarang siy dah minus 2 kanan & kiri...*sigh*

    Soal memandang hidup dari kacamata yang berbeda itu, setuju banget sama JB. Biar kita lebih ber-empati dengan sekitar dan mensyukuri apa yang sudah kita miliki. Biar gak kufur nikmat.....hehehe

    BalasHapus
  40. duuhh yang pengen berkacamata.....sok atuuhhhh **nyaritemen.com**

    :-D

    BalasHapus
  41. ohh sama Rind, akupun kalo dirumah juga males pake **lha ini sekarang juga gak pake hihih**
    baru tahu kalo silindris memang bikin adaptasi jadi pusing ya??
    ya..ya... **pasrah**

    semoga aku cepet terbiasa, gak tahan tuh kalo nyetir lama, trus gatel pingin usap2 wajah, duhh kemarin ditengah tol akhirnya aku menyerah ganti ke jalur lambat **padahal tiap di tol suka banget soalnya iso ngebut hihi** trus sambil nyetir sambil pegang kacamata sementara tangan satunya usap2 wajah, duhhh ribeettt :-D

    BalasHapus
  42. lha iku memang Rind...kenapa akhirnya aku "menyerah" :-(

    BalasHapus
  43. wah banyak juga ya mbak, untungnya jaman sekarang lensa udah canggih2, gak perlu pake yang model bokong toples yang supertebal itu huehuehue

    kamu belum banyak, keluarga MI semua berkacamata, 2 adik perempuannya minus semua, dari 4 sampai 6,5 duuhhh

    BalasHapus
  44. Agung Dyatmika Eka Nugraha2 Januari 2009 pukul 06.15

    Da... tahun baru 1996 aku bisa pulang ke Kediri, makan soto bok ijo, makan jagung bakar dan main kartu ama temen2 sampe pagi.....

    Tahun baru 2009 ini saya jauh dari keluarga...

    BalasHapus
  45. Jawaban Mbak Sri itu mengingatkanku pada simbak di rumah ibuku di kampung sana, waktu aku akhirnya nanya setelah beberapa tahun keheranan "kok ndak wegah sih yuk, riyoyo2 nang segoro umpel2an numpak truk...?" **dan ternyata memang itu tradisi di dusunnya dia**
    sesederhana itu jawabannya, tapi membekas dalem banget di atiku sampe sekarang.

    btw, aku udah coba ganti kacamata bulak balik, kok tetep nggumun to dengan diriku sendiri yg justru terkangen2 dengan dudulmu ya???

    BalasHapus
  46. minus 6.5? podo mbek aku dooong hehehehe...

    BalasHapus
  47. bgaimana dengan aku ya "me..."
    kacamata silindris, minus, plus, di borong kabeh. nyetirpun nekat nggak pakai, hanya cukup berdasarkan
    hafal jalan dan hafal jarak *ribet banget perasaan*

    memandang hidup dari kacamata yang lain......

    BalasHapus
  48. yah... aku nggak perlu beli, karena banyak dari kehidupan itu sendiri yang memberi.

    (di terusin di bawah, submit kepencet. hihihihi.... mulaiiii....)

    BalasHapus
  49. Jadi ingat saya berceramah panjang lebar dan terkesan sangat tidak bersahabat karena kedatangan saudara-saudara kerumah untuk merayakan tahun baru, bahkan ada yg datang seminggu sebelum tahun baru, tradisi yg sampai sekarang tidak juga bisa saya mengerti.
    Sungguh bijaksana kalau kita mampu dan mau melihat sesuatu bukan hanya dari kacamata kita. Mbak iki pancen tak akone, Tulisannya TOP BANGET

    BalasHapus
  50. sabar yo den....namanya juga lagi ikhtiyar....harus sabar,
    sering2 3Gan sama reta dan mamanya sudah sangat membantu kan?? ;-)

    BalasHapus
  51. bener mbak, sama banget memang dengan fenomena MUDIK itu, byuuhhhh nggretegtno sekaligus mengharukan kita yang liat ya :-)

    BalasHapus
  52. hihihihihihi kalo urusan ini memang percuma gonta-ganti kacamata mbak, bakalan percuma karena aku bakalan terus ngangeni **hahahahhaah<===ketawa gajah** :-P

    BalasHapus
  53. ternyata.....**baru tau sehingga melongo**

    BalasHapus
  54. wah wah wah bundaaaaaaaaa moco komenmu aku iso2 tambah males tenan kocomotoan hahahaha **asyik** hahahaha

    BalasHapus
  55. hihihi mulaiiii **ngikik**

    BalasHapus
  56. waduh seru juga sodaranya mas hehe saya pernah baca, setiap tamu yang datang kerumah kita, ketika mereka datang membawa keberkahan, dan ketika pulang membawa pengampunan bagi kita, subhanallah...

    suwun, semoga saya terus bisa merasa bodoh dan terus belajar ;-)

    BalasHapus
  57. arum barmadisatrio5 Januari 2009 pukul 19.27

    diposting 1 januari....lho aku kok baru ngerti.....

    BalasHapus
  58. arum barmadisatrio5 Januari 2009 pukul 19.27

    bener2....harus pake banyak kacamata. tapi jangan kacamata kuda ya........juga kacamata item. nanti nggak keliatan apa2......

    BalasHapus
  59. arum barmadisatrio5 Januari 2009 pukul 19.28

    he...he...he....ojok nesu ya........tadi komen ngawur

    BalasHapus
  60. arum barmadisatrio5 Januari 2009 pukul 19.30

    komen serius....*sik sik, aku ketawa dulu...nggak bisa serius sih....*
    begini jeng wahida, memang begitulah hidup...apa yang kita lihat ternyata tidak seprti orang lain lihat. belajarlah melihat sesuat seperti melihat suatu benda dalam kubus kaca......dilihat dari atas tampak apa, dilihat dari samping tampak apa....dari bawah lain lagi ceritanya......bisa2 dikira ngintip underwear orang.....
    *hi...hi...hi....ini kayaknya bukan komen asli dari aku deh.....*

    BalasHapus
  61. aku suka bagian ini, top sekaleeee!!!

    *menjura dalam-dalam*

    BalasHapus
  62. nah kan...? heuheuhe
    santai saja mbak :-)

    BalasHapus
  63. nah, menurutku, kadang-kadang kacamata kuda atau hitam juga diperlukan mbak, karena kadang2 ada hal-hal yang lebih baik kita nggak tahu, daripada tahu tapi setengah-setengah, tahu tapi salah paham, tahu tapi menempatkannya tidak pada tempat semestinya, dll....

    jadi sekali-kali gak papa bergaya kuda kan?? hihihi

    BalasHapus
  64. lho..?? ngawur to? baru ngerti **aku kecele dong, start serius terlalu awal wakakakakakakak**

    BalasHapus
  65. haduuhhhhhhhh
    tak kiro iki wis serius, ternyata akhirnya dudul juga huhauhauhau
    pancene wong siji iki...**gemesss**

    :-D

    BalasHapus
  66. **ikut2an menjura dalam-dalam, maklum latah** :-P

    BalasHapus
  67. arum barmadisatrio5 Januari 2009 pukul 22.21

    huahaha.......kutipu kau dengan pesonaku.....

    BalasHapus
  68. arum barmadisatrio5 Januari 2009 pukul 22.21

    biar dunia lebih berwarna....

    BalasHapus
  69. ya baca tulisan kayak gini, bisa jadi salah satu kacamata buat saya, mbak :)

    BalasHapus
  70. iya, kemarin aku juga dapat kacamata baru waktu blogwalking ke wordpressmu huehuehue :-)
    sama2 ya Tik, mari saling belajar dari satu sama lain ;-)

    BalasHapus