Tampilkan postingan dengan label trip. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label trip. Tampilkan semua postingan

Jumat, 02 Januari 2009

Jogja 3 : Restorasi Prambanan


Bagian candi yang terbesar, masih ditutup untuk umum, dalam rangka restorasi pasca gempa.

:::::.....
13 Desember 2008

Sedih melihat Prambanan sekarang. Pasca gempa 2006 banyak sekali bagian candi yang runtuh. Kebetulan disana dipasang semacam banner besar yang menggambarkan foto2 Prambanan sebelum dan sesudah gempa, duhhh ternyata banyak sekali bagian yang rusak :-(

Prambanan sekarang sedang direstorasi. Abe yang dari awal sudah semangat pingin masuk ke candinya Roro Jonggrang sempat kecewa juga. Padahal cerita Bandung Bondowoso adalah salah satu Cerita Rakyat Nusantara kesukaannya.

Tapi asli kami semua SANGAT menikmati berada disana. Cuacanya sejuukkkkk...udaranya bersiihhhh dan segaarrrr...coba kalo nggak gerimis dan mendung, kami pasti akan keluarkan peralatan piknik dari dalam mobil, dan piknik sepuasnya disini. Bermacam fasilitas outbond juga kayaknya lagi nganggur, maklum memang hari-hari itu hujan terus.

Pulangnya, para mbak bersorak demi melihat ibu belanja peralatan uleg-uleg batu berbagai ukuran yang banyak dijual disitu. Di surabaya, cari yang batu asli sangat susah, kebanyakan pada tipuan (dari beton). Abe-Bea mengantongi gasing dari bambu, duhh masih old-fashioned banget, yang jual juga kakek2 berwajah tentram.

Suatu saat, kami akan kembali....kami ingin sekali kembali!

:::::.....

Selasa, 16 Desember 2008

Jogja 2 : Berpayung Hujan Beratap Tanah di Sumur Gumuling


Ternyata masjid ini berbentuk lingkaran serupa donat yang bolong tengahnya!

Dan ruang ditengahnya inilah yang menjadi sumber cahaya yang menerangi seluruh ruangan masjid.

Luar biasa!

:::::.....

Awalnya hati kami sempat menciut karena pas kita tiba di Yogyakarta, hujan turun tak hentinya. Padahal yang terbayang adalah memenuhi jadwal disini dengan wisata-wisata alam (outdoor). Hujan yang turun juga nanggung, deras nggak, reda pun juga nggak. Jenis hujan yang biasanya berlangsung lama, dan itu terbukti karena menurut salah satu warga, sudah 3 hari ini kondisi itu berlangsung.

Akhirnya pagi hari pertama kita habiskan belanja oleh-oleh aja di Mirota Batik, depan Pasar Beringharjo. Sampai siangnya kita selesai, hujan belum juga menunjukkan tanda-tanda akan mereda.

Tapi, hati kami mendadak tak ciut lagi. Karena hujan tiba-tiba reda? Oh, tidak. Tapi karena akhirnya kami membulatkan tekad, memang harus menyatu dengan alam. Kalau alam sedang hujan? Ya berarti kita harus bersiap sedia meleburkan diri, menepis keinginan untuk tetap kering, dan sebisa mungkin menjaga agar basah di baju dan badan kami bisa seminimal mungkin.

Dengan mantap siang itu kita pun menuju kompleks Keraton!
:::::.....

Coba tebak apa yang paling membuat Abe terkesan selama di keraton!
Bangunannya? Tidak..
Diorama raja/ratu lengkap dengan baju kebesarannya? Tidak..
Pangeran dan Putri-Putrinya? Tidak..!!
Kereta-kereta kencana? Tidak juga!!
Semua hal diatas, yang biasanya paling banyak menarik orang untuk disimak ternyata cuek saja dilewati oleh Abe.

Nah, pas ketika sampai di suatu pojok, tiba-tiba Abe terkesima mendengar penjelasan dan cerita guide kami. Sambil dengan mata menerawang memandang ke suatu bangunan kecil yang terbuka tak berdinding. Ketika cerita guide selesai, Abe pun menambahkan banyak sekali pertanyaan tentang fungsi dan bagaimana tempat itu difungsikan pada jaman dulu kala. Abe, is definetely amazing! Rasa ingin tahunya menyembur bak air mancur di taman depan alun-alun sana. Pertanyaan deras meluncur sampai Bpk Guide nya kewalahan menjawab. Wajahnya bercampur aduk antara horor dan penasaran luar biasa.

Coba tebak tempat apakah itu?
Dua bangunan kecil yang berada di kanan kiri area tepat sebelum naik ke sitihinggil itu ternyata adalah bekas tempat dilakukannya hukuman pancung dan potong tangan pada jaman dulu..!!

Oalah...

:::::.....

Koleksi foto kami banyak sekali, sampai-sampai nggak masuk akal untuk diposting dalam satu album. Foto keraton rasanya sudah banyak dan sering bisa kita lihat kan? Nah, foto-foto berikut ini adalah ketika kami mengunjungi Masjid Bawah Tanah, yang masih berada didalam lingkungan Keraton Yogyakarta dan baru pertama kali kami kunjungi, karena tempat ini konon dulunya tidak dibuka untuk umum. Pintu masuk ke masjid ini dikenal sengan nama Sumur Gumuling, dimana dulunya tak banyak yang tahu bahwa sebenarnya sumur itu adalah pintu masuk menuju ke sebuah masjid yang besar dan berarsitektur luar biasa didalamnya!

Silakan simak cerita pada caption setiap foto, tentang setiap tempat di sekitar Sumur Gumuling, seperti yang kami dengar dari Mas Agus, guide kami ketika disana.

:::::.....

Hasil quick search, sejarah tentang sumur dan masjid bawah tanah ini bisa disimak di :
http://www.lintasdaerah.com/v2/modules/wisata/article.php?item_id=396
http://kratonjogja.com/isi.php?menu=heritage&lang=ina&sub=3

:::::.....

(Bersambung)

Jumat, 12 Desember 2008

Jogja 1 : Tuut..Tuut..Tuut..!!


keretanya datang juga akhirnya

Naik kereta api, tuut tuut tuut, siapa hendak turuutt??

Singkat cerita, seumur hidupnya Abe dan Bea belum pernah sekalipun naik kereta api. Ternyata Mbak Pin dan Mbak Prapti juga! hehe. Makanya semua bersorak gembira waktu bapak ngajakin naik kereta api.

Kebetulan di sekolah mereka, Idul Adha berarti juga libur sepekan. Jadilah secara spontan (seperti biasa) kemarin kita putuskan untuk menghabiskan liburan di Jogja. Agenda utamanya? Naik kereta api, tentu! Acara lain, nantilah ditentukan setiba di Jogja.

Selasa pagi, Mas Iwan berangkat ke Tulungagung karena ada orangtua salah satu sales senior yang meninggal. Habis melayat siangnya dia langsung menluncur ke Jogja, bawa mobil. Kita menyusul berangkat sorenya, dari Surabaya dengan kereta Sancaka jam 3 sore.

Dari pagi yang namanya mulut orang serumah nggak berhenti ceriwisin ini itu soal kereta api. Semua exciting, bukan hanya anak-anak tapi juga mbak Prapti dan mbak Pin yang ternyata juga belum pernah naik kereta api. Duhh..gampang sekaligus sulit dibayangkan, bagaimana kehebohan yang terjadi di stasiun dan kereta. Abe Bea tak hentinya tanya ini-itu, mondar-mandir di gerbong, nyanyi-nyanyi dan menari, keluar masuk toilet (aduhh), kesenengan pesan makanan ke petugas kereta makan yang ngider dari gerbong ke gerbong, semua dilakukan dengan volume suara bersemangat yang tak kenal tempat. Gedubrakan sana sini dan tak henti, aduhhhh anak siapa ya ini??? (Maap ya para penumpang, hikss). Tak terhitung berapa kali ibuk harus mengingatkan (terutama Abe) untuk mengecilkan volume suara dan memelankan semua gerakan.

Yang jelas kita semua senang sekali. Sekitar jam 20.30 kereta sampai di Jogja dan sudah sejak sejam yang lalu anak-anak tertidur kecapekan. (Psstt si mbak sempat panik karena Bea ngompol dalam tidurnya, akhirnya kita kuras persediaan tisu basah dan ini itu yang wangi di semua tas aduuhhh).

Di stasiun Jogja, kita disambut dua hal, Mas Iwan dan....hujan yang ternyata sudah beberapa hari itu turun! Alamak, gimana mau berlibur outdoor kalo hujan gini?? Keraton, pantai, air terjun, pegunungan, taman-taman hijau, alun-alun, alamakkkk!!!

(Bersambung)

Rabu, 27 Agustus 2008

CaMbok 1 : Lombok Yang Siap Menggeliat


di Lombok, jus nanas bertebaran di mana mana dan kabarnya sangat digemari wisatawan

CaMbok = Catatan Lombok :-D
Kami berangkat ke Lombok pas di tanggal cantik lho, 20-08-2008.

Menghirup kembali keindahan Pulau Lombok, membuatku sekali lagi tak habis pikir. Selama ini banyak sekali orang Indonesia yang lebih memilih untuk menghabiskan waktu liburan mereka untuk melancong ke luar negeri. Padahal kalau memang tujuannya menikmati alam, Nusantara kita begini indahnya, tak terkira bahkan berjuta wisatawan dari luar negeri pun berbondong untuk menikmati indahnya alam Nusantara Indonesia kita tercinta. Dan ini masih sebatas Lombok, belum tempat-tempat seantero dari Sabang sampai Merauke.

Khusus Mas Iwan ini sudah kunjungan yang kesekian (kebanyakan dia pergi berdua Mas Rendra “penjaga gawang” kantornya yang juga sahabatnya sejak SMA). Karena memang ada rencana untuk membuka usaha disini, maka yang menarik perhatiannya tentu saja bukan hanya indahnya alam Lombok. Dia juga harus mengenal lebih dalam masyarakat Lombok. Karena itu kesempatan sekecil apapun tak dia sia-siakan untuk mendapat info bagaimana denyut nadi kehidupan di Pulau Cicak ini. Menunggu di bandara, didalam taksi, di hotel, di pantai, di tempat makan semua dimanfaatkan untuk mengobrol dengan penduduk Lombok, dari petugas bandara, sopir taksi, satpam hotel, penjual souvenir asongan, tukang bakar di restoran seafood, guide yang baru kenal, pokoknya tak dibiarkan satu kesmepatanpun terlewatkan. Aku tentu merasa senang, karena dari mereka, tak jarang muncul cerita-cerita yang unik dan sangat menarik tentang Lombok.

Pulau Lombok sekarang-sekarang ini memang tampaknya sedang bersiap untuk menggeliat dan merentangkan lebar-lebar segenap keindahannya...


BANDARA UDARA INTERNASIONAL

“Kenapa Lombok tidak bisa seramai Bali? Padahal soal keindahan alam, sama sekali tidak kalah?”

Pertanyaan ini cukup sering dilontarkan Mas Iwan ke banyak orang. Jawabannya beragam, antara lain karena isu kurang aman yang dihembuskan beberapa kalangan. Kabarnya di Lombok rawan pencurian (lucunya, orang Lombok mencurigai orang-orang Bali yang menyebarkan isu ini karena takut tersaingi, aku sih ya nggak tahu pastinya gimana) atau karena masalah infrastruktur yang belum cukup memadai (contohnya, listrik disana sering banget padam lho, yang ini aku alami sendiri bahkan di hotel berbintang 5 sekalipun, hampir tiap hari mati lampu walaupun cuma sebentar), tetapi kebanyakan mengerucut kepada satu hal ini. Lombok tidak bisa seramai Bali karena Lombok sekarang ini hanya memiliki satu bandara yang itupun hanya melayani rute domestik yaitu Bandara Selaparang di Mataram. Ini membuat kebanyakan wisatawan mancanegara lebih memilih Bali.

Tapi hal ini tak akan lama. Sekarang ini sudah dibangung sebuah Bandara Internasional yang kabarnya akan menjadi terbesar ke-2 di Indonesia setelah Soekarno-Hatta di Jakarta. Usut punya usut, dari Bang Imping (guide sebuah tour service yang tidak sengaja kita kenal disana, orangnya sangat informatif sekali!) kami mendapat informasi bahwa bandara ini merupakan salah satu deal kerjasama pemerintah Lombok dengan seorang investor dari Uni Emirat Arab. Inverstor itu, adalah orang yang sama yang membangun Burj’ Al Arab Dubai, yang sekarang menjadi satu-satunya hotel bintang 7 didunia. Dan kenapa dia mau membantu pemerintah dalam membangun bandara ini?? Ternyata, tak lain karena dia berniat untuk membangun sebuah Hotel Bintang 7 di Lombok! Bahkan peletakan batu pertama hotelnya sudah dijadwalkan pertengahan 2009 nanti, ketika bandara internasionalnya resmi dibuka. Wow! Kemarin kami sempat lewat daerah tempat bandara akan dibangun, seluas 12.000 hektar di daerah Tanak Awu, Kabupaten Lombok Selatan, aktivitas pembangunan memang kami lihat sudah dimulai. Ini tentu hal yang sangat bagus untuk Lombok!



TAK SEBATAS SENGGIGI

Selama ini, kalau orang pergi ke Lombok, yang paling terkenal menjadi jujugan tentu saja daerah Senggigi. Daerah yang berada di Lombok Barat ini memang dekat dengan Mataram (hanya sekitar 30 menit perjalanan darat). Pantainya bagus. Dan yang lebih penting lagi, fasilitas dan infrastruktur sudah banyak, terutama hotel dan restoran. Berbagai macam bentuk penginapan sudah banyak berjajar di sepanjang Pantai Senggigi. Dari hotel yang menawarkan kamar beraneka suasana sampai villa dan cottage yang bernuansa tradisional Lombok (duh, cuci mata banget deh melihat bangunan-bangunan beratap sirap itu).

Di Senggigi, tempat yang tidak dibangun hotel, pastilah dibangun restoran dan tempat hiburan. Dari restoran seafood seaside (pinggir pantai) sampai bar-bar banyak bertebaran di Senggigi. Jangan heran kalau pada malam hari, terutama di seputar Jl. Raya Senggigi, banyak bule berseliweran di jalanan yang dipenuhi lampu hiasan maupun sign. Sepertinya di daerah ini, wisatawan asing (terutama dari Eropa dan Amerika) bisa mendapatkan pola wisata yang mereka inginkan. Pagi-siang-sore bermain, berenang, snorkling, dan berjemur di pantai (mencoklatkan kulit mati2an sementara yang orang Indonesia pada memutihkan kulit mati2an), sedangkan malam hari biasanya terpecah. Yang datang dengan keluarga (membawa anak-anak) umumnya mereka lebih memilih restoran atau di hotel saja (pihak hotel biasanya mengadakan event2 atau sekedar banquet dan buffet setiap malamnya). Yang datang tanpa anak-anak, biasanya lebih memilih cafe atau bar yang menyediakan live music dan minuman (beralkohol tentunya) dan buka sampai dini hari. Senggigi juga menyediakan banyak supermarket, toko dan warung (buat ibu2 tentu ini handy banget, misalnya sekedar beli air minum), ATM, warnet dan sebagainya. Intinya, semuanya ada di Senggigi.

Mungkin bagi yang pernah pergi ke Bali, Senggigi ini semacam Kuta-nya Lombok. Hingar bingar.

Bagi Mas Iwan (dan aku juga tentunya), justru bukan suasana ini yang kami cari. Mas Iwan memang jatuh cinta dengan kegiatan snorkling, apalagi di Lombok yang kabarnya terumbu karang dan kehidupan bawah pantainya paling indah di Indonesia. Tapi kami lebih terpesona lagi dengan Lombok justru ketika kami berada di pantai yang tenang dan sepi, atau ditengah pulau-pulau kecil yang bertebaran di sekitar Pulau Lombok. Kami sempat menginap di tempat-tempat ini, dan memang ketika malam hari, yang bisa kami dengar hanyalah suara jangkrik dan desau angin pantai. Damai sekali.

Dan kami sementara ini hanya sempat mengunjungi Lombok Barat dan Selatan lho!. Belum lagi alam di Lombok Utara (pegunungan Rinjani) atau Lombok Tengah yang kabarnya bertebaran air terjun indah. Atau Lombok Timur yang penduduk mayoritas muslimnya sangat unik, juga kabar bahwa disana banyak sekali dibangun masjid-masjid yang megah, bagus-bagus, bahkan beberapa sangat fantastis!

Itulah kenapa dalam hati, kabar dibangunnya airport dan hotel yang bintang 7 tadi itu, sempat menjadi dilema. Di satu sisi, ini akan sangat bagus karena pasti akan banyak investor menyusul ke Lombok. Bang Imping (the guide) malah mengatakan bahwa memang rencananya, Lombok 5 tahun ke depan akan bisa disejajarkan dengan Bali (dalam hal pariwisata tentunya). Lalu di sisi lain, kami jadi bertanya-tanya, akankah semua tempat akan menjadi seperti Senggigi?? Ah, apapun itu semoga akan masih banyak potensi alam Lombok yang dibiarkan alami. Aku nggak ingin Lombok kehilangan kedamaiannya karena ini yang membuat kami jatuh cinta...

Bersambung...

(Foto-foto dibawah, waktu kami masih ada di Senggigi)