
di Lombok, jus nanas bertebaran di mana mana dan kabarnya sangat digemari wisatawan
CaMbok = Catatan Lombok :-D
Kami berangkat ke Lombok pas di tanggal cantik lho, 20-08-2008.
Menghirup kembali keindahan Pulau Lombok, membuatku sekali lagi tak habis pikir. Selama ini banyak sekali orang Indonesia yang lebih memilih untuk menghabiskan waktu liburan mereka untuk melancong ke luar negeri. Padahal kalau memang tujuannya menikmati alam, Nusantara kita begini indahnya, tak terkira bahkan berjuta wisatawan dari luar negeri pun berbondong untuk menikmati indahnya alam Nusantara Indonesia kita tercinta. Dan ini masih sebatas Lombok, belum tempat-tempat seantero dari Sabang sampai Merauke.
Khusus Mas Iwan ini sudah kunjungan yang kesekian (kebanyakan dia pergi berdua Mas Rendra “penjaga gawang” kantornya yang juga sahabatnya sejak SMA). Karena memang ada rencana untuk membuka usaha disini, maka yang menarik perhatiannya tentu saja bukan hanya indahnya alam Lombok. Dia juga harus mengenal lebih dalam masyarakat Lombok. Karena itu kesempatan sekecil apapun tak dia sia-siakan untuk mendapat info bagaimana denyut nadi kehidupan di Pulau Cicak ini. Menunggu di bandara, didalam taksi, di hotel, di pantai, di tempat makan semua dimanfaatkan untuk mengobrol dengan penduduk Lombok, dari petugas bandara, sopir taksi, satpam hotel, penjual souvenir asongan, tukang bakar di restoran seafood, guide yang baru kenal, pokoknya tak dibiarkan satu kesmepatanpun terlewatkan. Aku tentu merasa senang, karena dari mereka, tak jarang muncul cerita-cerita yang unik dan sangat menarik tentang Lombok.
Pulau Lombok sekarang-sekarang ini memang tampaknya sedang bersiap untuk menggeliat dan merentangkan lebar-lebar segenap keindahannya...
BANDARA UDARA INTERNASIONAL
“Kenapa Lombok tidak bisa seramai Bali? Padahal soal keindahan alam, sama sekali tidak kalah?”
Pertanyaan ini cukup sering dilontarkan Mas Iwan ke banyak orang. Jawabannya beragam, antara lain karena isu kurang aman yang dihembuskan beberapa kalangan. Kabarnya di Lombok rawan pencurian (lucunya, orang Lombok mencurigai orang-orang Bali yang menyebarkan isu ini karena takut tersaingi, aku sih ya nggak tahu pastinya gimana) atau karena masalah infrastruktur yang belum cukup memadai (contohnya, listrik disana sering banget padam lho, yang ini aku alami sendiri bahkan di hotel berbintang 5 sekalipun, hampir tiap hari mati lampu walaupun cuma sebentar), tetapi kebanyakan mengerucut kepada satu hal ini. Lombok tidak bisa seramai Bali karena Lombok sekarang ini hanya memiliki satu bandara yang itupun hanya melayani rute domestik yaitu Bandara Selaparang di Mataram. Ini membuat kebanyakan wisatawan mancanegara lebih memilih Bali.
Tapi hal ini tak akan lama. Sekarang ini sudah dibangung sebuah Bandara Internasional yang kabarnya akan menjadi terbesar ke-2 di Indonesia setelah Soekarno-Hatta di Jakarta. Usut punya usut, dari Bang Imping (guide sebuah tour service yang tidak sengaja kita kenal disana, orangnya sangat informatif sekali!) kami mendapat informasi bahwa bandara ini merupakan salah satu deal kerjasama pemerintah Lombok dengan seorang investor dari Uni Emirat Arab. Inverstor itu, adalah orang yang sama yang membangun Burj’ Al Arab Dubai, yang sekarang menjadi satu-satunya hotel bintang 7 didunia. Dan kenapa dia mau membantu pemerintah dalam membangun bandara ini?? Ternyata, tak lain karena dia berniat untuk membangun sebuah Hotel Bintang 7 di Lombok! Bahkan peletakan batu pertama hotelnya sudah dijadwalkan pertengahan 2009 nanti, ketika bandara internasionalnya resmi dibuka. Wow! Kemarin kami sempat lewat daerah tempat bandara akan dibangun, seluas 12.000 hektar di daerah Tanak Awu, Kabupaten Lombok Selatan, aktivitas pembangunan memang kami lihat sudah dimulai. Ini tentu hal yang sangat bagus untuk Lombok!
TAK SEBATAS SENGGIGI
Selama ini, kalau orang pergi ke Lombok, yang paling terkenal menjadi jujugan tentu saja daerah Senggigi. Daerah yang berada di Lombok Barat ini memang dekat dengan Mataram (hanya sekitar 30 menit perjalanan darat). Pantainya bagus. Dan yang lebih penting lagi, fasilitas dan infrastruktur sudah banyak, terutama hotel dan restoran. Berbagai macam bentuk penginapan sudah banyak berjajar di sepanjang Pantai Senggigi. Dari hotel yang menawarkan kamar beraneka suasana sampai villa dan cottage yang bernuansa tradisional Lombok (duh, cuci mata banget deh melihat bangunan-bangunan beratap sirap itu).
Di Senggigi, tempat yang tidak dibangun hotel, pastilah dibangun restoran dan tempat hiburan. Dari restoran seafood seaside (pinggir pantai) sampai bar-bar banyak bertebaran di Senggigi. Jangan heran kalau pada malam hari, terutama di seputar Jl. Raya Senggigi, banyak bule berseliweran di jalanan yang dipenuhi lampu hiasan maupun sign. Sepertinya di daerah ini, wisatawan asing (terutama dari Eropa dan Amerika) bisa mendapatkan pola wisata yang mereka inginkan. Pagi-siang-sore bermain, berenang, snorkling, dan berjemur di pantai (mencoklatkan kulit mati2an sementara yang orang Indonesia pada memutihkan kulit mati2an), sedangkan malam hari biasanya terpecah. Yang datang dengan keluarga (membawa anak-anak) umumnya mereka lebih memilih restoran atau di hotel saja (pihak hotel biasanya mengadakan event2 atau sekedar banquet dan buffet setiap malamnya). Yang datang tanpa anak-anak, biasanya lebih memilih cafe atau bar yang menyediakan live music dan minuman (beralkohol tentunya) dan buka sampai dini hari. Senggigi juga menyediakan banyak supermarket, toko dan warung (buat ibu2 tentu ini handy banget, misalnya sekedar beli air minum), ATM, warnet dan sebagainya. Intinya, semuanya ada di Senggigi.
Mungkin bagi yang pernah pergi ke Bali, Senggigi ini semacam Kuta-nya Lombok. Hingar bingar.
Bagi Mas Iwan (dan aku juga tentunya), justru bukan suasana ini yang kami cari. Mas Iwan memang jatuh cinta dengan kegiatan snorkling, apalagi di Lombok yang kabarnya terumbu karang dan kehidupan bawah pantainya paling indah di Indonesia. Tapi kami lebih terpesona lagi dengan Lombok justru ketika kami berada di pantai yang tenang dan sepi, atau ditengah pulau-pulau kecil yang bertebaran di sekitar Pulau Lombok. Kami sempat menginap di tempat-tempat ini, dan memang ketika malam hari, yang bisa kami dengar hanyalah suara jangkrik dan desau angin pantai. Damai sekali.
Dan kami sementara ini hanya sempat mengunjungi Lombok Barat dan Selatan lho!. Belum lagi alam di Lombok Utara (pegunungan Rinjani) atau Lombok Tengah yang kabarnya bertebaran air terjun indah. Atau Lombok Timur yang penduduk mayoritas muslimnya sangat unik, juga kabar bahwa disana banyak sekali dibangun masjid-masjid yang megah, bagus-bagus, bahkan beberapa sangat fantastis!
Itulah kenapa dalam hati, kabar dibangunnya airport dan hotel yang bintang 7 tadi itu, sempat menjadi dilema. Di satu sisi, ini akan sangat bagus karena pasti akan banyak investor menyusul ke Lombok. Bang Imping (the guide) malah mengatakan bahwa memang rencananya, Lombok 5 tahun ke depan akan bisa disejajarkan dengan Bali (dalam hal pariwisata tentunya). Lalu di sisi lain, kami jadi bertanya-tanya, akankah semua tempat akan menjadi seperti Senggigi?? Ah, apapun itu semoga akan masih banyak potensi alam Lombok yang dibiarkan alami. Aku nggak ingin Lombok kehilangan kedamaiannya karena ini yang membuat kami jatuh cinta...
Bersambung...
(Foto-foto dibawah, waktu kami masih ada di Senggigi)