Kamis, 14 Agustus 2008

[Sad Story] Kisah Titin

Kisah berikut ini adalah kisah nyata dari salah satu temen MP kita, Titin. Memprihatinkan memang, tapi apa daya, dunia memang seringkali bertindak kejam pada manusia. Sabar ya Tin... Untunglah kamu sangat berbesar hati dan malah memberi ijin aku membagi ceritamu disini. Aku berharap setelah ini kami semua akan bisa memetik pelajaran dari ceritamu ini, dan kamu akan mendapat banyak dukungan dari teman-teman MP semuanya...Aminn...

Kemarin sore, menjelang maghrib, Titin yang juga ibu bekerja masih berada ditengah-tengah kesibukan kantornya. Seperti biasa di hari rutin lainnya. Tiba-tiba datang sebuah sms ke handphone Titin...

Dari nomor tak dikenal...

 

0816...(sekian sekian) :
“AssWW Bu Titin. Perkenalkan nama sy Ian. Klo sy mengetahui rahasia aib menyangkut Pak Bas suami Anda, apa yg harus sy lakukan? Memberitahu Anda? Atau diam tdk ikut campur? Please, jgn beritau suami ttg sms ini, tolong sy mohon demi ktenangan klrg kita masing2. Sy tgg jawabannya!”

 

Titin :
“Pak Ian knal suami sy darimana? Tau sy darimana?”

 

0816...(sekian sekian) :
“Saya TIDAK knal dgn Pak Bas tp sy tahu sesuatu ttg dia. Sy jg TIDAK knal Bu Titin tapi sy prihatin, makanya sy hub Anda. Masalahnya apa yang sy tahu ttg suami Anda itu juga menjadi masalah buat klrg saya.”

 

Titin :
“Aib spt apa yang bpk maksud? Ada buktinya?”

 

0816...(sekian sekian) :
“Buktinya ada. Saya hanya ragu apakah sy lbh baik cerita pd Anda, atau diam saja sambil menyelesaikan sendiri mslh yg menyangkut keluarga saya. Sy tdk ingin jadi biang masalah buat klrg anda Bu...”

 

Titin :
“Kyknya kronologisny dulu deh, bpk tau NOMOR sy ini dr mana? Klo mmg ada masalah & sdh mengganggu mustinya qta bereskan pak. Tp sy tidak akan bertindak klo tdk ada bukti. Cerita aja, sy orgnya sangat rasional koq :-)”

 

0816...(sekian sekian) :
“Sy tahu no Anda justru dari pasangan sy. Masalahnya sy nggak ingin memperkeruh suasana, itu saja. Saya hrs yakin bhw sy memang BISA ngomong dgn anda. Itu saja.”

 

Titin :
“Anda malah mberi masalah klo sdh mbuka omongan tp tdk jd ngomong!”

 

...................nggak ada jawaban..............

 

Titin (lagi) :
“Sy tambah bingung dan jd gak percaya sm anda. Klo sy boleh nebak, yg mo anda sampaikan adlh pasangan Anda BERSELINGKUH dgn suami saya?? See, segampang itu kan ngucapinnya? Tp psngn anda tau no HP sy darimana ya? Apakah dia teman sy??”

 

............lamaaaaaaa nggak ada jawaban......Ya Allah, aku sudah nggak bisa lagi membayangkan apa yang dirasakan Titin saat ini........ kemudian...

 

0816...(sekian sekian) :
“Baiklah. Saya anggap Bu Titien bs menghadapi ini semua. Nama saya wahida ariff-IAN-ti dan sy dpt no anda dr psngan KOPDAR sy, Bu Maya. Aib suami anda yg juga jadi mslh buat klrg sy ya... KAMU TAU NDIRILAH TIN, ORG BUKTINYA KAMU SNDR YG CRITAA!! Nah sekarang aku sholat dulu ya, ingat lho, maghrib2 ga boleh sumpah serapah lho... :-b”

 

Titin :
“Juangkriiikkk!!! Dodol penyet!! Kucing garong mata biru!! Tak bales lho mbaaakkk!! Aaaarrghhhh!! Tega sekali dirimuuu...huaaaaa”

 

Tuh kan....maghrib-maghrib lho Tin........?
Sudah jangan umpat2....sekarang nomorku udah disimpan kann???

 


:::::.....

 

(Titin berulangkali cerita bahwa suaminya, Pak Bas, memang orangnya ceroboh sekali, canggung gampang nabrak ini itu, atau kelupaan ini itu...sama persis seperti aku hihihi. Dan ini seringkali jadi masalah di keluarga kita masing2!)

 

Dan seluruh proses cerita ini, disaksikan oleh Mbak Maya yang harus menghadapi resiko berat karena ketika seluruh sms2an itu aku cc ke dia, dia sedang menyetir sambil mules perut hehehehe.




Rabu, 13 Agustus 2008

Ponakan Baru


you are the most beautiful creature in this whole world

semoga jadi anak sholeh ya Nak...

Subhanalloh...Alhamdulillah...

Nggak tahu musti ngomong apa, yang jelas keluarga besar sangat bersyukur. Tante Uphie (adik bungsu Mas Iwan) kemarin melahirkan anak pertamanya via caesar (karena sudah lama lewat waktu perkiraan lahir, dan si bayi sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda mau keluar).

Dua tahun lalu, Tante Uphie sempat hamil, tetapi ketika kehamilan berusia 5 bulan, si janin meninggal didalam kandungan. Jadi ini adalah anak pertama dari kehamilan kedua.

Laki-laki, BB 3500 gram, panjang 52 cm. Namanya belum diputuskan. Langsung bergabung dengan anggota keluarga lainnya dalam Cempluk Club. Dan melihat matanya yang sudah membuka lebar, nggak mirip bayi baru lahir, malah mirip bayi yang sudah berumur 1-2 bulan gitu....duuhhhh gemessss....

Sindroma tiap lihat bayi baru lahir sekali lagi terjadi.......duhhhhhhhh kangeeeeennnnnnnnn deh punya bayiiiiiii!!!!!!!

Semoga jadi anak yang sholeh ya Nak....amiinn

Inilah Kuncian Maut Para Ibu

Apa sih kuncian yang paling bisa bikin ibu-ibu mati gaya kutu??
Sekarang coba kita telusuri lewat review kegiatanku seminggu ini.
What...a WEEK!!

Dimulai Rabu, seminggu yang lalu...

Mbak Prapti minta ijin pulang seminggu. Mbak Sukini (kakaknya) mau menikah, dan karena Mbak Prapti dan Mbak Pin sepupuan, maka akhirnya Mbak Pin mau tak mau ikut pulang juga menghadiri acara pernikahan. Selama ini, mereka berdua selalu bergiliran kalau mudik (kecuali lebaran tentunya). Dan kalau sampe mbak berdua pulang bareng, maka yang terjadi denganku adalah....

Itu sih keciill...!

Dari jaman dulu aku selalu berusaha tidak tergantung dengan asisten. Artinya, kalau mereka ada, ya alhamdulillah, bisa ngempi puas-puas (hehe, ngempi lagi yang dipentingin). Kalau mereka nggak ada, urusan domestik rumah tangga masih bisa diatasi lah...

 

Tapi tunggu..!!
Minggu ini kebetulan banyak banget tugas dan jadwal kegiatan.  Tugas dari sekolah : menyelesaikan bikin blog walimurid karena harus di launching Sabtu pagi, mengirim undangan acara launching via sms kepada 2000-an wlimurid (ya! ke 2000 nomer!) dan karena Bu Eka (staf komite yang biasa menjadi partnerku dalam ber-sms) sedang cuti melahirkan dan tidak kutemukan orang lain untuk membantu (ada aja halangannya, hiks) akhirnya aku harus sms undangan itu sendirian (ya! sendirian! dan ya! ke 2000 nomor!) oh God, begitu selesai, jempolku jadi dudul. Biarpun aku sedang diam, si jempol itu terkadang bergerak-gerak sendiri (hahahaha ampuunnn Ya Allah... semoga sms-center sekolah cepat terealisasikan).

 

Tapi it’s okelah...aku masih bisa mengatasi semua.
Jumat sore, blog akhirnya kelar. Tanpa ada perintah revisi SAMA SEKALI dari Ust. Baihaqi, humas sekolah. Beliau memang sama sekali tidak pernah rewel untuk urusan desain mendesain. (**hari kebalikaaannn!!** Hihihi kakiku sampe gempor ustadz, karena naik turun naik turun nyambi nyuci baju diatas dan bolak-balik revisi blog di komputer dibawah, ampuunnn :-D)

 

Jumat sore itu, kitapun berangkat ke Taman Dayu. Ada acara outbond sama karyawan di The Pines Hills. Begitu acara dimulai, nggak nyangka kalo sebanyak itu pesertanya (87 orang!) wah, sempat melongo juga. Tahun ini memang ada penambahan karyawan karena Mas Iwan baru buka cabang di Jember dan ini pertama kalinya semua ngumpul. Untung tahun ini gak perlu jadi panitia, jadi bisa ongkang-ongkang jadi ibu boss di bumi perkemahan (hihi).

Anak-anak bersemangat sekali sampe ketika pulang, mereka mengkoleksi banyak sekali luka-luka di sekujur tubuh. Abe njongor dari sepeda sampe dahi benjol, padahal sore sebelumnya dirumah kakinya sempat kena knalpot motor (aduhh). Bea tak terhitung banyaknya jatuh waktu lari-lari (oalah). Ibuk juga tak mau kalah, sempat kesandung tali tenda dan sukses mencium tanah keras aroma pinus, meninggalkan banyak luka kecil di sekujur tubuh (asyik). Sedang Bapak? Paling parah! Setelah permainan bola, kakinya bengkak dua-duanya ( tuhkan? itu akibatnya kalo lama gak futsal), dan matanya BINTITAN! (I know, demi kesopanan cobalah tahan ketawa Anda, jangan seperti saya yang selalu gagal melakukannya **sigh**).

Minggu sore, waktu kita pulang kerumah, kita seperti keluarga dari antah berantah yang aneh. Gerakan badan kaku (karena banyak luka perih di badan), suara serak dan muka bengep semua (kurang tidur, bahkan anak-anak juga karena ngotot ikut acara api unggun sulut kembang api), dan begitu masuk rumah otakku pun ikut bengep demi melihat kenyataan rumah berantakan, belum lagi bagasi mobil masih penuh baju kotor, dan anak-anak yang justru jadi full-charged lagi karena di perjalanan pulang pada tidur.

 

Masih bisa gaya??
Masih doong, apalagi Sabtu sore ada hiburan. Dua orang wartawan telpon minta wawancara, sehubungan blog walimurid Al Hikmah yang baru saja di launching. Ulah Ustadz Baihaqi lagi, yang malah “mengarahkan” liputan pada aku (sebagai sesama manusia belakang panggung, Ustadz  kali ini sudah mengkhianatiku :-D).  

Tapi c’moonnn...!
Siapa sih yang nggak seneng masuk koran?? **hihi ini mah namanya mengkhianati diri sendiri** 

Senin pagi, setelah chaos, akhirnya anak-anak sukses di-drop di sekolah. Lumayan ada waktu sampe jam 12 siang (Bea pulang). Eiiitt!! Hampir lupa! Senin jam 9 pagi kan ada tugas acara di Pengajian AsMaRa?? (AsMaRa = Assakinah Mawaddah wa Rahmah, salah satu kelompok pengajian walimurid yang aku ikuti). Tergopoh-gopohlah aku sambil terbayang cucian yang baru separo kepegang, itupun harus nglembur sampe tengah malam. Hari itu acaranya oke juga, bedah buku “Rival-Rival Istri”. Tak tanggung-tanggung, pembicaranya adalah penulisnya sendiri, Sinta Yudisia. Untungnya, akhirnya aku ‘hanya’ kebagian dapuk baca ayat-ayat Al-Qur’an diawal acara, jadi bisa pamit lebih awal untuk....nganterin lauk pauk makan siang Abe ke sekolah (gara2 chaos dipagi hari, lauk Abe jadi gak sempet disiapin dari rumah)!.

Baru saja udang goreng asam manis kebeli dari Restoran Primarasa (yang deket sekolah), datang sms. Dari Pak Boss, Ustad Baihaqi (serius, habis ini aku mau mendaftar jadi staf humas di sekolah aja). “Kami butuh fotografer, sekaligus model walimurid 3 orang, buat foto liputan blog walimurid di Jawapos”. Oke, oke...nggak masalah. Sms sana sini, akhirnya Mbak Asih dan Mbak Dewi mau (mereka temen pengurus di komite sekolah). Fotografernya, hmm...biar kata Mas Iwan lagi bintitan, tapi kayaknya masih bisalah...(**hahahaha** tuh kan? Tiap bayangin wajah bintitan itu, selalu saja gak bisa tahan ketawa). Pemotretan dijadwalkan Selasa jam 10 pagi di SD. 

 

Selesai jemput Bea, ternyata tak langsung bisa pulang, karena harus belanja bahan makanan dulu. Dan yang penting, belanja untuk persiapan tugas Selasa besoknya. Apa itu? MENGAJAR! Ya, dalam rangka proyek tema di sekolah Abe yaitu “Harapan Orangtua” maka tiap kelas mengundang salah satu walimurid untuk mengajar di kelas tentang apa saja harapan orangtua kepada anak-anaknya. Dan Bu Wijanah (walikelasnya Abe) sudah jauh-jauh hari “memperingatkan” bahwa dari kelas 2D, akulah yang nanti akan ketiban sampur. Mimpi apa ya...kalo membayangkan kelas 2D, aku lebih bisa membayangkan diriku sebagai murid disana daripada seorang guru (hihihi ini serius). Akhirnya, aku pun ‘menawar’ kepada Ustadzah “Kalo nanti ngajarnya berupa game-game aja, boleh nggak Ustadzah?”. Untunglah boleh...

Selesai belanja langsung jemput Abe jam 4, sampe rumah nyaris maghrib karena sekalian beli makanan untuk makan malam. Dan dudulnya, Mas Iwan memutuskan untuk beli makanan di Agis, restoran dekat sekolah. Kenapa dudul? Karena jelas-jelas disitu ada kolam renang dan taman bermain, awalnya niat take-away itu biar kita semua bisa cepat pulang, jadi kacauuuu!

 
Malamnya ketika semua sudah tidur, barulah Ibuk bisa urusin cucian, sambil di ruang cuci gunting2 sticker dan pernak-pernik game untuk anak-anak besok. Selesai hampir tengah malam, Ibuk masih bisa gaya lah... (cerita serunya mengajar di kelas Abe, ntar ditulis di postingan tersendiri deh).

 

Selasa, dengan masih gaya pol semua berangkat ke sekolah.
Yang agak bikin deg2an, tadi pagi Bea sempat pup cair, dalam hati sih aku berdoa aja semoga ini cuma karena dia capek. Setelah kukasih Kaopectate kayaknya juga berhenti. Karena Rabu besok, aku ada tugas lagi, baksos sama ibu-ibu Majelis Silaturahim (yang ini kelompok ibu2 seangkatan di kelas 2). Dua minggu lalu, waktu survey panti asuhan tempat baksos, aku sudah bikin kumis Ibu Ketua Sisil  meradang karena diam2 aku mangkir survey, pergi ke Jakarta dan malah kopdar sama temen2 MP disana. Kalo sampe kali ini aku batal ikut baksos, bisa-bisa bukan cuma kumisnya yang meradang, tapi sekujur rambut di tubuhnya ikut meradang! Jadi, besok sehat ya Bea... **komat kamit**

 
Selesai mengajar, umek pemotretan di SD. Biar mengaku kalo dirinya nggak fotogenic, tapi rupanya Bu Wahida menikmati juga membayangkan besok nampang di Jawa Pos **dasar narsis terpendam**. Apalagi pas pemotretan, Ustadz Suli (staf humas juga) membawakan koran Surabaya Post edisi Senin yang sudah duluan memuat berita blog walimurid. Duh, tambah narsis deh Bu Wahida, melihat namanya tercetak di koran (walaupun dengan ejaan yang salah hikss) berkali-kali seakan semakin lama dilihat, suatu saat nama itu akan berbuah strawberry atau apa.

Walaupun sudah mengalami 5 hari yang melelahkan, aku merasa masih gaya. Apa karena nama di koran tadi itu ya? **wakakak** ternyata kenarsisan tidak se-useless yang aku kira, paling tidak kali ini adrenalinku jadi terpompa. Bak ramuan polijus, aku jadi bisa menghadapi setumpuk pekerjaan di rumah dengan perasaan yang lebih ringan.

 

Tapi rupanya tak lama...
Bea yang sudah hidup bebas pampers, tadi pagi memang berangkat sekolah dengan pake pampers (untuk jaga2 kalo2 dia masih pup cair) dan di tas juga kusertakan satu pampers ekstra. Pas jemput Bea di sekolah, laporan Bu Zumroh (walikelas Bea) langsung menguapkan aroma polijus dalam tubuhku. Di sekolah, ternyata Bea masih mencret2 juga....

Pulang sekolah, Bea langsung ketiduran, lamaaaa sampai aku bisa membereskan banyak pekerjaan rumah **lumayan**. Melihat tumpukan baju bersih, rasanya aku merasa masih ada sisa ramuan polijus melekat di tubuh....

Sampai sorenya ketika Abe pulang sekolah (dijemput bapaknya)...
Rupanya luka knalpot di kaki kanan Abe yang kemarin sudah lumayan kering, mengelupas lagi waktu dia bermain di sekolah! Berdarah-darah lagi! Dan oh my....oleh dokter sekolah, luka itu sekarang dibalut dengan kasa dan plester. Selama ini aku menghindari membalut luka itu karena takut nempel di luka (dan luka tak kering2), dan memilih menangani dengan salep khusus saja.

 

Malamnya, kita pun berbondong-bondong ke dokter di klinik dekat rumah. Bea mencret parah, sedang Abe sebentar2 histeris kesakitan karena rupanya yang kutakutkan baru saja terjadi. Lukanya menempel di kasa pembalut. Namun begitu, dasar anak2ku, biar jadi pasien tapi masih juga bikin heboh UGD. Bea nyanyi2 nari2 nggak karuan, menyapa semua anak2 disitu sementara di bagian belakang tubuhnya, si pampers sudah menguarkan bau yang...yahhhh tahu sendirilah bagaimana. Si Abe malah sempat makan mie goreng sama Bapak **aduhh untung nunggu dokternya lumayan lama, kalo dokter panggil2 sementara pasiennya masih makan mie di pinggir jalan dekat klinik, apa jadinya...mana bapaknya ikut2an lagi! Oalah**

 

Singkat cerita, hari ini akhirnya aku pun mati gaya....mati kutu...!!
Bea masih mencret dan atas saran dokter, Abe diminta dirumah saja untuk beberapa hari, demi menjaga supaya luka tidak terkena debu atau mengelupas lagi. Hari ini akhirnya aku tidak bisa menyertai ibu-ibu baksos di panti asuhan. Sedih juga, karena boleh dibilang aku hampir tidak pernah absen di acara Majelis Silaturahim. Aku bahkan seksi acara disitu.

 

Rupanya inilah yang menjadi kuncian para ibu yang mengaku aktif. Kalau anak-anak sakit!

 

Ditinggal pembantu, masalah kecil. Banyak deadline, aku masih bisa menghadapi. Tapi kalau anak-anak sudah sakit **apalagi dua-duanya** aku terpaksa memberanikan diri untuk menghadapi kenyataan bahwa mungkin, besok seluruh rambut di tubuh Mbak Sisil akan meradang dan memancarkan sungutnya kearahku.

 

**tatuutttt**

 

:::::.....

 

Capek ya bacanya...?

Sebenarnya aku ingin sekali posting beberapa kegiatan diatas juga foto-foto, tapi menyusul aja ya. Blog walimurid yang kubikin itu, bisa dilihat di http://keluargaalhikmah.wordpress.com disitu ada juga laporan pengajian AsMaRa, baru saja kuposting tadi. Ada hikmahnya anak-anak dirumah hari ini, aku jadi sempat update blog walaupun sedikit berebutan giliran komputer sama mereka hehe.

Kabar baiknya, nanti sore si Mbak sudah kembali kerumah. Dan tadi jam 12 siang, aku baru saja nambah keponakan baru. Subhanalloh, alhamduillah akhirnya Tante Uphi (adik bungsunya Mas Iwan) melahirkan anak pertama. Jadi kalau dipikir-pikir, aku sebenarnya masih bisa gaya lah **hehehe** toh dalam hidup ini, kapan saja selalu akan ada banyak hal untuk disyukuri kan? :-)

 


Rabu, 06 Agustus 2008

Tas Istimewa


Ini lho tasnya...!! Bagus kan?? **hihihih**

Karena aku sibuk foto-foto dan Mas Iwan repot membawa brosur pameran yang setumpuk, dia akhirnya punya ide dudul.

"Sini aku pinjam tasmu Nduk! Buat bawa brosur"

"Tasku??? Ini kan tas Ibuk2??" (aku sih sebenarnya oke2 saja, tapi apa dia nggak malu??)

"Udah gpp, sini!"

(jangan bilang aku tidak melarang lho....biar setengah hati, aku sudah melarang!)

Yang kesian itu Bapakku...mimpi apa punya mantu laki yang masih pede bawa tas wanita???

Kepergian kami ke Jakarta minggu lalu itu, sebenarnya berawal dari perjalanan bisnis Mas Iwan dan juga Bapak (Kakung). Dalam rangka itu juga, hari pertama begitu kita mendarat di bandara Soekarno-Hatta dan check-in di hotel, kita langsung meluncur ke JCC.

Tujuan kita ke JCC jelas, hari itu (Minggu, 27/7/08) adalah hari terakhir pameran “Building & Material Technology 2008”. Siapa tahu bisa menemukan partner baru atau apa, pameran seperti ini selalu saja menarik buat para pedagang seperti Mas Iwan, atau juga Bapakku. Ibukku juga semangat tinggi datang kesini, siapa tahu menemukan barang jenis baru untuk melengkapi dagangan di tokonya.

Nah, kalau melihat penampilan Mas Iwan sore itu, ada sesuatu yang sangat istimewa. Kali ini menyangkut TAS. Biasanya, kemana-mana dia jarang membawa tas. Kalopun bawa, paling juga berbentuk ransel untuk sekedar menampung kamera DSLR-nya dan berkas-berkas kerjanya.

Tapi kali ini, dia ternyata harus keliling pameran membawa TAS ISTIMEWA. Dan tas ini sempat pula mendampinginya untuk melakukan sedikit negosiasi di sebuah stan pabrik besi galvanis. Luar biasa! Seperti apa istimewanya??? Mari kita perhatikan di foto-foto berikut ini.

Minggu, 03 Agustus 2008

Mobil Salah dan Mobil Benar

Berhubung sifatku satu ini sudah kadung diketahui banyak orang, jadi yah kenapa tanggung-tanggung, sekalian aja dibuka semuanyaaaaaaaaaaaa!! Tapi satu per satu ya ceritanya, biar nanti kalo anak cucuku baca blognya, nggak langsung jantungan di satu postingan. Atau malah penyiksaan, karena kalo baca satu per satu kan sama dengan penyiksaan pelan pelan??

Kali ini, baca cerita Mbak Maya tentang Tante Utik aku jadi teringat kejadian ini...

Waktu itu ada saudara di Tulungagung yang meninggal dunia. Karena hari sekolah, akhirnya aku memutuskan pergi ke Tulungagung berdua Mas Iwan saja. Berangkat pagi buta jam 4 (mengejar pemakaman yang dilaksanakan jam 8 pagi) diharapkan sebelum sore kami sudah sampai lagi di Surabaya.

Sehabis acara kami pun langsung pamit balik Surabaya. Kali ini, salah satu saudara yang juga tinggal di Surabaya ikut di mobil kita. Namanya Mbak Yanti, dia sudah di Tulungagung sejak kemarin malamnya, naik bus. Mbak Yanti orangnya idem ditto denganku sama-sama pendiam (di hari kebalikan!!), jadi kalo ketemu, nggak habis deh cerita meluncur dari bibir kita.

Sampai di Kediri, kita memutuskan untuk membeli sedikit oleh-oleh. Keripik tahu pong, kerupuk upil, getuk pisang, tahu pong goreng, borong dah semua. Kita keluar masuk beberapa toko oleh-oleh di sepanjang Jl. Yos Sudarso Kediri sambil terus ngoobrroollll tak terbendung. Sedangkan Mas Iwan memilih menunggu didalam mobil yang diparkir di pinggir jalan.

Merasa sudah cukup, dengan beberapa tas kresek ditangan kami masing-masing, aku dan Mbak Yanti melenggang di trotoar pinggir tempat mobil diparkir. Sekali lagi, sambil ngobrol tanpa henti sedetikpun.

Aku buka pintu mobil, kok aku merasa ada yang asing. Tulisan “Hard Rock Bali” di sarung bantal jok, rasanya baru kali ini aku baca. Tunggu! Jok mobilku kan nggak ada bantalnya???? Kulihat disamping, Mbak Yanti juga sudah membuka pintu belakang.

Kulihat lagi tulisan asing itu. Lebih asing lagi karena aku merasa, kok Mas Iwan jadi berkulit putihhh??? Kemana perginya si kulit coklat kesukaannku ituu?? Anehnya, dengan panik dia yang dari dandanannya kuyakin si pemilik mobil (bukan sopir) itu memanggilku “Bu”

Aku, dari awal menikah dulu paling nggak mau kalo Mas Iwan panggil aku Bu "Memang aku ini Ibukmu???"

“Bu..Bu...salah mobil Bu...!” katanya.

**DHUENG!!**

Dunia serasa runtuh.
“Maap Pak...maap sekali...” kataku buru-buru mengambil kresek kecil yang terlanjur kutaruh diatas dashboard. Mbak Yanti, kulihat juga menyemburkan beribu kata maaf sambil melirikku (lebih tepatnya, melotot kearahku).

Celingukan, ternyata mobil kita masih agak jauh di sebelah sana. Kulihat Mas Iwan sudah melihat kami dengan nyengir geleng2. Dia tahu seluruh kejadian rupanya.

“Piye thoo???” sambil menuju ke jalan yang benar (eh, mobil yang benar maksudnya) Mbak Yanti menuntut penjelasan.

“Habis mobilnya sama Mbak! Sama-sama sedan Toyota, warna hitam...” jawabku beralasan, ngeles, pembenaran, segala macam. Mbak Yanti cuma geleng-geleng.

“Lha tadi njenengan kok ya ikut aja...?” tanyaku. Hihihihi waktu tanya ini aku sudah mengira jawaban Mbak Yanti seperti apa.

“Aku kan ikut kamu???? Wong kamu yang punya mobil!!”

Yo wis.... **nyengir kecut**

 

Sesampai di mobil (yang benar), Mas Iwan masih geleng2 kepala... Mbak Yanti yang nyembur pertama sementara aku kehabisan kata-kata, cuma nyengir kuda.

“Istrimu tuh, Wan!”

“Kamu kok pinter to Nduk...” komentar Mas Iwan.

“Pinter?”

“Tau aja milih mobil yang lebih bagus...mau minta up-grade mobil baru??...atau mau minta sopir yang lebih putih kulitnya??.....boleh...tapi mbokya jangan begitu caranya...”

Kulihat lagi mobil yang tadi kumasuki. Sedan Toyota hitam, sekilas memang mirip dengan yang kami punya. Tapi dengan seri yang jelas-jelas lebih tinggi dari mobil kami (dan harga yang pastinya jauh lebih mahal).

Hihihihi.

 

[Satu Lagi] Creativ Bloger Award

Ide menyebarkan award yang satu ini menyebar bagaikan virus yang tak terhentikan. Menginspirasi ratusan bahkan mungkin ribuan blogger di mana saja. Bikin heboh jagat blogger seluruh dunia. Nggak tahu deh sudah didengungkan dengan berapa bahasa. Lebih amazing lagi ketika Dydy berhasil melacak asal usul pembuat Awardnya, yang orang Norwegia itu **I’m just simply amazed! Logo itu ternyata bener2 dibikin dengan craftmanship yang benar-benar nyata dan detil!!** dan Dydy rasanya perlu juga dapet Detective Blogger Award untuk ini ya...hehe.

Sudah lebih seminggu yang lalu, Mbak Luki lah yang menyerahkan awardnya padaku. Mbak satu itu...**geleng2**... maap kalo telat posting yang ini ya Mbak...

Aku dan Mbak Luki. Kita berdua sekarang sedang giat-giatnya menggelembungkan bisul dari UK sampe Sby, menumpuk keinginan kuat untuk bisa ketemu “in person” lebaran nanti. Semoga Allah mengijinkan. Karena sejatinya pertemanan kita di MP sudah lama pantas mendapatkannya. Makasih Mbak Luki, I just love you more each day...

Oh ya, walaupun pembaca pasti sudah membaca puluhan kali, tapi dalam rangka menghormati pencipta idenya, maka aku cantumkan peraturannya disini.

 

1. The winner may put the logo on his/her blog

2. Put a link to the person you got the award from
3. Nominate 5 blogs
4. Put links to the blogs
5. Leave a message for your nominees award

 

Nominate 5 blogs??? That would be easy! Or not???
Let’s see... in random order, the awards go to...
 

1.      Harlia, kamu bukan saja orang kreatif, tapi juga orang kreativ yang sangat kusayangi!

2.      Mbak Maya, well I have to nominate her. I just have to. Mo tau kenapa, lilhat saja sendiri blognya.

3.      Kak Mia, karena secara mengejutkan sudah menunjukkan bagaimana blog bisa membuat hati semua pembacanya dekat, bahkan lekat dengan pemilik blognya. Perlu kharisma dan aura luar biasa untuk bisa ini Kak, thank you for that.

4.      Teh Syantie, karena selalu membuat pengunjung blognya ngiler berat dan termimpi-mimpi.

5.      Rinda dan Leila, kekuatan mereka adalah pada komentar2nya. Jadi kalau ingin melihat dengan sebenar-benarnya, sekreatif apa blognya, maka yang harus Anda lakukan bukanlah membuka blognya saja, melainkan Anda harus melacak semua komentar-komentarnya di semua postingan kontak-kontaknya!

That's making the 6 of them, hihih... Aahhhh ternyata memilih 5 orang memang susaahhhhh karena semua orang kreatif dengan cara mereka sendiri-sendiri...kalo boleh, buat semua kontakku dehhhh awardnyaaaaaaaaa!!!!!!

Love you all..!!

Jumat, 01 Agustus 2008

Kisah Ustadzah Wijanah dan Bu Wahida

Hari ini, aku pingin mengajak semuanya untuk masuk ke alam pikiran Ustadzah Wijanah. Beliau adalah walikelas Abe yang baru (di kelas 2). Konon, walaupun ramah orangnya terkenal disiplin dan cukup tegas. Pas banget untuk Abe, karena kalo dirumah, dua hal itulah yang menjadi kekurangan sang Ibundanya dalam mendidiknya. Jadi, Ustadzah Wijanah dan Ibunda Wahida, bisa saling melengkapi kan? Inisial namanya aja udah kompak, W dan W...**hihihi ngaco**

Mari sejenak kita berpura-pura menjadi beliau, dan mencoba memahami apa yang ada di pikiran beliau, ketika cerita ini terjadi.

Hari Sabtu terakhir sebelum dimulai tahun ajaran baru. Undangan walimurid ke sekolah, untuk berkenalan dengan walikelas baru, sekaligus screening awal perkembangan anak-anak. Untuk pertama kalinya walikelas mendapatkan kesempatan untuk berkenalan dengan anak-anak, melalui orangtua-orangtua mereka. Kira-kira adakah kesulitan dalam perkembangan ananda di kelas 1 dulu yang belum tuntas? Dan sebaliknya, kira-kira apa potensi terbesar yang dimiliki anak-anak?

Suasana kelas sekitar jam 8 pagi masih sepi. Hanya ada 4-5 walimurid yang mengantri di bangku kelas 2D, menunggu giliran menghadap walikelas Ustadzah Wijanah. Mungkin kebanyakan orangtua lain memilih untuk datang agak siangan (pasti dengan alasan nggak mau antri, padahal kalo lihat sepinya pagi ini, yang datang siang nanti bakalan lebih banyak).

Dari 5 orang itu, yang datang paling belakangan adalah Ibunya Abe. Beberapa kali ketika berganti walimurid, Ustadzah Wijanah sempat melirik kearah Ibunya Abe. Ah, ada Bu Wahida, pikirnya. Pengurus Komite Sekolah. Penulis tetap di majalah sekolah. Namanya dan wajahnya terkenal seantero Sekolah Al Hikmah (beberapa orang bahkan mengira dia tinggal di sekolah). Beruntung sekali aku jadi walikelas anaknya tahun ini, begitu pasti pikir Ustadzah.

(Eiitt..!! Nggak boleh ada yang protessssssssss ini kan postingan2ku sendiri weekkk!!!)

Ketika itu, Bu Wahida seru mengobrol dengan walimurid lain yang baru datang setelahnya. Sampai-sampai Bu Wahida nggak sadar bahwa sudah sampai gilirannya. Alhasil, seorang Bapak Walimurid pun memutuskan untuk maju duluan, memotong antrian. Bu Wahida tetap bergeming, tak keberatan atas dipotongnya antrian, masih memilih mengobrol seru dengan SKSD-nya (karena kalau melihat isi obrolannya yang seputar “anaknya berapa? yang kelas 2 namanya siapa?”...atau “tinggal dimana?”, pastinya Bu Wahida dan ibu itu belum pernah saling kenal sebelumnya...suatu hal yang Bu Wahida pasti nggak tahan...ada yang belum mengenal dan dikenalnya??? Itu nggak boleh terjadi!).

Urusan dengan si Bapak sudah selesai. Bu Wahida masih ngobrol juga.
“Silahkan, Ibu...giliran siapa sekarang?” panggil Ustadzah Wijanah dengan suara agak dikeraskan.
“Ohhhh..iya, saya Ustadzah!” jawab Bu Wahida dengan suara yang sedikit terlalu renyah, sisa obrolan.

Dengan grusa-grusu, Bu Wahida berjalan kedepan. Benahi tas, baju, dan pamitan dengan si ibu satunya tadi, dilakukan beberapa detik saja secara bersamaan. Baru saja dua langkah...

**GUBRAXXX**

Inna lillahi... Bu Wahida menabrak bangku di barisan sebelah kirinya. Heran, padahal lorong antar bangku kan sudah cukup luas... “Ehh..aduhhh, maaf Ustadzah..” sambil memegangi paha yang baru beradu dengan besi.

“Nggak papa, Bu” jawab Ustadzah senyum sambil meluruskan kembali bangku yang penceng tertabrak kaki gajah, eh kaki Bu Wahida. “Silahkan duduk”

Bu Wahida pun duduk. Ustadzah mengangsurkan segelas air mineral. Bu Wahida menerima dengan penuh terimakasih. Lalu sedotannya. Bu Wahida menerima sedotan dengan senyum, lalu sepersekian detik kemudian, sedotan jatuh ke lantai. “Aduh” seru kecil Bu Wahida, lalu memungut sedotan.

Duduk tegak lagi, dimulailah pembicaraan. Dimulai pengumuman starndar soal kelas baru, buku pelajaran, jadwal mengaji, dan lain-lain. Berjalan lancar tanpa insiden berarti. Lalu waktunya Ustadzah Wijanah memberikan paket keperluan Abe di kelas 2. Amplop coklat besar berisi badge kelas 2D, roster, jadwal menu lauk-pauk, dan banyak lembar pengumuman dari urusan tatib kelas sampai ekstrakurikuler. Amplopnya memang tidak tertutup rapat. Dan sedetik kemudian...

**BBRRUUUAAAARRRR!!!**

Segenap isi amplop yang baru mendarat di tangan Bu Wahida, seketika berhamburan bertebaran di lantai, dibawah meja Ustadzah Wijanah. Kacau, suasana penuh dengan kata “maaf”, kata “nggak papa”, pandangan ngeri walimurid lain (karena anaknya harus sekelas dengan anaknya Bu Wahida), suara kresek2 yang ditimbulkan dari kertas2 yang dipunguti Ustadzah Wijanah dan Bu Wahida sampe beberapa kali kejedug meja guru... Pokoknya kacau! Untung nggak lama.

Ketika suasana sudah tenang dan semua sudah duduk tenang di kursi, Ustadzah Wijanah pun melanjutkan..

“Jadi Bu Wahida, gimana dengan Abe? Apa saja kesulitan yang dihadapi Abe waktu kelas 1?”
“Kalo Abe itu Ustadzah, dari TK juga selalu masalahnya itu-itu saja, soal tanggungjawab (suka lupa ketinggalan barang2nya di sekolah) dan kemandirian. Soal pelajaran dan nilai, dia nggak pernah mengalami kesulitan (kecuali mungkin motorik halusnya untuk pelajaran menulis masih saya rasa kurang). Yang paling sering bikin masalah ya itu tadi, aduhhh anak itu cerobohnya bukan mainnn...Ustadzah!” (nada heran)


Ustadzah Wijanah cuma tersenyum...
Kira-kira apa ya yang ada dipikirannya beliau??? <==== (pertanyaan nomor 1 untuk pembaca)

 

[QUOTE]
“Jadi Bu Wahida, gimana dengan Abe? Apa saja kesulitan yang dihadapi Abe waktu kelas 1?”
(Jadi siapa yang sebenarnya sedang menghadapi kesulitan disini??) <==== (pertanyaan nomor 2 untuk pembaca)


[QUOTE]
Beruntung sekali aku jadi walikelas anaknya tahun ini, begitu pasti pikir Ustadzah.
(BENARKAH???) <==== (yang ini jelas-jelas satu pertanyaan besar untuk penulis)




Keterangan Foto Ustadzah : ini hasil jepretan Bu Wahida lhooo

Keterangan Foto Bu Wahida : maap gak tau ketlisut dimana tuh poto **garuk-garuk kpala**