Tampilkan postingan dengan label curhat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label curhat. Tampilkan semua postingan

Minggu, 09 Agustus 2009

Anak Menor

Kira-kira pikiran apa yang akan terlintas di pikiran Anda (terutama yang sudah menjadi orangtua) melihat foto diatas?

Pemandangan seperti ini banyak aku temui kemarin di pelataran THR Surabaya. Minggu pagi, 9 Agustus 2009 memang sedang ada pentas anak-anak TK disitu. Aku kebetulan sedang mengantarkan Bea dan teman-temannya ikut lomba menyanyi bersama, mewakili sekolahnya. Tidak akan terlihat (karena aku sungguh tak sampai hati memasang wajah anak-anak ini disini), tetapi make-up di wajah mereka sungguh menor!! Bahkan seringkali jauh mengalahkan gaya make-up orang-orang dewasa yang menor sekalipun.

FYI, sekali lagi ya...anak-anak itu masih TK...umur juga masih kisaran 5-6 tahun... Tetapi bahkan dandanan mereka yang seperti itu bukanlah yang paling membuatku prihatin. Hati ini merasa gak karuan demi melihat cara mereka berjalan, cara mereka pose didepan kamera ketika diminta foto. Aduhhh....

Jadi inget... Dulu Bea sekolah Playgroup di lembaga sekolah yang berbeda dengan yang sekarang. Waktu itu Bea ikut lomba seperti ini juga. Minggu-minggu latihan selalu ditempuhnya dengan semangat. Sampai kemudian sekitar 2 hari menjelang hari-H, semangat Bea yang membumbung tinggi langsung terhempas begitu dia tahu dia harus pakai kostum KEBAYA dan KAIN BATIK. Dia langsung menyebut kostum itu ANEH. Keadaan tambah memburuk ketika hari-H, dia datang ke sekolah (tempat berkumpul sebelum berangkat ke THR) dan masuk kelas mendapati teman-teman di make-up oleh Ibu Guru.

Apa yang dilakukan Bea?? Dia langsung menuju ke belakang papan tulis, pura-pura bermain disitu. Ngambek nggak mau ikut duduk dan menyerahkan wajahnya untuk di make up. Kali lain, dia masuk ke bawah meja dan menolak untuk keluar apapun yang terjadi.Ketika semua Ibu Guru ribet membujuknya, aku hanya kuasa mendoakan “semoga sukses” untuk semua, terutama Ibu Guru. Waktu itu akhirnya Bea berangkat ke THR tanpa make-up sendiri. Di THR, entah bagaimana cara Bu Guru membujuk (dugaanku, dia meminta Bea melihat sekelilingnya, yang memang sedang penuh dengan ANAK-ANAK BER MAKE-UP), akhirnya di menit-menit terakhir baru Bea mau memakai kostumnya, dan sedikit make-up. Itupun, waktu Bu Guru memberi make-up ke Bea,  sudah diisi penuh dengan acara Bea melengoskan wajahnya ke arah lain.

Cerita selengkapnya bissa dilihat disini : http://cikicikicik.multiply.com/journal/item/126/Dudul_When_Tomboi_Meets_Kebaya

Juga foto-fotonya :http://cikicikicik.smaboy.com/images/73/BEA_Tomboi_Girl_Gone_Menorrr



Untunglah, begitu masuk TK dan bersekolah di Sekolah Al Hikmah, akhirnya setiap kali ikut lomba menyanyi atau acara-acara seperti ini, Bea sudah BEBAS dari make-up apapun, bebas dari atribut-atribut yang sesungguhnya sangat tidak cocok dipakai oleh anak-anak



.:::::.....


Menurutku, wajar kalau Bea berjengit menjauh ketika disodori make-up dan kostum dewasa. InsyaAllah, selama ini aku selalu berusaha memberikan lingkungan yang wajar untuk anak-anak. Wajar dalam arti, bahwa kalau ada sesuatu yang tidak sesuai untuk anak-anak, maka serta-merta akan kita (aku+suami) putuskan bahwa memang itu BUKAN untuk mereka.

Yang mengundang pertanyaanku tentu saja adalah ternyata, banyak anak-anak sekarang, yang walaupun masih balita sekalipun, bisa merasa exciting dengan sesuatu, barang-barang, pernak-pernik atau gaya berdandan dewasa seperti ini.

Kemarin di THR, aku sempat melihat dua orang anak2 menor yang terpaku takjub ketika melihat seorang anak menor lain lewat....dan kedua anak menor ini pun lalu sibuk mendiskusikan betapa kerennya anak menor yang baru lewat itu. Aku hanya terpaku melihat tingkah anak-anak TK yang mendadak menjelma menjadi dewasa sebelum tiba waktunya itu....

Iseng, kemudian aku tanya Abe : “Be, anak itu keren gak menurutmu?” sambil aku menunjuk kearah anak menor yang baru lewat tadi. Abe melihat sekilas dan mendadak bergidik.

“Hih!! Ibuk!! Anak aneh gitu kok dibilang keren sih??”.......Ya Allah, lega hatiku.....*hihihi*

Sekali lagi, yang mengundang pertanyaanku adalah anak-anak yang justru merasa exciting terhadap barang2 orang dewasa seperti ini. Lalu, apa sebenarnya yang mereka serap dalam kehidupan sehari-hari??

Satu contoh saja, kira-kira tontonan macam apa yang mereka lihat ketika mereka asyik menyalakan TV?? Sinetron dewasa kah? Acara-acara gosip yang penuh dengan suasana gemerlapnya dunia artis kah? Ataukah sebenarnya tidak seperti itu?? Mungkin mereka hanya menonton sang Ibu, yang memang terlalu asyik menonton semua tayangan dewasa itu DIDEPAN anak2nya??? Dan kalau si Ibu sudah jadi korban MEDIA, apalah lagi yang bisa dilakukan oleh sang anak selain ikut menjadi korban juga?? Bukankah anak-anak akan meneladani semua perilaku, bahkan nilai yang dianut orangtuanya??


Menurut Anda gimana??

:::::.....

Rabu, 15 Oktober 2008

Nggliyeng

 

Sudah dua hari ini tubuhku rasanya protes. Mungkin kecapekan atau apa, 2 minggu terakhir, tahu sendirilah kalau lebaran. Makan sembarangan, senam tak sempat, kegiatan tetep padat (bertandang silaturahim dan halal bihalal sana sini), istirahat pun jadi kurang (kalo kecapekan memang bawaannya insomnia). Kepala suka nggliyeng dan tiba-tiba tubuh jadi lemes. Belum cek gula darah sih, tapi aku kok curiga pasti tinggi. Tadi sore nyempatin (dan maksain) yoga sebentar, tapi baru 2 pose, nggliyengnya sudah tak tertahan lagi, akhirnya aku nyerah dan ambruk lagi di tempat tidur sambil mual nggak keruan.

 

Tadi pagi masih bisa agak “memaksakan” diri untuk datang di Pertemuan Majelis Silaturahim, pengajian sama ibu-ibu walimurid Sekolah Al Hikmah. Mau gak maksa gimana, wong tugasnya memang mengawal acara. Tapi siang, sepulangnya, tepaarrrr hanya bisa ngendem di kamar. Duuhh padahal masih ada tanggungan tulisan untuk majalah sekolah, dan akhir minggu sudah mulai intense untuk rapat-rapat di IKA Psikologi Unair (dalam rangka reuni desember nanti).

 

Ini juga buka komputer karena harus edit sesuatu, sambil siapa tahu kalau dibawa sehat maka tubuh akan beneran sehat (hihi nggak ilmiah banget, tapi kiat ini sering berhasil untuk aku lho :-D)

 

Oh ya, ada hikmahnya juga kalau lagi tepar gini:

  1. Dapat pelukan dan doa lebih banyak dari anak-anak, yang kemudian diteruskan loncat2 di kasur, pas disamping ibuk yang nggliyeng tadi dan tak kuasa berbuat apa2 selain meringis dan menyerap dalam-dalam sensasi rasa nggliyeng ke seluruh syaraf yang ada di otak :-D
  2. Ngempi in bed, pake hape, akhirnya bisa puas komen2 di banyak postingan blog temen yang biasanya nggak sempat karena kalo onlen suka terdistraksi ke website-website selain MP (sakit2 ngempi?? teteppp)
  3. Bisa nonton Amazing Race Asia seeason 3 itu, kok ya pas ya, biasanya aku selalu gak inget jam tayangnya :-D

 

Mudah-mudahan besok membaik, karena besok siang ada undangan halal bihalal (lagi) :-)

Rabu, 13 Agustus 2008

Inilah Kuncian Maut Para Ibu

Apa sih kuncian yang paling bisa bikin ibu-ibu mati gaya kutu??
Sekarang coba kita telusuri lewat review kegiatanku seminggu ini.
What...a WEEK!!

Dimulai Rabu, seminggu yang lalu...

Mbak Prapti minta ijin pulang seminggu. Mbak Sukini (kakaknya) mau menikah, dan karena Mbak Prapti dan Mbak Pin sepupuan, maka akhirnya Mbak Pin mau tak mau ikut pulang juga menghadiri acara pernikahan. Selama ini, mereka berdua selalu bergiliran kalau mudik (kecuali lebaran tentunya). Dan kalau sampe mbak berdua pulang bareng, maka yang terjadi denganku adalah....

Itu sih keciill...!

Dari jaman dulu aku selalu berusaha tidak tergantung dengan asisten. Artinya, kalau mereka ada, ya alhamdulillah, bisa ngempi puas-puas (hehe, ngempi lagi yang dipentingin). Kalau mereka nggak ada, urusan domestik rumah tangga masih bisa diatasi lah...

 

Tapi tunggu..!!
Minggu ini kebetulan banyak banget tugas dan jadwal kegiatan.  Tugas dari sekolah : menyelesaikan bikin blog walimurid karena harus di launching Sabtu pagi, mengirim undangan acara launching via sms kepada 2000-an wlimurid (ya! ke 2000 nomer!) dan karena Bu Eka (staf komite yang biasa menjadi partnerku dalam ber-sms) sedang cuti melahirkan dan tidak kutemukan orang lain untuk membantu (ada aja halangannya, hiks) akhirnya aku harus sms undangan itu sendirian (ya! sendirian! dan ya! ke 2000 nomor!) oh God, begitu selesai, jempolku jadi dudul. Biarpun aku sedang diam, si jempol itu terkadang bergerak-gerak sendiri (hahahaha ampuunnn Ya Allah... semoga sms-center sekolah cepat terealisasikan).

 

Tapi it’s okelah...aku masih bisa mengatasi semua.
Jumat sore, blog akhirnya kelar. Tanpa ada perintah revisi SAMA SEKALI dari Ust. Baihaqi, humas sekolah. Beliau memang sama sekali tidak pernah rewel untuk urusan desain mendesain. (**hari kebalikaaannn!!** Hihihi kakiku sampe gempor ustadz, karena naik turun naik turun nyambi nyuci baju diatas dan bolak-balik revisi blog di komputer dibawah, ampuunnn :-D)

 

Jumat sore itu, kitapun berangkat ke Taman Dayu. Ada acara outbond sama karyawan di The Pines Hills. Begitu acara dimulai, nggak nyangka kalo sebanyak itu pesertanya (87 orang!) wah, sempat melongo juga. Tahun ini memang ada penambahan karyawan karena Mas Iwan baru buka cabang di Jember dan ini pertama kalinya semua ngumpul. Untung tahun ini gak perlu jadi panitia, jadi bisa ongkang-ongkang jadi ibu boss di bumi perkemahan (hihi).

Anak-anak bersemangat sekali sampe ketika pulang, mereka mengkoleksi banyak sekali luka-luka di sekujur tubuh. Abe njongor dari sepeda sampe dahi benjol, padahal sore sebelumnya dirumah kakinya sempat kena knalpot motor (aduhh). Bea tak terhitung banyaknya jatuh waktu lari-lari (oalah). Ibuk juga tak mau kalah, sempat kesandung tali tenda dan sukses mencium tanah keras aroma pinus, meninggalkan banyak luka kecil di sekujur tubuh (asyik). Sedang Bapak? Paling parah! Setelah permainan bola, kakinya bengkak dua-duanya ( tuhkan? itu akibatnya kalo lama gak futsal), dan matanya BINTITAN! (I know, demi kesopanan cobalah tahan ketawa Anda, jangan seperti saya yang selalu gagal melakukannya **sigh**).

Minggu sore, waktu kita pulang kerumah, kita seperti keluarga dari antah berantah yang aneh. Gerakan badan kaku (karena banyak luka perih di badan), suara serak dan muka bengep semua (kurang tidur, bahkan anak-anak juga karena ngotot ikut acara api unggun sulut kembang api), dan begitu masuk rumah otakku pun ikut bengep demi melihat kenyataan rumah berantakan, belum lagi bagasi mobil masih penuh baju kotor, dan anak-anak yang justru jadi full-charged lagi karena di perjalanan pulang pada tidur.

 

Masih bisa gaya??
Masih doong, apalagi Sabtu sore ada hiburan. Dua orang wartawan telpon minta wawancara, sehubungan blog walimurid Al Hikmah yang baru saja di launching. Ulah Ustadz Baihaqi lagi, yang malah “mengarahkan” liputan pada aku (sebagai sesama manusia belakang panggung, Ustadz  kali ini sudah mengkhianatiku :-D).  

Tapi c’moonnn...!
Siapa sih yang nggak seneng masuk koran?? **hihi ini mah namanya mengkhianati diri sendiri** 

Senin pagi, setelah chaos, akhirnya anak-anak sukses di-drop di sekolah. Lumayan ada waktu sampe jam 12 siang (Bea pulang). Eiiitt!! Hampir lupa! Senin jam 9 pagi kan ada tugas acara di Pengajian AsMaRa?? (AsMaRa = Assakinah Mawaddah wa Rahmah, salah satu kelompok pengajian walimurid yang aku ikuti). Tergopoh-gopohlah aku sambil terbayang cucian yang baru separo kepegang, itupun harus nglembur sampe tengah malam. Hari itu acaranya oke juga, bedah buku “Rival-Rival Istri”. Tak tanggung-tanggung, pembicaranya adalah penulisnya sendiri, Sinta Yudisia. Untungnya, akhirnya aku ‘hanya’ kebagian dapuk baca ayat-ayat Al-Qur’an diawal acara, jadi bisa pamit lebih awal untuk....nganterin lauk pauk makan siang Abe ke sekolah (gara2 chaos dipagi hari, lauk Abe jadi gak sempet disiapin dari rumah)!.

Baru saja udang goreng asam manis kebeli dari Restoran Primarasa (yang deket sekolah), datang sms. Dari Pak Boss, Ustad Baihaqi (serius, habis ini aku mau mendaftar jadi staf humas di sekolah aja). “Kami butuh fotografer, sekaligus model walimurid 3 orang, buat foto liputan blog walimurid di Jawapos”. Oke, oke...nggak masalah. Sms sana sini, akhirnya Mbak Asih dan Mbak Dewi mau (mereka temen pengurus di komite sekolah). Fotografernya, hmm...biar kata Mas Iwan lagi bintitan, tapi kayaknya masih bisalah...(**hahahaha** tuh kan? Tiap bayangin wajah bintitan itu, selalu saja gak bisa tahan ketawa). Pemotretan dijadwalkan Selasa jam 10 pagi di SD. 

 

Selesai jemput Bea, ternyata tak langsung bisa pulang, karena harus belanja bahan makanan dulu. Dan yang penting, belanja untuk persiapan tugas Selasa besoknya. Apa itu? MENGAJAR! Ya, dalam rangka proyek tema di sekolah Abe yaitu “Harapan Orangtua” maka tiap kelas mengundang salah satu walimurid untuk mengajar di kelas tentang apa saja harapan orangtua kepada anak-anaknya. Dan Bu Wijanah (walikelasnya Abe) sudah jauh-jauh hari “memperingatkan” bahwa dari kelas 2D, akulah yang nanti akan ketiban sampur. Mimpi apa ya...kalo membayangkan kelas 2D, aku lebih bisa membayangkan diriku sebagai murid disana daripada seorang guru (hihihi ini serius). Akhirnya, aku pun ‘menawar’ kepada Ustadzah “Kalo nanti ngajarnya berupa game-game aja, boleh nggak Ustadzah?”. Untunglah boleh...

Selesai belanja langsung jemput Abe jam 4, sampe rumah nyaris maghrib karena sekalian beli makanan untuk makan malam. Dan dudulnya, Mas Iwan memutuskan untuk beli makanan di Agis, restoran dekat sekolah. Kenapa dudul? Karena jelas-jelas disitu ada kolam renang dan taman bermain, awalnya niat take-away itu biar kita semua bisa cepat pulang, jadi kacauuuu!

 
Malamnya ketika semua sudah tidur, barulah Ibuk bisa urusin cucian, sambil di ruang cuci gunting2 sticker dan pernak-pernik game untuk anak-anak besok. Selesai hampir tengah malam, Ibuk masih bisa gaya lah... (cerita serunya mengajar di kelas Abe, ntar ditulis di postingan tersendiri deh).

 

Selasa, dengan masih gaya pol semua berangkat ke sekolah.
Yang agak bikin deg2an, tadi pagi Bea sempat pup cair, dalam hati sih aku berdoa aja semoga ini cuma karena dia capek. Setelah kukasih Kaopectate kayaknya juga berhenti. Karena Rabu besok, aku ada tugas lagi, baksos sama ibu-ibu Majelis Silaturahim (yang ini kelompok ibu2 seangkatan di kelas 2). Dua minggu lalu, waktu survey panti asuhan tempat baksos, aku sudah bikin kumis Ibu Ketua Sisil  meradang karena diam2 aku mangkir survey, pergi ke Jakarta dan malah kopdar sama temen2 MP disana. Kalo sampe kali ini aku batal ikut baksos, bisa-bisa bukan cuma kumisnya yang meradang, tapi sekujur rambut di tubuhnya ikut meradang! Jadi, besok sehat ya Bea... **komat kamit**

 
Selesai mengajar, umek pemotretan di SD. Biar mengaku kalo dirinya nggak fotogenic, tapi rupanya Bu Wahida menikmati juga membayangkan besok nampang di Jawa Pos **dasar narsis terpendam**. Apalagi pas pemotretan, Ustadz Suli (staf humas juga) membawakan koran Surabaya Post edisi Senin yang sudah duluan memuat berita blog walimurid. Duh, tambah narsis deh Bu Wahida, melihat namanya tercetak di koran (walaupun dengan ejaan yang salah hikss) berkali-kali seakan semakin lama dilihat, suatu saat nama itu akan berbuah strawberry atau apa.

Walaupun sudah mengalami 5 hari yang melelahkan, aku merasa masih gaya. Apa karena nama di koran tadi itu ya? **wakakak** ternyata kenarsisan tidak se-useless yang aku kira, paling tidak kali ini adrenalinku jadi terpompa. Bak ramuan polijus, aku jadi bisa menghadapi setumpuk pekerjaan di rumah dengan perasaan yang lebih ringan.

 

Tapi rupanya tak lama...
Bea yang sudah hidup bebas pampers, tadi pagi memang berangkat sekolah dengan pake pampers (untuk jaga2 kalo2 dia masih pup cair) dan di tas juga kusertakan satu pampers ekstra. Pas jemput Bea di sekolah, laporan Bu Zumroh (walikelas Bea) langsung menguapkan aroma polijus dalam tubuhku. Di sekolah, ternyata Bea masih mencret2 juga....

Pulang sekolah, Bea langsung ketiduran, lamaaaa sampai aku bisa membereskan banyak pekerjaan rumah **lumayan**. Melihat tumpukan baju bersih, rasanya aku merasa masih ada sisa ramuan polijus melekat di tubuh....

Sampai sorenya ketika Abe pulang sekolah (dijemput bapaknya)...
Rupanya luka knalpot di kaki kanan Abe yang kemarin sudah lumayan kering, mengelupas lagi waktu dia bermain di sekolah! Berdarah-darah lagi! Dan oh my....oleh dokter sekolah, luka itu sekarang dibalut dengan kasa dan plester. Selama ini aku menghindari membalut luka itu karena takut nempel di luka (dan luka tak kering2), dan memilih menangani dengan salep khusus saja.

 

Malamnya, kita pun berbondong-bondong ke dokter di klinik dekat rumah. Bea mencret parah, sedang Abe sebentar2 histeris kesakitan karena rupanya yang kutakutkan baru saja terjadi. Lukanya menempel di kasa pembalut. Namun begitu, dasar anak2ku, biar jadi pasien tapi masih juga bikin heboh UGD. Bea nyanyi2 nari2 nggak karuan, menyapa semua anak2 disitu sementara di bagian belakang tubuhnya, si pampers sudah menguarkan bau yang...yahhhh tahu sendirilah bagaimana. Si Abe malah sempat makan mie goreng sama Bapak **aduhh untung nunggu dokternya lumayan lama, kalo dokter panggil2 sementara pasiennya masih makan mie di pinggir jalan dekat klinik, apa jadinya...mana bapaknya ikut2an lagi! Oalah**

 

Singkat cerita, hari ini akhirnya aku pun mati gaya....mati kutu...!!
Bea masih mencret dan atas saran dokter, Abe diminta dirumah saja untuk beberapa hari, demi menjaga supaya luka tidak terkena debu atau mengelupas lagi. Hari ini akhirnya aku tidak bisa menyertai ibu-ibu baksos di panti asuhan. Sedih juga, karena boleh dibilang aku hampir tidak pernah absen di acara Majelis Silaturahim. Aku bahkan seksi acara disitu.

 

Rupanya inilah yang menjadi kuncian para ibu yang mengaku aktif. Kalau anak-anak sakit!

 

Ditinggal pembantu, masalah kecil. Banyak deadline, aku masih bisa menghadapi. Tapi kalau anak-anak sudah sakit **apalagi dua-duanya** aku terpaksa memberanikan diri untuk menghadapi kenyataan bahwa mungkin, besok seluruh rambut di tubuh Mbak Sisil akan meradang dan memancarkan sungutnya kearahku.

 

**tatuutttt**

 

:::::.....

 

Capek ya bacanya...?

Sebenarnya aku ingin sekali posting beberapa kegiatan diatas juga foto-foto, tapi menyusul aja ya. Blog walimurid yang kubikin itu, bisa dilihat di http://keluargaalhikmah.wordpress.com disitu ada juga laporan pengajian AsMaRa, baru saja kuposting tadi. Ada hikmahnya anak-anak dirumah hari ini, aku jadi sempat update blog walaupun sedikit berebutan giliran komputer sama mereka hehe.

Kabar baiknya, nanti sore si Mbak sudah kembali kerumah. Dan tadi jam 12 siang, aku baru saja nambah keponakan baru. Subhanalloh, alhamduillah akhirnya Tante Uphi (adik bungsunya Mas Iwan) melahirkan anak pertama. Jadi kalau dipikir-pikir, aku sebenarnya masih bisa gaya lah **hehehe** toh dalam hidup ini, kapan saja selalu akan ada banyak hal untuk disyukuri kan? :-)

 


Rabu, 19 Maret 2008

'Cos We'll Never Ever Ever Know...

Ada satu sifat yang paling aku takuti. Setiap saat aku selalu mohon kepada Allah agar aku terhindarkan dan terjaga dengan sifat yang satu ini. Karena bagiku, sifat yang satu ini adalah salah satu dari beberapa sifat yang paling mengerikan bila ada pada diri seorang manusia.

Merasa lebih baik dari orang lain...siapapun itu...

Naudzubillah... 

Pagi ini kok kebetulan, aku baca postingan Rakhma ini (baca deh, Anda akan mengerti apa yang kumaksud). Juga tadi malam, waktu acara maulid Nabi, diingatkan lagi tentang kisah seorang ustadz dan pelacur.

Sekedar mengingatkan, itu cerita seorang ustadz yang tinggal berhadapan dengan rumah seorang pelacur. Pada akhirnya, si pelacur bisa lebih dulu memasuki surga Allah setelah dengan penuh keikhlasan pernah sekali memberi makan dan minum seekor anjing yang hampir mati kelaparan. Sedangkan si ustadz, dia yang ibadahnya baik dan kesalehannya sudah terkenal di seantero negeri, masuk surga jauh dibelakang si pelacur, karena ternyata terganjal satu sifat yang selama ini dimilikinya, yaitu merasa lebih baik. Merasa lebih suci daripada si pelacur yang tinggal didepan rumahnya. Merasa dia memiliki hati yang lebih bening untuk pantas memasuki surga Allah lebih dulu sementara ketika dia melihat si pelacur lewat, dia membatin “Astaghfirullah, kasihan dia, wanita itu mungkin akan menjadi kayu yang membuat neraka terus menggelegak”. 

Ya Allah... Engkaulah Yang Maha Pengasih yang benar-benar Kasih....dan Maha Penyayang yang benar-benar sayang...Rahasia hati kita, sesungguhnya sedalam itu... Sedalam itu bahkan kita sendiripun seringkali tidak akan pernah tahu...

Maka ketika kita merasa telah mempelajari dan mengamalkan satu ayat Al-Qur’an lagi hari ini, akankah kita masih berani merasa lebih baik dari mereka yang tidak mampu untuk sekedar membacanya?? 

Maka ketika kita merasa telah mengeluarkan banyak harta di jalan Allah, masih beranikah kita merasa lebih dermawan dari mereka yang tak berharta atau orang-orang yang mungkin selalu kita nilai “pelit” itu??

Maka ketika kita melihat seseorang yang tampilannya –sebutlah- tidak Islami, masih beranikah kita merasa bahwa hati kita masih lebih bening dari dia dan karenanya kita merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta dibanding dia??

Maka ketika kita lebih berilmu dari seseorang, masih beranikah kita merasa lebih tahu??

Maka ketika kita berhadapan dengan satu orang manusia, siapapun dia, bagaimanapun dia, masih beranikah kita menakar dan menilainya dibawah kita??

Karena kita sama-sama manusia yang bisa dengan mudah terbutakan bahkan oleh mata hati kita sendiri tanpa kita menyadarinya, maka sesungguhnya kita sama sekali tidak berhak untuk itu... 

‘Cos we’ll never ever ever know....

::::....

Ya Allah yang Maha Suci dan Mensucikan...lindungilah aku dari segala perasaan bangga dan suci diri...peliharalah hatiku dari segala macam penyakit hati yang tersembunyi...dan tetapkanlah diriku ditempatku disini, sebagai manusia, makhlukMu yang tak akan pernah bisa merasa tahu akan rahasiaMu... Amin...

Karena sesungguhnya Ya Allah, mata hatikupun sudah siap untuk menipu dan membutakanku sekarang ini...ketika aku mulai merasa lebih baik dari orang-orang yang selama ini selalu menilai sesamanya itu...Astaghfirullahal adziimm... T_T

:::::.....

 

Minggu, 02 Maret 2008

Curhat, Curhat, Curhaattt!!! :-(((

Ini aku mau curhat! Dengan sangat emosional!

Gara-gara lihat banyak berita bertebaran tentang anak-anak yang mati kelaparan, juga busung lapar, kurang gizi dan sejenisnya itu. Aku sampai tak percaya bahwa itu semua terjadi di Indonesia, dimana katanya nggak ada lautan, yang ada hanya kolam susu. Dimana tongkat dan batu jadi tanaman, dimana rasa gotong royong dan tepo sliro orang timurnya sudah puluhan bahkan ratusan tahun terkenal seantero dunia sebagai karakteristik masyarakat kita. 

Di suatu kabupaten di NTT, tempat terdapat korban gizi buruk yang meninggal itu, ada rencana membangun Kantor Bupati dengan dana sebanyak 26 Milyar! Astaghfirullah, aku tak tahu bagaimana caranya si Pak Bupati bisa tidur nyenyak dimalam hari.

Di sebuah Kabupaten di Jatim (sekali lagi, ini lingkup kabupaten lho), sebuah parpol menghabiskan dana lebih dari 10 Milyar hanya untuk memesan spanduk kampanye. Hanya spanduk! Belum kaos, belum EO acara2 partai yang selalunya gegap gempita itu, belum pesangon para fungsionarisnya, dan yang lain-lain. Hanya spanduk! 10 Milyar! Hanya untuk sebuah janji yang tak tahu apakah akan tertepati!! 

Astaghfirullah...air mataku sampai tumpah menulis ini... :-((

Masih terus akan terbayang gambar anak-anak yang kelaparan tadi di TV...


Ampuni kami Ya Allah... :-(((

:::::..... 

Gambar dicomot dari berita disini : http://www.careindonesia.or.id/index.asp?lg=id&sb=3&dt=11&id=35

Minggu, 25 November 2007

Manusia Belakang Panggung



“Bukannya mereka pada nggak mau repot, Wahida...tapi mereka kan hanya menyerahkan ke ahlinya”

 

Bagi tubuhku yang lagi agak kurang sehat begini, entah kenapa jadinya agak terasa ngelesnya... :-S

 

Sadar sudah menyandang predikat ibu2 (walaupun seringkali kelakuan masih kanak2 :D), maka berkegiatan dengan ibu-ibu sesama walimurid di Sekolah Al Hikmah sebenarnya sangat mengasyikkan. Memang agak berbeda dibanding misalnya ketika bergulat dengan adik2 relawan di yayasan (yang kebanyakan memang masih mahasiswa atau fresh-graduate) atau teman-teman alumni kuliah yang notabene memang seumuran. Mau oprak-oprak satu sama lain masih relatif gampang, nggak ada ewuh pakewuh, rasa sungkan yang berlebihan.

 

Salah satu perbedaannya mungkin adalah perbandingan sumber daya dan tenaga yang tersedia didepan... dan dibelakang “panggung”! Kalau dengan rekan-rekan paramuda mungkin bisa seimbang, fifty-fifty, maka dengan komunitas ibu-ibu rumah tangga ini (apalagi di Al Hikmah) bisa agak njomplang. Jelasnya, di hampir setiap kegiatan, tenaga yang tersedia untuk pekerjaan dibelakang panggung, selalunya cenderung minim kalau tidak boleh dibilang kurang memadai.

 

Aku selalu sadar bahwa di dunia ini, manusia diciptakan dengan berbagai macam potensi dalam dirinya. Tentulah dengan tujuan untuk saling melengkapi satu dengan yang lain.

 

Aku juga sadar bahwa aku memang terlahir untuk menjadi tipe “manusia belakang panggung”. Coba lihat saja cerita ini. Aku sama sekali payah untuk urusan tampil menampil. Daripada setor muka diatas “panggung” kegiatan, aku lebih menikmati segala macam keriuhan persiapan dibalik panggungnya. Itulah kenapa aku nyaris tidak pernah keluar tugas dari seputar “seksi acara”. Ketika suatu kegiatan sudah paripurna, barulah aku bisa naik keatas panggung yang sudah sepi penonton dan dengan segenap jiwa dan raga (yang –biasanya- paling terkuras) bisa menyunggingkan senyum puas dan penuh syukur. Biasanya ini hanya bisa kulakukan dengan 1 atau 2 teman lain yang kebetulan sesama tipe, beruntunglah kami kalo jumlahnya lebih dari itu.

 

Memang bukan rahasia lagi kan, kalau pekerjaan belakang panggung adalah jenis pekerjaan yang sangat sepi peminat...?

 

Teman yang berkomentar diatas tadi, kebetulan memang wanita bekerja. Walaupun dia juga tipe “manusia belakang panggung” tetapi tentu saja tidak bisa banyak menikmati riuhnya bagian belakang panggung kegiatan bersama teman2 walimurid lain karena terhalang jam kantornya. Itulah kenapa seharusnya komentarnya bisa terasa obyektif.

 

Ah...semoga memang hanya karena leherku yang sedang dudul keseleo ini...

Hiks...ini memang postingan curhat dan terimakasih bagi yang sudah sudi membacanya... :-(