Rabu, 19 Maret 2008

'Cos We'll Never Ever Ever Know...

Ada satu sifat yang paling aku takuti. Setiap saat aku selalu mohon kepada Allah agar aku terhindarkan dan terjaga dengan sifat yang satu ini. Karena bagiku, sifat yang satu ini adalah salah satu dari beberapa sifat yang paling mengerikan bila ada pada diri seorang manusia.

Merasa lebih baik dari orang lain...siapapun itu...

Naudzubillah... 

Pagi ini kok kebetulan, aku baca postingan Rakhma ini (baca deh, Anda akan mengerti apa yang kumaksud). Juga tadi malam, waktu acara maulid Nabi, diingatkan lagi tentang kisah seorang ustadz dan pelacur.

Sekedar mengingatkan, itu cerita seorang ustadz yang tinggal berhadapan dengan rumah seorang pelacur. Pada akhirnya, si pelacur bisa lebih dulu memasuki surga Allah setelah dengan penuh keikhlasan pernah sekali memberi makan dan minum seekor anjing yang hampir mati kelaparan. Sedangkan si ustadz, dia yang ibadahnya baik dan kesalehannya sudah terkenal di seantero negeri, masuk surga jauh dibelakang si pelacur, karena ternyata terganjal satu sifat yang selama ini dimilikinya, yaitu merasa lebih baik. Merasa lebih suci daripada si pelacur yang tinggal didepan rumahnya. Merasa dia memiliki hati yang lebih bening untuk pantas memasuki surga Allah lebih dulu sementara ketika dia melihat si pelacur lewat, dia membatin “Astaghfirullah, kasihan dia, wanita itu mungkin akan menjadi kayu yang membuat neraka terus menggelegak”. 

Ya Allah... Engkaulah Yang Maha Pengasih yang benar-benar Kasih....dan Maha Penyayang yang benar-benar sayang...Rahasia hati kita, sesungguhnya sedalam itu... Sedalam itu bahkan kita sendiripun seringkali tidak akan pernah tahu...

Maka ketika kita merasa telah mempelajari dan mengamalkan satu ayat Al-Qur’an lagi hari ini, akankah kita masih berani merasa lebih baik dari mereka yang tidak mampu untuk sekedar membacanya?? 

Maka ketika kita merasa telah mengeluarkan banyak harta di jalan Allah, masih beranikah kita merasa lebih dermawan dari mereka yang tak berharta atau orang-orang yang mungkin selalu kita nilai “pelit” itu??

Maka ketika kita melihat seseorang yang tampilannya –sebutlah- tidak Islami, masih beranikah kita merasa bahwa hati kita masih lebih bening dari dia dan karenanya kita merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta dibanding dia??

Maka ketika kita lebih berilmu dari seseorang, masih beranikah kita merasa lebih tahu??

Maka ketika kita berhadapan dengan satu orang manusia, siapapun dia, bagaimanapun dia, masih beranikah kita menakar dan menilainya dibawah kita??

Karena kita sama-sama manusia yang bisa dengan mudah terbutakan bahkan oleh mata hati kita sendiri tanpa kita menyadarinya, maka sesungguhnya kita sama sekali tidak berhak untuk itu... 

‘Cos we’ll never ever ever know....

::::....

Ya Allah yang Maha Suci dan Mensucikan...lindungilah aku dari segala perasaan bangga dan suci diri...peliharalah hatiku dari segala macam penyakit hati yang tersembunyi...dan tetapkanlah diriku ditempatku disini, sebagai manusia, makhlukMu yang tak akan pernah bisa merasa tahu akan rahasiaMu... Amin...

Karena sesungguhnya Ya Allah, mata hatikupun sudah siap untuk menipu dan membutakanku sekarang ini...ketika aku mulai merasa lebih baik dari orang-orang yang selama ini selalu menilai sesamanya itu...Astaghfirullahal adziimm... T_T

:::::.....

 

88 komentar:

  1. Risviyandi Purnawarman19 Maret 2008 pukul 15.49

    bagus banget untuk bahan renungan

    BalasHapus
  2. Ceritanya udah pernah baca lwt forwardan email dr temen. Bagus bgt buat reminder ya mbak...thx for sharing

    BalasHapus
  3. wahida ariffianti19 Maret 2008 pukul 15.57

    i-ya.... ^_^

    terimakasih udah mampir :-)

    BalasHapus
  4. wahida ariffianti19 Maret 2008 pukul 15.59

    sama2 Mbak Luki.... :-)

    **aku sedang ngiler menatap gambar setup nanasmu sekarang ini...:-D**

    BalasHapus
  5. betapa mudahnya manusia tergelincir ya. hanya dengan sebersit kesombongan, dapat menghalangi untuk masuk surga. ingat, sebesar dzarrah pun akan diperhitungkan.

    BalasHapus
  6. Blog nya Rakhmah dibikin private tuh mba, emang dy posting apaan ya?

    BalasHapus
  7. hehehehe kalo aku sedang ngiler bayangin es podeng nih mbak...mbak wahida sih pake nulis es podeng..dadi ngeces deh...disini wis malem lho mbak..mengko nek aku ora iso turu piye...hehehehe

    ohya udah baca mas iwan komen di Es Cincau hitam/Cao..dia nulis, ini kesukaan bojoku, *njaluk'o nduk...* wakakakakaka...

    Met long weekend

    BalasHapus
  8. makasih ya Da, semoga kita dijauhkan dari sifat merasa lebih baik dari orang lain ini. Amiiin

    BalasHapus
  9. Turut Berdo'a:

    Ya Allah yang Maha Suci dan Mensucikan...lindungilah aku dari segala perasaan bangga dan suci diri...peliharalah hatiku dari segala macam penyakit hati yang tersembunyi...dan tetapkanlah diriku ditempatku disini, sebagai manusia, makhlukMu yang tak akan pernah bisa merasa tahu akan rahasiaMu... Aamiin, Allohuma Aamiin...

    TFS.

    BalasHapus
  10. wahida ariffianti19 Maret 2008 pukul 17.45

    sangat Rik... :-(

    BalasHapus
  11. wahida ariffianti19 Maret 2008 pukul 17.46

    ini aku copas postingannya langsung dari Rakhma...thx dah ngasih tau, aku nggak notice kalo postingannya dibikin private :-)

    :::::.....

    SIAPA YANG DISEBUT IKHWAN ATAU AKHWAT??

    Who is you can called him/her as a ikhwan/akhwat?

    "emang temenmu ada yang ikhwan?" tanya seseorang padaku suatu hari.. Jleb! Aku langsung berpikir, apakah aku itu seharusnya kuper sehingga hanya berteman dengan perempuan semua? Ataukah hanya orang-orang tertentu saja yang menyandang predikat sebagai ikhwan?
    Jawabku waktu itu (intinya kalau nggak salah,, udah agak lupa) tentu saja punya teman ikhwan karena hidup di dunia yang heterogen. Karena bagiku ikhwan adalah laki-laki, dan akhwat tentu saja perempuan. Tetapi entah mengapa seperti sudah menjadi peraturan tak tertulis, bahwa akhwat dan ikhwan hanyalah sebutan untuk orang-orang tertentu.

    Dalam sebuah forum besar, akhwat bermakna perempuan, misalnya dalam pemisahan tempat pendaftaran suatu lomba atau tempat wudhu di suatu mesjid. Begitu pula ikhwan. Makna ikhwan menjadi laki-laki, seperti halnya akhwat. Tetapi bila kembali ke pembicaraan sehari-hari, akan ada lagi sebuah peraturan tak tertulis : akhwat dan ikhwan untuk orang-orang tertentu. akhwat untuk perempuan tertentu, dan ikhwan untuk laki-laki tertentu.

    Contoh yang menyakitkan aku lagi,
    aku menanyakan perihal adek saya (laki-laki, 13-an tahun) kepada temanku mengenai sebuah acara. Temanku panitia dan aku menanyakan apakah adekku ikut dalam acara itu?
    Dia balik tanya "Adekmu ikhwan po?"
    Jleb, sungguh pertanyaan yang menyakitkan hatiku.. Adekku laki-laki...Apakah lalu bukan ikhwan?

    Lalu, akan sering sekali dijumpai pernyataan bahwa seseorang sudah akhwat atau seseorang belum akhwat, seseorang sudah ikhwan atau seseorang belum ikhwan. Lalu, jika belum ikhwan atau belum akhwat, apakah mereka sebelumnya?

    Aku pun jadi teringat beberapa tahun yang lalu..saat aku masih duduk di bangku sekolah (cieeelaahhh yg skrng udah kuliah.. hehehhhee)..
    Bagi aku dan teman-temanku, adalah wajar menyebut teman kami yang sama-sama pengurus Rohis sebagai ikhwan. Suatu kali dalam perbincangan dengan salah seorang teman, ia mengatakan, "Ia ikhwan po?" tanyanya, yang waktu itu kutangkap bahwa menurut temanku, temanku yang laki-laki itu belum pantas menyandang predikat sebagai ikhwan. Iya-kah? Kala itu aku cuma diam.

    Seseorang di salah satu milis pernah berkata, bahwa agar teman-teman yang lain jangan menyebutnya ikhwan. Seseorang lain lagi di milis me-reply dengan mengatakan, (yang kira-kira isinya) apakah yang disebut ikhwan hanya orang-orang tertentu? Kalau begitu, aku juga tidak mau disebut ikhwan. Kata dia waktu itu. Aku yang membaca cuma senyam-senyum nggak jelas gitu. ehhehe..
    Tapi kemudian terpikir, bahwa stereotipe ikhwan maupun akhwat, dalam otak banyak orang, sudah otomatis men-judge seseorang yang 'khusus' alias cuma untuk beberapa orang yang tertentu.
    Akibatnya?
    Seseorang bila terlanjur mencap seseorang, baik itu sebagai ikhwan dan akhwat (dikategorikan sebagai laki-laki khusus atau perempuan khusus saja), ketika mereka menemukan sebuah sikap atau sifat yang mereka sebut itu ada yang tidak pantas, mereka memprotes.
    "Kamu enggak cocok sebagai ikhwan/akhwat"
    Bukankah yang memberikan predikat itu mereka sendiri? Lalu, bila ternyata sebutan itu tak cocok menurut mereka, mengapa mereka protes terhadap yang bersangkutan? Sesungguhnya mereka tak berhak melakukan itu..

    jadi?
    :-?
    hmm...

    BalasHapus
  12. wahida ariffianti19 Maret 2008 pukul 17.47

    hualah, jan ngisin2i tenan...hihihih :-D

    BalasHapus
  13. Ibu Ranger Harley19 Maret 2008 pukul 17.48

    gw lebih baik lho...
    bener!!

    lebih baik nggak usah diikuti kelakuannya...
    karena banyak ngaconya... :D


    eniwei.. mengenai tulisan itu..
    gw pernah cabut dari suatu komunitas
    abis nggak tahan...
    bukannya membuat gw jadi bergairah untuk lebih sholeh
    malah rasanya bikin gw jadi lebih hina di sana.. :P

    (ya emang gw ancur sih.. tapi ga usah gitu2 amat laaah... :P )

    BalasHapus
  14. wahida ariffianti19 Maret 2008 pukul 17.49

    sama2 Kak...amiinnn :-)

    **jadi inget curhatku ke Kak Mia kemarin itu ya :-)

    BalasHapus
  15. wahida ariffianti19 Maret 2008 pukul 17.51

    turut mengamini Mas...
    sama2 semoga juga menjadi peringatan bagi aku sendiri :-)

    BalasHapus
  16. wahida ariffianti19 Maret 2008 pukul 17.53

    sayangnya, memang masih banyak komunitas yang memberi efek "menghakimi" seperti ini... :-(
    padahal hanya Allah yang berhak untuk menghakimi hati manusia... :-(

    BalasHapus
  17. wahida ariffianti19 Maret 2008 pukul 18.03

    wekekekek
    paling tidak kamu nyadar...

    banyak lho yang nggak nyadar, biarpun kelakuannya nggak ngaco, tapi dia sangat ingin semua orang menirunya, merasa bahwa semua orang yang mau masuk surga harus kaya dia...akhirnya ngaco juga tuh hueheheheh

    BalasHapus
  18. makasih udah saking mengingatkan ya mbak...

    BalasHapus
  19. wahida ariffianti19 Maret 2008 pukul 18.14

    sama2 mbak Putri :-)

    BalasHapus
  20. hihi, iya, aku langsung ndegh...wah mesti yang kemarin itu
    sudahlah Da, inget cerita anak dan bapak dengan keledai?
    kalo anak naik, bapak yg tuntun keledai, dibilang anak ngga hormat bapak
    kalo sebaliknya dibilang bapak ngga sayang anak
    kalo dua duanya naik dibilang sadis ama hewan
    kalo ngga ada yg naik dibilang bodoh, punya keledai koq ngga dikendarai

    kalau kita selalu berpikir apa pendapat orang tentang kita, pasti ngga akan sama
    berbuatlah selalu yang terbaik,
    soal penilaian, Allah sang Maha Penilai

    BalasHapus
  21. maaciyh yah Mba....

    BalasHapus
  22. Jadi introspeksi ni mb... Huhuhuuww...
    Thx ya sis *hug*

    BalasHapus
  23. SUBHAANALLAAH.. syukron katsir, mbak.. telah mengingatkan saya.

    Btw, maaf mbak, ini sekedar pemikiran saya sejak dulu... (sering kutanyakan dlm hati) tentang cerita USTADZ dan PELACUR itu. Saya merasa ANEH pd cerita itu. Kok tahu mereka sdh masuk surga (terlebih yg masuk duluan adlh si pelacur)? Bukankah blm tiba saatnya manusia dikumpulkan utk dihisab amal perbuatannya? Dan... benarkah amal yang setitik bisa mengamalkan amal yg lebih berat dan dilakukan berulang kali? Amal manusia diterima bila memenuhi dua syarat: 1.niat yg benar (krn Allah semata) dan 2.Sesuai syariat. Dan menurut saya, kedalaman niat seseorang hanya Allah yang tahu.
    Maaf, maaf, saya tdk berniat menyombongkan diri atau menganggap diri ini suci. Ini hanya sekedar pemikiran saya.. Sejuta kali lagi, ma'aaaaaaf.. setulus hati, sedalam-dalamnya..

    BalasHapus
  24. Astagfirullah...
    Maafkan hambamu ini ya Allah....

    BalasHapus
  25. wahida ariffianti19 Maret 2008 pukul 20.52

    sebenarnya soal yang kemarin itu sudah aku lupakan lah Mbak... juga karena aku ingat cerita bapak-anak-keledai yang pernah kuposting itu... :-)

    tadi pagi kebetulan aja baca postingan Rakhma itu, juga ceramah maulid tadi malam, jadinya pingin nulis ini...hehehe

    BalasHapus
  26. wahida ariffianti19 Maret 2008 pukul 20.52

    sama-sama Gina....ini juga pengingat untuk diriku sendiri :-)

    BalasHapus
  27. wahida ariffianti19 Maret 2008 pukul 20.53

    huhuuuu iya aku juga...sama-sama Yas... **hug back**

    BalasHapus
  28. but, ya...
    Kita harus senantiasa berlindung diri dari semua sifat tercela, baik yang nampak maupun yg tersembunyi dlm hati.
    Semoga Allah mengampuni semua dosa dan khilaf kita. Amiin.. @_@

    Syukron katsir.. Jazakillah khoyr. Amiin..

    BalasHapus
  29. wahida ariffianti19 Maret 2008 pukul 21.00

    terus terang, saya nggak begitu ngerti juga Mbak bagaimana dasarnya (kalo nggak salah kata yang ceramah tadi malam, itu kisah dari salah satu hadits Bukhari Muslim)

    sekali lagi, bagi saya nggak penting apa dasarnya dan bagaimana terjadinya...saya sih lebih menekankan dan merasakan efek ceritanya untuk saya pribadi saja....kalo saja cerita itu ternyata fiksi belaka atau gimana, kalau dengan cerita ini saya bisa merasa lebih dekat dengan Allah, maka akan saya terima...

    **maaf juga, mungkin karena saya terlalu banyak berkutat dengan dongeng anak2 yang walaupun kebenaran kenyataannya akan terasa ANEH dan tidak riil, tetapi bagaimanapun pesan moral dari dalam ceritanya bisa diserap bulat-bulat oleh anak-anak dan kemudian memberi efek positif untuk kehidupannya...sekali lagi saya juga mohon maaf nih... :-)

    BalasHapus
  30. wahida ariffianti19 Maret 2008 pukul 21.03

    amiinnn...terimakasih juga Mbak :-)

    BalasHapus
  31. Waaa postingan yang bagus... kayak peringatan nylekit temen penjaranya Fahri di AAC...
    Sama, mbak aku juga berharap jangan sampai kena "penyakit" yang satu itu. Kalaupun kena jangan sampai gawat dan segera inget sebelum kebablasan.

    BalasHapus
  32. kayaknya gw ngalamin hal yang sama, Ley :P

    BalasHapus
  33. Jazakillah ibuk...buat mengingatkan diri yang sering masuk perangkap syeithan, berbangga terhadap diri secara berlebihan...

    BalasHapus
  34. wahida ariffianti19 Maret 2008 pukul 21.17

    ah iya, aku suka sekali ketika di filem, tokoh Prof. yang di novel diganti dengan seseorang yang kelihatan setengah gila di penjara itu Mal... menunjukkan bahwa hikmah dan hidayah bisa datang lewat darimana saja, bukan melulu dari orang berilmu yang hapal Al-Qur'an yang menguliahi kita...

    bahkan kalo nggak salah ada cerita bahwa sewaktu Rasulullah Mi'raj, beliau banyak melihat ustad2 masuk neraka, dan ternyata itu karena mereka tidak mengerjakan apa yang mereka ucapkan... Astaghfirullahal Adziimmm... T_T ....trus bagaimana kita ya??? :-((

    BalasHapus
  35. wahida ariffianti19 Maret 2008 pukul 21.18

    sebenarnya aku juga pernah...... :-D

    BalasHapus
  36. wahida ariffianti19 Maret 2008 pukul 21.21

    Sama-sama Dwina...begitu juga dengan aku kok...masih suka harus sering2 dijewer-jewer ya pokoknya kita nih ^_^

    BalasHapus
  37. subhanallah..........mbak pinter cari kata2 tersebut???

    ak sering seperti ituh dalam hatiQ............aduh subhanallah.........ampuni aQ.....


    aduh gimana nieh........

    BalasHapus
  38. wahida ariffianti19 Maret 2008 pukul 21.29

    subhanalloh Fajar....mengakuinya saja, sudah membuktikan bahwa kamu sadar akan kesalahan diri sendiri dan itu secara luar biasa sudah menggambarkan betapa kamu nggak ingin merasa lebih baik dari orang lain....

    aduh ya trus gimana ya?? kok jadi ikutan bingung aku, hehe... menyitir kata-kata di filem AAC **gara2 Mamal nih :-D**......"Insyaalloh, Tuhan sedang berbicara padamu, Fajar" <=== bener gini nggak Mal dialognya??? tinggal "Fahri" diganti sama "Fajar" udah mirip juga :-D

    BalasHapus
  39. wahida ariffianti19 Maret 2008 pukul 21.31

    hueheheh yang dicontek rela kok Mbak Ir...**hug** :-D

    BalasHapus
  40. Apapun yang kita berbuat selalu melihat ke bawah ya mbak.. ^__^ TFS..

    BalasHapus
  41. em fahri ayat2 cinta???

    ugh ga mau baget aQ.........dy pnya 2 istri ugh ga ga gag ag agagag .......bkan tipe cow kyak gtu mbak>>>tapi klo sifatnya baeklah ma orang2 kayak nabi kita??? aku suka/?

    BalasHapus
  42. wahida ariffianti19 Maret 2008 pukul 21.52

    sama2 Retna :-)

    BalasHapus
  43. wahida ariffianti19 Maret 2008 pukul 21.53

    hahahahahahahha iya deh iyaaa...segala sesuatu kan silahkan diambil hikmahnya, dan silahkan ditinggal yang nggak hikmah buat kita... :-D

    BalasHapus
  44. kata teman yang pintar bahasa arab siyyy...
    ikhwan itu saudara laki-laki dan akhwat saudara perempuan...
    berarti kalo kita ketemu muslim dan muslimah artinya mereka itu adalah ikhwan dan akhwat bagi kita juga...kan kita sodaraan sesama muslim...
    iya ga ya?
    kasi tau kalo salah yaaaaaaa....

    tapi memang dalam perkembangan bahasa suka ada penyempitan dan perluasan makna kata..
    contoh waktu ikut pelajaran bahasa indonesia dulu makna kata sarjana..yang ngalamin..mmh kalo gak salah penyempitan...
    aslinya kalo gak salah bahasa sansekerta yang artinya orang berilmu...tapi sekarang..lulusan S1 baru dikatakan sarjana...
    mmh gt bukan yaaaaaaa?
    aduu takut salah, kasi tau yaaaaaaaa kalo salah..hiks (deg..deg-an takut salah..hiks)

    btw...
    aammiin (mengaminkan do'a mbak wahida tersayang...)
    ikutan juga ya mbak..minta ikut didoain maksudnya.. ^_^
    karena ketika hati tergelincir maka akan berbahaya bagi jiwa dan raga kita...

    BalasHapus
  45. naaah itu diaa... huhuhu
    Rasul saja punya sifat selalu koreksi diri, kita sendiri sering lupa... padahal beliau sudah dijamin masuk surga tapi tetap waspada terhadap perilakunya sendiri... *uuuh ngerasa kesindir dengan omongan sendiri*

    BalasHapus
  46. pinter yah mbak menyerap kata2 orang laen????'

    yah dweh mbak???

    mbak mo ga jd kakak aQ???

    BalasHapus
  47. wahida ariffianti20 Maret 2008 pukul 00.07

    ini dia penjelasannya gamblang banget nih, hehehe...

    kalo boleh tahu, memang kata akhwat dan ikhwan **seperti dalam postingan Rakhma itu** mengalami penyempitan makna juga atau gimana ya dik?

    BalasHapus
  48. wahida ariffianti20 Maret 2008 pukul 00.10

    duhhhh :-(

    BalasHapus
  49. wahida ariffianti20 Maret 2008 pukul 00.11

    wah, jangan memuji ah, itu juga salah satu hal yang aku takuti :-S

    BalasHapus
  50. ya dweh...maaf???

    emang sie pujian membuat hati kita jadi merasa lebih dan membuat kita semakin lemah?????

    BalasHapus
  51. ‘Penyakit’ merasa lebih baik dan lebih suci memang tidak kalah bahayanya jika dibanding dengan ‘penyakit’ merasa kotor dan mensyiarkan kekotorannya(aib sendiri) pada orang lain secara terperinci padahal Allah telah menjaganya. Kedua-duanya, seakan memang bagian dari skenario syaithan la’natullah untuk menyerang manusia dari segala lini, kanan kiri depan belakang, yang pada akhirnya akan mengantarakan ke sia-siaan dan juga merendahkan orang lain untuk penyakit 1 dan keputusasaaan beramal karena merasa sudah ‘kotor’ untuk penyakit 2.

    Tips-tips yang mungkin bisa dicoba untuk terapi penyakit 1 (penyakit merasa lebih baik-lebih suci) :
    1. Memperbanyak berinteraksi dengan ulama dan saudara-saudara yg sholih, karena dengan cara begini kita akan senantiasa diingatkan bahwa apa-apa yg telah kita lakukan masih belum apa-apa jika dibanding dengan porsi mereka dalam berkhidmat untuk ummat dan tegaknya dien ini.
    2. Saatnya untuk mulai kembali membuka-buka kitab sirah dan kisah-kisah para sahabat Rasulullah SAW yang mencurahkan segala yg dimiikinya untuk tegaknya dien ini, juga kisah-kisah ulama salaf. Buku-buku seperti ‘aina nahnu baina ulama salaf (positioning kita dibanding dengan ulama salaf) mungkin bisa dijadikan pertimbangan untuk membacanya.
    3. Menambah porsi keimanan kita, terutama terkait dengan masalah ‘indahnya Qdha dan Qodar. Semoga dengan lebih menambah keimanan tentang indahnya qodho dan qodhar akan membuat kita lebih arif dalam menyikapi segala peristiwa yang menimpa kita , keluarga dan orang di sekitar kita. Peristiwa-peristiwa yang mungkin disikapi negative oleh kita (kemalangan, musibah, terjatuh pada lembah maksiat, na ‘udzubillahi min dzalika), terkadang justru pada titik itulah merupakan titik mula perbaikan pada diri kita. Setiap orang akan ‘ngeh’ pada titik yang berbeda-beda pula. Jadi tak ada alasan untuk meremehkan orang lain.
    4. Semakin menambah keyakinan pada diri kita bahwa banyak sekali amalan yg bisa membuat Allah ridho dan memasukkan hambaNya ke surga, dan bahkan sekecil apapun amalan itu menurut ukuran manusia. Dengan menambah keyakinan akan hal ini semoga kita tidak lagi menyepelekan suatu amal, termasuk ketika orang lain melakukan amalan tsb. Karena bisa jadi jadi amalan tsb adalah amalan unggulan mereka dengan segenap kemampuan dan potensi yang Allah berikan kepada mereka. (untuk point 4i ni, di lain waktu,semoga Allah berikan kesempatan bagi kami untuk memberikan contoh kisah sahabat Anshor. Insya Allah).
    5. Wallahu a’lam bish showab

    semoga gak seperti menggurui yah, just sharing, smoga bermanfaat :)

    Al faqir ilallah

    BalasHapus
  52. bagus banget pencerahannya mba....
    makasih banyak dah berbagi kebaikan...

    BalasHapus
  53. anti pinter sekali nulisnya ... thx an,

    ))Maka ketika kita melihat seseorang yang tampilannya –sebutlah- tidak Islami, masih beranikah kita merasa bahwa hati kita masih lebih bening dari dia dan karenanya kita merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta dibanding dia?? (( jadi ingat lagunya si ahmad dani jika surga dan neraka tak pernah ada.

    ntar badminton lagi ya ? tapi raketnya jangan rusak mulu'

    salam buat pipit dan bayinya

    BalasHapus
  54. yaa sudah ayo senyum .... ceria.... :D

    BalasHapus
  55. tfs mbak..

    kalo menurut saya, cerita ini malah sangat wajar.
    - kalo dibilang kan amal kita belum dihisab --> ini kan karena kita dibatasi 'waktu'. kalo bagi Allah, lha 'waktu' itu ciptaan-Nya...
    - kalo dibilang bagaimana bisa amal kecil mengalahkan amal besar --> lha kalo amal kecilnya dilakukan dengan penuh keikhlasan, sedangkan amal besarnya karena riya, jangan2 yg amal besarnya malah ndak tersisa. kita masuk surga kan karena semata2 kita diselamatkan. jangan2, amal sebanyak apa pun sebenarnya nggak cukup buat bayar tiket ke surga.

    semoga kita termasuk orang yang diselamatkan. amiiiin....
    *hiks, rasanya sama sekali ndak layak masuk surga*

    BalasHapus
  56. wahida ariffianti20 Maret 2008 pukul 19.53

    duhhhhh suwun sanget mas...semua poinnya sangat mengena, tapi ini lho yang paling mak ces pleng kurasakan sekarang... ^_^

    BalasHapus
  57. wahida ariffianti20 Maret 2008 pukul 19.54

    insyaalloh untuk kita semua Teteh..terutama yang nulis itu lho, duuhhhh jangan sampai bisa nulis tapi nggak bisa mengamalkan...hiksss :-(

    BalasHapus
  58. wahida ariffianti20 Maret 2008 pukul 20.01

    ternyata hati kita sangat penuh dengan rahasia ya Yul...

    **badminton lagi?? duhh sekarang sekedar mengembalikan drop shot aja udah ampun2, perut dan mengganjal sana sini hihihihi :-D

    BalasHapus
  59. wahida ariffianti20 Maret 2008 pukul 20.03

    ternyata hati kita sangat penuh dengan rahasia ya Yul...

    **badminton lagi?? duhh sekarang sekedar mengembalikan drop shot aja udah ampun2, perut dah mengganjal sana sini hihihihi :-D

    insyaalloh ntar salamnya kusampaikan, nanti siang insyaalloh aku mau berangkat Tulungagung nih.. :-)

    BalasHapus
  60. wahida ariffianti20 Maret 2008 pukul 20.04

    **langsung senyum ceria...maksudnya...eh tapi kok jadinya malah nyengir ya Mal??? :-D

    BalasHapus
  61. wahida ariffianti20 Maret 2008 pukul 20.05

    sama2 mama honey... :-)

    BalasHapus
  62. wahida ariffianti20 Maret 2008 pukul 20.14

    iya ya Rind...sudut pandangmu terasa pas juga tuh... memang kalau mengandalkan akal manusia untuk mengerti rahasia Allah...rasanya rahasianya akan malah semakin terasa jauh dari hati kita ya...

    sekali lagi, apa yang paling penting buatku sih pesan moral ceritanya itu sendiri...liat aja dongeng anak-anak, ada berapa yang wajar dan pasti akan lebih banyak lagi yang tak wajar...tapi kalo pesan moral nyampe ke hati nurani dan memberi sesuatu yang positif dalam hidup, maka itulah poinnya :-)

    makanya terus terang aku nggak ahli dan nggak mau ruwet kalo ditanya dasar kesahihan sebuah hadits, asbabun nuzul dll itu...ilmuku disitu sangat amat terbatas....
    aku hanya mampu percaya bahwa hati nurani nggak akan membawa kita jauh dari Allah karena itu sudah fitrahnya, jadi apapun itu, darimanapun itu berasal, kalau hati nuraniku bilang isinya itu baik untukku, bisa membawa lebih dekat dengan Allah, maka insyaalloh aku terima... (walohua'lam bishawab)

    hikss...**ikut mengamini doa Rinda** ^_^

    BalasHapus
  63. wahida ariffianti20 Maret 2008 pukul 20.19

    setuju lagi, dan darimana kita tahu bahwa ibadah yang dilakukan terus-menerus akan lebih diterima dari satu amalan kecil didunia ini? sesungguhnya kita tidak pernah tahu...apa isi hati kita sendiri saja kita seringkali tidak tahu, apalagi isi hati orang lain...

    rahasia sebuah hati....semua ternyata memang hanya milik Allah semata...

    BalasHapus
  64. nice article, mba.
    TFS

    BalasHapus
  65. xixixiiii ... ada aja mengganjal :-D

    BalasHapus
  66. bener wahidah,kadang kita emang merasa lebih baik dari org lain.padahal belum tentu.itulah gunanya kita harus introspeksi diri.aku ancungin jempol utk articlenya.bagus utk kita2 yg selalu merasa dirinya benar.

    BalasHapus
  67. ass.gimana yah mbak biar ga ampe berperasaan kayak gituh???

    berikan tips dan saran mbak ??
    ]sblume makasih

    wass

    BalasHapus
  68. wahida ariffianti21 Maret 2008 pukul 16.53

    sama2 afiati...semoga bermanfaat untuk kita semua, aminn :-)

    BalasHapus
  69. wahida ariffianti21 Maret 2008 pukul 16.54

    iyo, dah gak bisa ikut porseni lagi kaya jaman dulu, sekedar satu jam tampekan aja udah untung xixixixixi :-D

    BalasHapus
  70. wahida ariffianti21 Maret 2008 pukul 16.56

    hwaaaaaaaaaa mbak nopiiiiii terimakasiiihhhhh **dengan dramatis lari2 peluk mbak novi** (karena komentarmu selalu kunanti disini hueheheheh)

    BalasHapus
  71. wahida ariffianti21 Maret 2008 pukul 17.09

    waalaikumsalam

    tips? saran? secara aku juga masih belajar menerapkannya? nggak salah nih?? hehehe..
    hemm....**mikir sejam**

    apa ya? mungkin kuncinya sama kaya badminton tadi kali ya **ealah** yaitu LATIHAN...kayaknya hati kita kalo dikasih perintah thok tapi nggak dilatih, bakalan susah deh...tul nggak sih?

    LATIHAN selalu introspeksi setiap waktu...(perlu latihan terus menerus karena ini sangat susah untuk dilakukan)

    LATIHAN selalu melihat semua orang dengan lebih dalam lagi..aku percaya bahwa dalam diri semua orang, siapapun itu, pasti punya sesuatu atau sifat yang baik dan bisa kita contoh.siapapun itu, dari ustadz/ah sampai tukang becak atau tukang sampah yang keliling kompleks rumah kita. Be open minded, and part to be open minded is being able to see the good, even from the worst.

    LATIHAN untuk tidak narsis kalau dalam hal perbuatan (yah kalo dalam hal foto2 aja gpplah hihihi namanya juga latihan :-D) dan terutama amal ibadah. Merasa sudah infaq? tenang, masih banyak orang yang lebih ahli dalam berinfaq. Merasa sudah ahli infaq? tenang, masih banyak orang-orang yang selain ahli infaq juga ahli sholat sunnah...intinya selalu melihat keatas soal ibadah. diluar sana masih banyak orang yang bergelimang pahala dalam hidupnya, bahkan ibu janda yang setiap hari menghabiskan waktunya di pasar jualan tahu/tempe untuk memenuhi kebutuhan anak-anak dan keluarganya.

    LATIHAN untuk selalu kembali ke hati nurani lah pokoknya...sama kalo pas denger adzan dan kita nggak langsung berangkat sholat, pasti kan ada tuh, suara hati kecil kita jauh didalam sana yang terus ngoprak2 "hey, cepetan sholat sana!" gitu...?

    wah, sori kalo tips nya nggak sistematis nulisnya hihih yang lain harus nambahin nih!!!! Ayo silahkan, anyone???
    :-D **ngasi tugas balik**

    BalasHapus
  72. Amiin... Hiks, semoga jangan sampai... Atau jangan-jangan selama ini sudah ada sifat itu di diriku?

    BalasHapus
  73. wah... artikelnya sangat menyentuh... comment dan ulasannya juga saling melengkapi..., urun pendapat bu... bgm kalo kita mengambil tempat di tengah-tengah... (keseimbangan)... tidak merasa diri lebih baik dari yang lain (dlm konotasi sombong), tidak sangat pesimis atas ampunan dan ridloNya. Terus belajar... dan beramal shaleh... (tentunya dengan niat lillahi ta'ala)... semoga kita dihindarkan dari salah satu penyakit hati... kesombongan...

    BalasHapus
  74. Ibu Ranger Harley22 Maret 2008 pukul 17.18

    bukan komunitas yang bikin gw ketemu elo dan yang laen2nya kan?

    BalasHapus
  75. kayaknya cukup aek mbak.........tapi kayake ada nyang kurang???
    insya Allah aku dah menerapin kyak gituh....eh tauk ga mbak kemaren malam aku curhat terus ma teman2 Q tentang posting mbak tuh loh.......temanQ jga,mikirnya sama ma aku.lalu aku critain postingan mbak?/

    lalu dy jgah akan berysaha untuk tidak kayak gituh lagi...sebagaimana pun aku mbak,aku akan berusaha keras untuk kayak menjadi orang baek........orang yang baek tuh khan orang yang berguna bwat orang laen??
    ya ga mbak?makasih tipsnya/???

    BalasHapus
  76. wahida ariffianti23 Maret 2008 pukul 14.38

    hikksss **cuman bisa peluk2in Leila** T_T

    BalasHapus
  77. wahida ariffianti23 Maret 2008 pukul 14.39

    subhanalloh...insyaalloh ini kuncinya ya Pak... terimakasih banyak sudah urun rembug :-)

    BalasHapus
  78. wahida ariffianti23 Maret 2008 pukul 14.40

    yang laen2nya ini siapa sih?? aku? **halah** :-D

    BalasHapus
  79. wahida ariffianti23 Maret 2008 pukul 14.43

    ohh...salam untuk temanmu ya,
    ah iya kamu benar, semoga kita semua bisa terus lillaahi ta'ala menebar manfaat kepada yang lain ya Jar...aminn :-)

    BalasHapus
  80. Ibu Ranger Harley23 Maret 2008 pukul 17.32

    JELAS..... bukan!!
    kamyuuu ge-er deh ih!!

    BalasHapus
  81. wahida ariffianti23 Maret 2008 pukul 17.38

    **sekarang hari kebalikan ya??** :-/

    BalasHapus
  82. he he he...
    sedih kalo ngelihat yang begini mbak
    sok mau masuk sorga sendirian...
    (kan aneh ya wong masuk sorga kok sendirian, emang enak ga ada temannya. ngajak ngajak po'o)

    BalasHapus
  83. hmm.. kira-kira menurut Mbak gimana? soalnya dari percakapan dg beberapa teman, dan sebutan mereka terhadap teman yg lain, makna ikhwan akhwat mengalami penyempitan, sementara aku pribadi menganggap akhwat ikhwan adalah saudara sesama Muslim... begitu.. :-)

    BalasHapus
  84. hihihi,, maaf... dibikin buat network... habis atut...(lhoh?) tapi udah di-copas ma mbak Ida kan di bawah itu..

    BalasHapus
  85. wah tulisan Mbak lebih sistematis ..
    ulasan yg bagus Mbak..
    Mbak menuliskan apa yg ngg kutulis..:-)

    BalasHapus
  86. wahida ariffianti25 Maret 2008 pukul 02.06

    istilah baru nih...masuk surga ngajak2...hehehe :-)

    BalasHapus
  87. wahida ariffianti25 Maret 2008 pukul 02.08

    menurutku di beberapa tempat juga gitu Ma...tapi semoga saja aku salah...karena sayang sekali kalau ada seorang laki2 **spt contoh adikmu itu** yang kemudian merasa kecewa karena nggak dianggap saudara, padahal jelas2 sesama muslim

    thx atas postingannya, jadi agak2 terinspirasi gitu deh... hehe :-)

    BalasHapus
  88. wahida ariffianti25 Maret 2008 pukul 02.09

    jadi ini juga yang kamu maksudkan to?? hueeheh alhamdulillah kalo bisa saling melengkapi maksud masing2 :-)

    BalasHapus