Jadi inget soal ini gara-gara baca postingannya Kak Mia yang ini.
Beberapa waktu yang lalu, dalam rangka merumuskan mekanisme Quality Control (QC) untuk Sekolah Al Hikmah, diadakan hearing dengan para ahli manajemen pendidikan sekolah. Salah satunya adalah Prof. Dr. Ibrahim Bafadal, M.Pd, Dosen Universitas Negeri Malang yang juga seorang ahli manajemen pendidikan sekolah. Beritanya ada disini.
Anyway. Salah satu poin yang bisa diambil dari konsultasi kepada beliau ini, adalah tentang kondisi pendidikan dasar sekarang ini di
Tetapi... –menghela napas-... keadaan menjadi berbalik 180 derajad ketika anak-anak ini menginjak usia SMP-SMA bahkan masuk bangku kuliah. Kita amat jauh tertinggal. Kenapa pasal??
Menurut Pak Ibrahim, ini karena ketika di SD, anak-anak
Nah, di sisi lain disaat anak-anak
MEMBACA : meliputi semua serba-serbi membaca, dari pelajaran dan latihan teknik membaca cepat (speed reading) sampai dengan bagaimana memahami berbagai bahasa sastra, memahami berbagai bentuk gambar dan tulisan. Pokoknya membaca dalam arti yang luas!
MENULIS : juga menulis dalam arti luas, dari membuat review, narasi sampai menulis fiksi dan menggambarkan bagaimana perasan mereka lewat tulisan.
MELISANKAN : melisankan disini meliputi segala macam kemampuan komunikasi, dari mengemukakan pendapat, mengulas apa yang dibaca, apa yang ditulis sampai dengan diskusi interaktif.
MENGHITUNG : memahami dan menguasai dasar-dasar menghitung dan logika yang menjadi dasar dan muara munculnya segala macam rumus-rumus (yang di
Intinya, 4M ini adalah dasar-dasar keilmuan. Dengan ditumbuhkannya 4M sedari usia dini diharapkan siswa akan mempunyai kepekaan dan keingintahuan yang tinggi akan ilmu, apapun ilmu itu! Siswa dilatih untuk merasa ingin tahu terhadap segala hal, dan dibekali dengan kemampuan untuk memuaskan rasa ingintahunya itu, mencari tahu dan menemukan jawaban dengan kemampuan dan keinginannya sendiri. Budaya inilah yang akan terbawa sampai mereka sampai di pendidikan menengah atau pendidikan tinggi sekalipun. Mereka menjadi mandiri dalam mencari ilmu.
Sekarang mari kita kembali ke SD di Indonesia...
Apa yang akan mereka pelajari hari ini, sudah diatur oleh kurikulum sekolah. Hari ini mereka dikasih tahu apa rumusnya mengukur luas lingkaran, besoknya luas segitiga, besok laginya luas jajaran genjang. Pelajaran membaca hanya ada di beberapa jam dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Apalagi menulis dan menceritakan kembali??
Segala hal yang mereka ketahui, berasal dari petunjuk guru atau buku paket. Bahkan kalau mereka sedang penasaran dengan biografi Einstein atau Thomas Alfa Edison sekalipun, kadang-kadang rasa ingin tahu mereka harus terbunuh karena sebelum mereka ada waktu memenuhinya, waktu mereka sudah keburu habis untuk menghafal hukum-hukum relativitas atau listrik atau menghapal luar kepala berpuluh rumus yang bisa muncul dari teori Einstein dan
Akibatnya, siswa-siswa di Indonesia ini terbiasa didikte dalam mencari ilmu. Bahkan Pak Ibrahim bilang, akibat lainnya adalah bila ada guru di kelas, anak-anak bisa belajar dengan baik tetapi giliran gurunya tak ada, mereka kebingungan. Mereka tidak terbiasa mencari ilmu dengan mandiri. Bahkan tak jarang, tidak masuknya gurupun menjadi kabar gembira yang salah kaprah. “Asyiikkk kelas kosoonggg...berarti kita bisa bebas bermaiinnnn!!!!” Bebas bermain ketika guru tak ada? Sungguh menyedihkan, karena ini berarti ketika para guru ada, siswa-siswa itu merasa terpenjara, merasa tak bisa bebas dalam mendapatkan ilmu pengetahuan....
(Mimpi itu...tentang suatu saat dimana dunia pendidikan bagi seluruh anak-anak
:::::.....
Postingan ini aku dedikasikan untuk Afra, yang sedang menghadapi ujian kelulusan SD. Tante Wahida selalu berdoa semoga Afra bisa melaluinya dengan baik...
“Just do the best, and let God do the rest” ya Afra...apapun hasil yang nanti kita capai lewat usaha maksimal, berarti itulah yang dipilihkan Allah untuk kita...dan karenanya, itulah yang terbaik buat kita.
^_^
**Hug buat Afra dan juga Bunda Mia**
Jadi ingat kalau barusan selesai baca Totto Chan (telat ya :D), sistem pendidikannya unik banget. Buat Afra semoga sukses ya...
BalasHapustrimakasih tante Wahidaa...jadi terharu, *peluk dari Ummi mewakili Afra yang lagi try out ujian matematik*
BalasHapussebagai orangtua, sungguh saya kebingungan dengan beratnya kurikulum SD ini, tapi mau bagaimana ? Melawan sistem? sangat tidak mungkin. Untuk Home Schooling? Afra ngga mau, dia senang bersosialisasi tiap hari.
Padahal dasarnya hanya 4 M itu ya tante Wahida, duh koq melenceng kemana2 ya tante, sampe Afra bilang, apa tho gunanya belajar detil peta dunia? Sampe puyeng ngapalin kota, gunung, sungai, dll untuk ujian peta buta
sama sama, hiksss.. ^_^
BalasHapussementara ini, memang sistem yang ada memaksa kita untuk survive Kak...sabar saja...abis mau gimana lagi?? :-(
dan homeschooling?? aku sungguh berharap ortu tak begitu saja gampang memutuskan home schooling untuk anaknya kecuali dia sudah yakin 100 persen dan berkomitmen 900 persen bahwa dia bisa sendirian menggantikan peran para guru, lingkungan, serta (yg paling berat) teman bermain dan bersosialisasi bagi anaknya
nah kan??? menghapal untuk peta buta sampei sedetil itu apa ya sepenting itu?? nggak sepadan dengan tekanan stress yang dialami untuk itu...
toh di dunia nyata nantinya, sekalinya kita butuh informasi itu tinggal buka peta, atau internet, duh hari gini gitu lho...handphone sudah ada GPS dimana-mana :-D
betul sekali La!
BalasHapusaku tak bisa berkomentar banyak kecuali,
BAGI YANG BELUM BACA TOTTO CHAN, BACAAAA!!!
:-D
jadi inget Zahra kalo lagi ngomongin kurikulum SD ...
BalasHapuspalagi mata pelajaran matematika ... wuih emaknya jadi geleng-geleng mba'Wahida ...
untuk kelas II sekarang berat banget mba' ... seingetku itu materi waktu aku kelas 4 or 5 dulu ...
belum mata pelajaran yang lain ...
alhamdulillah karena pernah tinggal di eropa saya juga jd bisa sedikit terbuka wawasannya ttg pendidikan ini. saya melihat proses 4 m itu yg memang sangat2 dipupuk di sana. jadi anak2 tdk hanya dipacu kemampuan membaca, menulis dan berhitungnya tapi juga kemampuan menjelaskan/membahasakan. jd ada anak teman termasuk anak saya juga dalam hal yg tiga itu dia cukup bagus tp karena tidak bisa menjelaskan maka nilainya dianggap kurang satu. mungkin krn anak saya atau anak asia pd umumnya suka malu, maka kemampuan membahasakan itu yg memang kadang kurang.
BalasHapusternyata kalau diperhatikan memang, kemampuan membahasakan ini sangat penting, karena sepandai2nya anak jika dia gagap menjelaskan apa yg diketahuinya, tetap saja ya kelihatan kurang. disini kelebihan org barat, bisa dengan bangga membahasakan dirinya bhw dia 'ekspert'. pd gitu loh, ngaku dia pakar ini atau pakar itu. padahal org kita mungkin lebih pakar tp karena gagap membahasakan akhirnya terpinggirkan.
kalau soal dijejelin dr kecil itu, saya pernah baca, katanya, anak2 yg di jejelin dr kecil itu ibarat bunga yang cepat berkembang tp akhirnya cepat layu. masih sd sdh keburu berkembang baru lewat smp sdh layu.
terima kasih utk postingnya mbak, semoga pemerintah merefisi/membuat kurikulum yg pas serta sesuai dgn perkembangan peserta didik maupun perkembangan jaman :)
BalasHapusiya memang Hen..akhirnya sebagai orangtua, yang terbaik yang bisa kita lakukan menghadapi sistem begini adalah mengurangi, atau paling tidak jangan menambah lagi beban pikiran anak2 menyangkut prestasi pelajaran disekolahnya...
BalasHapus**jadi rindu pingin peluk anakku yang lagi sekolah hikss**
terimakasih banyak atas pengalamannya mbak...
BalasHapusiya, itu juga yang ditekankan Pak Ibrahim, keempat hal itulah yang menjadikan seseorang lengkap dalam kelimuannya.. tanpa bisa membahasakan, ilmu akan menjasi egois, tak bisa keluar dan bermanfaat untuk orang banyak...duhhh sungguh ternyata masih banyak kekurangan dalam sistem pendidikan Indonesia ya :-(
aminn...ini sungguh mimpi kita semua...demi kehidupan yang lebih baik generasi penerus kita ya Mas :-)
BalasHapusDari ke 4 M, yang paling saya kaga bisa dari dulu adalah menulis. Kenapa ya?
BalasHapusah pakde suka merendah ... awas kejedok ubin ...
BalasHapuswong tulisannya pakde diblog yang reply banyak koq ... hehehehe ...
Pak Margono becanda?????
BalasHapusapa isi blog-nya itu nggak membuktikan apa-apa??? **masih melongo** :-o
nah kan??? bukan hanya aku yang bilang kan Pak??? hehehe
BalasHapusPak Margono itu sangat menginspirasi kita2 yang muda2 ini lho Pak **aku jadi bertekad ngeblog terus sampai tuaaa** :-)
mmhhhh ... jadi inspirasi pa obsesi yaaaa ...
BalasHapushahahahahha itulah Hen...padahal obsesi diri sendiri yang seakan memperoleh pembenaran ketika liat MP nya Pak Margono hihihihihi **maluw** :-D
BalasHapustetep aja, Pak Margono menginspirasi :-D
Itu sih hasil ketikan. Coba liat tulisan saya. Aku sendiri kaga bisa baca balik!
BalasHapusmaklumlah ... abis pakde dokter sih ...
BalasHapusnulis resep aja ngga bisa dibaca ma pasien kecuali apoteker ... hehehe ....
Waaaa Calistung tambah satu lagi... bercerita....
BalasHapusMbak makasih infonya... bisa buat masukan nih :D
Ijin kopi ya?
Saya perhatikan tulisan orang jaman sekarang beda sama jaman ibu saya, tulisan latin (kayak tipis tebal dulu). Org sekarang lebih suka pake keyboard paling pegang pulpen buat tandatangan doang hehehe. Jadi inget waktu Farhan masih kecil (SD kelas 1) mogok nulis trus dia bilang ke gurunya,"Bu guru, saya males nulis nanti saya ketik ajah". Ha....
BalasHapusterimakasi 4 M nya mbak :)
BalasHapushe he he tul mbak..
BalasHapusgenduk itu kalo ada pelajaran olah raga wah seneng banget, katanya karena suka diajak jalan jalan ama pak guru
gimana ya caranya biar pelajaran yang lain itu juga bisa seperti pelajaran olah raga
siap ibuk..
BalasHapus(tar liat dulu ditoko buku ada totto chan ga ya)
emak nie, pakde dijedokin ke ubin...
BalasHapusga dikasih sangu jajan baru rasa
calistung apaan siy Mal??
BalasHapus**mo ijin kopi, teh, wedang jahe, STMJ pokoknya buat Mamal sih kasiihhhh ajaaaa!! hueheheheh** :-D
hahahahahahaha lucunya, itu berarti dia mengikuti perkembangan jaman Mbak Linda.. :-D
BalasHapusprihatin ga prihatin kalo liat yang begini ya Mbak...hehehe **btw thx udah except invite ku, pingin belajar banyak dari Mbak Linda nih...** :-)
lebih canggih dari 3M kan bli??
BalasHapusini produk baru... hihihi :-D
nah kan? berarti dia bosan belajar didalam kelas melulu tuh :-D
BalasHapusperlu dikirim dari sini ta Mas??
BalasHapus**kalo ga ada disitu, bilang2 ya** :-)
untung pakdenya berotot kawat bertulang besi.. :-D
BalasHapuscalistung iku moco (baca) tulis lan ngitung , Bune....
BalasHapus**gubrax**
BalasHapushalahhhhhh...kok yo aku gak kepikir singkatan iku to...... XD XD
suwun kak... :-D
Artinya kita ini pintar waktu masih SD tapi bego setelah high school wekekekekeek...
BalasHapusNamun betul juga, soalnya kalo sdh masuk tingkatan atas cenderung tdk ada kontrol lagi untuk belajar jadi semau gue. Makasi Mba Ida.
iya mbak, rela jg pernah pingin jadi guru saat baca Toto Chan..so Inspiring..mmh apa inspired ya? hehe..intinya menginspirasikan kembali...
BalasHapusmakanya, pingin balik ke indonesia dan menjalani hidup di negriku, tapi agak khawatir dg sistem pendidikan untuk anak-anakku...
mmh semoga nti pas anak-anakku dewasa, keadaannya lbh baik yaaa...
halah kok ya mbalik kesitu lagi to...
BalasHapusmaw.... kueh boleh... ijin rampok kulkas dan dapur XD XD XD
BalasHapusnah, sudah ada salah satu produk lagi yang mengaku hihihi :-D
BalasHapussama2 Ven, semoga bermanfaat :-)
amiiinnnnnnn amin...
BalasHapusjadi, ntar balik kesini bener2 mau jadi guru??? **mendukung sepenuhnya** :-)
:-D hehe
BalasHapustanggung banget, mo ngrampok kok ga ke lemari besi, malah ke lemari es...hihihih
BalasHapustapi memang kalo dirumahku lemari besi gak sepenuh lemari es Mal!! :-D
makasih share nya mbak wida..mestinya kalau anak2 SD kita melebihi anak2 negara lain gedenya juga lebih jago yaaa..tapi ya kenyataannya kok begitu, moga ada perbaikan sistem yang lebih baik..:)
BalasHapusaamiin...
BalasHapuskalo "kuat" iyah kayaknya......
maksudnya kuat dari godaan materi mbak..hehehe....
ga deng!...
pinginnya siy gt mbak, kalo jadi guru atau dosen kan lbh pleksi..alias fleksible buat BRT kaya kita ya mbak :)
dan smoga ilmunya cukup ...
jadi guru kan susah ya mbak?????
*nanyaModeOn
aamiin...
Pas baca judulnya taak kira apa......tak taunya......
BalasHapusTapi alhamdulillah aku menarik nafas lega, karena ternyata 4M itu telah dilakukan di sekolah Dimmy walau tidak disebut sbg 4M....misalnya : sejak kelas 1 mereka harus menulis diary baik bhs Indonesia dan Inggris (walaupun kita taulah anak klas 1 masih amburadul nulisnya tp paling gak udah terbiasa menulis....), mereka jg buat project trus mesti presentasi di depan kelas, trus kalo matematika mereka gak langsung ngapalin rumus..tp sambil bermain kemudian menemukan rumus itu sendiri....Gak koyok jamanku dulu...
Hidup 4M...tfs ..............
jadi mending nyekolahin anak di finlandia ya? *ndak nyambung* kalo gak salah, pendidikan terbaik di finlandia.
BalasHapus*lebih realistis nyekolahin di singapura, tapi nggak rela kalo eka belajar bahasanya melayu, bukan bahasa indonesia*
Hasil pendidikan asli Indonesia nih, di dunia kerja yg skalanya internasional, orang indonesia bisa bekerja sangat bagus, tapi saat meeting, saat harus menuangkan ide....speechless... :)
BalasHapusBagus bekerja, susah untuk mengemukakan ide melalui kata-kata...hmmmm...nggak aneh kalo cap yang didapet dari mana-mana bangsa kita adalah bangsa buruh :(
sama-sama Mbak Asri...iya aminn ya... :-)
BalasHapushehehehe iya deh...
BalasHapusinsyaalloh semua ibu pun adalah guru bagi anak-anaknya, jadi ilmunya harus cukup, kalo ga cukup ya diusahakan dicukupkan...demi anak-anak kita :-)
dikira apa hayooo??? iklan produk baru 3M gitu?? hueuhehe
BalasHapusiya mbak, sekarang memang sudah banyak juga sekolah yang melakukan revolusi (seperti madania gitu), tetapi rata2 sekolah swasta, beberapa cukup mahal pula....jadi tak semua anak indonesia bisa menikmati kurikulum seperti itu....
yah...kita cuma bisa berdoa semoga pendidikan bagi semua anak2 indonesia semakin hari semakin baik...amiinn :-)
ato bikin sekolah sendiri aja Rind :-D
BalasHapustawarkan konsep sekolah indonesia di malaysia atau singapore, disini kan juga banyak tuh sekolah2 dengan embel2 nama "singapore" gitu... hehe
sedihnya.... :-(
BalasHapussistem di finlad emang gimana mbak ? kemarin juga ada seorang kenalan yg rela nyekolahin anaknya ke S'pore ketimbang Jakarta .. kalah deh ma S'Pore yg "secuil" itu :-(
BalasHapusinsyaalloh bisa di google Cha...kemarin aku juga search, dapat banyak kok :-)
BalasHapus