Jumat, 26 Februari 2010

Cewe Pintar

Status Facebookku pagi ini :

Tadi ngobrolin berita soal cewe2 lugu yg mau aja 'diculik' cowo2 yg cuma kenal di facebook.

"Beaaa, pokoknya Bea harus jadi cewe yang pintar dan bisa berpikir, jangan pernah mau diboongin dan dikibulin cowo2...okay??"

"Okay Buk!!".....toss!!

Tapi kemudian Bea mengerutkan wajah dan bertanya lagi dengan ironis "Kalo ya...ng ngibulin Mas Abe?? Gimana Buk??"...

**Ibuk speechless 2 menit karena faktanya Abe sering sekali ngusilin dan ngibulin adeknya, sementara Bapak ngakak karena faktanya sering ngibulin dan ngusilin Ibuk juga**

Akhirnya, kujawab saja "Cowo yang boleh usil ngibulin Bea cuma Mas Abe dan Bapak saja, kalo yang ngibulin yang lain, jangan mau ya Beaa!!"

Jawaban yang aneh...



 

:::...

Rabu, 24 Februari 2010

[Kopdar DuduL] Part 3 : Behind The Note

Tahu kan apa yang khas dari film-film Jacky Chen?? Yup, tiap film selesai, selalu ada cuplikan adegan-adegan salah yang lucu dan tidak masuk kedalam film. Anggep aja NOTE ini begitu, berisi sempalan beberapa adegan yang bikin njeplak selama kopdaran weekend kemarin di SUB yang belum ketulis di note-note terdahulu.

***
Sabtu malam, waktu ngumpul di House of Wok, kita berdelapan foto bersama. Supaya frame cukup, maka kami harus duduk berjejer dan berdempetan. Ceklak-ceklik beberapa menit, kemudian mas2 pelayan yang kita maintain tolongpun menyerahkan kamera kepada kami yang masih duduk berjejer panjang.

Lamaaaaa berlalu… Nggak ada yang berdiri. Tampaknya semua kompak nggak ingin melepaskan rasa hangat yang timbul dari acara duduk berdesakan berdempetan itu. Hampir semua diam sepanjang waktu yang lumayan lama itu. Sampai kemudian lama-lama mulai muncul celetukan "Kok panas ya??" disusul teriakan “Wooii kok panas yaaa…sumuukk sumuukk!!” disusul yang lainnya “Gerah rekk…panaasss!! Agak kesanaan doong!!”

“Panaassss disini panaasss!!”

Hahahahaha emang enak ya ndusel-ndusel begitu… Hahahaha!


***

Malam itu, kami semua mengajak anak-anak. Dan House of Wok kupilih karena tempatnya deket banget sama Timezone. Akibatnya, kami semua tanpa terasa diporotin habis-habisan tanpa ampun malam itu, oleh siapa lagi kalau bukan anak-anak kami.

Semua berangkat ke Timezone dengan kartu dan uang untuk mengisinya. Kami para ibu, sedang seru-serunya tuh kopdaran. Beberapa saat kemudian, Abe kembali mencariku “Ibuukk, minta uangnya lagi.”

Okelah, aku kasih lagi… Emang idenya anak-anak biar nggak “terbengkalai” selama nungguin emak-emaknya kopdar.

Beberapa detik kemudian Shafa juga kembali menemui Mb Agustin, dengan alasan yang sama. Mbak Agustin, seperti juga aku, nggak punya pilihan lain selain memberikan begitu saja apa yang diminta anak-anak..

Lalu AmeL datang… “Kartunya Kak Khanza sudah habis bukkk” sambil tangannya tarik-tarik baju mb Sishiel. Nasib mb Shiel pun sama dengan aku dan bunda… Begitu juga yang terjadi dengan mb Cindy, mb Olive…

Tak lama kemudian, Bea datang diikuti AmeL… “Ibuukk….kata AmeL aku harus minta uang lagi Bukk…”……**kasih uang ke mereka dengan puyeng** …lalu ada lagi yang datang…lagi…si anu…si itu… lagi dan lagi…

Lamaaaa, ketika kita akan pulang, baru kemudian bunda AG nyeletuk. “Kayaknya selain kita yang bergembira disini, anak-anak yang disana tuh gembira bukan main juga deh… Aku udah habis buanyak loh tadi itu..”

“Aku juga!!”

“Hahahahaha iyaaa emang dasar nih anak-anak”

“Ya Allah ho’oh!! Aji mumpung bener ya mereka! Biasanya 25 ribu udah pada puas loh maen. Lebih dari itu kita udah tereak2 ‘Nggak boleh, udah berlebihannn!!’ Ini tadi berapa kali coba kita keluarin duit??”

Oalaahh… Sungguh mereka ternyata adalah anak-anak yang pintar membaca peluang… *keluh*


***

Ini cerita dari mb Shiel. Malam Minggu itu, Mb Maya dan Mb Levie kan menginap dirumah Mb Shiel. Tengah malam, ketika semua dirumah itu sudah tertidur, hanya tinggal mereka bertiga yang masih melek. Muncullah ide cemerlang untuk upload foto pake piyama masing-masing. Karena ada yang tidurnya bercelana pendek dan bersinglet saja, dan juga ingin fotonya berkesan “mendalang semalam suntuk” maka dipakailah 3 helai kain batik sebagai wardrobe.

Mulailah ketiga beduL itu umek, sibuk mengatur dan melilitkan kain-kain batik itu dalam berbagai model. Ujung ini diikatkan ke ujung itu melingkar ke leher. Yang situ disilangkan ke bahu. Yang satunya dilingkarkan ke kepala. Umeeeekkkk lamaaa sampai akhirnya mereka sudah duduk berjejer rapi, memegangi setiap ujung kain dengan kedua tangan mereka, dan bibir sudah senyum siap pose menghadap kamera. Kemudian, mendadak mereka sadar…

“Lahhhh….TRUS SIAPA YANG MOTRET KITA???”

Hahahahahah! DuduL!!!

Mau bangunin siapa juga kasihan kan, masak bangunin tengah malam hanya untuk motretin??

"Kan bisa tuh, kamera disetting motret sendiri??"

"Bisa! Tapi aku gak bisa caranya!!"

"YM IYa aja yok, tanya..."

"Apa sih namanya itu?? AUTO JEPRET ya??" Wakakakakaakakak hadoh Gustiiii istilah macam mana pula ituu??? AUTO JEPRET???? *njepret mb Maya pake karet gelang*

Akhirnya, seperti yang sudah kita lihat, foto mereka bertiga diambil dengan metode self-shoot dan segala model lilitan kain batik yang dibuat dengan ketelitian dan keumekan yang tinggi tadi, tinggallah kenangan karena tangan yang tadi dipakai untuk memegangi kainnya, terpaksa harus dipakai untuk memotret. Cape dehh….. :-D


***


Waktu paling seru dari acara wiskul seharian di Hari Minggu itu tentu saja pas di mobil. Didalam mobil meriah pol, ngobrol apa aja bahkan saking banyaknya bahan obrolan, seringkali satu topik blum tuntas dibahas, eh sudah ganti topik lainnya.

Mba Itho, yang merasa banyak ketinggalan berita2 penting, ngobrol sambil pantengin BBnya, loncat FB sana-sini, sampai kemudian tiba-tiba dia tanya :

“ Kalo yang namanya IYa itu laki-laki apa perempuan sehhh???”

**glodhak**

Nggak ada yang mampu menjawabnya, kita hanya bisa saling pandang dengan tatapan tak percaya. Sementara orang lain masih saling pandang, Mb Itho meneruskan pertanyaannya. “Itu yang namanya Hari Hari itu kan??”

Mb Maya ternyata cukup sabar dan cukup cepat kembali kealam nyata untuk menjawab. Emang ada yang namanya Hari, tapi Hari Mawardi. Kalo IYa itu emang namanya IYa Harry, Harry itu nama suaminya.

“Jadi IYa itu perempuan ya??” semua masih membisu tak percaya, hanya cekikikan mb Itho sendirian yang terdengar.


***

Masih soal Mb Itho. Waktu dia datang menemui kita, dia bawa tiga pak oleh-oleh berupa singkong manis. Oleh-oleh itu katanya dia bawa dari Malang kemarinnya, padahal waktu itu kan dia belum tahu kalo ada 3 beduL ini yang datang ke SUB?? Dasar mb Itho, dengan lugu bin inosen diapun menjelaskan dengan gamblang…

“Sebenarnya ini oleh-oleh buat mertuaku sihh… Malah aku sudah bilang ke mertuaku semalam, kalau aku bawa oleh-oleh singkong manis dua pak, dan sudah aku masukkan di kulkas dirumah beliau, gitu. Tapi trus tadi KUAMBIL AJA LAGI dan kubawa buat kalian. Hihihihi. Aku udah bilang kok sama ibu mertuaku, Maaaaa singkongnya kuambil lagi ya Maa… Hihihihi”

Semua gubrax, dan hanya cekikikannya mb Itho yang terdengar… Trus aku lupa siapa, tapi ada yang tanya “Lah, ini kok kamu bawa 3 pak?? Yang satu pak punya siapa?”

“Sebenarnya buat bapakku sih, tapi nggak papa kok…Hihihihi..”

Semua : **melongo**


***

Soal oleh-oleh, ada yang duduL lagi…

Saking sempitnya waktu, dan terlalu banyak tempat makan yang ingin didatangi, kita-kita tuan rumah sampai nggak sempat mikirin dan diskusiin masalah oleh-oleh buat 3 tamu ini. Padahal biasanya itu seperti wajib kami lakukan kalau ada yang datang. Mba Maya dan Mba Levie kan pengen banget tuh bawa lontong kikil dari SUB, nah akhirnya kita antarlah mereka berdua kesana untuk beli bungkus. Meri waktu itu masih sibuk ikut yang lainnya makan sate klopo yang tempatnya memang berdekatan. Pulang dari situ, Meri sempat membungkus beberapa tusuk sate, buat dimakan di kereta katanya.

Waktu kita sampai di Stasiun Gubeng, aku jadi teringat waktu Meri datang kemarinnya. Dia itu bawa banyak oleh-oleh buat kamu semua. Bener-bener segambreng karena ada kripik balado dan serba-serbi makanan dan souvenir dari Padang, ada juga bakpia yang dia beli di Jogja.

Hatiku langsung kecut nggak rela melihat dia hanya bawa seporsi sate klopo ditangannya. “Ya Allah Merrr…kita bener2 nggak siapin oleh-oleh buat kamu nih ternyata… Gimana dong???” raungku panik.

“Ahh gak papa Mbaa…lagian aku anak kost juga, nanti malah repot kalo bawa2 banyak makanan” jawab Meri. Yahh pastilah kalo kami di posisinya akan jawab gitu.

“Iya ya Mer, aduh kamu mau apa?? Mumpung disini nih..” Mb Sishiel ikut bingung sambil elus2 bahu Meri.
“Bener mbaaa gak papa, gak usahhhh”

Mb Sishiel, kemudian datang dengan ide paling duduL yang pernah kudengar…

“Atau kamu mau mentahan uang aja Mer?? Nanti kamu bisa beli apa aja yang kamu mau di Jogja pake uang itu. Mau Mer??”

Ampun Gusti… **tutup muka dengan kedua telapak tangan**


***

Oya, dalam perjalanan ke Stasiun Gubeng untuk mengantar Meri pulang itu, ada yang duduL juga… *hahahaha baru inget aja aku udah pengen ngakak*

Hari Minggu pagi itu kan kita rame-rame telepon Mb Mita di SEATTLE. Satu per satu kita ngobrol sama Mb Mita, tentu dengan gaya kita sendiri-sendiri. Paling mules tuh dengerin Mb Shiel ngobrol sama Mb Mita, pake bahasa Sakerahan, dan sudah seperti kami semua duga, dua orang itu paling betah ngobrolnya. Setelah semua mendapat giliran ngobrol, mb Shiel sekali lagi minta ngobrol lagi sampai lumayan lama.

Nah, semalam sebelumnya kan Mb Shiel emang nyaris nggak tidur kan?? Waktu kita semua di Juanda mengantar mb Maya dan Mb Levi, aku suka banget motret2 wajah mb Shiel yang udah sendu dan kucel minta disetrika itu. Hahahahah kalo kurang tidur ternyata dia itu lucu banget!!

Selesai di Juanda dadagh2 sama Mb Maya dan Mb Levie, kita pun langsung menuju ke stasiun Gubeng, mengantar Meri. Di perjalanan dari Juanda ke Gubeng, Mb Shiel ijin untuk tidur sebentar di mobil. Semua kompak menyuruh dia tidur, karena perjalanan Juanda-Gubeng cukup jauh juga, sekitar sejam. Maka Mb Shiel-pun sandaran, dan langsung tertidur.

Beberapa puluh menit kemudian dia kriyip-kriyip bangun… “Ahhh lumayann sempat hilang tidur…” dengan wajah yang masih error diapun kembali ikut ngobrol dengan kita.

Tiba-tiba, sekonyong-konyong dia menegakkan badannya dari sandaran, trus dengan mata menyala-nyala dan ekspresi bersemangat tinggi, dia mengabarkan sebuah berita penting kepada kami (semua yang di mobil itu). Sebuah berita yang (dari ekspresi mb Shiel) tampaknya harus segera dia sampaikan, karena kita semua belum mendengarnya, dan harus mendengarnya karena berita ini sangat penting!

“Ehhhh tau nggakk!?!??!? …..TADI PAGI KITA SEMPAT TELPON MITA JUGA LOOHHH!!!!”

Kami : **pingsan**

Mb Sishiel shock sebentar melihat wajah pingsan kami semua, lamaaaa baru dia sadar setelah nyawanya sudah ngumpul kembali. Keinginan kami saat itu cuma satu : melempari dia dengan apa saja yang ada disitu.


***

:-D

***

[Kopdar DuduL] Part 2 : Kisah mb Levie, si Poni dan Suamiku (lagi) :::..

***

Senang rasanya berdua bersama Meri disini, didalam toilet (pilihan tempat yang aneh). Kami cekikikan mengingat bagaimana dulu dia pernah pake mukena dan ngendon didalam toilet, dalam rangka ekting jadi HANTU TOILET dalam rangka member surprise ke Mb Irmaes, tapi berakhir duduL karena yang lari ketakutan dengan busa masih diwajah (krn belum selesai cuci muka)adalah mbak-mbak karyawan mall yang kebetulan masuk situ. 
Akhirnya jadi ngobrolin mb Ulik juga yang waktu itu jadi Partner-In-Crime Meri. Dan kalo sudah mendengar kata-kata mb Ulik, nggak ada itu critanya aku nggak ketawa. Duh, kangen banget deh sama mba beduL satu itu…..hihihihhii…..
  Keluar dari toilet di Sutos kitapun kembali ke House of Wok, tempat semuanya berkumpul. Barusan mb Itho mengabarkan kalau dia nggak jadi bisa datang karena jalanan banjir. Sore itu memang hujan lebat. Ya udahlah Mer, besok siang kan kita masih ngumpul lagi, nanti surprise buat mb Itho dikasihkan besok aja…belum ada yang upload foto kopdaran kita juga kan…

Sesampai di HoW, mataku menangkap seseorang yang membelakangiku, sedang ngobrol dengan Mb Shiel. Wait, aku rasanya kenal pinggang itu….dan potongan rambut itu sepertinya baru kulihat beberapa waktu yang lalu….?? Dan ada poni!

Kesadaran menghantam kepalaku bahkan sebelum aku melihat wajah wanita itu. Kalau ada pelajaran yang kudapat dari acara surprise2an yang selama ini terjadi, itu adalah bahwa tak ada yang tak mungkin untuk terjadi. Itu jelas-jelas Mb Maya!! Aku berteriak2 dalam hati, tapi mulutku gak bisa bersuara, hanya bola mataku yang berputar-putar tak percaya sambil liat dia. Aku hanya bisa melipir kesamping untuk menunjukkan kecuekanku, angkat Rayya (si kecilnya mb Olive) yang kemudian meronta minta diturunkan. Setelah Rayya turun, aku berdiri berbalik untuk memeluk (atau mencekik??) tetapi yang kuhadapi bukan wajah berponi mb Maya…
Tapi Mb Levie!!!!!

Ya ALLAHHHH!!! Mb Levie langsung nguyek2 peluk aku yang masih melongo…. Dan sejurus kemudian dia melihat Mb Sishiel…. Tahu sendiri kan mereka ini belum pernah ketemu “didarat” padahal udah kayak gitu modelnya kalo di udara??? Mereka memang ‘dendam kesumat’ pengen ketemu sudah sejak lama.

Rusuuhhhhh!!!!! Restoran pun jadi gegap gempita dan rusuhhhhh!!!!! Semua nggamblok berhambur ke pelukan ke Mb Levie tanpa ada yang ditahan-tahan.

Belum reda kerusuhan, tiba-tiba Meri memekik lagi, berteriak….. “Mbak MAYAAAAA!!!!!!!!!!! Ya Allah Mbak Mayaaaaaaa!!!!!”….*kerusuh
an ter pause sejenak karena glodhak pingsan dulu demi liat Meri yang baru tau kalau ada mb Maya disitu*

Asli restorannya rusuh berat. Mb Olive nyolek aku, trus dengan isyarat matanya nunjuk ke meja di samping meja panjang kami. Disitu ada oma-oma yang wajahnya horror, seperti mau terkena serangan jantung gitu. Takut-takut ngeri, aduhhh kasihan sekali pokoknya. Dengan mata nanar dia melihat kearah meja kami yang masih pada gablok2an, dan kemudian memutuskan untuk PINDAH MEJA ke tempat yang agak jauh dari kita. (Duh kasihan bener loh oma2 itu). 
Didepan meja, ada dua pasangan muda yang juga jadi korban. Jadi mb Levie kan pake tas ransel di punggungnya tuh. Waktu dia berdiri berputar-putar digabloki orang-orang, beberapa kali tasnya sempat menyenggol kepala pasangan itu. Ya ampuunnn…. Mb Shiel kemudian nyamperin mas-mas itu untuk meminta maaf… “Kena ya mas? Maaf ya mas…maaf…” (tuh kan? kalo oma2 aja nggak disamperin, giliran mas-mas langsung jadi sopan deh mb Shiel....duduL)

Setelah agak reda, alarm di otakku langsung berbunyi lagi dengan keras. “Mbakkkk!! Mbak May!! Mbak Leevvv!!!” panggilku dengan suara keras (soalnya masih rusuh rame tuh). Setelah semuanya memandangku, aku langsung menggerung…

“SEKARANG DIMANA SUAMIKU ITU???? DIMANA DIAA???” 
Ketawa mb Maya dan mb Lev sudah cukup membuktikan bahwa otakku makin pintar sekarang. Pantesan dari tadi MI tuh umekkk aja bolak-balik telp. Katanya mau nyusul habis maghrib, tapi kejebak macet (which is memang SUB sore itu diguyur hujan lebat), trus bentar-bentar Tanya “apa sudah ngumpul semua??”….”sudah mulai makan blum?”….kukira itu karena dia kesepian ditengah kemacetan (dia memang biasa gitu kalau kena macet dihari libur, nggak bisa nyambi kerja dan akhirnya suka gangguin kita yang dirumah dengan telpon2 gak penting)…..pake nawarin pergi karaoke lagi!!!....telpon2 itu….sms-sms itu….TERNYATAAAA…!!!
Pembaca sekalian, gimana critanya sampai Mb Maya dan Mb Levie ada disitu malam itu, aku nggak akan cerita. Biar Mb Maya saja bikin NOTE sendirim (sana, pada didemo gih, jangan wall ku aja :p).  Innilah dia…aku, sekali lagi adalah seorang istri yang dikhianati suami sendiri, dengan sahabat sendiri pula!! Jadi aku nggak mau nulis tentang itu, NGGAK MAU!!! …*pilu *… Yang jelas, sekali lagi MI akan menerima akibatnya!! Huh!! *nggak pake icon marah tapinya… tapi malah pake icon blushing* 
***

Begitulah…malam itu akhirnya jadi beberapa puluh derajad lebih hangat di Surabaya yang hujan. Lebih hangat dan lebih menyenangkan…. Dengan bekal kemampuan premanita nya, Mb Shiel kemudian berhasil menyandera tiket pesawat pulang dan tiket hotel mb Maya dan mb Levie. Malam itu Meri memang akan menginap dirumahku, jadi mereka berdua nggak boleh menginap di hotel!
  “Udah! Nginep dirumahku aja! Aku lho lagi nggak ada suami!” kata mb Shiel tak bisa dibantah sambil nelpon travel untuk membatalkan hotel. Sebelumnya Mb Shiel memang sempat pasang status wiken melas karena tiap wiken selalu ditinggal pergi offroad sama Mas Ridho. Hahahaha senang juga liat wajah mb Levie dan mb Maya yang bengong sambil liatin mb Shiel menelepon “Mbak Sonya” dari travel. Mbak Sonya??? Siapa yang beli bakso??? *wakakakakak*

Kami rame disitu sampe anak-anak udah mulai rewel karena mengantuk. Meri pun ikut bersamaku dan nginep dirumah. Sedangkan mb Maya dan mb Levie masih kepingin makan Rawon Setan dulu, baru ikut nginap kerumah mb Shiel.

Besoknya, pagi-pagi kami udah ngumpul dirumah mb Shiel dan melihat bahwa ternyata semalam mb Cindy udah upload foto dan mb Itho melihatnya. Jadilah dia ngomel-ngomel sendiri, bilang kalo tahu begini tadi malam dia bakalan menerjang banjir naik getek ke Sutos, hahahahah! Tak lama kemudian mb Itho nyusul kerumah mb Shiel. Oya, kita juga sempat TELPON MB MITA di Seattle pagi itu. Hahahahaha seruuu!!! Bergantian semuanya membulatkan tekad untuk membujuk nya pulang ke Indonesia!! (dengan bahasa masing-masing tentu saja… *lirik mb Shiel yang nelpon pake bahasa Sakerahan*)

Kita berdelapan seharian keliling kuliner. Pagi-pagi makan SEMANGGI SUROBOYO…trus lanjut LONTONG KUPANG…siang mantengin SATE KLOPO dan LONTONG KIKIL di Ondomohen. Semua menyenangkan karena disambi ngobrol gak keruan dengan hangatnya. Kami cerita tentang apa saja sambil ditingkahi kekonyolan-kekonyolan (paling banyak Bunda Agustin kan yang konyol?? Bukan aku kok. Hihihihi)

Inget nggak kebiasaan anak kecil, kalau suatu waktu dia terlalu banyak tertawa, maka malamnya dia bakalan rewel nangis??? Well, siapa bilang itu berlaku hanya untuk anak-anak?? Menjelang sore ketika kami satu persatu melepas tamu-tamu istimewa kembali pulang, semua mewek!! Di Juanda, aku nggak akan pernah lupa bagaimana sendunya wajah Mb Levie ketika pamit. Air mata yang menggenang itu, ASLI terasa hangat dan manis dihatiku. Rame-rame kami berpelukan bertangisan persis kayak anak kecil. Juga ketika melepas Meri di stasiun Gubeng sesudahnya. Ohh Meri… nggak akan ada kata-kata yang akan bisa melukiskannya, Mer.
  SEMUA INI TERJADI GARA-GARA KAMU MERR!!. Gara-gara kamu adalah mahasiswi duduL yang selalu bikin status ngantuk kalo harus belajar menjelang ujian, tapi paling rajin kalo disuruh jalan-jalan sendiri keluar kota dan mengunjungi kami teman-temanmu ini. Apa yang lebih mengharukan dari hal itu coba?? Mb Ulik dan semua yang pernah ketemu Meri di Jakarta pasti mengerti apa yang kumaksud.

Silaturahim memang selalu terasa indah dan hangat di hati. Kita bergaul setiap waktu lewat internet, dan menemukan bahwa semua itu NYATA karena ketika bertemu muka, kami pun menemukan cinta yang sama yang bahkan terasa jauh lebih hangat karena kami bertemu muka. Pagi tadi waktu aku nyetir sendiri sehabis ngedrop anak-anak, yang terpampang di kaca jendela depan adalah bayangan wajah Meri, Mb Maya dan Mb Levie. Kehangatan kembali menyelimuti hati ketika mengingat kebersamaan kami seharian kemarin. Dan aku yakin, ini juga yang masih dirasakan Mb Shiel, Mb Cindy, bunda Ag, Mb Itho dan Mb Olive.

Kata pepatah, “Kita mungkin akan lupa seperti apa wajah dan suara seseorang, tetapi kita tidak akan pernah lupa KESAN yang kita rasakan ketika kita ada bersama mereka.”

Terimakasih atas kedatangan semuanya kesini. Semua sangat-sangat berkesan!! Kopdaran memang bikin kecanduan (MI buktinya!), jadi aku akan makin rajin berdoa semoga Allah memudahkan kita segera bertemu kembali. Dan semoga persaudaraan kita abadi dalam perkenan Allah SWT. Aminnn Yaa Rabb….. Aku (makin) sayang kalian semuaaa *peluukkk massal*
***




[Kopdar DuduL] Part 1: Kisah Meri, Mimi dan Dua Adnan:::...

***
Kenangan kopdar “gunting pita” di apato Wawa pada 31 Januari 2010 lalu masih sangat amat terasa berkesannya, ketika kemudian dari Yogyakarta Meri datang di inboxku dengan kabar gembira.

“Mba, aku mau ke Surabaya!!”

Maka dibuatlah inbox berempat. Aku, Mb Maya, Mb IYa dan Meri. Sibuk deh kita bikin rencana kedatangan dan skenario. Targetnya tentu saja sebanyak mungkin yang ada di Surabaya. Aku yang kebagian tugas mengumpulkan mereka, dan sempat bingung juga musti pake alasan apa, akhirnya menemukan juga….

Mb Shisiel, bunda Agustin, Mb Olive dan beberapa teman lain udah beberapa tahun ini kan bikin arisan. Biasanya tempatnya di restoran, sekalian lunch. Kebetulan aku nggak ikut. Tetapi dudulnya, kalo pas salah satu dari mereka itu dapet arisan, aku selalu diundang. Wecks, ini DILEMA. Mau nggak datang itu diundang, tapi mau datang tapi aku nggak pernah ikut bayar makannnya. Sungkan kan?? Akhirnya, aku datang sebisa mungkin tetapi dengan acara ledek2an yang tanpa daya kubuat sendiri untuk diriku.

Suatu kali….”Aku duduk di pojokan ini aja deh, hikss”

Di lain kali…. “Aku jadi tukang potonya aja deh..hikss”

Melas kann??? Nah akhirnya kebetulan, pas Meri datang sekalian aku undang saja mereka untuk ngumpul dan makan. Itung-itung menebus yang dulu-dulu itu kan, hehe. Semua sudah oke, kitapun sepakat untuk ngumpul makan Sabtu sore jam 5 di House of Wok, di Sutos.

***

Sabtu, 20 Februari 2010, Jam 13.00 WIB

Akhirnya aku dan MI jemput Meri di Stasiun Gubeng, dan akhirnya….setelah semua yang kita lalui itu, akhirnya aku KETEMU Meri!!! Senangnyaa….akhirnya ya Merr??? Kamu ternyata lebih menggemaskan dari yang kukira *sekarang udah kangen nih*. Seperti yang sudah direncanakan, habis dari stasiun (dan makan siang soto Madura) kita langsung meluncur kerumah Mb Cindy. Berharap bisa surprise in dia sebelum sore itu.

Sesuai skenario, sekitar jam 2, waktu masih dijalan Meri meminjam salah satu telpon MI yang nggak bakalan dikenali oleh hp mb Cindy. Meri pun menjelma menjadi Mimi. Mimi pun mengirim sms….
“Selamat siang Bu Cindy, sy Mimi reporter tabloid “Rumahku” ingin datang meliput rumah ibu untuk dimuat di tabloid kami. Bisakah saya telpon sekarang?”

Sms dicuekin…. Si Mimi pun gak sabar dan memilih untuk telpon saja. Apalagi tadi selama di kereta sudah berlatih logat medok Jawa. Mimi pemberani loh, wajahnya bertekad bulat akan berakting sebaik mungkin, beda dengan yang selama ini di inbox yang maunya “ditemenin mb Wahida tapinya yaaa”.
Singkat cerita, ternyata dengan mudah Bu Cindy mengijinkan Mimi datang kerumahnya siang itu. Sempat ada pertanyaan “darimana mbak dapet no hp saya?” dan ini sudah kuantisipasi. “Dari temen Bu Cindy, namanya Bu Jenny”

*Mb Jenny, dirimu aku tag di cerita ini yaa, maaf aku sudah seenaknya mencatut namamu, dan siapa yang menyangka ternyata ketika mb Cindy konfirmasi ke mb Jenny, ternyata rumah mb jenny MEMANG pernah diliput tabloid “Rumahku”!! hahahaha sungguh kebetulan yang menakjubkan*

Singkat kata, Mimi pun kami turunkan di ujung jalan rumah Mb Cindy, jalan yang berhiaskan foto ayah itu hehe. Mas Iwan kemudian memarkir mobil agak jauh, di tempat teduh yang disitu kita masih bisa melihat rumah mb Cindy. Menunggu dan berdoa untuk Meri, eh Mimi.

Mimi pun dipersilahkan masuk kerumah Bu Cindy. Waktu itu Ayah sedang ada beberapa orang tamu yang ditemui di ruangan kantor dirumahnya. Ruangan kantor ini terhubung langsung dengan ruang tamu, dan waktu itu pintu ruang kantor dibuka. Mimi kemudian duduk di sofa, menunggu Bu Cindy keluar.

Apa yang terjadi kemudian ketika Bu Cindy keluar untuk menemui Mimi?? Belum sempat Mimi mengucapkan sepatah katapun, Bu Cindy sudah keburu berteriak “MERIIIII!!!!!!!!!” trus lari2 peluk2 Meri dengan rusuh. Saking rusuh dan hebohnya, Ayah pelan2 tapi pasti harus menutup pintu ruang kerjanya.

Hahahahaha!! Bubar skenario!!

Akupun akhirnya menyusul kerumah setelah mb Cindy sms in aku yang masih di mobil sama MI “Bee…nanti sore aku nggak jadi datang ke Sutos… Ada tamu…”

Hahahahahah!! Aduhhh padahal asli wajah Meri sudah pemberani loh…ternyata ohh ternyata…

***

Dirumah mb Cindy, kitapun mendiskusikan skenario untuk nanti sore. Akhirnya Meri tetep jadi Mimi, tapi kali ini Mimi The Nanny alias jadi pengasuhnya Dhilla (anak mb Cindy yang bungsu). Itu gara-gara dari awal ketemu Dhilla bikin kita gubrax dengan memanggil Meri dengan sebutan “embak”.

Oke, rencananya nanti begitu tiba di House of Wok (HoW), mbak Mimi ajak anak2 main di Timezone yang memang berdekatan. Kemudian ketika mb Shiel datang, aku akan cerita betapa mb Cindy stress dengan pengasuh barunya, yang di hari pertama kerja aja udah berani ngobrol dengan Ayah (Meri emang sempay ngobrol soal Padang sama Ayah hehehe). Trus habis itu Mimi datang bawa Dhilla, trus bikin mb Shiel gondok dengan ini itu…yang mau merebut kursi lah, segala macam.

Akhirnya Mb Shiel datang… Ngobrol bertiga dengan aku dan mb Cindy (ngobrolin soal mbak Mimi yang bikin mb Cin stress itu), kemudian datanglah Mimi menggandeng Dhilla…

Mb Shiel menyambut Dhila, salim-salim, kemudian sempat melirik mb Mimi… Sedetik kelihatan bengong sambil mikir (ada ya bengong sambil mikir??) telunjuknya terangkat kearah wajah mba Mimi.

“INI MERI KANNN???? IYA KAN??? IYAAAAAAA INI MERIII KANNN??”

Hahahahahah heboh lagi deh!!! Ternyata wajahmu memang gampang dikenali Meeerrr!!! Wakakakakak

Meri sempat lemes karena dari tadi skenarionya kok terlalu cepat berakhir. Akhirnya kita dapat kabar, Mb Agustin bentar lagi datang. Kita semua langsung optimis kembali.

“Tenang Mer, kalo sama Mb Agustin, kamu nggak akan ketauan, percaya deh!!!” kataku.

“Ho’oh, kamu diem aja duduk disitu, nggak usah ekting ngapa2in, dijamin Mb Ag nggak bakalan sadar kalo itu kamu!!” sahut mb Shishiel

Mb Cindy sudah ngikik2 menyetujui sambil mengingatkan kembali track record bunda Agustin…hahaha!

***

Ssstt…bunda Agustin datang!! Atur2 Shafa dan Daffa dulu, nyangoni mereka nyusul main sama anak2 lain ke Timezone, kemudian menyalami kami satu persatu. Nyalami mb Shiel, mb Cindy, kemudian ketika masih cium pipiku bunda sudah melirik Meri yang duduk disebelahku.

“Ini siapa…??” tanya bunda sambil ngeliatin Meri…trus jabat tangannya Meri..

“Itu mbak e Cindyyyy” jawab Mb Shiel…

“Ohh…” kata bunda “percaya”, trus duduk….

Kita berempat sudah pandang2an sambil menyamarkan cekikikan…

“Stt…mb Cin, ayo mulai itung waktunya…” kataku memberi aba-aba….pengen tahu berapa lama sebelum nanti akhirnya bunda sadar bahwa ada Meri disitu.

Kitapun ngobroool….ngalor ngidul…bunda tetep nggak tau kalo yang duduk disebelahku itu adalah Meri. Lima menit…sepuluh menit… eh tiba-tiba ada yang nyamperin meja kita. Bunda Agustin menghambur ke mereka, ternyata itu temen SMP nya.

Bunda minta ijin “Aku naik dulu nemuin mereka ya, sebentaarr aja, sapa2 thok habis itu balik lagim kesini…”

Bunda Agustin kemudian ngeloyor ikut mereka. Pecahlah tawa kita. Hahahah tuh kan Mer??? Gak perlu khawatir kalo sama bunda Agustin….nggak perlulah itu ekting2 yang macam2, cuma diemmm aja dia nggak bakalan ngenalin, apalagi sore itu kacamatanya (seperti biasa) tidak dia pake….

“Mer, ternyata ada yang lebih menyedihkan daripada diremove tanpa penjelasan oleh temen FB ya….yaitu TIDAK DIKENALI sama temen FB!!” kataku santai disambut tawa yang lain..

“Udah nggak dikenalin, ditinggal pergi lagi!” lanjut mb Shiel….Hahahahaha!! *mules liat wajah bunda yang inosen ituuu*

Tak lama kemudian bunda kembali duduk di meja kita. Ambil piring, ambil makanan, dan tetep nggak ngeh kalo ada Meri disitu. Lima belas menit pasti sudah berlalu…bahkan dua puluh menit. Mungkin karena gemas, Meri kemudian beraksi. Dari obrolan singkat ketahuan kalau bunda nggak suka makan salah satu makanan yang ada disitu. Meri kemudian malah menyendokkan makanan itu ke piring bunda..

“Jangan! Jangan ini! Nggak suka ini saya!” tolak bunda… “Sik-sik, ini kok ada yang aneh ya, kalian kenapa cekikikan?? Ini sebenarnya siapa sihh??” tanyanya sambil kembali menunjuki Meri.

THEETTT!!!! Lima belas menit baru dia sadar kalo yang duduk di sebelahku itu adalah SESEORANG!! Itupun belum tahu siapa dia!!

Mb Shiel udah nggak tahan lagi “Adnan…dia Adnan mbaa!!”

“Adnan??.......sik-sik…kay
ak pernah baca nama itu dimana ya…??” GUBRAAAKKK!!! BUNDAAA!!!
Apa yang dilakukannya?? Diambilnya BB, dan dengan mata mencureng kesukaannya diperhatikan sebentar layar BBnya

“Adnan ya?? Sebentar! Dulu pernah ada dua Adnan kan??? Adnan ‘siapa’ sama Adnan ‘siapa’ gitu lohh” BUNDAAA!!!!!!!!! Kita semua cuma bisa menjerit dalam hati.

“Meri ya..eh Meri Adnan sama Meri Azmi…???” kata bunda lagi seperempat yakin…

“IYAAAAAAA!!!!!!” sahut kita serempak!!

“OOHHHH….MERRIIII!!!!!”……katanya sambil menyerbu Meri lagi. ALLAHUAKBAR!!! AKHIRNYAA…..!!!

Huwakakakakak!! Saat itu jam di arloji mb Cindy mungkin sudah berjalan nyaris setengah jam dari bunda datang tadi.

Wahahahahahahaahah!! Ampun deh…

“Benar kan Cin?? Aku udah curiga ada kejutan… soalnya JB itu nggak pernah undang2 traktir kita makan!!” kata bunda kemudian -----lemes deh aku dengernya-----


***

Kemudian datang Mb Olive bergabung, ngobrol seru soal apa aja, termasuk ngomongin orang Padang *lho?? Wkwkkwk* Sampai kemudian Meri dan aku ijin ke toilet… Di toilet, aku dan Meri sudah santai, normal walaupun rahang sudah mulai kejang kebanyakan tertawa….

Detik itu aku dan Meri, di toilet, sedikitpun tak menyangka bahwa ternyata ketika nanti kita kembali ke meja makan, ada lebih banyak ujian dan cobaan untuk kekuatan otot rahang kita, bahkan kekuatan otot yang lain termasuk otot jantung…jauh lebih banyak daripada mengunyah semua makanan lezat di Resto HoW…jauh lebih banyak daripada yang kami semua kira…

(Bersambung :-D)

Selasa, 02 Februari 2010

Dia Lebih Dari Sahabat Untukku...

Tadi pagi aku tertegun (dan aku termasuk jarang tertegun). Seperti mendadak menyadari, I'm standing right on one of the milestones of my life.

Sebentuk meja biasa, dengan karton berlabel "Pendaftaran Murid Baru SD Al Hikmah Surabaya" tergeletak diatasnya. Kulihat nama yang tertulis di formulir pembelian yang kupegang erat. Nama yang barusan kutulis sendiri tadi, dengan pulpen pinjaman. Nama yang entah kenapa mendadak membuatku tertegun, merasakan sesak didada dan panas disekeliling mataku yang jadi berkaca-kaca.

Namira Bai'atifa Azzahra.

Oh dear Bea... Benarkah ini nyata, bahwa kau sudah mau masuk SD nak?? How time flies....it flies!!! *gerung2* Dan lihatlah kau menjelma seperti apa sekarang. Subhanallah... Sebuah frase klasik bersahutan memenuhi kepalaku sejak pagi tadi... "Seperti baru kemarin..."

Semua pasti tahu bahwa tiap anak pastilah spesial dengan caranya masing-masing. Bagiku, Bea spesial bukan hanya karena dia putriku. Dia spesial karena bahkan di umurnya yang masih 5,5 tahun sekarang ini, dia bukan hanya bisa menjadi sahabat buatku...melainkan lebih daripada itu. Tak perlu menunggu dia dewasa bagiku untuk memutuskan bahwa aku bukan saja menyayangi dan mencintainya, tapi lebih dari itu aku sangat menghormatinya. I already respect her now, with all my senses!!!

Bagaimana aku tidak akan menghormatinya coba... Tadi pagi ketika aku menghentikan mobil tepat di gerbang sekolah TK nya, kulihat Bea tidak langsung minta peluk dan lompat keluar dari mobil seperti biasa. Dia termenung seperti ada yang dipikirkannya...

"Ada apa sayang??" tanyaku.
"Bagaimana caranya aku bisa daftar ke SD Buk...?? Ibuk kan belum beli formulir pedaftarannya?" matanya menerawang, kata2 dan ekspresinya membuatku kontan tergubrax.

Duh Bea... *keluh* Resiko mempunyai seorang ibu yang procrastinator suka menunda-nunda pekerjaan... Ini memang sudah hari Rabu, hari terakhir pengambilan formulir pendaftaran untuk SD nya. Sudah dari Senin dia terus mengingatkan aku untuk segera membeli formulir itu, ketika aku masih berada di Jakarta. Sedangkan kemarin (Selasa) aku memilih menunda kembali karena ada beberapa hal yang perlu kulakukan. Hari ini memang aku berencana untuk membeli formulir itu, tetapi tak urung tatapan mata Bea yang menerawang tadi sudah banyak berecerita. Seolah itu bukan kali pertama terjadi...dan memang bukan.

"Sayang, tak perlulah Bea pikirkan itu. Mendaftarkan Bea sekolah SD adalah tugas Ibuk, okay? Ibuk janji akan membeli formulirnya habis ini, insyaAllah Bea masuk SD. Okay Bea?" kubuat suaraku seriang mungkin, walau dalam hati aku meringis. Setelah peluk, Bea pun turun dari mobil...tapi kemudian cepat-cepat balik lagi takut aku keburu pergi, trus pasang wajah serius lengkap dengan telunjuk diudara...mulutnya yang mungil mengucap...

"Ingat ya! Kata Bu Guru Bea disuruh daftar kelas SDBI...ingat ya Bukkk????"

"Iya sayang...kelas SDBI. Oke!" kataku sambil meringis beneran.

Memang. Selama sekolah di PG maupun TK sering sekali Bea kedodoran di jadwal sekolah. Lupa pake baju seragam biasa padahal hari ini jadwal renang. Lupa bawa baju ganti padahal hari ini jadwalnya bermain bahan alam (outdoor). Lupa nggak mengembalikan buku raport padahal hari itu hari terakhir pengembalian. Dan ketika besoknya raport dikembalikan (dalam keadaan terlambat), eh terpaksa dibawa pulang kembali karena belum ditandatangani oleh orangtua (baca:aku).

Abe menghadapi permasalahan yang sama dengan ibuknya tentu. Tetapi yang menjadikannya berbeda adalah Abe tidak menjadi pihak yang selalu mengingatkan aku (kuakui, dalam banyak hal Abe memang lebih mirip aku dibanding Bea). Biasanya ibu guru dan ustadz/ah Abe lah yang kemudian mengingatkan aku, si ibuk yang dudul ini (Ya Allah semoga Engkau berkenan membalas kesabaran mereka selama ini dalam menghadapi aku, aminn). Tetapi Bea, selain ibu guru di sekolah, Bea juga selalu tak pernah capek mengingatkan aku soal ini itu.

Acara family outbond di sekolah beberapa waktu lalu misalnya. Pendaftaran berlangsung selama seminggu. Maka yang terjadi di pikiran kita berdua adalah ini.

Bea : "Pendaftaran sudah dibuka hari ini. Ayo cepetan daftar!"
Ibuk : "Eiiitsss, sampai kapan sih pendaftarannya? Hari Jumat? Oke deh, kita daftar Jumat besok aja yaa..."

Padahal Ibuk ikut jadi panitia pendaftaran loh (hihihi parah ya). Akhirnya, selama seminggu itu tiap pulang sekolah dan mendapati ibuknya di meja pendaftaran, Bea jadi pasang wajah murung. Buka-buka daftar nama dan mendapati kolom yang bertuliskan namanya ternyata masih saja kosong. Kalau sudah mendapat tatapan mata murung begitu ibuk akan langsung cari-cari jurus ngeles aneka warna. Olala...ck ck ck

Secara pribadi, aku memang orangnya cenderung impulsive. Brak bruk klontang gedubrakan dulu, baru berpikir kemudian. Yang mirip seperti aku begini adalah si Abe. Sedangkan Bea lebih mirip Mas Iwan. Dari dia usia dini pun aku sudah tahu bahwa sebelum melakukan sesuatu Bea selalu banyak pertimbangan. Terkadang terlalu lama (terlalu lama menurut aku tentu saja :D).

Akibatnya?

Well...kalau memikirkan hal ini, aku jadi selalu teringat serial TV "Gilmore Girls". Dulu aku suka nonton serial itu karena geli melihat bentuk hubungan Lorelai (si ibu) dan Rory (putri remaja satu2nya) yang sangat unik. Seperti nggak jelas siapa mengasuh siapa. Si anak yang baru masuk belasan tahun, dalam lebih banyak hal jadi kelihatan lebih dewasa dan teratur hidupnya dibanding si ibu. Banyak kejadian yang dudul terjadi dari situ.

Dan kejadian dudul sudah banyak menimpa kami padahal Bea belum genap 6 tahun *gak jelas pengen ngikik geli, elus dada atau tarik napas panjang*.

Bea, bukan saja telah menjadi sahabatku, tapi aku tahu dia bahkan lebih dari itu. Aku tahu dia akan selalu menjadi sahabat yang bisa membuat aku hidup dan menjadi manusia yang lebih baik lagi daripada aku yang sekarang.

Dan yang jelas, melihat fakta bahwa hari ini aku disini, mengurus pendaftaran SD untuk Bea, perasaanku sungguh campur aduk.

Ya Allah...betapa aku sangat menyayanginya dan bersyukur telah Kau titipkan dia untukku. Itu adalah suatu kehormatan yang aku sangat berharap layak kuterima.Tetapi aku hanya punya doa untuknya, sahabat kecilku yang cantik ini...

Yaa Allah...hanya Engkaulah yang bisa mengabulkan doaku ini...
Aku mohonkan kepadaMu untuk jiwa mungil dan luar biasa yang telah kautitipkan untukku ini...

Lindungilah dia dalam sepanjang hidupnya...
Sayangilah dia walau aku tahu Engkau pasti sudah menyayanginya...
Berkahilah setiap langkahnya sehingga Engkau ridho akan dia...
Mudahkan baginya jodoh yang baik kelak...baik dimata Mu dan baik dimata makhlukMu...

Kekalkanlah rasa cinta diantara keluarga kami, dan jadikanlah kami semua semakin dekat padaMu karena cinta itu...

Amiinn Yaa Robbal Alamiinn... T_T
*peluk Bea sampe kejedug*

:::::.....

Jumat, 15 Januari 2010

Abe, Bea dan Teman Lawan Jenis Mereka

Repost dari Note di Facebook :-)

:::::.....

Banyak hal lucu dan menarik kalau kita perhatikan pergaulan anak-anak jaman sekarang ini. Pasti semua sudah pernah menyaksikan, betapa sekarang ini anak-anak SD kelas bawah (kelas 1-3) banyak yang sudah menyerupai ABG saja, bahkan anak-anak usia TK pun begitu loh –haduuhhh- entah harus merasa apa aku melihatnya.

Suatu hari, aku terbengong-bengong waktu menjemput Bea di sekolah. Waktu itu aku melihat 2 temen sesama TKB nya, dua-duanya cewe, saling berbisik-bisik centil (kalau nggak boleh dibilang sedikit genit) sambil pandangan mata mereka tertuju pada satu arah tertentu.

Ketika aku mengikuti arah pandangan mata mereka itu, ternyata yang sedang menarik perhatian mereka berdua adalah Mahez. Dan ketika sampai waktunya si Mahez melintas didepan mereka, serasa dikomando mereka bersama-sama mengumandangkan sebuah nama dengan sikap sangat malu-malu dan tersipu-sipu. “Maa…hezz….” Dan walaupun Mahez melengos dengan cuek, tapi ketika Mahez berlalu kedua anak itu langsung saling berpandangan dengan ekspresi wajah dan tubuh sangat bersemangat, mirip benar dengan ekspresi para penggemar musik pop cewe yang baru berpapasan dengan (misalnya) Michael Jackson ketika di jalan.

Oya, Mahez ini jadi semacam salah satu cowo idola di TK nya Bea. Bingung kan bagaimana bisa anak TK B sudah punya “cowo idola” di kelas mereka?? Tapi ini terjadi. Pada Mahez. Sudah tak terhitung banyaknya kami mendengar cerita-cerita betapa anak-anak perempuan di kelas B3 saling berebut main bersama Mahez. Atau rame-rame mengejar Mahez. Untuk apa? Untuk cium2 Mahez. Hwaaaaaaa!!!

*tag ibunya Mahez ahhh hehehe*

Sekarang mari kita lihat bagaimana model bergaulnya Abe dan Bea, anak-anakku.

Harus kuakui, dalam tingkat tertentu, aku seperti bersyukur bahwa Bea tidak seperti dua anak perempuan yang aku ceritakan diatas tadi itu. Aku mungkin bisa terbengong-bengong kaku berdiri tiap hari kalau sampai Bea seperti itu.

Urusan perbedaan gender rupanya berjalan dengan lebih sederhana untuk Bea sekarang ini (dan Ya Tuhan, aku harap untuk seterusnya juga). Aku masih ingat percakapanku dengannya di mobil sepulang sekolah. Waktu itu adalah 3 atau 4 hari setelah hari pertamanya masuk TK. Setelah menanyakan pertanyaan-pertanyaan standar seperti : Apa yang membuat Bea senang hari ini? Main apa aja di sekolah? dll

Aku : “Di kelas baru, siapa aja teman Bea?”

Bea: “Banyak kok Buuk…”

Aku: “Senangnya…siapa aja namanya, Ya?” – “Ya” maksudnya untuk Bea :-D

Bea: “Mm…ada Dzaky!”

Aku: “Oya, Dzaky kan temen Bea sekelas di Playgroup, senang ya bisa sekelas lagi di TK…. Trus, siapa lagi?”

Bea: “Aldooo!!”

Aku: “Aldo ya… trus? Siapa lagi?”

Bea: “Ada EL…”

Aku: “EL…ok deh…trus siapa lagi?” sampe disini alisku mulai mengeriting mendengar nama-nama itu.

Bea: “Trus ada yang cerewet juga lo Buk, dia lucu, namanya Rafi”

Aku: “Rafi lucu ya….oh…” alisku mulai keriting, karena ketika Bea bilang “cerewet” tadi aku setengah mengharapkan nama-nama seperti Amel, atau Laras, atau Nina, bahkan nama Cemplon pun boleh lah…

Bea: “Trus ada Mahez….ada Faiq, ada Naufal….”

Aku cuma melongo mendengarnya…nama-nama itu..kok nama COWO semua ya??

Ketika kemudian kutanyakan “kalo teman yang cewe-cewe, siapa aja yang Bea sukai?” Bea harus memikirkan sebuah nama dengan jauh lebih lama daripada yang tadi. Alisnya bahkan sempat mengerut mencari-cari siapa nama temen cewe yang disukainya di kelas.

Well, kalau Bea sedikit tomboi aku sudah lama tahu itu. Tapi ini menggelikan karena melihat dia tampaknya lebih nyaman bermain dengan anak laki-laki, itu sangat mengingatkan aku pada diriku sendiri ketika aku kecil dulu.

Aku kebetulan tumbuh besar diantara banyak sepupu laki-laki. Aku terbiasa main bersama mereka. Jadi daripada main boneka dan rumah-rumahan, aku lebih sering menghabiskan masa kecilku dengan main kasti, panjat pohon ini dan itu, cari ikan di sungai kecil deket rumah, patil lele atau “serangan ndhas” yaitu main perang2an dengan cara mengeplak puncak kepala lawan. Kebanyakan permainan laki-laki. Dan lama-kelamaan, ini membuat aku sempat tidak nyaman ketika kemudian harus bermain bersama teman perempuan ketika mulai sekolah. Menurutku, mereka itu kebanyakan sangat cengeng, gampang menangis, tukang mengadu, gampang sekali ngambek (marahan) tapi lebih gampang lagi merasa saling iri. Kalopun ada teman perempuan yang akhirnya bisa akrab, itu adalah beberapa saja yang mungkin sama-sama tomboi nya.

Apakah Bea juga mengalami ini dengan alasan yang sama, well sampai sekarang aku masih mencari jawabannya. Tapi memang kalau banyak keluhan yang suka dia keluarkan ketika bercerita soal teman-teman cewenya, maka kata yang keluar berkutat di “mereka suka bolo2an”….”ngatain aku jelek”….”mereka bilang nggak suka aku karena ngaji ku sudah sampai jilid 4”…dan semacamnya.

Jadi kalau ketemu dengan seorang teman laki-laki, yang Bea lakukan sih bukannya malu-malu atau bisik-bisik dengan sesama teman cewenya. Ketika di tempat parkir pulang sekolah dia ketemu Mahez atau Dzaky, Bea bakalan tanpa ragu langsung mendekat, mungkin mengagetkan mereka dengan memukul bahu dan berteriak “DAKK!!!” dan langsung ketawa-tawa ketika mereka kaget sambil bertanya dengan lantang “Kamu habis ini mau kemana?? Aku lo nggak langsung pulang, aku mau beli es pallu butung dulu!!”.

Anyway, saat ini, aku dan juga ibu guru di sekolah sedang mengusahakan supaya Bea juga bisa merasa nyaman bergaul dengan teman sesama perempuannya. Hehehe…

Lain lagi dengan Abe. Kalau Abe adalah tipe yang cuek dengan teman lain jenis. Walaupun dari sekolah Playgroup ada saja cerita lucu tentang teman cewe yang “nginthil” terus dibelakang Abe.

Pas Abe PlayGroup, ada seorang teman sekelas (sebut saja namanya L). Ibu guru sering cerita anak yang lucu ini selalu ikut kemanapun Abe bermain. Ketika suatu hari bermain peran (suatu kali anak2 bermain peran sebagai sebuah keluarga, jadi ada anak yang jadi bapak, ibuk, dan ada boneka yang mereka jadiin anak2an). Walaupun tidak disandingkan sebagai pasangan, tetapi setelah menggendong si boneka dan ada instruksi “jalan-jalan bersama keluarga” si L ini langsung lari-lari menghampiri Abe. Abe, yang saat itu sudah dipasangkan dengan teman yang lain, cuek aja sehingga kalau dilihat-lihat dia jadi mirip anak-anak yang memutuskan untuk –maaf- ber poligami :-D

Sampai sekarang dia sudah kelas 3 pun, ketika kami jalan berdua di sekolah, atau di swalayan sekolah, atau di parkiran sekolah, aku sudah terbiasa mendengar suara anak2 perempuan panggil-panggil nama Abe. Dan sudah capek aku menyuruhnya untuk menjawab panggilan-panggilan itu dengan sopan. Dan tak lupa memastikan sebelumnya bahwa tidak ada yang salah dengan pendengaran Abe. Pasalnya, Abe selalu tidak bereaksi apa-apa, nyelonoooong aja, seolah dia tidak mendengar panggilan2 itu. Akhirnya, terpaksalah aku yang selalu menjawabnya. “Iyaa…” sambil tersenyum kearah pemanggil yang ternyata bukan hanya teman sekelas atau seangkatan. Kadang-kadang anak kelas 1 atau 2, bahkan anak-anak kelas atas (4,5 atau 6).

Aku: “Abe kenapa tidak menjawab sihh??” sudah tak terhitung kali aku memprotes begini sesudahnya.

Abe: *cuma angkat bahu*

Aku: “Itu kan temenmu…kalau Abe tidak menjawab nanti bisa dikira Abe sombong loh. Padahal Abe bukan anak yang sombong kan??”

Abe: *angkat bahu lagi*

Aku: “Abeeee!!!!????” *aku mulai menuntut lebih dari sekedar angkat bahu*

Abe: “Aku lho nggak kenal mereka Buk, aku kan malu kalau harus terus menjawab?? Mereka lho selalu panggil-panggil….di ruang makan, di teras masjid… Aku maluuuu!!”

Aku: *menyerah*

Pernah aku penasaran dengan apa yang dirasakan Abe terhadap panggilan2 itu. Suatu sore kutanya dia. “Menurut Abe, kenapa sih cewe2 itu sering panggil-panggil Abe?”

Jawab Abe: “Mungkin karena Ibuk ngasih aku nama yang aneh kali. Di sekolah kan cuma aku yang punya nama ABE. Coba kalau namaku Rafi, atau Naufal, atau apa kek yang banyak kembarannya, mungkin mereka nggak akan panggil-panggil aku terus!!”

*gubrax*

Belum lagi aku harus menerima laporan beberapa temen walimurid, yang bilang bahwa anak perempuannya selalu cerita tentang Abe dirumahnya. Mendengar ceritanya yang kadang lucu kadang juga ajaib, aku cuma bisa melongo….

Sering kupancing-pancing soal pergaulannya dengan teman-teman perempuannya di sekolah, dan kesimpulanku hanyalah bahwa Abe memandang mereka dengan cara yang sewajarnya. Sewajarnya anak usia 8 tahun. Dan itu membuatku bersyukur. Abe bahkan berkali-kali mengungkapkan kalau dia sudah tidak sabar pingin segera kelas 4. Di SD Al Hikmah, mulai kelas 4 anak-anak memang sudah dipisah kelasnya, antara murid laki-laki dan perempuan.

However…. *ehm*

Ada satu teman cewe yang pernah mendapat pujian dari Abe loh. Semua terungkap ketika waktu kelas 2 kemarin, si teman ini harus pindah sekolah karena orangtuanya juga pindah ke Semarang. Waktu itu tanpa dinyana tanpa diduga, waktu pulang sekolah dan ngomongin soal yang pindah ke Semarang, masih di mobil tiba-tiba Abe nyeletuk. “Yah…padahal aku suka lo buk sama dia”

Hahhhh????? :o *Ibuk langsung oleng nyetirnya, tapi untung cuma sebentar dan pas di jalan yang sepi.

“I…Iya sih…dia memang cantik..” ujar Ibuk masih tergagap dan berusaha membagi pandangan ke jalan dan ke wajahnya Abe (pingin liat gimana ekspresinya dia saat itu, yang ternyata juga masih biasa saja).

“Bukan Buuk…bukan ituuu!! Aku itu suka dia karena dia cerewet… Trus dia pemberani loh Buk, kalau digangguin temen-temenku yang cowo, dia selalu melawan. Kalau ada temennya yang digangguin juga, dia suka belain mereka. Dan kalau dia lagi marah-marah gitu, aku suka banget liatnya….hi hi hi…”

Ohhh….akhirnya dia terkikik juga ya…sementara aku makin melongo…

Dia yang kami maksud itu adalah Nadine. Dan bukan hanya Abe yang kehilangan karena Nadine pindah ke Semarang, tapi aku juga kehilangan mb Santi, mamanya yang juga temenku di pengajian. Dan aku juga sukaaaa sama mamanya… Untunglah sekarang ada facebook, jadi masih bisa rame2an walaupun cuma di dunia maya…. ;-)

*tag mb Santi ahhh* :-D

:::...


Senin, 28 Desember 2009

GOYOR:::...

*kangen nulis hiks*

Ada yang suka memperhatikan nggak, karakter2 seperti tokoh Susan Meyer di serial Desperate Housewife? Atau mungkin yang lagi ngetrend sekarang, tokoh Bella Swan di novel Twilight Saga? Atau kalau dalam komik kita bisa lihat contoh Naruto atau Donald Duck?? Atau karakter Launchpad di serial Ducktales, si pilot yang sangat menyenangkan, tapi ironisnya selalu nyaris menghancurkan pesawatnya sendiri tiap kali mendarat?

Goyor, kalo kata bahasa Jawa. Kata itu dipakai untuk menjelaskan seseorang yang dalam aktivitas sehari-harinya gampang terjatuh dan menjatuhkan sesuatu (jatuh dalam arti yang sebenarnya). Mereka yang seakan merupakan magnet yang mengundang bencana dan kecelakaan kecil bagi tubuh mereka sendiri. Tak perlu ada angin sedikitpun, mereka bakalan jalan dengan tersandung-sandung, bergerak gedubrakan, tersenggol dan menumpahkan gelas minuman orang lain di meja sebelah, kejedug apapun yang ada disekitar, terperosok lubang apapun bahkan yang jelas kelihatan, dan sebagainya.

Entahlah, aku belum sempat pernah secara khusus mencari informasi yang lebih ilmiah mengenai penyebab hal ini, mengenai apa yang sebenarnya salah di otak mereka (padahal hampir setiap waktu aku penasaran), tetapi yang jelas...aku begitu! Dan menurut ibukku, ini sudah berlangsung sejak aku kecil. Dan serasa belum cukup, hal inipun ternyata (entah secara apa) kuturunkan pada anakku. Dua-duanya lagi. *sigh*

Praktis, di keluarga kecil kami hanya Mas Iwan seorang yang bakalan bisa lulus pelajaran table manner atau berjalan mulus tanpa terjatuh di catwalk (walaupun aku sama sekali nggak bisa membayangkan, MI jalan di catwalk??? :o)

Dari sejak Abe dan Bea mulai bisa mengangkat kepala mereka (apalagi pas mulai berjalan), aku sudah mulai sadar dan belajar bahwa mengucapkan kata "pelan" dan "hati-hati" mungkin tidak banyak membantu. Jadi biarpun aku tak pernah bosan mengucapkan kata itu (bagaimanapun itu kewajiban kita sebagai ortu kan?), tapi aku tidak terlalu berharap akan hasilnya.

Alih-alih, daripada "mengomeli kenapa jalan mereka gedubrakan" ketika mereka jatuh dan terluka, aku lebih memilih untuk mengkondisikan mereka agar terbiasa dan kuat menghadapi aneka rupa luka, memar dan benjol di tubuh mereka. Sekarang ini, sambil masih nangis kesakitan Bea bisa loh terkekeh-kekeh melihat betapa lucunya dia kalau lagi benjol. Atau betapa serunya kita sekeluarga lomba "banyak2an luka" tiap pulang outbond.

Jangan tanyakan kepada kami kenapa ini bisa terjadi, karena kami pasti sama tidak tahunya dengan Anda. Kalau suatu saat terdengar suara kami mengaduh lalu ada yang tanya "Ya ampunnn gimana critanya sih tadi bisa kayak gini???" maka kami hanya akan bisa meringis menahan sakit sambil mengangkat bahu.

Siapa yang paling jadi korban dari kondisi kami yang seperti ini? Tentu orang-orang yang berada di sekitar kami, karena toh kami sudah terbiasa dengan bentuk kekacauan apapun yang mungkin bisa terjadi.

Jadi ingat ketika aku menceritakan kejadian suatu siang di mall, di status Facebookku. Waktu itu aku sedang dadagh-dadagh meninggalkan Bea di tempat bermain sambil pesan "Bea, hati-hati yaaa!!" tetapi setengah detik kemudian, ketika aku berganti arah, kepalaku langsung disambut tiang beton dengan suksesnya didepan banyak orang yang menonton. Waktu itu banyak yang komen, merasa kasihan pada Bea karena malu punya ibuk yang seceroboh itu. Percayalah, Bea tak punya alasan apapun untuk malu, karena kondisi kami tidak jauh berbeda *hihihihihi* dan rasanya kami harus terbiasa dengan tatapan orang-orang yang harus nya bisa bikin kami malu hati. Percuma, daripada kami tersiksa karena seringnya itu terjadi, akhirnya kami memilih untuk menganggap tatapan2 itu sebagai pujian saja *wakakakakakakak gubraxx*.

Mas Iwan tentu salah satu yang sering jadi korban. Sudah tak terhitung kerugian yang dideritanya karena punya anak-istri seperti kami. Beberapa kali hidungnya nyaris patah karena beradu dengan dengkulnya Abe atau tungkai kaki Bea yang moleh dan montok itu. Atau rasa malu dan sungkan pada tuan rumah ketika mengajak kami bertamu dan ada saja kekacauan yang terjadi. Atau segala rupa bentuk kecelakaan yang terjadi ketika MI sedang berduaan dengan istrinya (termasuk ketika di peraduan tentu saja, tanpa terkecuali *malu*). Keluarga besar dan teman-teman kamipun rasanya sudah nggak heran kalau tiba-tiba harus mendengar bunyi krompyangan atau gedebrukan ketika berada didekat kami.

Mau cerita lain?

Sebagai seorang suami, tentu saja MI pingin dong sekali-kali (atau selalu) jalan-jalan dengan bergandeng tangan atau merangkul pundak istri tercinta? Tapi sampai detik ini, sampai kami nyaris 14 tahun menikah, setiap kali MI berniat nekad melakukannya, pada akhirnya dia selalu menyerah dan memilih untuk melepaskan tanganku atau pundakku di menit pertama.

Pernah sih beberapa kali (saking kasihannya liat nasib MI) aku bertekad akan mempertahankan tangan MI di pundakku ketika jalan di sebuah mall yang kebetulan rame pengunjung. Tapi beberapa jurus kemudian (setelah perjuangan yang luar biasa dariku) dunia tiba-tiba mengkhianatiku dan kehilangan keseimbangannya. Aku sih tidak mempermasalahkan betapa anehnya cara jalanku saat itu, aku sudah tahan malu. Atau fakta bahwa beberapa detik sekali aku tersandung-sandung kakiku sendiri (padahal aku sudah bersandal jepit kemana-mana). Tetapi karena aku beberapa kali sukses menabrak orang yang berjalan bersimpangan dengan kami lah (padahal mereka tidak berada di jalur yang persis lurus dengan kami), akhirnya MI pun terpaksa kembali memutuskan untuk menyerah pada nasibnya....

:D

:::::.....