Minggu, 21 September 2008
[Seri 3 Wanita] Aku dan Ibu : Hidup Penuh Dengan Kesalahpahaman
:::::.....
Kalau ditanya satu hal yang paling mewarnai hubunganku dengan Ibuku selama 31 tahun ini, itu adalah satu kata berikut : KESALAHPAHAMAN! Menyedihkan? Nggak juga. Merepotkan? Kadang-kadang. Tapi yang pasti, menggelikan! :-D
Contoh. Sudah tak terhitung berapa kali kejadian semacam ini terjadi.
Misalnya di sekolah. Momen pengambilan raport. Di kelas yang penuh dengan walimurid itu, Ibuk selalu mendapat pertanyaan dan kernyitan alis yang sama, entah dari ibu si A, atau si B atau yang lain. Sejurus setelah mengenalkan diri sebagai ibukku, pasti yang terjadi ini...
“Ibu ini Ibunya Mbak Wahida??? Yang bener?? Saya kira kakaknya!”
Ketika akhir Oktober 2001 aku melahirkan Abe, di kalangan suster-suster di RS Darmo Surabaya, kami berdua selalu menjadi perbincangan yang hangat. Cerita berawal ketika seorang suster visite ke kamar, dan kemudian mengobrol. Aku rasanya sudah termasuk orang yang cukup suka mengawali obrolan dengan siapapun, entah orang yang sudah lama kenal, maupun tidak. Tapi ibuku, jauh lebih parah. Bakat SKSD-nya waduh! Top! Aku nggak ada apa-apanya deh. Hehehe. Ini salah satu hal yang aku suka pada diri beliau.
“Nungguin terus nih Mbak?” sapa suster ketika masuk kamar...-jangan salah- ke Ibukku. Dia menyapa Ibuk dengan sebutan ‘mbak’.
“Iya nih Suster...untungnya pekerjaan saya bisa ditinggal-tinggal jadi ya bisa nunggui terus”
“Kerja dimana Mbak?”
“Jadi pegawai toko kok Sus, di Tulungagung sana...” (Btw.. Ini salah satu kesukaan Ibuku, mengaku karyawan di tokonya sendiri dan hebatnya dia seringkali membuat orang bener-bener percaya hihihi usil ya? pantesan nurun ke cucunya :-D)
Suster kemudian berpaling ke aku.
“Enak ya, masih ada kakaknya yang bisa menunggui? Kalau saya dulu melahirkan nggak ada yang nungguin Dek, Ibukku sudah tua, kasihan sedangkan saya putri satu-satunya. Jadi ya sudah, nggak ada yang bisa disambati.” Disambati, maksudnya dijadikan teman keluh kesah. (Kupikir-pikir, si suster sok tahu juga ya hihihi)
“Saya juga putri satu-satunya kok Sus. Ini bukan kakak saya, tapi Ibu saya.” jelasku sambil senyum simpul. Ibuku juga cuma tersenyum. Kami sama sekali sudah nggak heran lagi karena kejadian seperti ini sudah jadi santapan kami berdua sehari-hari dari jaman duluuu kala :-D
“Heh??? Yang bener?? Masak sihh??...???” si Suster melongo dan langsung menghentikan pekerjaannya mengganti selang infusku...
Tapi sebentar! Sepertinya ada sesuatu yang masih menggantung di mulutnya...dan matanya yang masih melongo tak percaya...
Ayo suster..jangan kecewakan saya kali ini...ayo keluarkan pertanyaan selanjutnya itu...jangan khawatir atau sungkan, saya sudah biasa kok mendengarnya..ayo...yak yak??
“IBU KANDUNG???”
Horeeee!!! akhirnya si suster pun menyerah juga kepada rasa ingin tahunya! :-D
2,5 tahun kemudian, ketika aku datang lagi dengan Bea siap dilahirkan, ketika suster yang sama masuk, dia langsung mengenaliku.
"Ini kan yang dulu ibuknya saya kira kakaknya?? hahaha Ibuknya nunggui lagi nggak mbak??"
:-D
:::::.....
Walaupun secara sifat aku dan Ibuk mempunyai banyak sekali persamaan, tetapi memang, kalo dilihat secara fisik, kami ini sangat berbeda. Ibuk benar-benar representasi perempuan Jawa pada umumnya. Berkulit kuning langsat, rambut berombak, tubuhnya cukup mungil dan langsing (bahkan cenderung kurus hihi).
Sedangkan aku? Nggak tahu juga bagaimana ceritanya, yang jelas di keluarga besar kami yang Jawa, aku selalu dibilang anak hasil ‘genetic jackpot’ yang beda sendiri. Wajahku memang mirip dengan Bapakku, tapi kulit sawo matang beliau sama sekali nggak menurun ke aku. Kulitku malah sangat terang, bahkan kelak banyak temenku yang keturunan Tionghoa pada protes karena bagaimana bisa aku lebih putih dari mereka??
Sering dikira anak Cina?? Jangan tanya lagi! Aku kecil dulu selalu menangis kalo ada saudara yang bilang kalo aku tertukar di RS waktu lahir. Biasanya aku selalu buru-buru ke Ibuk dan memastikan sekali lagi bahwa aku benar-benar lahir dirumah, bukan di RS. Serasa belum puas, kalo ada Bude Sri (istri Pakde yang bidan dan membantu kelahiranku dulu) pasti aku konfirmasi juga ke beliau. Dengan air mata berlinang karena dikira bayi tertukar. Aku juga seringkali ngambek tiap kali diminta menggantikan Bapak atau Ibuk menunggui toko kami. Pasalnya, tiap ada orang beli lalu membayar ke mejaku, mereka selalu menyapaku dengan “Nonik” atau “Cik”.
Nah, ditambah postur tubuhku yang jelas-jelas ikut Bapak, lumayan tinggi (dan lumayan besar! :-D) makin nyatalah perbedaan fisik antara aku dan Ibuk. Waktu aku masih kecil, seperti juga Bulik2 dan Tante2ku, beberapa kali Ibuk dikira pengasuhku *duh*...
Hal yang sama seringkali juga dialami Bapak dan Ibuk. Ibuk pernah dikira anaknya Bapak. Dia juga pernah dikira istri kedua *hayah, dudul bener* atau istri sambung Bapakku, plus seringkali dikira Ibu tiriku, seperti cerita suster diatas. Lucunya, bukannya sebel Ibukku malah sangat menikmati hal ini. Bahkan dia seringkali sengaja usilin orang dengan tidak cepat-cepat mengaku istri siapa dia sebenarnya. Pernah di suatu acara, waktu Bapak sedang memberikan sambutan, ada seorang ibu tak dikenal, yang berdiri disamping Ibukku ngajak ngerumpi.
“Bu, Pak Badar itu dulu temennya mas ku lho, duhh waktu sekolah dulu nuakalll!! Buandelnya bukan main! Untung katanya dia dapat istri yang anteng, jadi sekarang sudah ikut anteng!”
“Ya tho Bu?”
“Iya, makanya ini aku juga pingin tahu, istrinya ikut apa nggak ya ke acara ini?? Pingin tau aku.”
“Ya tunggu saja Bu, biasanya kan kalo pulang nanti, acara pamit2 si istri kan pasti ikut kliatan...” saran Ibuk.
Nggak tahu lagi deh gimana wajah si Ibuk itu waktu lihat bapak-ibukku pamit dari acara, yang pasti definisinya tentang istri Pak Badar yang dikira ‘anteng’ itu, bisa-bisa berubah total! Hihihihihi.
Yang dudul, Ibuk pernah juga dikira pembantu rumahnya Bapak! hahaha kalo ini sih akibat ulah Ibuk sendiri. Dia paling suka tuh melakukan permainan ini. Permainan yang sungguh sangat aku iri karena dengan penampakanku, aku tak pernah bisa melakukanya! Ugh!
Di rumah kami dulu di Tulungagung, begitu kami (anak-anak) cukup besar, Ibuk memutuskan untuk tidak memakai jasa asisten rumah tangga. Suatu sore ketika Ibuk dan aku sedang berkebun di halaman depan, ada seorang laki-laki datang, mencari Bapak. Sepertinya dari jauh karena selain orangnya asing buat Ibuk, mobilnya juga plat Surabaya. Kebetulan Bapak sedang pergi dengan kedua adik cowokku dan hanya ada Ibuk berdua aku dirumah.
“Pak Badar ada??” dari awal kuakui, gaya bertanyanya memang sudah mengisyaratkan kalau dia mengira Ibuk itu pembantu rumah tangga. Ibuk pun cepat tanggap dan mengikuti irama permainan yang sama (hihi seneng benar dia hari itu, dapat ‘tangkapan’ yang cukup besar hahahah).
“Bapak nggak ada, sedang pergi, Pak” dengan sikap sesantun-santunnya Ibuk menjawab (sambil memegang sapu lagi!)
“Kapan pulang??”
“Wah saya nggak tau...”
Si tamu, ganti melayangkan pandangan kepadaku yang sedang mengerjakan PR di teras.
“Kalo Istrinya??......Itu?? Apanya Pak Badar??” tanyanya sambil menunjuk kearahku.
“Itu putrinya Pak.”
Cukup. Pertanyaan tentang ‘istri Pak Badar’ nggak dijawabnya (belakangan dia beralasan “Habis nanyanya nggak jelas juga, coba kalau dia tanya ‘istri pak badar adaa??’ gitu ya aku bilang ‘ada’!” huahauhuaua dudul)
Si bapak itu kemudian pamit setelah nitip pesan dengan nada yang khas.
“Bilang Bapak ya, saya dari pabrik lem di Surabaya, besok saya kesini lagi pagi-pagi”
“Iya...” jawab Ibuk santun. :-D
Hihihihi
Urusan usil jugalah yang sampe sekarang membuat Abe dan Bea sangat kagum kepada Ibuku. Aku yakin dalam hati mereka merasa beruntung punya Uti yang usil dan berjiwa anak-anak begini ya, hehehehe.
:::::.....
Kesalahpahaman-kesalahpahaman yang menggelikan itu, tentu saja hanya terjadi secara fisik. Deep down under, kita berdua sangat cocok, sangat dekat, sangat banyak sifat yang sama. Biar kata dari luar kami sangat berbeda, tapi didalam kami sangat kompak bak dua sahabat dekat teman curhat tentang apapun, bahkan sampai sekarang.
Ibuk yang lulusan SMKK (Sekolah Menengah Ketrampilan Keluarga) lah yang mengajariku semua hal tentang menjadi seorang wanita yang wajib terampil mengerjakan semua pekerjaan domestik. Dari mengajari urusan memasak dll sampai menyulam, menjahit, dan merawat serta mendidik anak. Selain itu, Ibuk juga menunjukkan dengan contoh langsung, bagaimana dia sebagai seorang istri sangat mendukung Bapak dalam menjalankan usaha. Menjalani hidup dengan tetap sederhana, baik ketika usaha Bapak baru mulai dan eknomi keluarga masih sangat susah, maupun ketika Bapak sudah berhasil. Tetap tak mau membiasakan anak-anak dengan gelimang uang. Tetap mengajak anak-anak untuk bergaul dengan siapapun.
Beda umur kami yang cuma 18 tahun, membuat gap generasi diantara kami menjadi tidak jauh. Ketika aku remaja, Ibuk masih bisa mengikuti jalan pikiranku yang sedang puber waktu itu. Sampai urusan kompakan ‘mengatasi’ cowok-cowok yang suka dudul datang kerumahpun, Ibuk jagonya! Dan guess what, Ibuku jugalah tentu, yang menginspirasiku dari kecil, untuk bercita-cita menikah di usia muda! :-)
Buk’e...
I just love you to bits!
Robbigh firli wali wali dayya warhamhuma kamaa robbayaani soghiroo...
(keterangan foto : ki-ka : Emi iparku, Ibuk dan aku)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
hooh ant, kasihan sekalé klu dikira anak siapa begitu, tapi dirimu 100 % mbah nambar eh kliru pak badar deng,
BalasHapushehehe Yul, dikau salah satu saksi betapa aku waktu kecil dulu selalu menderita karena dibilang "cina" hahah
BalasHapusiya, seperti halnya kamu yang fotokopi ibumu, kata orang aku fotokopi Bapak, kecuali warna kulit kita beda :-D
hohooooo ...... parah yo ? banjeetss, tapi sekarang kéknya sudah terbuka ( orang bulé sudah di acc di ketanon)
BalasHapuswah ini menarik, dulu gimana pertama kali papinya thib bertandang ke ketanon?? heheeee keknya perlu ditulis dan diposting deh Yul..pastinya banyak kejadian seru tuh :-D
BalasHapusntar aku coba posting, tapi rumit sekali ant,
BalasHapus“Iya...” jawab Ibuk santun. :-D
BalasHapushéhéé ...... kasihan sekali bu siti (manut aja)
bukan hanya manut tapi dia itu sangat menikmati yang kaya2 gitu!!
BalasHapushahahahaha heran deh
hihihi iya mba , wajahnya ga sama seperti ibu :) , dan emang keliatan seperti adik kakak, ibunya awet muda :)
BalasHapushehehehe
BalasHapusiya Teh, ibuk memang menikah dan melahirkan aku dalam usia yang masih muda
jadi sekarang beliau ini umurnya juga masih belum genap 50 tahun :-D
Hehehe kalau soal kakak adik aku juga sering Mbak, tapi dulu waktu SMP-SMA. Tapi banyak juga yang 'gak percaya' karena mama putiiih sedangkan aku 'ikut papa'. Beranjak gedean jadi lebih tinggi dari mama, jadi nggak berlanjut. Wah, eyang putrinya Abe & Bea suka iseng juga ternyata, pantes...
BalasHapustapi ndelok potone, jareku njenengan mirip ibu -- untuk wajah, bukan postur
BalasHapusJangankan yang beda umur 18 tahun, lha aku yg beda 25 tahun sama anakku aja sering disangka kakak-adik, tapi aku yg jadi adiknya :p
BalasHapusMungkin nasib ibukmu sedikit sama dengan nasibku, sama-sama punya anak yang badannya lebih gede :)
antooooooo ehhhh antiiiiiii dah aku posting
BalasHapuscoba liat lagi...kayaknya idungnya sama tuh.....heheheheheheh
BalasHapusmatanya sama2 sayuu.............
BalasHapusweh.... kalau melihat fotonya si...memang seperti kakak adik :))... :D, pantes banyak yang kecele :D
BalasHapusSepintas mirip kok, Da.......cuman matanya ngga blas hihihi.........
BalasHapusTapi yg jelas asyik banget ibu-mu yo.............
hehehe tapi seru juga ya La dikira adik kakak gitu..menurutku sih seru..soalnya ada temen yang dia sebel banget dibilang kakak-adik sama mamanya :-D
BalasHapushihihi kalo aku masih berlanjut sampe sekarang nih :-|
aaaahhhh you really should see my father! :-D
BalasHapushuwhuauhauhauhauhahau
BalasHapuswah parah juga
salah sendiri imut, wekk!! **melet**
eh betul mbak, memang itu yang terjadi ya, ibu2 yang punya suami besaaaaaarrrrrrr dan terpaksa melahirkan anak2 besar pulaaaaaaaaaa yang mirip bapaknya hueheuheuhue
sudah aku bacaaaaaaa :-)
BalasHapusflashback tenan aku, ke masa kecil kita heheh thx yaaa :-)
sama2 dua lubangnya :-b
BalasHapusaaaaaahhhhhhh masak siiyy??? **kedip2 testing** heheeh :-D
BalasHapusnah, tinggal nunggu mbak mita komentar, dia yang suka bilang wajahku melas :-(
heuehuehue tingkahnya juga sama kekanak-kanakannya tuh kadang2 :-D
BalasHapushihihi kalo ketemu langsung, pasti kelihatan kalo nggak mirip :-D
BalasHapuseh waktu ke jkt kopdar yang mba Irma ga bisa itu, ibuku ikut lhooo
malah maksa2 semua buat bawain jeruknya dia hahahahahah dudul
Sama sama cantik mbak..memang kelihatan seperti kakak beradik..
BalasHapushwe, orang tulungagung juga ya mbak? :D
BalasHapussalam kenal..
*akhirnya ketemu yang sekampung halaman*
Bu Badar awet timur ya mbak...
BalasHapusSemoga Ibu di kurniakan umur panjang, kesehatan dan keberkatan Alloh swt.
Sungkem buat blio.
Heheheeh, aku dengan mamaku juga 20 tahun bedanya..
BalasHapusCeritamu ni Jeng selalu menarik tuk disimak..Buah jatuh ngga jauh dr pohonnya sebelum cucunya nurun Utinya tentu Ibuknya Abe Bea yg jd turunan pertama..*pinter ngurus rumah,pinter ndidik anak,pinter nulis,sedikit usil..he..he..* Salam buat Ibuk yaa..
BalasHapusaduh terimakasih, jadi malu **blushing** :-D hihihi
BalasHapushaiiiiii iyaaaa!! njenengan tulungagung mana??
BalasHapuswah senengnyaaaaa
bahkan nama kita pun mirip, wahida dan wadina hehehe
**seneng deh ketemu orang sekampung**
untuk ukuran nenek bercucu 5, memang dia masih muda mbak, sampe sering diprotes temennya yang umurnya sama tapi (ada yang) belum punya cucu :-D
BalasHapusmaklum ibuku dulu menikah muda, umur 17 tahun begitu lulus SMKK langsung dilamar hehehe
subahanAllah, terimakasih doanya mbak dian, amiinnn :-)
berarti beliau masih muda juga yo mas??
BalasHapusmas bambang anak pertama?
kapan nulis tentang ibunda? ini saya juga terinspirasi sama temen2 MP yang banyak posting cerita tentang ibunda mereka :-)
Yupe...nenek dua cucu...sedang anak pertamanya masih betah melajang...malah dipastikan telat nikah..hahaha
BalasHapusNanti ada waktunya aku mau nulis
komentar mba juga selalu menyenangkan untuk disimak hehehe
BalasHapusaduh semoga yang pinter2 yang nurun ke anak2ku nanti ya hihihi makasih mbak
kalo sedikit usil...?? gak janji deh.....kayaknya nggaks edikit tapi buanyak! heuheueheh
insyaAllah salamnya disampaikan :-)
nanti aku mau minta beliau baca postingan ini dari tulungagung deh hehe
telat nikah?? katanya nggak ada istilah itu.. :-b
BalasHapusbelum jodoh mas, yang pentinf terus berusaha...
mahasiswa gak ada yang sreg kinclong gitu??? ;-)
hahahaha
aku malah gak demen yang kemudaan...
BalasHapusWis lah, ngalir aja..hahaah
Belum baca tadi baru liat fotonya udah komentar dalam hati 'ini anaknya koq gak secantik ibunya' ;ppp
BalasHapusSemoga ibu selalu sehat ya... belum 50 tahun ya umurnya, ayu banget lhoo
ikutan seneng liat Ibu dan anak bisa selalu menjalin kasih, Ibu yg hebat,gak heran kalau anaknya juga hebat.
BalasHapusOalah...seru juga nih para pemeran pernikahan dini hehehe. Bener kayak kakaknya :-)
BalasHapusSalam buat ibunya ya Da...tanyain dong rahasia awet mudanya hehehe
yang beda cuma postur kali ya...? wajah sama ko....k
BalasHapusIyo mbak...ibunya awet muda banget...eh salah emang masih muda ya? Enak ya nikah muda, bisa kompakan ama anak2nya...
BalasHapusWah bener2 asyik dong kalo bisa diajak kopdar-an segala.............
BalasHapus** Jangan2 ini karena ada permintaan khusus dari bapaknya Abe Bea nih buat jagain jeng Wahid he he he
whekeke...sama banget aku dr kecil malah ampe sekarang byk yg nyangka kalo keturunan tionghoa
BalasHapusmalah kalo ke chinatown disini diajak ngomong chinese segala...sampe mo nangis kayanya,soalnya mataku sipit kaya kakekku tapi kulitku ya terang ngalahin orang china..
sekarang aku ngerti dah kenapa mba dudul..rupanya gen dudul tuh menurun ya...hehe
Cik...Wa..., Nempil paku karo seng yo....??? :-))
BalasHapusiya! aku juga liat mamamu di postingan yang kalian umroh itu, masih muda, dan cantiikkkk :-)
BalasHapuskamu kelihatan tua??? yang liat beleken kali Rim, heuhehe
**click ke link itu**
hauhaua sialan, iya banyak yang usil bilang begitu juga Tin, walah bukannya ada kata pepatah 'like mother like daughter'??
BalasHapuskenapa dirimu tegaaanya teganya teganya hahahahahah :-b
amiinn terimakasih doanya ya, tunggu sampai dia baca postingan ini, pasti dia ngomel2 ke aku hihihihi
iya mas, semua ibu pasti hebat terutama buat anak2nya
BalasHapusaku juga suka terharu lihat neneknya Kio yang dengan telaten ikut mengasuh Kio dan Keisha, bahkan sampai ke sekolah juga, subhanallah..
semoga nenek Kio juga tetap sehat ya mas, Ibu2 kadang suka tanya ke Mbak Yanni kalau Keisha ikut tanpa neneknya ke sekolah hehehe :-)
**ngakak baca 'pemeran pernikahan dini'**
BalasHapusmbak Linda ada2 aja hehe
insyaAllah disampaikan, nanti aku mau minta dia baca postingan ini aja hehehe
rahasianya?? oya, ada satu hal yang aku tahu dari dia itu,
orangnya dari kecil sangat menggemari menu sayur dan buah
nggak seberapa mau daging, maunya dauuuuuunnnnnnnn mulu
aku masih mau sama daging, walaupun aku sama gilanya kalau urusan makan sayur
sampe kita berdua kadang2 menyamakan diri sendiri sama kambing
saking sukanya makan dedaunan heuehuehuhe
apa karena itu ya?? ibukku itu kulitnya masih halus, kenceng, dan nggak pernah bermasalah apalagi jerawatan :-D
oya, dan dia SANGAT suka jalan kaki! :-D
bunda pernah ketemu ibukku belum??
BalasHapusmungkin kalau ketemu juga sama bapakku, baru akan ngeh
kalo wajahku itu bapakku banget! :-D
semua kan memang ada enak dan nggak enaknya ya mbak
BalasHapusdan iya, salah satu enaknya menikah dan punya anak di usia muda memang ini :-)
heuheuheuehu bukan ikut kopdar secara persis sih mbak
BalasHapuscuma mengantar aku
begitu aku ketemu sama temen2, ya beliau jalan-jalan sendiri sama bapakku dan mas iwan :-)
iya ya! Teteh Temmy memang mirip cina hihihihi senasib kita :-D
BalasHapuseh, jadi inget Hanna kan mirip papanya banget tuh,
pernah nggak ada kejadian dudul gitu waktu berdua sama Teteh??
hihihi
**cuma penasaran hehe**
hahahaahahhah
BalasHapusojo ngono Den....
mentang2 cino asli, ngono yooo???
awas!! heuheuehuheue
dudul!!!
:-b
rela juga suka dibilang anak yang dipungut sama bibi- bibiku yang jail hehehe..
BalasHapuspadahal muka-ku mirip Apa
nah kan?? memang intinya ngusilin! hihihi
BalasHapusRelaaaaaaaaaaaaaa gimana kabar bayiiinyaa???
udah diposting kan fotonya
**buru2 ke mp rela ah ngintipppp**
Wah seru banget ceritanya....ternyata emang bener, buah apel jatuh tak jauh dari pohonnya...hehehe
BalasHapusiya mbak, cuman apel yang ini, buesaaaarrrrrrrrr sekali padahal pohonnya mungil :-(
BalasHapusapel bangkok kali :-D
hihihihi.... kenalin donk sama ibunya :D
BalasHapusjd inget ibuku, huehehehe, lucu juga :D
heheheheh
BalasHapusweekend ini aku mau ke tulungagung
ikut yok Noopppp ntar tak kenalin
ibukku bisa bikin daging lapis terenak didunia heuheue
**gandeng tangan Nopi pelan2 biar sakitnya gak kumat lagi** :-D
hihihi, sama. mama-ku juga awet enom banget. mungkin karena kurus dan rajin olahraga, jadi bawaan'ne seger terus.... jd aku sering disangkain kakak-adek... :D
BalasHapushihihi duhh bisa gak ya kita seperti mereka, kayaknya kok asik asikan terus sama anak2nya gitu ya Tyk?? :-D
BalasHapus