Kamis, 01 Januari 2009

Berkacamata (Banyak)

Sudah banyak yang tahu kan kalo sudah 2 minggu ini aku berkacamata (lagi). Dari umur 17 tahun sebenarnya aku berkacamata karena mata kananku minus 0,25. Setahun kemudian, ternyata mataku kembali netral dan dengan senang hati aku melepas kacamataku. Beberapa tahun lalu, ternyata minusnya datang lagi, masih dalam level 0,25. Tapi kali ini aku bandel, gak mau pake kacamata. Terakhir ketika periksa lagi 3 minggu lalu, ternyata ada silindris. Akhirnya aku menyerah, dan siapapun yang berkacamata pasti tahu bahwa 2 minggu sampe sebulan pertama adalah bagian adaptasi tersulitnya. Kepala sering banget berat dan pusing kalo beberapa waktu memakai kacamatanya. Belum lagi iritasi di kulit wajah, bikin intensitasku lepas kacamata dan mengusap2 wajahku tak masuk akal seringnya. Ugh...

 

Speaking of which, nggak enak memang berkacamata. Tetapi dalam hidup adalah sebaliknya. Melihat segala sesuatu, harus pake kacamata yang banyak! Nggak boleh hanya pake satu kacamata saja. Hal ini sudah lama kupelajari dan terlintas kembali tadi malam, ketika aku dan Mas Iwan “terpaksa” keluar pada malam tahun baru, untuk membeli sesuatu di supermarket.

 

Malam tahun baru di Surabaya kemarin basah oleh hujan. Seperti biasa, tak pernah ada yang khusus di malam tahun baruku. Hampir seumur hidupku malam tahun baru berarti 2 hal : nonton TV atau tidur dirumah. Oleh karena itu, seringkali keriuhan tahun baru yang terjadi diluar sana sama sekali tak terlihat jelas dari “kacamata”ku, tak kumengerti esensi dan intinya.  

 

“Lihat deh mas, aduhhh hujan-hujan begini lho padahal” seruku gemas ketika kulihat tadi malam, bahkan jalanana depan kompleks perumahan pun macet. Padahal waktu itu masih sekitar jam 20.00 WIB. Disekitar mobil kami, sarat kulihat banyak sekali sepeda motor. Bukan hanya mengangkut penumpang, tapi juga pernak-pernik tahun baru macam terompet. Bukan hanya orang dewasa, tapi juga kulihat banyak keluarga yang nekad membawa anak-anak kecil (kadang 2 anak dan akhirnya 4 orang itu berdesakan di sepeda motor), dibawah guyuran hujan bahkan kulihat beberapa duduk di motor begitu saja, tanpa jas hujan atau sekedar ponco untuk melindungi dari basah. Itu baru di jalanan depan kompleks perumahan lho! Untunglah supermarket yang kami tuju masih jauh dari pusat kota, nggak tahulah seperti apa keadaan di downtown metropolis Surabaya malam itu. Hemm...perayaan malam tahun baru...dalam kacamataku, jelas sangat overrated!

 

Tapi...

Satu kacamata (yaitu kacamataku sendiri) tentu tidak cukup memandang kehidupan. Sekali lagi, sudah lama aku belajar akan hal ini. Sedetik setelah aku berseru gemas, aku langsung teringat kejadian lama, kalo tidak salah sekitar tahun baru 1996 (aku ingat karena waktu itu aku masih kos, belum menikah). Malam tahun baru pertamaku di tempat kos (karena pertengahan 1995 aku mulai kuliah), sekaligus yang terakhir (karena Mei 1996 aku menikah). Adalah Mbak Sri, penjaga kos kami yang waktu itu “memberikan” aku kacamata baru. Mbak Sri orangnya rajin kerja, tetapi banyak omong, lumayan genit dan memang seringkali menjadi sasaran ledek2an kami para anak kos. Malam itu aku geli sendiri demi melihat persiapannya menjelang perayaan malam tahun baru. Setting baju berwarna ngejreng dan make-up full action (pokoknya tergolong dalam usaha yang terlampau keras dan berlebihan, hanya demi untuk tampil cantik), rupanya dia sudah janjian dengan beberapa temannya untuk melihat pawai tahun baru di jalan-jalan protokol di Surabaya naik sepeda. Tak tanggung-tanggung, dari kawasan kost ku waktu itu didaerah Kertajaya, dia dan geng bertekad akan mancal sepeda melihat perayaan dari Kertajaya-Ngagel-Darmo-Wonokromo sampai ke sekitaran Bundaran Waru (baca : jauhnyaaaa!!).

 

“Mbelain banget sih mbakk??” seruku keheranan, setengah protes karena malam itu sekali lagi aku tak habis pikir dengan orang-orang ini, yang pada heboh tiap malam tahun baru. Apalagi itu malam tahun baru pertamaku di Surabaya, terus terang anak udik ini pun sedang keheranan, tapi dengan cara yang lain. Bukan heran takjub atas kemeriahannya, tetapi malah heran betapa banyak yang dibela-belain banyak orang hanya untuk sebuah perayaan. Jawaban Mbak Sri berikutnya, selaksa godam batu raksasa menghantam langsung di kepalaku. Begitu aku sadar, ternyata kacamataku sudah bertambah satu, dalam melihat kehidupan. Kacamata dari Mbak Sri...

 

“Yahhh kalo orang-orang seperti Mbak Wahida gini memang sudah nggak perlu hiburan. Hidupnya sudah enak tak ada kekurangan. Mau beli ini itu bisa, mau punya teman bergaul yang seperti apa juga gampang dan banyak. Lha kalo saya ya lain mbaakkk....Ini mumpung ibu ngasih ijin libur, malam tahun baru begini, saya pingin bergembira!!”

 

Hiburan...

Ya..tiba-tiba ada suatu pencerahan di kepala dan hatiku waktu itu. Sadar atau tidak, semua orang memang perlu hiburan. Sesuatu yang bisa membuat kita senang walaupun harus dibayar dengan badan capek. Yang bisa menyuntikkan sedikit semangat pada hati kita dalam menjalani hidup ini.

 

Bagiku, itu mungkin ketika selesai membaca halaman terakhir sebuah buku. Atau kalau sekarang, mungkin seperti ketika disaat-saat seperti ini, ketika aku nyaris sampai pada akhir sebuah tulisan. Atau ketika aku akhirnya terduduk lemas capai dibelakang panggung, ketika suatu event selesai dengan lancar, di tempat yang sama sekali tak terlihat oleh penonton didepan panggung, tetapi dengan senyuman puas dibibirku. Banyak orang yang sudah mengungkapkan keheranan, buat apa aku menjadi orang paling capek padahal terkadang justru orang lain yang dilihat oleh para penonton. Tapi bagiku, bagi kacamataku, itulah hiburan buatku... Dan seperti Mbak Sri, rasanya aku rela melakukan banyak hal yang banyak orang lain malas melakukannya kan??

 

Kacamata baru...

 

Seiring bertambah umur, rasanya kacamata kita memang harus lebih banyak ya. Dan harus lengkap versinya, dari yang minus sampe yang plus, yang silindris bahkan kalau perlu kacamata kuda! Dengan begitu kita bisa menerapkan salah satu falsafah Jawa untuk tidak gampang “nggumun” pada orang lain. Tidak gampang berkomentar seenak udel kita sendiri ketika melihat ada orang lain yang beda dengan kita, karena sebanyak apapun yang kita tahu tentang sesuatu atau seseorang itu, sesungguhnya jauh lebih sedikit daripada yang kita tidak tahu.

 

Ternyata, berapapun umur kita, kita masih perlu banyak kacamata lagi untuk bisa melihat kehidupan ini seluas yang sesungguhnya...

Senin, 29 Desember 2008

Persepsi : Mas IWAN vs AGYL

:::::.....

Persepsi : Mas Iwan vs Agyl

Benarlah kiranya, kata “persepsi” memang mengacu pada  proses kognitif  yang individual tentang bagaimana seseorang itu mencapai kesadaran dan pemahaman terhadap suatu informasi yang diterima oleh indera sensori nya.

Dalam hal ini, tak bisa kita pungkiri persepsi menjadi hal yang membuat manusia seringkali terlibat masalah dengan manusia yang lain. Persepsi yang berbeda terhadap suatu hal bisa membuat dua orang atau lebih menjadi  salah paham, beda pendapat,  bahkan bertengkar hebat, karena informasi yang sama tentu saja bisa dipersepsikan secara berbeda juga oleh orang lain.

Seperti yang kemarin baru saja terjadi tepat didepan mataku…

Peran utama ceritanya : Mas Iwan dan Agyl, adik bungsuku (sudah lama dia bermimpi “kapan ya mbak kamu nulis tentang aku di blogmu??”….nah sekarang sudah kan? Silahkan tidur dengan nyenyak dengan senyum narsis tersungging dibibirmu :-P)

 

Setting : di rumah ibuku di Tulungagung (semua lagi ngumpul for that weekend)

Malam itu, Mas Iwan sempat mengeluh agak capek, dan karenanya memutuskan untuk mengkonsumsi suplemen. Pas malam itu, Agyl sepertinya mau pergi, jadilah dia bermaksud titip dibelikan CDR (suplemen Calcium D-Redoxon) tablet effervescent yang seperti ini  lho…

“Gyl, mau pergi tho? Aku titip belikan CDR ya?” kata Mas Iwan sudah siap buka dompet ambil uang.

“CDR? Di kamarku ada mas! Masih banyak! Pake aja itu!”

“O ya udah kalo gitu, gak jadi titipnya, yo wis thx…” uang Mas Iwan pun kembali masuk ke dompet.

Agyl pun berangkat pergi dan Mas Iwan pun masuk ke kamar Agyl, untuk mengambil si tablet CDR. Dalam waktu sekitar sejam itu, kulihat MI bolak-balik keluar masuk kamar Agyl beberapa kali. Sambil garuk-garuk kepala. Tebakanku, dia belum berhasil menemukan yang dia cari.

Akhirnya MI berhenti mencari, mungkin memutuskan menunggu Agyl pulang saja, supaya yang punya kamar yang mencarikan nanti. Aku gak heran, lha wong kamar Agyl itu selain kamar ampiran disaat weekend (Agyl kost dan kuliah IT di Surabaya), juga menjadi semacam basecamp ponakan2 nya bermain. Jadi kalau pas semua cucu Uti ngumpul begini, itu kamar sudah mirip kapal karam (bukan hanya kapal pecah).

Tak lama kemudian Agyl pun pulang, langsung disambut Mas Iwan.

“Mana Gyl? Aku belum nemu CDR nya dimana.”

“Sebentar aku ambilkan” sahut Agyl santai.

Agyl langsung menuju kamarnya, sedangkan MI melangkah menuju dapur, mengambil segelas air putih untuk dipakai mengkarbonasi si tablet CDR.

Dengan membawa segelas air putih, MI balik menuju ruang keluarga, menunggu Agyl keluar dari kamarnya membawa si tablet effervescent yang dia butuhkan. Dan kami semua yang ada disitu serasa terkena bom nuklir, meledak dengan hebatnya ketika kemudian Agyl keluar dari kamarnya, membawa sesuatu sambil bertanya dengan santai…

“Ini lhooo…masih banyak kan?? Butuh berapa? Dua cukup?”

*BLAAARRRR* makin meledaklah kami karena yang dibawa Agyl adalah ini…!!

 

MI melongo lama….memandang pilu gelas air putih yang sudah tergenggam ditangannya. Agyl, baru sadar ketika melihat gelas air putih di tangan MI dan tumpukan CD-R yang dibawanya bergantian, terasa sama sekali nggak matching. Setelah itu semua orang terkaing-kaing terlompat-lompat tertawa nggak karuan.

Hwakakakakakakakak oalahhhhhh emakkk.....ampuunnnn ampuunnnn....*tepok jidat sendiri dengan kibor*

Mentang-mentang mahasiswa IT…persepsinya kesituuuu mulu!! Dasar DUDUL!! *tepok jidat AGYL pake kibor dan tumpukan CD-R*

:::::.....

(Maaf kalo jadi menyebut merk, ini sama sekali bukan iklan :-D)

Senin, 22 Desember 2008

[Dudul] Kopdar Buta

“Aku kok baru denger ini ada cerita....belum kenal sama sekali kok sudah mau kopdar!!”

Kopi darat alias kopdar memang sudah biasa dilakukan oleh para MPers. Walaupun belum pernah sekalipun bertemu muka (selain lewat internet dan blog), kopdar sudah lumrah dilaksanakan. Tetapi bagaimana kalau sama sekali belum kenal?? Di internet pun, sama sekali belum kenal??

Dudul juga ya...

Jadi kemarin itu gini ceritanya...

Minggu lalu salah satu kontakku di MP yang tinggal di Jakarta, Mbak Irma Eka Sari (irmaes.multiply.com) menghubungiku, dan mengabarkan bahwa tanggal 26-27 Desember dia akan berada di Surabaya. Tentu kami berdua setuju tak akan melewatkan kesempatan ini untuk kopdar dong?? Kami memang baru saja kopdar waktu bulan lalu aku ke Jakarta, tapi itu tak menjadikan semangat kami surut, sudah kangen juga soalnya. Apalagi kali ini Mbak Irma mengajak seluruh keluarga, dan itu artinya aku bisa ketemu langsung dengan si cantik Shilla dan juga Dimmy (yang notabene aku sudah jadi fans cowok ini dari dulu hihihihi).

Oke deh, diatur-atur kira-kira gimananya...

Sampai kemudian, my handphone dropped a bad news (not bad actually, just bad for this matter :-D). Ada sms datang, intinya tanggal 26 itu akan ada acara nikahan salah satu saudara, di Tulungagung! Haduh, apalagi tanggal 27 (karena ada acara nikahan itu) akhirnya Bapakku berniat sekaligus mengadakan family meeting.

Wesss...dengan penuh kekecewaan dan penyesalan aku pun mengabarkan berita itu juga ke Mbak Irma...”Santai saja, kapan2 bisa diatur lagi untuk kopdar kok”, begini jawab Mbak Irma.

Hati masih belum menyerah, ketika lagi dijalan antara TA-Sby (kemarin itu aku temeni MI yang ngantor di gudang TA, kita berdua saja PP berangkat pagi habis drop anak-anak sekolah dan pulang sore) tiba-tiba muncul suatu ide di kepalaku...

Aku sms lah dua temen yang tinggal di Surabaya, yang juga MPers...aku tahu mereka akan semangat mendengar kata “kopdar”.

“Tgl 26-27des ada MPers Jkt mau ke Sby, namanya Mbk Irma. Aku ga bisa temeni kopdar krn hrs ke Tagung, ada mantenan.”

Kukirim ke 2 no hp :

Mbak Shiel (dzafai.multiply.com), dan Mbak Agustin (shadafa.multiply.com)

Mbak Shiel cepat tanggap, menjawab paling cepat, “Ok, aku akan temeni dia”

Mbak Agustin menyusul “Lah trus? Emang dia tahu aku? Tapi nggak papa juga sih ketemu dia, aku bisa ngajak MH (Mas Halim, suaminya-red), atau gimana dong harusnya?” Gampang, yang penting dia mau, pikirku.

Asyik, alhamdulillah, tuh bener kan? Kita pasti paling semangat deh kalo diajak kopdar. Mbak Shiel rupanya langsung koordinasi dengan Mbak Ag karena tak berapa lama kemudian, Mbak Ag menjawab “Aku juga mauuuuuuuuuuu”

Akupun konfirmasi dengan Mbak Irma, yang dengan senang hati menyambut rencana baru ini. "Aku siap bertemu ludrukers mbak!"

Tak lama kemudian, datang lagi sms dari Mbak Shiel...

“Eh, Irma kan kontaknya Mbak Ag juga kan?? Dia kenal aku apa nggak ya?? Irma ada satu apa dua sih??”

**GUBRAXXXX**

“Dia Mbak IRMA yang kopdar sama aku di JKT kemarin itu lho itu mbakkk” jawabku.

“Oh, hahahahaha berarti bukan IRMA itu yo??” jawab Mbak Shiel lagi. Wah aku langsung mengerti, ini mbak Shiel pasti bingung antara Mbak Irma Ekasari dan Mbak Irma Widiarni (irmawidiarni.multiply.com).

Aduh hihihihihi, tapi tak lama kemudian mbak Shiel sms lagi..

“Aku dah bilang sm Mb Ag, kita OK kok, karo kekel2 (sambil ngikik-red) soalnya sama-sama nggak kenalnya”

Okee deehhhh aku pun lega, sambil kukirimkan alamat MP Mbak Irma, biar Mb Shiel bisa lihat-lihat. Ok urusan beres, semua orang senang.

Ehhhhh tak lama kemudian, Mb Shiel sms lagi..

“Ok thx (atas kiriman alamat MP Mb Irma-red). Dia dokter kan?? Kita dah mau memperkenalkan diri, Mbak Ag appendix, aku kanker (kantong kering) hahahaha”

**GUBRAAXXX LAGI**

Yang bikin aku gubrax, entah apa Mb Shiel udah ngintip MP nya Mb Irma atau belum, tapi yang jelas MBAK IRMA sama sekali BUKAN DOKTER!! Hwakakakak sampe detik ini aku belum dapat konfirmasi, dapat info darimana sih kalo Mbak Irma dokter??? (sambil mbatin ada memang temen MP yang dokter, tapi namanya Mbak Harrina dan mbak Iin, bukan Mbak Irma, hihihi kacau nih)

Aku jawab “BUKAANNN DIA BUKAN DOKTERRR”

Mbak Shiel sms lagi “Wah Mbak Ag iku pitenah ae, sok tau tenan wong tuwek iku hahaahah” (Wah Mbak Ag fitnah nih, sok tau bener orang tua satu itu-red hahahaha)

Aduuhhhhhhhh di mobil aku jadi dudul sendiri mikirin berdua nih, MI sampe heran apa yang bikin aku cekikikan gak karuan.

Doohhhhhhh siapa coba yang lebih sok tau, Mb Ag ato Mb Shiel?? GAK JELAS!! Yang pasti dua-duanya!! :P

Hwakakakaakakakakak....

Rekan pembaca sekalian...jujur sekarang saya deg2an, nggak sabar mendengar gimana cerita kopdar mereka....hihihihihi


Selasa, 16 Desember 2008

Jogja 2 : Berpayung Hujan Beratap Tanah di Sumur Gumuling


Ternyata masjid ini berbentuk lingkaran serupa donat yang bolong tengahnya!

Dan ruang ditengahnya inilah yang menjadi sumber cahaya yang menerangi seluruh ruangan masjid.

Luar biasa!

:::::.....

Awalnya hati kami sempat menciut karena pas kita tiba di Yogyakarta, hujan turun tak hentinya. Padahal yang terbayang adalah memenuhi jadwal disini dengan wisata-wisata alam (outdoor). Hujan yang turun juga nanggung, deras nggak, reda pun juga nggak. Jenis hujan yang biasanya berlangsung lama, dan itu terbukti karena menurut salah satu warga, sudah 3 hari ini kondisi itu berlangsung.

Akhirnya pagi hari pertama kita habiskan belanja oleh-oleh aja di Mirota Batik, depan Pasar Beringharjo. Sampai siangnya kita selesai, hujan belum juga menunjukkan tanda-tanda akan mereda.

Tapi, hati kami mendadak tak ciut lagi. Karena hujan tiba-tiba reda? Oh, tidak. Tapi karena akhirnya kami membulatkan tekad, memang harus menyatu dengan alam. Kalau alam sedang hujan? Ya berarti kita harus bersiap sedia meleburkan diri, menepis keinginan untuk tetap kering, dan sebisa mungkin menjaga agar basah di baju dan badan kami bisa seminimal mungkin.

Dengan mantap siang itu kita pun menuju kompleks Keraton!
:::::.....

Coba tebak apa yang paling membuat Abe terkesan selama di keraton!
Bangunannya? Tidak..
Diorama raja/ratu lengkap dengan baju kebesarannya? Tidak..
Pangeran dan Putri-Putrinya? Tidak..!!
Kereta-kereta kencana? Tidak juga!!
Semua hal diatas, yang biasanya paling banyak menarik orang untuk disimak ternyata cuek saja dilewati oleh Abe.

Nah, pas ketika sampai di suatu pojok, tiba-tiba Abe terkesima mendengar penjelasan dan cerita guide kami. Sambil dengan mata menerawang memandang ke suatu bangunan kecil yang terbuka tak berdinding. Ketika cerita guide selesai, Abe pun menambahkan banyak sekali pertanyaan tentang fungsi dan bagaimana tempat itu difungsikan pada jaman dulu kala. Abe, is definetely amazing! Rasa ingin tahunya menyembur bak air mancur di taman depan alun-alun sana. Pertanyaan deras meluncur sampai Bpk Guide nya kewalahan menjawab. Wajahnya bercampur aduk antara horor dan penasaran luar biasa.

Coba tebak tempat apakah itu?
Dua bangunan kecil yang berada di kanan kiri area tepat sebelum naik ke sitihinggil itu ternyata adalah bekas tempat dilakukannya hukuman pancung dan potong tangan pada jaman dulu..!!

Oalah...

:::::.....

Koleksi foto kami banyak sekali, sampai-sampai nggak masuk akal untuk diposting dalam satu album. Foto keraton rasanya sudah banyak dan sering bisa kita lihat kan? Nah, foto-foto berikut ini adalah ketika kami mengunjungi Masjid Bawah Tanah, yang masih berada didalam lingkungan Keraton Yogyakarta dan baru pertama kali kami kunjungi, karena tempat ini konon dulunya tidak dibuka untuk umum. Pintu masuk ke masjid ini dikenal sengan nama Sumur Gumuling, dimana dulunya tak banyak yang tahu bahwa sebenarnya sumur itu adalah pintu masuk menuju ke sebuah masjid yang besar dan berarsitektur luar biasa didalamnya!

Silakan simak cerita pada caption setiap foto, tentang setiap tempat di sekitar Sumur Gumuling, seperti yang kami dengar dari Mas Agus, guide kami ketika disana.

:::::.....

Hasil quick search, sejarah tentang sumur dan masjid bawah tanah ini bisa disimak di :
http://www.lintasdaerah.com/v2/modules/wisata/article.php?item_id=396
http://kratonjogja.com/isi.php?menu=heritage&lang=ina&sub=3

:::::.....

(Bersambung)

Minggu, 14 Desember 2008

Mabok Konser "Seroja"

:::::.....


By the way, sudah pada nonton film Laskar Pelangi kan?

Buat yang belum sempat dan kesempatan masih terbuka lebar, cepetan gih nonton...

Buat yang belum bisa dan harapan untuk nonton tipis (terutama tetangga2 sekalian yang sedang pada di riyadh, florida, scarborough, dubai, dimanapun itu), sabar aja ya, masih ada gigi untuk gigit jari kan? hihihi **bletak** aawww!!!

 

Kemarin ceritanya Abe pergi nonton film itu lagi (untuk yang ke-3 kalinya). Tiap nonton, dia selalu tampak terinspirasi dengan cara yang berbeda-beda.

 

Nonton pertama kali, dia terinspirasi benar sama Lintang. Pulang-pulang langsung googling, dan habis2an googling segala sesuatu tentang film itu, lengkap dengan acara cari video di youtube dan sebagainya. Tak lupa setelah itu tiap mengerjakan PR matematika, sebelum menuliskan jawaban selalu didahului dengan ritual memejamkan mata, persis Lintang!

 

Nonton kedua kali, kali ini dia sangat terinspirasi oleh Ikal. Batere-batere yang habis dirumah, dijemurnya (lengkap dengan segala kefrustasian karena walaupun sudah dijemur tapi batere gak bisa lagi dipake, hahahaha), berniat membesarkan otot dengan belahan bola tenis, bermimpi punya sepeda sebesar sepedanya Ikal, sampai dengan tokoh A Ling yang dia bilang cantiklah, lembutlah, aduuhhh.

 

Nah nonton ketiga kalinya yang paling dudul. Kali ini, siapa lagi yang menginspirasinya kalau bukan Mahar! Pulang-pulang dia langsung hunting lagu “Seroja”, seret2 ibuk untuk nyari dan ngeprint liriknya, sampai membanding-bandingkan versi video klipnya, dari yang versi Verys (pemeran Mahar), Siti Nur Haliza, Iis Dahlia sampai versi dudul ala seorang penyanyi tak kukenal yang bernama Badrul! (alamak siapakah dia??).

 

Tak cukup sampai disitu, begitu dia hapal lirik (dan cengkoknya), jadi lebih PD dong gaya nyanyinya?? Di rumah, naiklah dia keatas kursi atau sofa, kemudian sambil merem-merem dan dua tangan dilantun-lantunkan kedepan, bernyanyilah dia lagu seroja, dan jangan lupa, dengan suara disengau-sengaukan, persis Mahar di film!! Inilah jenis konser yang tak pernah peduli dengan penontonnya. Maksudnya, tak peduli ada penonton atau tidak, yang penting sang penyanyi melantunkan syairnya demi kepuasan batinnya sendiri. Benar-benar konser yang idealis!!

 

Mulas perut kita semua karena ngikik melihatnya. Belum lagi badannya yang sekarang lagi ndut, dengan perut dan pantat yang bulat padat, semakin mendukung aura melayu dari lagunya sendiri. Bea pun disuruh jadi penari latar, yang menyanyikan bagian “aaa...aaa...” sambil menabuh rebana kecilnya. Masih untung ya dia nggak minta selendang, thanxs to mahar yang gak pake selendang (or whatever pernik lain yang kemrincing dan kemerlip ala video klip melayu) waktu menyanyikannya di film hahahahaha!!

 

Hari Minggu lalu, Abe-Bea menghabiskan waktu seharian dirumah neneknya. Ketika baru lepas maghrib dia pulang, Abe sudah ketiduran. Tumben? Biasanya baru jam 8 malam dia tidur kan? Apa laporan dari semua orang di rumah nenek??

 

“Abe pasti kecapekan, karena seharian KONSER “SEROJA” teruuusssss!!!”

 

Huheuehuehuheuhe....aduhhh!!!


:::::.....

Jumat, 12 Desember 2008

Jogja 1 : Tuut..Tuut..Tuut..!!


keretanya datang juga akhirnya

Naik kereta api, tuut tuut tuut, siapa hendak turuutt??

Singkat cerita, seumur hidupnya Abe dan Bea belum pernah sekalipun naik kereta api. Ternyata Mbak Pin dan Mbak Prapti juga! hehe. Makanya semua bersorak gembira waktu bapak ngajakin naik kereta api.

Kebetulan di sekolah mereka, Idul Adha berarti juga libur sepekan. Jadilah secara spontan (seperti biasa) kemarin kita putuskan untuk menghabiskan liburan di Jogja. Agenda utamanya? Naik kereta api, tentu! Acara lain, nantilah ditentukan setiba di Jogja.

Selasa pagi, Mas Iwan berangkat ke Tulungagung karena ada orangtua salah satu sales senior yang meninggal. Habis melayat siangnya dia langsung menluncur ke Jogja, bawa mobil. Kita menyusul berangkat sorenya, dari Surabaya dengan kereta Sancaka jam 3 sore.

Dari pagi yang namanya mulut orang serumah nggak berhenti ceriwisin ini itu soal kereta api. Semua exciting, bukan hanya anak-anak tapi juga mbak Prapti dan mbak Pin yang ternyata juga belum pernah naik kereta api. Duhh..gampang sekaligus sulit dibayangkan, bagaimana kehebohan yang terjadi di stasiun dan kereta. Abe Bea tak hentinya tanya ini-itu, mondar-mandir di gerbong, nyanyi-nyanyi dan menari, keluar masuk toilet (aduhh), kesenengan pesan makanan ke petugas kereta makan yang ngider dari gerbong ke gerbong, semua dilakukan dengan volume suara bersemangat yang tak kenal tempat. Gedubrakan sana sini dan tak henti, aduhhhh anak siapa ya ini??? (Maap ya para penumpang, hikss). Tak terhitung berapa kali ibuk harus mengingatkan (terutama Abe) untuk mengecilkan volume suara dan memelankan semua gerakan.

Yang jelas kita semua senang sekali. Sekitar jam 20.30 kereta sampai di Jogja dan sudah sejak sejam yang lalu anak-anak tertidur kecapekan. (Psstt si mbak sempat panik karena Bea ngompol dalam tidurnya, akhirnya kita kuras persediaan tisu basah dan ini itu yang wangi di semua tas aduuhhh).

Di stasiun Jogja, kita disambut dua hal, Mas Iwan dan....hujan yang ternyata sudah beberapa hari itu turun! Alamak, gimana mau berlibur outdoor kalo hujan gini?? Keraton, pantai, air terjun, pegunungan, taman-taman hijau, alun-alun, alamakkkk!!!

(Bersambung)

2 Bulan Nggak Sempat Ngempi?? Susah Kupercaya!

Rasanya sungguh susah dipercaya kalau saking sibuknya aku sampai nggak sempat ngempi. Rasanya cukup malu untuk mengaku sibuk, wong aku bukan wanita bekerja, hanya ibu rumah tangga. Tapi nyatanya, sudah 2 bulan ini aku kesulitan menemukan sedikit waktu luang untuk sekedar blogwalking (bahkan via hp yang bisa kulakukan dimana-mana sekalipun). Tugas dan kegiatan diluar sedang seabreg banyaknya, dalam waktu yang hampir bersamaan. MI malah sempat komentar, lihat aku rasanya pusing sendiri, kok rasanya mau bernapas aja gak sempat hehe.

Pagi sampai sore hampir setiap hari diluaran. Pulang-pulang, ya pinginnya kruntelan sama anak-anak sampai tidur (capeekkkkk).....pagi-pagi juga kruntelan aja sama anak-anak (kangeennnn) jadi kapanlah sempat ngempi?? huehuehue. Paling2 sempat di hp bentar2, itupun cuman bentaarrrr... Badan remuk juga selama 2 bulan gaya hidup begitu.

Minggu lalu, akhirnya sempat juga ajak anak-anak jalan ke Jogja. Dan alhamdulillah... pagi ini setelah sekian lama aku bisa leyeh-leyeh lagi....oohhh it's been a while...and feels sooo goodd hehehehe...

**banyak hal terjadi, terlalu banyak yang mau diposting, sekarang kebingungan sendiri hihihi**